NovelToon NovelToon

Bercinta Satu Malam Dengan CEO Dingin

Prolog

Seorang gadis terburu-buru menaiki anak tangga hanya satu langkah lagi kakinya menyentuh lantai. Namun tiba-tiba langkahnya terahli 'kan ke ponsel yang berdering. Ia memasukkan tangannya ke dalam tas mencari-cari benda pipih yang terus berbunyi. Diraihnya ponsel itu yang tertera nomor WA dari seseorang.

Oh! Ternyata dari kekasihnya. Tak ingin membuang waktu lama gadis itu memencet tombol hijau lalu, meletakkannya didaun telinga.

Suara pertama yang ia dengar ketika sepasang kekasih sedang bercinta jelas sekali ia dengar. Ditambah suara desahan nikmat seorang wanita yang tak dia kenali telah mengusik hatinya.

Seketika rasa sesak menguliti dadanya. Sedangkan air mata yang coba ia tahan sedari tadi tumpah karena dadanya sakit sekali mengetahui pacarnya dengan wanita asing sedang bersetubuh.

Dia tak mungkin salah mengenali suara sang kekasihnya yang amat ia cintai. Tapi kenapa lelaki itu dengan sengaja menghubunginya sedangkan dia bersama wanita lain. Apa selama ini sifat brengseknya tersembunyi karena Elina termakan gombalan manisnya.

Gadis itu bernama Elina, sepulangnya dari tempat kerja dia mendapati kabar pacarnya bersama wanita lain ditempat tidur. Kalo memang pria itu sengaja kenapa baru sekarang ia tunjukkan sifat brengseknya. Kenapa!? Disaat ia mulai menyerahkan seluruh cintanya untuk lelaki itu.

Mulai detik ini Elina bersumpah perasaannya pada Albar akan ia kubur dalam-dalam dan detik ini juga gadis itu tak ingin memiliki rasa cinta pada lelaki manapun. Dia menganggap semua pria itu sama bajingan seperti pacarnya. Oh tidak maksudnya mantan pacarnya! Oke!

Elina bukan tipikal gadis cengeng apalagi murahan seperti gadis diluar sana. Dia takkan mau menangis darah hanya untuk kembali ke sisi lelaki brengsek seperti Albar.

Gadis berambut panjang itu menyeka semua air mata di pipinya. Merapikan rambut dan menyalakan ponsel menghubungi sahabatnya. Sekarang ia ingin ketenangan terlebih dahulu lalu melupakan segalanya.

"Halo Kin, kau dimana sekarang?"

["Lagi dijalan mau ke klub memangnya kenapa?"]  tanya balik Karina di sebrang sana.

"Jemput aku di rumah bawa aku bersamamu juga," jawab Elina singkat.

["What!? Hey kau baik-baik saja kan? Elina yang aku kenal tak mungkin pergi ke klub?"] ucapnya tak percaya.

Karina kenal baik sahabatnya itu dan permintaan Elina seperti tiupan angin kencang tiba-tiba. Jadi susah dimengerti karena Elina si alim tak akan menginjakkan kakinya ke tempat itu. Maka kejadian ini langkah bukan.

Beberapa saat mengemudi Karina bersama Elina memasuki area klub. Mereka disambut dua bodyguard kekar yang menjaga klub tersebut mereka dipersilahkan masuk kedalam. Terlihat begitu ramai suara keras musik memenuhi ruangan itu. Sedangkan para kaum hawa dan adam asik mengikuti musik yang dimainkan.

Sementara itu Elina sibuk menghabiskan semua gelas yang disajikan pelayan bar di sana sampai pandangannya mulai kabur dan kepalanya terasa pusing tetapi gadis itu tetap melanjutkan meneguk wine yang ke 9 kalinya. Elina tidak akan berhenti sampai rasa kesalnya hilang dia harus melupakan kenangannya bersama Albar. Dia tahu ini salah namun apa boleh buat ia sudah disakiti seperti ini kenapa tidak bersenang-senang saja kan.

Saat Elina ingin meminum lagi wine gelas ke 10 itu tiba-tiba saja tangan seseorang mengambil gelas ditangan Elina.

Sial! Pandangan jadi tak jelas ia tak bisa melihat orang yang berani menghentikan kesenangannya. Gadis itu bangkit dari tempat duduk. Melebarkan matanya namun tak jelas juga ia melihat orang itu.

Elina mulai menunjuk-nunjuk dada besar pria dihadapannya.

"Apa kamu sudah gila berikan wine itu padaku!" minta Elina kasar ditambah pipinya kemerahan lantaran mabuk.

"Jangan kau sudah mabuk berat lebih baik anda pulang."

"Aku tidak mau pulang…"

Kepala Elina terasa pening penglihatannya sekarang adalah Albar bukan lagi orang asing tadi. Dan sialnya lagi Karina meninggalkannya seorang diri, Karina bilang akan pergi sebentar namun dari tadi batang hidung wanita itu tak muncul juga.

"Albar! Kau Albar kan! Kenapa meninggalkanku demi gadis itu, apa aku kurang baik untukmu? Apa aku terlihat jelek bagimu? Ayo jelas kan padaku, kenapa!?" Tangan kurusnya memukul-mukul dada kekar pria itu sambil menangis sesenggukan seketika itu juga sepasang mata melirik mereka berdua tak ingin dicap sebagai lelaki jahat dia memutuskan membawa pulang Elina bersamanya.

Pria terpaut 25 tahun itu bernama Damian seseorang paling berpengaruh di kota tersebut, yang sedang merangkul pundak seorang gadis asing dan membawa masuk ke mobilnya.

Kejadian langkah itu disaksikan asisten pribadinya Gery diperintahkan ibu Damian untuk mengawasi putra tertuanya karena wanita paruh baya itu ingin tahu siapa saja wanita yang dekat dengan Damian. Karena selama ini pria itu tidak pernah mau berpacaran apalagi menikahi wanita pilihan ibunya. 

Setelah mobil Damian tidak terlihat lagi Gery bergegas mengikuti tuannya dari belakang melajukan kendaraan beroda empat itu ke jalan beraspal.

Sementara itu ditengah-tengah jalan Elina memuntahkan isi perutnya di dalam mobil Damian begitu sial hari ini oleh gadis itu benar-benar merepotkan nya kalau saja ia meninggalkan gadis itu di klub pasti pria disana mengambil kesempatan mengganggu Elina. Tapi kenapa dia harus merepotkan dirinya membawa gadis itu mungkin saja ada orang yang bersama nya yang sedang mencarinya.

Elina mendongakkan manik matanya berkaca-kaca lagi membayangkan kekasihnya bersama wanita lain, sekarang hatinya sangat hancur  yang dia butuh pelukan kehangatan perhatian.

Damian melirik gadis itu entah kenapa dia merasa iba tangannya ingin tergerak memeluk tubuh yang gemetaran karena menangis. Sungguh bodoh orang yang membuat gadis cantik seperti dia sampai menangisi orang itu beberapa kali.

"Hey kau! Bisa berhentikan mobilmu sebentar saja," pinta Elina menyeka sisa-sisa air mata di pipinya.

Spontan saja Damian mengikuti perintah dari Elina. Menepikan mobilnya dipinggir jalan.

Pintu mobil terbuka. Elina keluar ia menatap ke atas langit malam yang bertaburan bintang begitu indah sampai dia terhanyut dalam lamunan. Damian juga ikut keluar menghela napas sesaat tatapan matanya terpana saat melihat senyum terbit disudut bibir Elina. Rasa kesal tadi karna gadis itu muntah dalam mobil langsung terlupakan karena dia sangat senang bertemu dengan Elina. Seperti takdir mempertemukan mereka berdua.

Elina menoleh kearah Damian yang tersenyum dengan lesung di pipinya sedang menatapnya juga. Tatapan yang tidak bisa diartikan.

Langkah demi langkah pria jangkung itu berjalan mendekati Elina. Tangan kekarnya mengelus rambut panjang Elina lalu, berhenti tepat pada bibir sensual Elina dan tanpa persetujuan oleh gadis itu Damian melumat bibir Elina dengan lembut. Kecupan manis berganti ciuman liar Damian memainkan lidah didalam sana tak mau kalah Elina membalas dengan merapatkan kaki kedalam celana pria itu sambil menggerak-gerakkan junior Damian.

Oh gila junior Damian mengeras ulah gadis itu sekarang dia membangkitkan singa yang tertidur. Apa dia tahu bermain-main dengan singa kelaparan itu sangat berbahaya.

Tak ingin berlanjut Damian menghentikan ciuman panas mereka.

Napas Elina memburu mata paruh itu sekali lagi menggoda iman Damian.

"Apa cuma ini batas mu kau tak mampu melanjutkannya karna kau tidak bisa 'kan."

"Kau sedang menantang ku 'kan."

"Kalau iya kenapa anda takut."

Damian tersenyum smirk mengangkat tubuh ringan Elina ke depan mobil.

"Siapa yang kau bilang takut hmm…" Damian memasukkan tangannya ke dalam baju Elina memainkan dua gunung kembar itu secara bergantian.

"Aah…"

Elina mendesah baru pria itu memengang dadanya sudah membuat tubuhnya terlena.

BERSAMBUNG…

Part 1. Cinta Satu Malam

PART.1 Cinta satu malam

"Aah…"

Elina mendesah baru pria itu memengang dadanya sudah membuat tubuhnya terlena.

Pipinya pun memerah dan Elina mulai berucap. "Kau ingin melakukannya disini? Kenapa bukan didalam saja, huh."

Lagi-lagi iman Damian tergoyahkan tubuh Elina seakan memanjakan mata. Seperti ada magnet untuk mendorongnya melakukan itu.

"Jika nona memberi ku izin maka–."

Ucapan Damian terpotong kala sebuah kecupan manis mendarat tepat di bibirnya. Apakah dia mendapat lampu hijau. Oh! Astaga ini kesempatan emas semalaman dengan seorang gadis cantik.

Entah iblis mana yang merasukinya tiba-tiba. Damian bukan orang biasa dia cukup berkuasa di ibu kota. Apalagi menginginkan seorang gadis dia dengan mudah saja membayar mereka dengan setumpuk uang.

Tetapi dia Damian Aditama Sanjaya pemuda anti dengan masalah percintaan untuk sekedar mengenal wanita pria itu akan menyibukkan dirinya dengan segala cara. Terpenting dia bisa bebas dengan makhluk yang bisanya jadi beban.

Karena dipikiran pria itu menganggap semua wanita seperti bisa ular dapat dihilangkan, namun meninggalkan bekas cukup lama.

Namun hari ini egonya tersingkirkan oleh Elina. Anggapannya tentang wanita berubah seketika.

Damian hanya ingin satu hal yaitu menjadikan Elina miliknya malam ini.

Dan disinilah pertemuan mereka yang tak biasa. Sekaligus kesalahan terbesar Elina menyerahkan dirinya pada lelaki asing itu.

Didalam mobil.

Mereka dengan bergairah dalam tubuh yang memanas. Saling bercumbu berkali-kali.

Kedua tangan pria itu langsung melucuti kancing baju Elina satu persatu dengan ciuman yang tidak dilepaskan membuat gadis itu tak bisa bernafas walau sejak.

"Apa kau tidak akan menyesal melakukan ini dengan ku?" tanya Damian memastikan sekali lagi.

Rangkulan manja Elina memancing kembali Damian. Dengan suara paruh Elina berkata. "Kau masih meragukan ku ya?" pancing Elina sembari tersenyum nakal pada Damian. Gadis itu semakin tak terkendalikan perkataannya pun mulai ngelantur kemana-mana.

Sumpah ini bukan dirinya. Elina tak mungkin seberani ini mustahil kecuali memang dalam keadaan tidak sadar seperti sekarang.

"Jadi seperti ini kalau wanita sedang mabuk mereka tak bisa mengendalikan diri atau hanya dia saja yang bertindak seperti ini,"  batinnya lalu tersenyum penuh arti.

Dalam sekejap keduanya tak bisa menghentikan gairah masing-masing. Mereka melakukan hubungan intim yang tidak akan mereka lupakan seumur hidup.

Dan malam itu berakhir begitu cepat. Mentari telah menunjukkan wujud sepenuhnya. Cahaya matahari masuk ke sela-sela jendela mobil.

Menyilaukan mata seorang gadis tanpa busana dalam pelukan pria.

Elina mengucek matanya berulang kali memastikan jika tempat itu adalah ranjangnya.

Setelah menyadari keadaannya tanpa sehelai pakaian. Mulutnya langsung menganga. Lalu, bayang-bayangan kejadian kemarin malam terlintas seperti kereta express.

Apa yang sudah dia lakukan? Tidur bersama pria yang tidak dikenalinya. Tapi dia tak bersalah sepenuhnya sebab kondisinya mabuk berat waktu itu. 

Namun tetap saja dia lebih dulu  menggoda pria itu.

Elina lalu berpikir jernih yang terpenting sekarang lelaki itu belum tahu tentang identitasnya kan. Lebih baik dia pergi dari sana sebelum pria itu bangun.

"Dia orang kaya pasti dengan cepat melupakan hal ini apalagi aku bukanlah orang sepenting itu. Buat apa juga meminta tanggung jawab toh aku juga yang kena batunya."

Helaan nafas panjang dari Elina terdengar. Didalam hati kecilnya yang dia rasakan hanya penyesalan atas perbuatan yang tak disengaja. Dia akan berjanji kedepannya dia harus menanggung konsekuensinya.

Gadis itu, lalu melepaskan cincin di jemarinya dan disematkan pada jari manis Damian. Cincin perak berinisial 'E' itu memang tak seberapa harganya, namun yang dia miliki hanya itu. Ini untuk menebus kesalahannya dia juga yang menjerumuskan pria tak bersalah itu dalam masalahhnya.

Setelahnya Elina memunguti satu persatu pakaiannya dan dengan cepat memakaikan baju ke tubuhnya.

Dan bergegas meninggalkan mobil Damian.

Dari ujung jalan mobil berwarna silver terparkir semalaman dipinggir jalan, itu adalah mobil Gery assisten pribadi Damian sekaligus mata-mata Rosalina ibu dari Damian.

Lelaki itu masih tertidur dan belum sempat melihat wanita yang baru saja keluar dari mobil bosnya. Padahal tadi kesempatan bagus mengetahui siapa kekasih gelap Damian.

Tepat pukul 7 pagi alarm ponsel Damian berbunyi sangat keras.

Pria itu lantas terbangun. Rasa pusing di kepalanya membuatnya tak jelas melihat disekelilingnya. Setelah meraba-raba sekujur tubuhnya. Barulah dia menyadari saat ini dia telanjang bulat.

Astaga apa yang sudah dia alami? Sampai seperti ini.

Ayolah kenapa ingatan tadi malam lenyap begitu saja di otaknya.

Pria itu tampak frustasi saking stress nya dia mengacak-acak rambutnya. Tiba-tiba sesuatu mengusiknya. Sebuah benda berukuran kecil di jarinya. Membuat sang empu mengerutkan kedua alisnya.

Siapa 'E'? Cincin murahan? Mana mungkin Damian memiliki benda itu. Jadi milik siapa?

Damian tampak berpikir keras. Tiba-tiba saja ingatan bermunculan di otaknya. Pertama kali yang dilihat adalah wajah seorang wanita dan kalau diingat-ingat lagi mereka sempat berhubungan. Badan!

"Gila! Bisa-bisanya aku meniduri seorang gadis yang orangnya saja belum ku tahu namanya!?" gerutunya.

"Kalau dilihat-lihat dari wajahnya dia cukup cantik dan sifatnya  menarik coba saja aku menanyakan nama gadis itu," lanjutnya menyesal.

Dia meraih kembali ponselnya lalu, menelpon seseorang.

Trittt…

Beberapa menit kemudian barulah orang itu mengangkat panggilan darinya.

[Selamat pagi tuan, maaf saya baru saja bangun.] tutur Gery disebrang sana.

Itu betul karena pria itu semalaman begadang hanya untuk mengawasi si Damian bersama Elina.

"Mengawasi ku?" tebak Damian sebab dia hafal betul bagaimana kebiasaan si sahabatnya yang selalu menurut perintah ibunya.

Heran bukan dia yang bosnya kenapa harus wanita tua itu yang Gery mau mengikuti perintahnya.

Gery yang terus terdiam mendapat perintah dari Damian.

"Kau sudah lihat wajah gadis itu kan. Kalau ya aku mau kau cari tahu semua tentangnya tanpa meninggalkan satupun informasi penting," lanjutnya dengan menekan akhir perkataannya.

[Maaf tuan! Saya belum sempat liat orangnya karna saya ketiduran tadi,] keluhnya.

"Ya ampun kau ini, sudahlah lain kali tak perlu lagi mengawasi ku!" pungkasnya marah-marah.

Setelahnya mematikan sambungan sepihak.

***

Seminggu kemudian.

Sebuah mobil BMW pengeluaran terbaru memasuki pekarangan mansion keluarga Sanjaya.

Sesosok pria gagah nan berwibawa keluar dari mobil. Jas berwarna hitam dengan brand ternama tersemat dilabel pakaian itu. Seperti biasa rapi dan tampan takkan terlepas pada diri Damian Aditama Sanjaya. Selain pemegang Sanjaya group dan putra tertua.

Sudah kewajibannya menanggung beban keluarga.

Tapi yang ingin dipertanyakan disini kapan pria itu akan menikah?

Awak media sudah lelah memasangkan Damian dengan para wanita ternama. Namun hasil yang mereka dapat nihil dan tanpa ada penjelasan langsung dari Damian.

Bukan karena Damian tak laku. Apalagi masalah wajah dia terbilang sangat tampan memiliki warna mata kelabu, bibir atas dengan philtrum, hidung mancung, tubuh atletis dan tinggi badan 185 cm.

Semua kaum hawa tentu mengidam-idamkan sosok pria seperti Damian. Kurangnya pria itu tiap kali ada wanita diam-diam mendekatinya tanpa belas kasian Damian menolak mereka. Bahkan dari mereka ada yang menangis. Dan yang paling gila yakni nekad naik keatas ranjang Damian.

Jangan tanya lagi wanita itu berakhir dengan bentakan kejam sang Damian. Dan tak berani lagi menampak dirinya didepan publik.

Dan disinilah Damian disambut dengan hangat para bodyguardnya yang selalu setia menunggu kedatangan tuan mereka.

Pintu bergagang keemasan terbuka lebar. Pemandangan yang baru dia lihat sungguh membuat pria itu bermuka seram dan dingin seketika.

"Babe! Kau sudah kembali, kau tahu aku sangat senang bertemu denganmu," ujar seorang gadis berperawakan  tinggi nan langsing itu, tanpa persetujuan langsung memeluk erat Damian.

"Lepaskan aku Lily!" bentak Damian.

Gadis bernama Lily langsung tertegun. Langkahnya mundur ketika tatapan tak enak dari Damian menyoroti matanya.

Kenapa dia bertingkah bodoh padahal sudah tahu sifat asli pria itu dia masih saja bertindak gegabah. Cik!

"Damian jaga sikapmu terhadap anakku jangan lupa siapa yang membuat mu berdiri diposisi mu sekarang!" seru Hendrawan Kusuma marah saat melihat putri kesayangannya diperlakukan kasar.

Rosalina yang melihat suasana tak bagus ini langsung bertindak cepat. Wanita paruh baya itu menghampiri putranya. Lalu, membisikkan sesuatu.

"Damian ibu sudah katakan jangan bantah ataupun menolak keinginan anggota keluarga Kusuma. Karna mereka juga punya sebagian besar saham Sanjaya group, kau tahu itu kan," bisiknya penuh penekanan sekaligus peringatan buat Damian.

Sebab wanita itu tidak sudi  hidup sengsara seperti dulu. Ya,  sekaya-kayanya keluarganya sekarang mereka takkan mengelak bahwa pernah hidup miskin. Membayangkannya saja Rosalina tak kuasa.

Nasehat Rosalina seperti angin lewat untuk Damian yang keras kepala. Lelaki itu menggenggam pergelangan tangan Lily dan membawa gadis itu menjauh dari ruang tamu.

"Damian! Apa yang mau kau lakukan dengan putriku, hah!" teriak Hendrawan marah besar.

"Mas tetap tenang, kita tunggu saja kalau Damian macam-macam sama Lily. Mas harus buat perhitungan ke mereka," ucap Dewi melempar tatapan tajam pada Rosalina.

Rosalina yang tampak cemas mengigit kuku agar kekhawatirannya tak dilihat kepada kedua pasangan itu.

"Gawat kalo Damian nekad bagaimana ini, hilang sudah harta kekayaan ku tidak ini tak boleh terjadi aku tidak mau hidup susah amit-amit deh," gerutunya dalam hati.

Sementara itu di ruangan kerja Damian.

Brug!

Tubuh Lily terhempas didepan lemari kayu. Gadis itu memohon-mohon belas kasih, namun dihadapannya ini pria berkedok iblis kejam. Akan sia-sia saja permintaannya.

"Apa semua penolakan itu tidak cukup bagimu apa aku harus melakukan kekerasan biar kau sadar akan posisi kita sekarang!"

"Aku tahu kau sedang marah tapi aku punya penawaran bagus kau pasti ingin tahu kan?"

"Simpan saja omong kosong mu itu aku tidak tertarik mendengarnya."

"Tunggu dulu Damian! Kau menginginkan aset itu kan aku berjanji akan memberikan surat itu asal kita menikah." 

"Aku bukan orang bodoh Lily mana mungkin aku percaya."

Lily menggenggam tangan Damian.

"Demi cinta ku Damian aku pasti membawa surat itu padamu," lontarnya sangat yakin.

Seketika Damian terdiam cukup lama. Kalau benar omongan Lily bukan main-main ini jadi keuntungan besar. Rencananya menguasai semua saham perusahaan bisa terwujud dengan cepat. Tapi mereka harus menikah.

Baiklah dia tinggal bersandiwara menjadi suami baik.

"Oke, kita cuma menikah tidak masalah, tapi jangan harap aku berubah pikiran dan mempunyai perasaan padamu," pungkasnya tegas.

Lily menanggapi dengan anggukan kepala.

***

Keesokan paginya.

Perempuan itu rupanya tidak berbohong hal yang diinginkan Damian tepat didepan matanya.

Senyuman kemenangan terbit di bibirnya, tapi berubah jadi masam ketika disebelah terdapat undangan pernikahan.

Ting!

Suara notifikasi pesan terkirim di whatsapp.

Dengan malas Damian merogoh saku celana. Tangannya tergerak membuka isi pesan dari ibunya.

Ternyata hari ini adalah fitting  baju pernikahan. Dia tahu dan tak peduli tentang itu. Damian tinggal menyuruh Gery mengurus semua keperluan pernikahannya.

Beberapa hari berikutnya tiba saatnya pernikahan yang ditunggu telah tiba. 

Di Hotel bintang lima dipesan khusus diselenggarakannya resepsi pernikahan Damian dan Lily.

Damian sudah melakukan ijab kabul dan semua tamu memberi selamat pada pengantin baru di sana.

Lily menampakkan wajah bahagia berbanding terbalik dengan pengantin pria dari awal berlangsungnya pernikahan wajahnya tidak pernah berubah. Dingin dan ketus saat menjawab pertanyaan dari para tamu.

Lily tak mengapa karena rahasianya tidak perlu diketahui orang.

"Nak, sekarang kau memiliki seorang ayah dan kita akan hidup bahagia. Ibu janji merebut hati ayah untuk kita," batinnya penuh pengharapan sembari mengelus perut datarnya.

Tetapi itu belum pasti entah sampai kapan Damian bersikap dingin terhadapnya. Karena sudah banyak cara dia lakukan menaklukkan hati Damian. Menurutnya sangat mustahil. Jadi Lily bertindak dengan hamil duluan dan anak itu bisa dijadikan jaminan agar perceraiannya tertunda.

Tidak masalah berkorban demi pujaan hatinya dia rela tak suci lagi asal pria yang dia sukai mau menerimanya. Pikir gadis itu.

Bersambung…

Part 2. Lima tahun kemudian

"Mama!"

Seorang anak kecil laki-laki berlari kecil sambil memanggil-manggil nama ibunya. Anak itu bernama Egi yang telah menginjak usia lima tahun. Ditangan kecilnya dia membawa hasil ulangannya pada sang ibu dengan bersemangat  melompat memeluk leher dari belakang tubuh Elina.

Ya, dialah anak hasil luar nikah Elina bersama pria yang pernah tidur dengan wanita itu lima tahun lalu. Elina telah memberitahukan tentang ini pada keluarga dan sahabatnya mereka semua sudah menerima Egi sebagai anaknya.

Hanya saja yang ditakutkan wanita berusia 25 tahun itu dilain hari dimana ia akan bertemu ayah kandung Egi. Misalnya pria itu tahu kalau Egi adalah anaknya dan akan membawa Egi bersamanya. Memikirkan hal itu Elina sangat takut tak rela bila Egi dipisahkan dengan dirinya. Iya memang pria itu berhak atas Egi tapi yang merawat dan membesarkan Egi adalah Elina.

"Mama, ada apa anda baik-baik saja kan?" tanya Luca khawatir melihat wajah pucat sang ibu.

Elina spontan menggelengkan kepala. Sebisa mungkin menyunggingkan senyum pada Egi.

"Egi tak perlu khawatir mama baik-baik saja lihat aku menggendong mu yang berat ini," goda Elina mengatakan bobot tubuh Egi berat.

Egi memalingkan wajahnya sambil memanyunkan bibir ngambek. Haruskah Elina selalu jujur. Ini sangat menyebalkan.

Elina terkekeh ia suka sekali menggoda anak itu tingkah lucu Egi sangat menggemaskan.

"Kalau tertawa terus nanti lalat masuk ke mulut mu," ledek Egi pada Elina karena menertawainya. Malah lebih gemesin lagi.

"Hahaha, iya deh mama gak lagi ketawain Egi."

Anak itu kembali ceria merasa dia telah menang karna Elina mengalah.

"Lihat ma, aku dapat nilai A ulangan bahasa Inggris loh," ucap Egi sumringah sembari menyodorkan kertas ulangannya.

"Wah, anak mama pinter banget sih. Kalau gitu mama traktir makan eskrim mau nggak," ajak Elina yang langsung dapat anggukan senang Egi.

Elina pergi ke minimarket secara kebetulan ada satu yang dekat disekolah.

"Mama aku mau eskrim coklat," pinta Egi sembari menarik ujung baju Elina.

"Iya, tapi kau duduk disana  tunggu mama biar nanti mama yang beliin buat Egi."

Egi mengangguk-angguk. Kemudian berjalan ke tempat duduk yang disediakan disana. Sedangkan itu Elina mencari letak yang ditempati makanan dingin itu.

"Oh, rupanya disini. Hmm,,,,,, kenapa banyak merek eskrim rasa coklat mana yang disukai Egi ya?"

Tangan Elina terulur mengambil eskrim coklat tapi didahului oleh seseorang.

"Maaf aku mengambilnya lebih dulu. Sepertinya kau sangat menginginkan eskrim ini ya, nah ambilah aku memberikannya padamu." Pria tersebut menyodorkan pembungkus eskrim pada Elina sembari tersenyum ramah.

Seketika Elina tersipu malu senyuman pria itu lebih manis dibandingkan eskrim manapun. Elina fokus kembali dia menerima eskrim pemberian orang itu. Sebelum beranjak pria bersetelan hitam rapi seperti halnya pekerja kantoran memberikan sebuah kartu nama pada Elina. Katanya ada lowongan kerja di perusahaannya.

Elina sangat beruntung bisa bertemu dengan pria tadi. Wanita itu melirik kartu ditangannya.

Vanno Gahendra. Perusahaan Gahendra group.

"Vanno Gahendra nama yang bagus," gumam Elina.

Setelah membelikan Egi eskrim ke minimarket ibu dan anak itu kembali ke rumah sederhana mereka. Rumah orangtuanya tepatnya. Sebenarnya Elina ingin pindah, namun kedua orangtuanya melarangnya untuk pergi apalagi Elina belum mendapatkan pekerjaan dan harus membiayai Egi sekolah. Tetapi dia yakin akan pindah setelah melamar pekerjaan di perusahaan entertainment Gahendra group. Dan malam ini Elina harus membicarakan pada orangtuanya.

"Kau mau bicara hal serius apa na?" ujar wanita paru baya ibu Elina.

"Aku berencana pindah ke Jakarta lagi Bu, kalau disini susah dapat pekerjaan tapi di Jakarta itu luas banyak yang pasti nerima aku kerja," jelas Elina mengharap ibunya akan setuju kalau dia pergi ke Jakarta.

"Ibu nggak setuju kalau cuma jadi pelayan memangnya itu cukup untukmu dengan Luca," tolak halus Bu Ayu.

"Bu cobalah mengerti Elina ingin mandiri seperti teman-temanku aku juga tak ingin jadi pelayan saja. Elina akan kerja ke perusahaan besar Bu."

Mata Bu Ayu terbelalak agak kaget.

"Masa sih kamu 'kan cuma tamatan SMA mana bisa kerja ke perusahaan palingan jadi obe," cicit Bu Ayu.

"Tapikan jadi obe gajinya lumayan banyak dari pada pelayan Bu."

"Memangnya sudah yakin dengan keputusanmu. Apa kamu nggak trauma tentang pria itu."

Elina menggeleng cepat.

"Tidak Bu aku tak ragu sekarang hanya Egi yang aku pikirkan dan soal pria itu aku sudah melupakannya jadi ibu tenang saja."

Bu Ayu pasrah keputusan putri semata wayangnya sudah bulat dia hanya bisa mendoakan agar Elina dan cucunya baik-baik saja disana.

***

Dua hari kemudian. Di halte bis menuju ke Jakarta, disana kedua orang tua Elina mengantarkan putrinya dan cucunya itu mengunakan mobil RT di desa. Setelahnya mereka saling berpelukan pak Danu menasehati Elina agar menjaga Egi dan setibanya mereka harus mengabari biar ayah dan ibunya tidak khawatir bila terjadi sesuatu.

Didalam bis Elina terus terjaga sedangkan anak laki-laki itu tertidur pulas dipundaknya. Elina menoleh kearah jendela melihat pemandangan kota Jakarta. Beberapa jam menempuh perjalanan panjang akhirnya Elina tiba di apartemen Karina sahabat seperjuangan saat di Jakarta dulu.

Seingatnya Karina masih tinggal di apartemennya entah kalau sahabatnya sudah pindah atau belum kan bisa dicoba dulu kan siapa yang tahu Karina masih tinggal disana.

Tok…Tok… Tok…

Suara ketukan pintu.

Masih tak ada jawaban dari dalam. Elina sedikit kecewa.

"Teman mama mungkin masih tidur ketuk lagi pintunya," saran  polos Egi berharap teman ibunya masih didalam.

Elina berjongkok sejajar dengan  Egi dia menatap anak kecil itu sedih.

"Kita pergi sekarang ya, kayanya teman mama udah pindah," ujar Elina sembari melihat pintu apartemen Karina.

'Semoga pintu itu terbuka,' batin wanita itu seraya menggenggam tangan Egi berlalu pergi.

Clek!

Sebuah pintu terbuka lebar wanita memakai baju piyama nya setengah berlari menahan tangan Elina lalu memeluk dalam tangisnya.

"Mau pergi kemana kenapa tidak menunggu ku sedikit lebih lama," celoteh Karina memarahi temannya itu.

"Ternyata masih ingat kepadaku hiks! Aku sangat merindukanmu Elina…"

"Maaf aku jarang ke Jakarta, soalnya ada yang aku urus di kampung," sahut Elina apa adanya.

"Siapa anak itu? Jangan bilang kau sudah menikah dan tidak mengundangku hmm," protes Karina karna Elina tidak mengundangnya ke acara pernikahan wanita itu padahal Karina telah menganggap Elina seperti saudaranya sendiri.

Orang yang belum Elina beritahu soal dia sudah punya anak tinggal Karina sendiri. Bukannya dia tak mau hanya saja waktunya belum pas. Apalagi Karina memiliki mulut ember jika diberitahu wanita itu mungkin mengumbar-umbar ke semua orang nanti.

"Dia keponakanku sementara ini dia dititipkan padaku, oke," bisik Elina pelan agar Egi tak mendengarkan mereka.

Egi tampak keheranan. Dia ingin memanggil ibunya.

"Ma-" kata Egi terhenti karena Elina spontan berbicara pada Karina.

"Karina boleh kan aku menginap untuk beberapa hari ini kebetulan aku belum dapat tempat tinggal," jelas wanita itu mengabaikan Egi yang sedang kesal karena dia tak dihiraukan dan saking kesalnya anaknya itu menginjak kaki Elina.

Elina reflek menoleh melotot kan matanya hingga ingin keluar. Ekspresi sang ibu sangat menyeramkan buru-buru Egi menjaga jarak dia tahu Elina akan menjewer telinganya dan mengomelinya sepanjang hari.

BERSAMBUNG…

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!