NovelToon NovelToon

Monic Nufus Alzie

MNA 1

" Monic..." panggil Yasya Juni Dayu yang merupakan sahabat terdekat Monic di pesantren.

" Ada apa sih teriak-teriak?" tanyanya yang terganggu.

" Ustadz Niko menikah." ucapnya dan membuat nampan yang di pegang Monic pun terjatuh.

" Dimana?" tanyanya dan Yasya pun segera membawanya ke tempat akad.

Kini tampak Niko sedang mengucapkan ijab kabul, Monic pun bergetar. Dan akhirnya ia pun memutuskan untuk kembali ke rumahnya.

" Maafkan aku Monic, aku tidak bisa membantah perintah Abi." batin Niko.

" Teganya kamu Mas." batin Monic dengan berderai air mata, kemudian ia pun segera berlari menuju kamarnya.

Yasya mengejar Monic, dan ia pun mendapatkan Monic yang sedang merapikan barang-barangnya.

" Kau mau kemana Monic?" tanya Yasya.

" Aku mau pulang, aku sudah tidak sanggup." jawabnya.

" Jangan tinggalkan aku Monic." ucap Yasya.

" Maaf Yasya, tetapi aku sudah tidak ada alasan lagi di sini." ucapnya kemudian langsung pergi meninggalkan Yasya.

" Monic..." teriaknya tetapi Monic ada melihat ke belakang dan terus berjalan melewati gerbang pesantren.

...----------------...

Kini Monic telah sampai di rumahnya, ia langsung masuk ke dalam kamarnya. Dan tidak memperdulikan sang pembantu yang memanggilnya, dan akhirnya pembantu ia pun menghampiri Monic di dalam kamarnya.

" Non Monic kenapa?" tanya pembantu itu.

" Saya nggak apa-apa kok bik." jawabnya.

" Non Monic yakin?" tanyanya.

" Iya bik, jadi tolong bibik keluar aja ya!" ucapnya dan pembantu itu pun segera keluar.

" Sepertinya aku harus melaporkannya kepada Tuan dan Nyonya." batinnya yang kemudian langsung pergi menuju ruang utama, tempat dimana telepon rumah berada.

Pembantu itu pun segera menelpon Nyonya nya, dan Nyonya itu pun segera pulang. Karena ia sangat khawatir dengan anaknya itu, dan ia pun langsung menemui Monic di dalam kamarnya.

Tok

Tok

Tok

" Masuk." ucap Monic dengan menghapus air matanya.

Nia Rindu Alzie yang merupakan Bunda dari Monic pun segera masuk, ia pun segera langsung memeluk Putrinya.

" Apa yang terjadi sayang?" tanyanya.

" Tidak ada Bunda." jawabnya dengan tersenyum.

" Kau yakin dengan ucapanmu?" tanya Nia.

" Monic yakin Bunda." ucapnya.

" Sebenarnya apa yang sedang kau sembunyikan sayang, tampaknya hal itu sangat menyakitkan." batin Nia.

" Ya sudah kalau kau tidak mau cerita, tetapi setidaknya tenangkan dirimu. Dan bila kau mau cerita, Bunda akan mendengarkannya. Jangan anggap dirimu sendiri sayang, ingat ada Bunda dan juga Ayah." ucap Nia dengan mengelus kepala Monic.

" Terima kasih Bunda." jawabnya.

" Iya sayang, bagaimana kalau kita makan dulu. Bunda yakin kau pasti sudah sangat lapar." ajak Nia dan keduanya pun keluar dari kamar.

Kini sudah banyak makanan yang tersaji, tetapi nta mengapa Monic tidak berselera makan. Padahal semua makanan yang tersaji adalah makanan kesukaannya, dan hal tersebut membuat Nia menjadi penasaran dengan yang dipikirkan oleh putrinya itu.

" Makan yang banyak dong sayang, ini semua makanan kesukaanmu. Kasihan bibi uda capek memasaknya loh, masa kamu tidak mau makan." jelas Nia dan Monic pun memasukan makanan itu sesuap demi sesuap ke mulutnya.

" Pandangannya sangat kosong, nona pasti berbohong mengenai tidak terjadi sesuatu." batin pembantu itu yang memang sudah merawat Monic sejak masih kecil.

Setelah selesai makan, Monic pun segera kembali ke kamarnya lagi. Dan pembantu itu pun menceritakan apa yang ia lihat.

" Sudahlah bik, biarkan saja Monic tenang terlebih dahulu. Nanti bila dia sudah tenang baru kita tanya, kalau kita bertanya sekarang akan sia-sia saja." jelas Nia dan pembantu itu pun mengangguk.

Kini mereka sudah selesai makan, bibik pembantu itu sebenarnya sangat penasaran. Tetapi ia tidak berani melakukan hal yang di larang oleh Nyonya itu.

...----------------...

" Maafkan aku, aku tidak bisa menentang permintaan kedua orang tuaku. Dan kini aku bukan teman status lagi, kini aku sudah menjadi suaminya Gaby." batin Niko.

" Kau sedang memikirkan apa Niko?" tanya Mondy Seno Yuda yang merupakan sahabat Niko.

" Aku tidak sedang memikirkan apa-apa." jawabnya.

" Kamu tidak perlu menutupi semuanya dariku Niko, semuanya sudah tergambar jelas dari sorot matamu. Saat ini pastinya kamu sedang memikirkan mengenai Gaby bukan, karena saat ini Gebi Lisa Banyu sudah menjadi istrimu." ucapnya.

" Maafkan aku Mondy, seharusnya kaulah yang bersanding dengan Gaby. Tetapi aku tidak bisa menentang permintaan kedua orang tuaku, dan akhirnya aku harus menikah dengan Gaby." ucapnya yang merasa tidak enak.

" Itu semua tidak masalah, lagian dari awal aku juga sadar kalau aku memang tidak mungkin bersanding dengan Gaby. Ayah Gaby Bapak Cakra Genta Banyu dan istrinya Marsya Ratu Banyu tentunya tidak akan menyetujui hubungan kami." ucapnya.

" Tetapi tetap saja, aku merasa bersalah kepadamu. Selama ini kita sudah bersahabat, tetapi aku justru merenggut orang yang telah kau cintai." ucapnya.

" Ini semua adalah suratan takdir Niko, dan aku memang tidak cocok bersanding dengan Gaby. Aku harap kamu bisa menjaga Gaby dengan sebaik-baiknya, dan Gaby bisa bahagia ketika bersanding dengan mu." ucapnya yang sangat percaya dengan Niko.

" Mengapa kau berbicara seperti itu, jangan bilang kau juga ingin pergi meninggalkan pesantren ini." Ucap Niko.

" Aku memang akan pergi meninggalkan pondok pesantren ini, tetapi kau tidak perlu mengkhawatirkan ku. Aku pergi bukan karena kau dan juga Gaby, tetapi aku pergi karena ingin melanjutkan pendidikanku." ucapnya yang kemudian langsung meninggalkan Niko.

Niko pun berlari mengejar Mondy, ia ingin menghalangi kepergian dan paling tidaknya. Ia ingin mempertemukan Mondy dengan Gaby terlebih dahulu, tetapi sayangnya ia tidak bisa mengejar Mondy. Dan kini hanya tinggal kenangan tentang Mondy yang tersisa, Niko pun langsung menemui Gaby.

Tok

Tok

Tok

" Masuk." jawab Gaby.

" Rupanya Mas Niko, kenapa ya Mas ketuk pintunya kuat sekali?" tanya Gaby.

" Mindy telah pergi meninggalkan pondok pesantren ini." Jelasnya.

" Pasti karena dia kecewa dengan kita ya Mas?" tanyanya dengan tatapan teduh.

" Kalau untuk itu aku kurang tahu, Mondy tidak menceritakan tentang kekecewaannya. Ia hanya mengatakan kalau ia ingin menempuh pendidikannya kembali, dan karena itu ia meninggalkan pondok pesantren ini." jelasnya.

" Apakah dia ada mengatakan ingin melanjutkan ke mana Mas?" tanya Gaby yang penasaran.

" Dia tidak ada mengatakannya kepadaku, dan aku juga belum sempat menanyakan ia akan melanjut ke mana." jelasnya.

" Sudahlah, kalian jangan lagi memikirkan tentang Mondy." ucap seorang wanita yang baru saja datang.

" Rupanya ada Kak Sista." ucap Niko.

" Kalian berdua jangan pernah membahas mengenai Mondy lagi, jangan sampai hal tersebut bisa mempengaruhi hubungan pernikahan kalian. Aku tahu kalian berdua sangat menyayangi Mondy, tetapi kalian juga tidak bisa menyia-nyiakan hubungan yang telah terjalin." jelas Sista Wilma Dedi.

" Kak Sista tenang aja, hubungan Gaby dengan Mondy tidak akan pernah diketahui oleh semuanya. Aku telah berjanji kepada Mondy, kalau aku akan menjaga dan menutupi kisah kehidupan masa lalu dari Gaby." Jelasnya.

MNA 2

" Syukur alhamdulillah kalau memang itu adalah keputusanmu Niko, Kakak harap kamu bisa tetap konsisten dengan keputusanmu itu. Dan Kakak harap hubungan pernikahan kalian akan terjalin hingga kalian tua nanti, dan dalam waktu dekat juga kalian bisa memiliki keturunan." ucap Sista dan membuat keduanya tercengang.

" Kalau untuk memiliki keturunan... Sepertinya hal itu tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat Kak." ucap Gaby dengan memandang wajah Niko.

" Kalian berdua jangan egois, kedua orang tua kalian juga sangat menginginkan memiliki cucu. Jangan hanya pikirkan mengenai perasaan kalian saja, pikirkan juga perasaan kedua orang tua kalian." ucapnya.

" Yang kakak katakan memang benar, aku akan berusaha untuk melupakan semua kisah masa laluku. Dan aku akan mencoba membuka lembaran baru bersama dengan Gaby, kami akan sama-sama melupakan kisah masa lalu kami." ucapnya.

" Syukur alhamdulillah kalau kamu berpikiran seperti itu, semoga saja hidupkan kalian bisa sakinah." ucap Sista kemudian keluar dari ruangan tersebut.

" Aku paham dengan apa yang kamu rasakan saat ini mas, aku tidak masalah kalau kamu masih belum mau memulai kisah di antara kita." ucapnya.

" Sebenarnya aku memang enggan memulai kisah di antara kita Gaby, karena sebenarnya kamu adalah kekasih dari sahabatku yaitu Mondy. Tetapi kisah kalian harus terhenti, karena kedua orang tuamu tidak merestui hubungan kalian." jelasnya.

" Ini sudahlah takdir, aku dan Mondy memang tidak bisa bersatu. Tetapi aku harap kamu jangan pernah mengecewakan kedua orang tuamu, kisah kita saat ini masih belum dimulai. Dan bila kau ingin pergi meninggalkanku aku tidak masalah, Karena aku tahu kamu memiliki seseorang di hatimu." ucap Gaby.

" Aku sudah tidak bisa mundur Gaby, saat ini kamu sudah menyandang status sebagai istriku. Dan saat ini kamu sudah menjadi tanggung jawabku, kini aku tidak bisa pergi meninggalkanmu." ucapnya dengan menggenggam tangan Gaby.

" Lalu bagaimana dengan perasaan wanita yang kamu cintai itu, pasti saat ini ia sangat tersakiti." ucap Gaby.

" Ini semua adalah suratan takdir Gaby, seperti kau yang sudah menerima kalau kau tidak bisa bersatu dengan Mondy. Begitu juga dengan aku, aku juga harus menerima kalau aku tidak akan mungkin bisa bersatu dengannya." ucapnya.

...----------------...

Monic bersiap dengan sangat rapi, hari ini adalah hari pertama Monic ke kampus barunya. Kini tanpa sengaja ia bertabrakan dengan seorang wanita, namanya Nafika Reka Guntur. Nafika ini adalah gadis yang sangat ceria, dan iyalah yang akan menjadi sahabat dari Monic.

" Maaf aku tidak sengaja." ucap Nafika dan mereka pun segera mengumpulkan semua buku yang berserakan.

" Iya tidak apa-apa, aku juga tidak melihat tadi." sangga Monic.

" Kamu anak baru ya?" tanyanya.

" Iya, aku baru aja pindah hari ini." jawabnya dengan tersenyum.

" Pantas saja aku tidak pernah melihatmu, kau semester berapa?" tanyanya.

" Aku semester 5."

" Wah kalau begitu sama, lalu ku lihat dari buku mu. Kau anak bahasa arab ya?" tanyanya dengan serius, Monic tidak menjawab ia hanya mengangguk saja.

" Wah." ucapnya dengan memeluk Monic.

" Maaf aku terlalu senang, perkenalkan nama ku Nafika Reka Guntur. Panggil aja aku Reka, dan kebetulan kita satu prodi." ucapnya.

" Oh begitu, tidak ku sangka bisa bertemu dengan teman satu prodi. Perkenalkan namaku Monic, oh iya aku boleh minta tolong nggak?" ucapnya.

" Boleh aja, memang apa?" tanyanya yang bingung.

" Ruangan kaprodi kita dimana ya?" tanyanya.

" Ya ampun Monic, aku kira tadi apa." jawabnya dengan menggelengkan kepalanya.

" Hehehe."

" Yauda ayo aku antar."

Keduanya pun segera melenggang menuju ruangan kaprodi, dan akhirnya kini mereka telah sampai.

" Ini ruangannya, kalau begitu semangat ya. Dan mudah-mudahan kita bisa satu kelas." ucapnya dengan tersenyum kemudian langsung pergi meninggalkan Monic.

Monic pun mengetuk pintu itu, dan tidak butuh waktu lama seorang pemuda membukakan pintu.

" Maaf cari siapa ya?" tanya pemuda itu.

" Subhanallah, sungguh indahnya ciptaan mu." batin pemuda itu.

" Saya mahasiswa pindahan, saya mau cari kaprodi." jawabnya dengan lembut.

" Kalau begitu silakan masuk." ucapnya mempersilahkan.

" Ternyata dia mahasiswa pindahan, pantas saja aku tidak pernah melihat." batinnya.

Monic berjalan menuju ruang kaprodi mengikuti pemuda tadi yang merupakan Asdos (asisten dosen) dari kaprodi.

" Permisi Pak." ucapnya.

" Iya Govinda, ada apa ya?" tanya kaprodi itu.

" Ini Pak, ada mahasiswa pindahan." ucapnya.

" Oh begitu, silakan masuk."

" Mbak langsung masuk aja."

" Terima kasih ya Mas." ucapnya dengan tersenyum.

" Siapa nama mu nak?" tanya kaprodi itu.

" Nama saya Monic pak." jawabnya.

" Oh, kamu mahasiswi yang pindahan dari pesantren itu ya?" tanyanya untuk memastikan.

" Iya bener pak." jawabnya.

" Saya sudah membaca resume mu, dan saya suka dengan kreativitas mu. Prestasi mu juga cukup banyak, kami sangat beruntung kau mau masuk ke kampus ini." ucapnya yang menyanjung.

" Bapak bisa aja, itu semua juga karena berkat kedua orang tua saya pak." ucapnya.

" Ini anak memang selalu merendah, pantas saja banyak orang yang jatuh hati padanya." batinnya.

" Kalau begitu kamu masuk kelas 5a ya, nanti Govinda yang akan mengantar mu." ucapnya.

" Terima kasih pak."

" Govinda, tolong antarkan Monic ke kelas 5a ya!" ucapnya dan Govinda pun langsung mengangguk.

Keduanya pun langsung menuju ke ruangan 5a, kini tampak ada seorang dosen wanita yang sedang mengajar.

" Assalamualaikum, permisi Bu." ucap Govinda.

" Waalaikumsalam, ada apa ya Govinda?" tanya dosen itu.

" Ini Bu, saya mengantarkan mahasiswi pindahan." ucapnya.

" Oh begitu, terima kasih ya." ucapnya.

" Terima kasih mas."

Govinda pun segera kembali ke ruangan kaprodi karena tugasnya belum selesai.

" Silakan perkenalkan siapa kamu!" ucap dosen itu.

" Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Monic Nufus Alzie. Saya biasanya di panggil Monic." ucapnya.

" Monic ya, mahasiswi pindahan dari pesantren itu kan?" tanya dosen itu dan Monic pun mengangguk.

" Baiklah, nama ibu Senja Baby Giorgio. Dan sekarang kamu silakan duduk di kursi kosong." ucapnya kemudian kembali melanjutkan perkuliahan.

Tanpa mereka sadari, akhirnya jam perkuliahan pun selesai. Dan kini semuanya mulai berhambur, dan ada seorang pemuda yang menghampiri Monic.

" Halo Monic, aku Antoni. Aku komting di kelas ini, aku boleh minta nomor handphon mu untuk di masukan ke dalam grup kelas kita nggak?" tanyanya.

" Halo, tentu aja boleh." ucapnya dengan menunjukkan kontaknya.

" Asal nggak kau jadikan gebetan aja nggak masalah." ucap Reka yang baru saja tiba.

" Apaan si Rek, kau ini selalu ganggu aja." ucapnya yang kesal.

" Reka."

" Halo Monic, jangan pernah percaya ya sama dia." ucapnya.

" Reka."

" Kalian berdua saling kenal?" tanya Antoni.

" Tentu saja kami saling kenal, kami kan sahabat. Ya kan Mon?" ucapnya dengan merangkul Monic.

Monic tidak menjawab, ia hanya mengangguk saja. Dan ia merasakan suasana mulai memanas, Antoni segera pergi karena malas berurusan dengan Reka.

" Ada apa dengan mereka?" Tanya Monic.

" Nggak ada apa-apa, biasalah mereka nggak suka dengan kedekatan kita." jawabnya dan Monic pun mengangguk.

MNA 3

" Woy itu muka kenapa?" tanya seorang pemuda.

" Aku lagi sebel sama si Reka." ucapnya.

" Ada apa lagi dengan si Reka, lagian bukannya ada anak baru di kelas kalian. Lebih baik kita bicarakan tentang dia aja, kalau si Reka mah uda bosan." ucapnya.

" Ya ampun Gihon, justru ini semua ada hubungannya." ucapnya yang membuat Gihon menjadi penasaran.

" Bagiamana bisa Reka ada hubungannya dengan anak baru itu?" tanyanya.

" Aku juga kurang tau, tapi yang jelas tadi Reka bilang kalau mereka sahabat." ucapnya.

" Ya ampun, dunia sangat kecil ya." ucapnya yang tidak percaya.

" Ya begitulah, makannya aku jadi kesal. Kita pasti tidak akan bisa mendekati si anak baru, sebab Reka akan selalu ada disampingnya." ucapnya.

" Yang sabar ya Anton, aku yakin pasti ada cara untuk mendekatinya. Oh iya, siapa nama anak baru itu?" tanyanya yang penasaran.

" Namanya Monic, orangnya juga cantik. Tapi sayang dia dekat dengan Reka." ucapnya.

" Kau tenang aja, nggak bisa dekati dia kan masih ada anak kelas lain." ucap Gihon.

" Tidak semudah itu Gihon, nta kenapa aku merasa kalau Monic ini berbeda. Dan seperti aku ingin berhenti bermain-main dengan cewek, dan mau fokus untuk mengejar Monic." ucap Anton.

" Woy, aku nggak salah dengar ni. Seorang Anton mau tobat karena cewek, halo Anton jangan bercanda deh." ucapnya yang tidak percaya.

" Aku tidak sedang bercanda Gihon, dan mungkin sudah waktunya." ucap Anton kemudian langsung pergi meninggalkan Gihon.

" Guys, kalian juga mendengarnya kan?" tanyanya kepada teman-temannya.

" Iya, tapi itu beneran ya. Tapi kenapa aku masih nggak percaya dengan semua ini, aku jadi penasaran dengan sosok Monic si anak baru itu." ucapnya.

" Daripada kita penasaran, mendingan kita cari saja si Monic itu. Jujur aku pengen lihat wajahnya, apakah secantik yang mereka bilang." ucapnya dan mereka pun segera menuju ke kelas untuk mencari Monic.

...----------------...

Kini Monic dan Reka sedang mengerjakan tugas, Reka mengajarkan Monic mengenai pembelajaran yang sudah tertinggal. Keduanya tampak sangat akrab, kini para mahasiswa yang lain menjadi bingung. Sebab sangat lah jarang ada yang mau dekat dengan Reka, apalagi Reka memang orang yang jarang bergaul. Monic tampak tidak nyaman dengan tatapan yang mengarah padanya, hingga dia pun mengatakannya pada Reka.

" Reka, ada apa dengan mereka ya?" tanya Monic.

" Nggak ada apa-apa kok, sekarang kita lanjutkan aja belajar ya." ucapnya dan Monic pun mengangguk.

Keduanya terus melanjutkan pembelajaran, hingga kini tiba-tiba saja ada dosen yang masuk ke dalam ruangan kelas mereka. Dosen itu sangat terkejut melihat kedekatan Reka dengan mahasiswa baru bernama Monic, tetapi ia merasa cukup tenang karena akhirnya Reka memilih teman. Selama ini ia sudah mengamati mahasiswanya itu, dunia tahu kalau mahasiswanya itu memiliki sifat dan karakter yang tidak terlalu suka bergaul.

" Akhirnya dia punya teman juga, sungguh kepribadiannya itu sangat sulit untuk ditebak." batin dosen tersebut.

Setelah puas melihat kedekatan keduanya, dosen itu pun memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat tersebut. Ini pikirannya sudah tenang, dan ia tidak perlu banyak berpikir lagi. Selama ini si Reka sudah menjadi PR baginya, karena iya adalah dosen PA nya. Dan sudah kewajibannya, untuk mengawasi semua mahasiswa yang menjadi tanggung jawabnya.

Dosen itu kini berjalan menuju ruang dosen, dengan pasang aja iya bertemu dengan dosen lainnya. Wajahnya yang tersenyum mengagetkan seisi ruang dosen, karena dosen ini dikenal sebagai dosen yang tidak pernah tersenyum. Atau banyak yang menyebutnya sebagai dosen killer, walaupun itu bukanlah kebenarannya.

" Tampaknya Pak Akram hari ini sangat bahagia ya?" tanya seorang dosen bernama Rania.

" Alhamdulillah bu, kebetulan hari ini sedikit bebanku sudah berkurang." ucapnya.

" Memangnya ada beban apa lagi, jangan bilang Anton mencari masalah lagi ya?" tanya Rania yang memang sudah mengetahui salah satu mahasiswa bimbingan Akram yang terkenal bandal.

" Ini bukan masalah tentang Anton, kalau mengenai dia aku sudah tidak peduli. Lagian dia adalah anak lelaki, dan Aku sudah lelah untuk menasehati dia. Tetapi Ini semua tentang Reka." ucapnya yang kini membuat Rania menjadi tambah panik.

" Ada apa dengan Reka pak, dia adalah anak yang baik loh pak. Ya walaupun dia memang sedikit sulit untuk bersosialisasi dengan mahasiswa lainnya, tetapi tolong jangan berhenti menjadi dosen penasehatnya." ucap Rania.

" Saya tidak ingin berhenti untuk menjadi dosen penasehatnya Bu, hanya saja saya baru melihat dia berkomunikasi dengan mahasiswa lainnya. Dan Saya rasa dia cukup akrab dengan mahasiswa baru itu, dan mungkin sikap dan karakternya bisa dirubah oleh mahasiswa baru itu." ucapnya.

" Reka, dan mahasiswa baru itu?" tanya Rania yang masih tidak percaya.

" Awalnya aku juga tidak mempercayainya, tetapi setelah melihat dengan mata kepala sendiri. Saya yakin mereka telah berhubungan dengan sangat baik, dan mungkin ini adalah jalan agar Reka bisa berkomunikasi dengan yang lainnya juga." ucap Akram.

" Tampaknya Pak Akram dan Bu Rania sedang mengobrol serius ya?" ucap seseorang yang baru saja datang.

" Kami sedang membahas mengenai mahasiswa bernama Reka Pak." jawab Rania, yang memang sudah tahu arah pembicaraan yang pastinya akan dibicarakan.

" Memangnya ada apa lagi dengan mahasiswa itu Bu, apakah dia tidak mampu bersosialisasi lagi dengan mahasiswa lainnya. Apa mungkin kita harus mengajukan saja kepada Kaprodi, agar ia dikeluarkan saja dari kampus kita." ucapnya yang kini membuat Akram menjadi emosi.

" Tolong Bapak jangan bicara sembarangan ya, Reka itu mahasiswa tanggung jawab saya. Saya saja tidak pernah merasa keberatan akan sikap dan karakter dia, jadi Bapak jangan pernah mencoba mengambil keputusan untuk mengeluarkan dia dari kampus ini." ucap Akram yang sudah emosi kemudian pergi meninggalkan tempat tersebut menuju ruangannya.

" Yang saya katakan memang benar kan Bu Rania, selama ini si Reka selalu saja menjadi beban untuk kita. Seandainya saja dia tidak masuk ke Universitas kita ini, mungkin saja kita tidak akan memikirkan mengenai dia terus-menerus." ucapnya.

" Semua orang berhak untuk mengemban pendidikannya, dan Bapak Raaf tidak berhak melarang ia untuk mengemban pendidikan di manapun. Dia adalah tanggung jawab kita sebagai dosen, dan seharusnya Bapak juga bisa menjaga sikap bapak." ucap Rania yang memang selalu kesal ketika berbicara dengan dosen ini dan kemudian memutuskan pergi karena ia sangat malas untuk berdebat.

" Selalu saja Rania yang membela Akram, sampai kapan sih harus seperti ini." ucapnya yang kesal.

" Lagi kesal gara-gara Bu Rania lagi ya pak?" tanya seorang pegawai tata usaha.

" Ya begitulah Pak Muhir, selalu saja dia membela Akram. Dan dia selalu saja menghindar dariku, kalau begini Aku sudah lelah tapi aku tidak ingin menyerah." ucap Raaf.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!