Tatasya Magareta seorang putri baik hati dengan sifat rendah hati, tapi dia lemah dengan perkataan orang tuanya sehingga selalu dijadikan boneka oleh orang lain. Di keluarga Magareta Tatasya memiliki beberapa saudara. Kakak pertama seorang laki-laki yang bernama Zho Magareta dan adik ketiga yang juga laki-laki bernama Yendra Magareta. Orang tua Tatasya yang bernama Theo Magareta dengan istrinya bernama Mia Magareta. Keluarga yang dikenal terkenal ke hormatannya banyak dari kalangan bangsawan sangat menyukai keluarga Magareta karena ksatrianya tanggung dan perkasa.
Tapi semua berubah saat satu keluarga itu duduk bersama mendengar sebuah rahasia kalau anak kedua mereka berbeda dari ayah dan ibunya. Awalnya Tatasya tidak perduli dengan omongan mereka. Tapi lambat laun Tatasya bertanya kepada ayah dan ibunya kenapa dia berbeda. Ayah dan ibunya hanya bisa menjawab kalau rambut Tatasya itu keturunan nenek moyang mereka yang juga rambutnya putih berbeda dengan kedua putra mereka.
Tatasya yang sudah mendengar itu merasa sedikit ada perasaan aneh, tapi dia abaikan karena malam itu. Malam dimana ibunya yang sedang hamil akan melakukan persalinan. Tatasya bersama dengan kakak dan adiknya yang laki-laki menjengung Mia, ibu mereka yang telah melahirkan adik perempuannya. Ayah mereka yang sudah ada di dalam kamar menyambut anak ketiganya yang baru saja lahir.Tatasya melihat adik bayi yang terlihat imut dan unyu membuat dia ingin menyentuh pipinya.”Tatasya,”ucap Mia dengan nada sedikit berbeda.
“Iya ibu ada apa?,”kata Tatasya.
“Dia adik perempuan kamu, jaga dia dengan baik ya,”ucap Mia yang dengan lembut. Tatasya mengangguk paham dan berkata,”Aku akan menjaga Tiara dengan baik ibu jadi jangan khawatir, dia juga adikku.”
Setelah kelahiran Tiara yang diberkahi kasih sayang dan pelindungan membuat suasana rumah berbeda. Apa lagi sikap ayah dan ibu Tatasya mulai berubah sedikit demi sedikit sama dengan kakak pertama dan adik ketiganya. Malam itu Tatasya yang datang ke kamar ingin meminta ibunya menemani dia tidur. “Ibu ini Tatasya,”ucap Tatasya yang perlahan membuka pintu kamar orang tuanya.
“Tatasya kenapa kamu ada disini?,”ucap Mia yang menghampirinya. Ayah yang sudah berbaring hanya melihat dengan wajah tersenyum.
“Ibu temani Tatasya ya malam ini. Tatasya ingin dipeluk ibu,”ucap Tatasya dengan manja. Apa lagi saat itu Tatasya sedang demam. Mia yang menggendong Tatasya lalu menaruh tangan di dahi Tatasya kalau tubuh putri kecilnya itu sedang demam.
“Sayang kamu demam ya, kita segera pergi ke kamar ya,”ucap Mia. Tapi tiba-tiba terdengar suara tangiskan Tiara yang membuat Mia menoleh dan meminta pelayan yang ada disampingnya menggendong Tatasya.
“Maaf ya sayang adik kamu menangis, ibu ingin menenangkan dia dulu. Kamu bersama dengan pelayan dulu ya,”ucap Mia kepada Tatasya yang berumur 5 tahun.
“Kamu bawa Tatasya ke kamar dan panggilkan dokter untuk memeriksa Tatasya. Apa kamu mengerti,”ucap Mia yang menyuruh pelayan itu. Mia yang segera pergi menuju kamar Tiara, Tatasya yang melihat punggung ibunya tidak bisa berkata apa-apa.
Pelayan menggendong Tatasya menuju kamarnya setelah membaringkan Tatasya. Pelayan itu segera pergi untuk mengambil kompres air untuk mendinginkan kepala Tatasya yang demam. Tapi pelayan itu belum sempat pergi, dia di panggil oleh pelayan lain untuk memanggil dokter. Karena Tiara juga demam saat yang bersamaan. Pelayan yang tidak segera pergi mencari dokter lupa dengan Tatasya yang juga demam. Tatasya yang berbaring di kasur dengan tubuh yang mulai panas melihat ke arah pintu. Tapi tidak ada pelayan yang datang. Karena Tatasya yang merasa tidak nyaman mencoba mencari ayah dan ibunya lagi di kamar Tiara.
Tapi melihat semua pelayan sibuk keluar masuk ke kamar Tiara segera berjalan dengan kondisi tubuh yang panas. Tatasya yang melihat ke arah dalam kamar tampak ayah dan ibu bersama dengan kedua saudaranya mengkhawatirkan Tiara.
“Ayah ibu ada apa dengan Tiara?,”ucap Tatasya yang menahan sakit di tubuhnya.
“Kenapa kamu baru datang kakak, kamu tidak lihat kalau adik kita ini sedang demam,”ucap Yendra.
“Apa Tiara demam,”ucap Tatasya.
“Tapi ibu apa Tatasya juga bisa ikut diperiksa setelah Tiara selesai,”kata Tatasya yang juga demam.
“Untuk apa kamu diperiksa Tatasya kamukan tidak sakit, jangan mencari masalah ibu sudah gelisah dengan adik kamu,”kata Mia yang berubah sedikit tidak perduli dengan Tatasya melihat kondisi Tiara yang sedang demam.
“Tapi ibu aku juga demam,”ucap Tatasya dengan suara kecil. Yendra yang tidak suka langsung mendorong Tatasya membuat dia terjatuh ke lantai.”Kakak ini harusnya bersikap dewasa masak iri dengan adik kakak. Kakak itu sehat jangan meminta yang aneh-aneh,”ucap Yendra.
“Yendra kamu tidak boleh bersikap seperti itu kepada kakak kamu,”kata Zho yang membantu Tatasya.
“Kamu tidak apa-apa Tatasya,”ucap Zho. Tatasya hanya bisa diam dan tersenyum setelah ayah mereka menyuruh mereka bertiga untuk keluar karena baru saja Tiara bisa diam dan tertidur. Sementara itu Tatasya yang menahan panas tubuhnya merasa kalau kasih sayang dirinya telah lenyap saat adiknya lahir.
Bibi pengasuh Tatasya yang datang melihat ke arahnya,”Nona kenapa tubuh anda terlihat panas dan pucat. Apa anda baik-baik saja?.” Bibi pengasuh yang tahu bagaimana Tatasya selama ini merasa sedih melihat kondisinya. Tatasya yang melihat bibinya hanya bisa menangis membuat bibi pengasuh menggendong dia.
Bibi pengasuh sangat terkejut dengan tubuh Tatasya yang panas. Segera bibi menyuruh dokter untuk memeriksa kondisi Tatasya, untungnya setelah tiga hari berlalu tubuh Tatasya sudah mulai membaik. Tiara yang juga demam sudah sembuh dua hari sebelum Tatasya. Karena kondisi Tatasya yang sudah mulai membaik dia ingin melihat kondisi adiknya.
Tatasya melihat ke arah adik kecilnya Tiara masih terbangun mulai melihat ke arah Tatasya kedua bermain seperti biasanya. Tatasya yang hendak ingin menggendong Tiara hendak melangkah menjauh dari tempat tidurnya. Tapi tidak disangka dibawah kaki Tatasya tampak ular yang sudah menjulurkan lidah dan melihat ke arahnya. Membuat dia menjatuhkan gendongan Tiara yang sangat terkejut. Zho yang melihat itu segera berlari dan menenangkan Tiara karena tangisannya.
Ayah dan ibu menghampiri kamar Tiara melihat Zho dan Tatasya ada di dalam kamar. Tiara yang diambil ahli oleh Mia. “Apa yang sedang terjadi disini?,”ucap Theo. Zho yang menunjuk Tatasya mengatakan apa yang dia lihat. Theo dan Mia yang mendengar cerita dari Zho menatap tajam dan dingin kepada Tatasya.”Tatasya begini kamu sebagai kakak membuat adik kamu menagis. Kamu ingin membuat adik kamu mati,”ucap Mia yang dengan nada keras.
“Tidak ibu aku tidak sengaja, tadi aku melihat ada ular di dekat kakiku jadi aku terkejut dan melepaskan gendongan Tiara,”ucap Tatasya yang menjelaskan dan merasa takut. Theo yang melihat sekitarnya tidak ada ular membuat Theo dan Mia merasa marah kepada Tatasya.
“Dimana ularnya tidak ada Tatasya apa kamu benar ingin mencelakai adik kecil kamu,”ucap Theo yang marah. Tatasya menggelengkan kepalanya dan hendak menjelaskan lagi tapi belum menjelaskan tamparkan mengarah ke wajah Tatasya. “Ibu,”ucap Tatasya yang dengan air mata yang mengalir dengan perasaan sakit. Tapi Mia hanya perduli dengan Tiara segera dia memanggil pelayan mendatangkan dokter untuk memeriksa Tiara.
Tatasya melihat ke arah ayahnya dengan raut wajahnya yang dingin.”Tatasya karena kamu bersalah ayah akan menghukum kamu untuk tidak keluar kamar selama seminggu renungkan apa yang sudah kamu perbuat,”ucap Theo yang segera memalingkan wajahnya.
Sementara Zho yang terlihat tersenyum tipis tidak perduli dengan Tatasya dan pergi melihat Tiara. Tatasya yang duduk berdiri sampai pelayan datang mengantarkan dia ke atas loteng untuk dihukum di tempat yang gelap dan dingin Tatasya dihukum. Tapi bagaimana perjalanan Tatasya setelah itu apa akan ada yang berubah?.
Masa hukuman Tatasya hanya diberi makan satu kali saja dengan kondisi ruangan jauh dari suara dengan ruangan kecil dimana tempat itu penuh dengan barang bekas. Di dalam ruangan itu Tatasya berpikir,”Bagaimana bisa ada ular saat itu, tapi saat mereka datang ular itu tidak ada. Tapi kenapa hanya aku yang melihat ular itu dan membuat Tiara jatuh seharusnya aku berhati-hati saat itu.” Tapi disaat Tatasya merenungkan kesalahannya dia sempat mendengar pembicaraan pelayan. Kalau memang ada ular di kamar Tiara yang di temukan oleh Zho. Tapi pembicaraan itu juga membuat Tatasya berpikir kalau hukuman dia akan dicabut oleh ayahnya.
Ayah Tatasya datang dengan wajah marah dan dingin. Tatasya yang berlari ke arah ayahnya dengan tatapan dingin itu membuat dia mundur.”Ayah datang ke sini untuk mencabut hukuman Tatasya bukan,”kata Tatasya tersenyum dengan harapan bisa keluar dari loteng yang gelap dan kotor.
Tapi Theo yang melihat Tatasya merasa tidak perduli lagi dengan dia sehingga dia menyuruh pelayan untuk menghukum Tatasya lagi. Tatasya yang tidak tahu kenapa, tangannya dipegang oleh para pelayan membuat Tatasya merasa gelisah. Tatasya juga mencoba untuk melepaskan dirinya tapi hasilnya gagal.”Ayah kenapa aku dilakukan seperti ini, salahku apa?,”ucap Tatasya yang ingin mencari kebenaran dari apa yang dilakukan oleh Theo sambil memberontak melepaskan dirinya.
“Kamu masih saja tidak mau mengaku kesalahan kamu, cepat campuk kaki Tatasya agar dia tahu apa yang dia lakukan kepada adiknya,”ucap Theo. Para pelayan segera mengangkat rok Tatasya dan mulai mencambuk kaki kecil Tatasya.
Suara tangisan dan air mata Tatasya teteskan setelah hukuman selesai para pelayan segera pergi.”Jika kamu melakukan hal buruk lagi kepada adik kamu, jangan harap kamu bisa keluar dari kamar ini,”ucap Theo yang menyuruh para pelayan untuk berjaga.
Tatasya yang duduk dilantai dengan kaki yang sakit bertanya pada dirinya sendiri.”Kenapa ayah menghukum aku lagi, apa salahku.” Tatasya yang menangis sambil menahan rasa sakit di kakinya yang masih lembut dan rentang akan pukulan jika saja dia tergores sedikit saja dia akan berdarah. Bibi pengasuh yang di izinkan masuk melihat Tatasya saat itu, dia sangat terkejut kalau Tatasya berbaring dilantai. Segera bibi pengasuh membantu Tatasya ke ranjang tempat tidurnya dengan wajah sedih dia melihat luka di kaki Tatasya yang penuh darah dan bekas cambukan.
“Bibi kenapa ayah menghukumku lagi, salahku apa?,”ucap Tatasya yang terhisak sedih. Bibi yang juga sudah tahu kabarnya hanya diam tapi didalam hatinya juga bertanya karena dia juga tidak tahu pastinya. Di tempat lain bibi pengasuh menjelaskan kepada tuannya kalau Tatasya tidak menaruh ular di kamar Tiara dia tidak sempat pergi ke ruang kerja ayah Tatasya. Di dalam Bibi pengasuh menjelaskan kepada Theo kalau selama Tiara demam Tatasya juga demam dan tidak mungkin menaruh ular. Tapi saat Bibi pengasuh memberitahukan kebenarannya mereka berdua yang menjadi orang tua Tatasya tidak perduli dengan semuanya.
Sehingga dia datang ke ruangan Tatasya di hukum melihat dia berbaring dilantai. Tatasya yang ingin tahu apa yang sudah terjadi kenapa ayahnya menghukumnya menuggu jawaban dari bibi pengasuh. Tapi bibi pengasuh tidak bisa menjawab dan perlahan membalutkan obat di kaki Tatasya.”Nona kamu jangan marah kepada ayah kamu ya, dia melakukan semua ini mungkin ada kesalahpahaman,”ucap Bibi pengasuh.
Tatasya dalam hati hanya bisa diam dan membatin kalau semua ini pasti adiknya yang membuat dia bisa di hukum ini. “Kesalahan pahaman apa sebenarnya, aku saja tidak melakukan kesalahan apa-apa di hukum. Saat aku sakit mereka tidak datang mengjengung. Apa benar aku ini anak mereka berdua kenapa aku diperlakukan berbeda dengan adikku Tiara,”batin kecil Tatasya yang hanya diam sambil menangis.
Waktu terus berlalu dimana usia Tatasya yang sudah beranjak 15 tahun dimana harinya seperti tidak memiliki kasih sayang semuanya tampak suram. “Nona anda terlihat cantik hari ini,”ucap bibi pengasuh.
“Bibi apa yang kamu bawa itu?,”kata Tatasya yang melihat ke arah apa yang dibawa oleh bibi pengasuh. Bibi pengasuh yang segera mendatangi Tatasya menunjukan kain yang sudah dia beli,”Bagaimana nona apa ini bagus untuk di jadikan hiasan.”
Tatasya melihat ke arah kain yang akan dia jadiakan hiasan, membuat dia senang sehingga dia mengangguk. Tatasya hendak pergi ke perpustakaan untuk mengambil buku. Setelah harinya dipadatkan dengan berbagai jadwal dan kesalahpahaman, membuat Tatasya dijauhi oleh ayah dan ibunya. Tatasya yang berjalan santai melihat keluar jendela tampak dari belakang Tiara memanggil dirinya.
“Kakak, mau kemana?,”ucap Tiara dengan wajah polos dan imutnya.
“Tiara kamu tidak boleh lari-lari nanti kamu jatuh,”ucap Tatasya yang masih ada keperdulian dengan adiknya.
“Maaf kakak aku tidak akan mengulangi lagi, tapi kakak mau pergi kemana?,”kata Tiara dengan polosnya.
“Kakak mau pergi ke ruang perpustakaan,”ucap Tatasya dengan santai.
“Aku ikut ya kak, aku bosan di kamar,”kata Tiara yang langsung merangkul tangan Tatasya. Kedua berjalan beriringan sampai di perpustakaan Tiara melepaskan tangan Tatasya dan berlari mencari buku yang dia inginkan.
Tapi kejadian yang tidak terduga membuat Tatasya mendapatkan hukuman lagi. Di saat Tatasya sedang memilih buku rak buku yang tidak tahu kenapa bisa jatuh tepat menimpa tubuh Tiara dan Tatasya. Yendra yang saat itu hendak berjalan menuju perpustakaan mendengar suara jatuh membuat dia berlari. Tepat di depan pintu dia melihat Tiara tertimpa rek buku yang membuat Yendra menolong Tiara. Tapi disisi lain Tatasya yang juga tertimpa rak buku tidak ada yang menolongnya.
Para pelayan dan adiknya Yendra yang hanya perduli dengan Tiara saja. Ayah dan Ibu yang sudah mendapatkan kabar kalau Tiara tertimpa rak buku segera menuju ke perpustakaan bersama dengan Zho yang saat itu baru saja pulang. Melihat keributan yang sedang terjadi membuat Zho mengikutinya.
Tatasya yang baru saja bisa keluar dari timpaan rak buku langsung mendapatkan tamparan dari ibunya. Zho yang menahan amarahan ibu menghalanginya,”Ibu tahan amarahmu.” Zho yang sedikit membela Tatasya karena sepertinya dia juga sedang terluka karena rak buku yang menimpanya.
“Untuk apa kakak membela Tatasya dia yang tidak bisa menjaga Tiara membuat adik kita terluka lihat ini,”ucap Yendra yang memperlihatkan lukanya.
“Tapi Yendra Tatasya juga terluka dia juga tertimpa rak buku sama dengan Tiara,”ucap Zho. Mia melihat ke arah Tatasya yang tidak ada luka yang sama dengan Tiara hanya bisa memeluk Tiara saja. Tatasya yang merasa kalau ibunya pilih kasih sayang hanya bisa diam saja.”Tatasya kenapa kamu tidak bisa menjaga adik kamu,”ucap Theo.
“Bagaimana aku bisa menjaga Tiara ayah, aku saja di posisi rak berbeda dengan Tiara. Tapi dari pada itu kamu Yendra kenapa kamu tidak membantu kakak kamu yang juga tertimpa rak buku. Apa kalian ingin aku mati tertimpa rak buku,”ucap Tatasya yang sepontan berkata tidak enak didengar. Tanpa berpikir panjang Tatasya segera pergi dari tempat itu karena merasa dirinya sudah tidak akan dianggap oleh mereka.
“Tatasya berhenti, begitu kamu menyelesaikan masalahnya,”ucap Theo.
“Menyelesaikan masalah apa ayah. Apa selama ini pernah ayah dan ibu mendengarkan aku jika aku menjelaskan semua kejadian ini. Palingan ayah hanya berkata intropeksi di lonteng seperti itu bukan,”ucap Tatasya yang segera pergi ke arah lain bukan kamarnya.
“Kamu mau kemana Tatasya,”ucap Zho yang melihat ke arah jalan Tatasya pergi.
“Aku akan intropeksi sendiri di lotong agar ayah dan ibu puas,”ucap Tatasya dengan wajah kesalnya. Tatasya yang berjalan pinjang dan menahan rasa sakit di punggungnya sampai di loteng dia langsung berbaring. Terdengar suara ketukan pintu membuat Tatasya tidak membuka mulutnya. Pintu terbuka terlihat bibi pengasuh membawakan obat untuk diberikan kepada Tatasya. Setelah itu apa yang akan terjadi dengan Tatasya?.
Waktu terus berlalu dimana Tatasya mulai diasingkan oleh anggota keluarga lainnya, tepat pada umur 16 tahun adiknya Tiara yang berumur 7 tahun.Di saat Tatasya dan keluarganya makan bersama di ruang makan. Tatasya sempat mendengar pembicaraan para pelayan kalau dia itu bukan anak dari Mia dan Theo karena rambutnya yang berbeda dari kedua orang tuanya. Awalnya Tatasya tidak perduli dengan omongan mereka, tepat di malam hari dimana sedang makan bersama. “Tatasya sebentar lagi kamu akan bertunangan dengan keluarga Daksen. Jadi jangan membuat keluarga kita malu, kamu mengerti bukan,”ucap Theo dengan wajah dingin tanpak ekspresi tanpak sedikit melihat ke arah Tatasya yang juga duduk di satu meja makan bersama.
“Tatasya ayah dan ibu sudah sepakat untuk menjodohkan kamu dengan keluarga Daksen. Apa kamu mau?,”kata Mia dengan wajah tersenyum tanpak sedikit merasa bersalah karena hanya memilih Tiara saja. Tatasya mendengar itu awalnya sedikit ragu hingga pertemuan mereka dengan Alex untuk pertama kalinya. Tatasya yang terpesona dengan wajah dan kewibawaan Alex membuat hati Tatasya berdebar. Siringnya waktu berlalu kedekatan mereka berdua terjalin Alex yang dengan senang hati mendengarkan curahan hati Tatasya membuat dia nyaman.
Apa lagi Alex sempat menghibur dirinya dikala dirinya tidak baik hatinya. Saat pembicaraan perjodohan itu Tatasya yang menerima lamaran itu sangat bahagia. Ayah dan Ibu Tatasya yang sangat senang dikala itu merasa beban mereka sudah terangkat. Setelah pernikahan berlangsung sangat sederhana dengan gaun yang menunjukan jati diri Tatasya tanpa undangan yang diberikan kepada kerabat dan saudara hanya dua keluarga saja yang menjadi saksi cinta keduanya.
Tiara yang saat itu mencuri pandangan melihat Alex hanya tersenyum saja saat melihat dirinya didepannya. Tatasya yang sempat melihat itu tidak terlalu curiga apa lagi dirinya bisa pergi dari rumah itu segera mungkin.”Akhirnya aku bisa lepas dari rumah ini,”ucap Tatasya dengan suara kecilnya.
Setelah pernikahan telah usai dimalam pertama Tatasya yang sudah memakai baju seksi untuk menggoda suami barunya itu menuggu di kamarnya. Tapi tepat waktu pukul 12 malam Tatasya menuggu Alex tidak datang ke kamarnya hingga dirinya tertidur. Pagi datang Tatasya melihat ke arah samping dimana tidak ada Alex.
Saat sarapan pagi Tatasya juga tidak melihat Alex.”Kemena Alex sebenarnya?,”guman Tatasya. Tatasya mencari ke ruang kerja Alex tapi dia juga tidak melihat dia hingga hari berlalu sudah tiga hari. Alex sama sekali datang ke kemarnya, untuk malam pertama dia tidak datang. Hati Tatasya yang tadi bahagia berubah menjadi sedih.
Tepat malam hari Tatasya pergi ke ruang kerja Alex dimana dia mengetuk pintu. Suara laki-laki menyuruh dia masuk ke dalam. Tatasya melihat Alex setelah 3 hari sudah berlalu membuat dia senang kembali.
“Untuk apa kamu datang ke sini, apa kamu tidak lihat kalau aku sedang sibuk. Jika tidak ada urusan kamu bisa segera kembali ke kamar kamu,”kata Alex yang dingin.
“Alex apa kamu tidak ingin kembali ke kamar untuk malam ini,”ucap Tatasya yang sedikit malu apa lagi di dalam ruangan ada sekertaris Alex.
“Aku tidak bisa Tatasya, dokumen ini harus bisa aku selesaikan tepat waktu. Tapi kenapa kamu ingin aku kembali ke kamar?,”ucap Alex yang sama sekali tidak sadar.
“Kita belum melakukan malam pertama Alex,”ucap lembut Tatasya sedikit malu. Alex yang mendengar itu menaru kertas yang dia pegang. Segera dia berdiri dan berjalan ke arah Tatasya dimana dia berbisik,”Malam pertama yang kamu inginkan itu tidak akan kamu dapatkan dariku Tatasya. Aku peringatkan kamu, jangan melewati batasan kamu karena aku dari awal tidak suka dengan kamu. Aku merasa jijik untuk bersentuhan dengan kamu.”
Tatasya yang mendengar itu sedikit terkejut tapi untuk mencari kebenarannya itu, dia balik bertanya,”Jika kamu tidak suka denganku, kenapa kamu mau menikah denganku. Apa alasannya Alex?.” Tatasya yang mengerat kedua tangannya di pakaiannya karena sedang menahan perasaannya yang sangat sedih di malam dengan sambaran petir di hatinya sambil melihat di hadapan Alex.
Alex tersenyum tepat di wajah Tatasya.”Kamu ini bodoh ya, aku mau menikah dengan kamu itu terpaksa,”ucap Alex yang berbalik.
“Sebaiknya kamu segera pergi dari ruangan ini segera mungkin, aku tidak ingin melihat wajah kamu,”ucap Alex. Tatasya yang berjalan keluar ruangan berjalan perlahan mata dia yang melihat ke arah taman diluar. Membuat dia ingin berjalan di malam rembulan, perlahan dan pasti Tatasya menghela nafas kemudian dia melihat ke arah langit.
“Dia tidak suka tapi terpaksa, apa semua ini dia berakting agar aku mau menerima dia. Bodohnya aku dipermainkan oleh dia sejak awal. Apa pernikahan ini dari awal memang tidak ada?,”kata Tatasya yang di mana tidak ada siapa-siapa ditaman.
Tepat di depan bunga di taman Tatasya menangis untuk melepaskan rasa sakitnya. Tatasya yang sudah di asingkan oleh orang tuanya berharap mendapatkan kebahagiaan. Tapi di tempat ini bukan kebahagiaan yang aku dapatkan tapi penderitaan hati. Tatasya mencoba kuat hendak masuk ke dalam mencari suasana yang lain. Tapi saat hendak masuk dia melihat sosok wanita yang sama dengan Tiara yang masuk ke dalam vila.
“Tiara,”ucap Tatasya yang mengikutinya. Tapi belum sempat dia mengikuti, bibi pengasuh datang membawakan selimut untuk dirinya.”Nyonya mau pergi kemana ini sudah malam,”ucap bibi pengasuh yang seperti ibunya sendiri.
“Maaf bibi aku hanya ingin mencari udara segera saja, tapi kenapa bibi ada disini?,”kata Tatasya yang sempat mencari sosok wanita yang mirip dengan Tiara. Bibi pengasuh yang melihat Tatasya yang terlihat mencari sesuatu bertanya,”Apa yang nyonya cari?.”
“Tidak bibi,”kata Tatasya yang segera masuk didampingi oleh bibi pengasuh. Tepat di depan pintu bibi pengasuh yang di dalam kamar melihat suasana kamar yang tampak dingin.”Nyonya apa anda baik-baik saja,”ucap bibi pengasuh yang merasa kalau ada hal yang disembunyikan oleh Tatasya.
Tatasya tahu apa yang membuat bibi pengasuh bertanya seperti itu. Karena dia tahu bagaimana dirinya diperlakukan di rumah, apa lagi ada gosip dikalangan para pelayan milik keluarga Daksen.Kalau Tatasya itu di abaikan oleh Alex dimalam pertama, ada juga gosip yang menyatakan kalau malam pertama itu bukan untuk Alex karena Tatasya tidak perawan lagi.
Tapi Tatasya mengabaikannya semuanya tanpa ada rasa khawatir, karena dia sudah merasa biasa dengan semua omongan orang. Hari demi hari berlalu dimana Tatasya hidup di tempat yang dingin dengan terus ada kalanya dia perlakukan tidak ada oleh Alex. Saat pertemuan dengan mertuanya di hari kelima Tatasya yang membawa sedikit hadiah. Ibu mertua itu merasa tidak suka dan melempar hadiah yang diberikan oleh Tatasya.
“Kamu memberikan hadiah murahan ini?,”ucap ibu mertua Alex.
“Apa ibu tidak suka, jika begitu ibu maunya seperti apa?,”kata Tatasya yang masih mencoba untuk mendapatkan hati ibu mertua dia. Tapi hasilnya tidak sesuai dengan harapan Tatasya kalau orang tua Alex ingin anak laki-laki dari Tatasya segera mungkin. Setelah pertemuan dengan orang tua Alex tepat dimalam hari Alex datang ke kamar Tatasya untuk pertama kalinya.
Tatasya yang melihat Alex datang sangat senang dan segera membuatkan teh untuknya.”Sayang apa kamu mau tidur denganku malam ini,”ucap Tatasya. Tapi tatapan itu bukan tatapan ingin datang ke kamar melainkan tatapan terpaksa.
“Apa yang sudah kamu katakan kepada orang tuaku?,”ucap Alex yang dengan tajam melihat ke arah Tatasya.
“Aku tidak bilang apa-apa kenapa kamu marah kepadaku Alex. Apa salah jika aku bertemu dengan orang tua kamu?,”ucap Tatasya. Tapi wajah Alex malah menatap tajam dimana tangan dia siap untuk menampar Tatasya.”Sekali lagi kamu meminta orang tuaku untuk tidur dengan kamu jangan harap ya,”ucap kasar Alex.
Seumur hidup aku tidak ingin tidur atau malam pertama dengan kamu. Untuk mendapatkan anak dariku carilah orang lain,”ucap Alex yang langsung pergi. Tatasya yang masih memengang wajahnya yang tersa pering karena mendapatkan tamparan dari Alex.”Kenapa lagi dengan dia,”ucap Tatasya yang menangis tertunduk. Bagaimana Tatasya bisa bertahan di rumah Alex apa lagi yang akan di temukan oleh Tatasya nantinya?.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!