Disebuah kamar dengan penerangan temaram, Terlihat seorang gadis kecil yang usianya sekitar lima tahun tengah tertidur pulas. Tiba-tiba, selimutnya tertarik begitu saja. Padahal, jelas tidak ada siapapun yang menarik selimut tersebut.
Gadis itu menarik selimutnya lagi. Beberapa saat kemudian, selimut itu tersingkap.
Gadis berambut indigo itu perlahan membuka matanya kemudian menarik selimutnya. Mata lavendernya melihat sosok tinggi melesat didekat pintu.
Raut ketakutan terpancar diwajahnya. "Si.. Siapa itu..??" kalian gadis itu pelan. Tiba-tiba, sosok itu berada dihadapannya dan "aaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!!! "
12 tahun kemudian
Gadis cantik berambut indigo dan bermata lavender memasuki kelasnya.
Dari tadi kepalanya tertunduk. Dia pun duduk dibangkunya dengan kepala tetap tertunduk.
Semua orang menatapnya heran. "Hinata "
"Hh" gadis yang ternyata bernama Hinata tersentak kemudian menoleh ke sumber suara yang memanggilnya.
"Na.. Naruto-kun" gumam Hinata.
Pipi Hinata merona. Naruto adalah pria yang sangat disukai Hinata sejak lama.
"Kau kenapa menunduk seperti itu? Bagaimana jika tengkukmu patah? " tanya Naruto.
Hinata mengalihkan pandangannya menyembunyikan pipinya yang merona.
"Ah? Kau marah Hinata -chan? " tanya Naruto.
"Ti.. Tidak Na.. Naruto -kun" jawab Hinata tergagap.
♡♥♡♥♡♥♡
Hinata pulang ke rumahnya setelah pelajaran selesai.
Hinata tinggal sendiri dirumah itu. Dia hidup sebatang kara sejak usia lima tahun. Kedua orang tuanya meninggal dunia karena kecelakaan mobil.
Saat memasuki kamarnya, tiba-tiba lampu mati dikamar itu.
"Jangan main-main" kata Hinata. Dengan siapa dia bicara?
Terdengar suara tawa yang mengerikan dikamarnya.
Hinata membuka lemari untuk menyimpan pakaiannya.
Tiba-tiba makhluk tinggi besar muncul dan menggeram pada Hinata.
Rambut Hinata sampai bergerak karena geraman makhluk itu, tapi Hinata sama sekali tidak merasa takut.
"Kau tidak takut? " tanya makhluk yang tak lain adalah hantu dengan suara mengerikan.
"Ayolah Miana, aku sudah bosan dengan ulahmu yang menakutiku terus menerus setiap hari " kata Hinata.
Miana nama hantu itu. "Jadi kau sudah tidak takut padaku? " tanya Miana dengan wajah bertanya.
Jika bukan Hinata, mungkin orang lain akan takut melihat wajah Miana yang berkelupas dan dipenuhi darah yang sudah kering. Apalagi lensa matanya hanya berbentuk titik hitam.
"Iya, selama 12 tahun kau menakutiku tiap pulang sekolah" kata Hinata.
"Apa kau pernah melihat hantu lain selain diriku? " tanya Miana.
"Sering, bahkan setiap hari. Disekolah, dijalan dan dirumah tetangga" jawab Hinata.
"Enak ya kau bisa melihatku, padahal orang lain tidak bisa melihatku" kata Miana.
"Itulah yang tidak aku inginkan. Aku tidak mau berbeda dengan orang lain. Kenapa harus aku yang seperti ini " kata Hinata sambil menunduk.
"Mungkin tuhan berkehendak lain. Daripada seperti aku" kata Miana.
"Seperti dirimu pun aku tidak mau " gerutu Hinata.
"Apa kau takut melihat hantu? " tanya Miana.
Hinata pun duduk ke tepi ranjangnya kemudian melepas kaos kakinya.
"Tergantung. Jika hantunya menakutkan, mungkin aku takut" jawab Hinata.
"Ah, yang kau jawab selalu kemungkinan. Lalu aku menakutkan tidak? " tanya Miana.
Hinata menatap wajah Miana yang sebenarnya sangat menakutkan.
"Kau tidak menakutkan, hanya lebih kepada menjijikan" kata Hinata kemudian tertawa.
Miana terlihat kesal.
Tanpa Hinata sadari, seorang wanita paruh baya mengintip dari jendela kamar. Wanita itu bergidig takut.
"Kasihan Hinata, ditinggal kedua orang tuanya kini dia jadi gila. Bicara sendiri dan tertawa sendiri " gumam wanita itu kemudian berlalu.
"Kau bilang aku tidak menakutkan. Lalu waktu itu kenapa kau berteriak ketakutan saat melihatku? " gerutu Miana.
"Kapan? " tanya Hinata sambil mengalihkan pandangannya.
Miana terlihat menerawang "Waktu.....
Flashback
Disebuah kamar dengan penerangan temaram, Terlihat seorang gadis kecil yang usianya sekitar lima tahun tengah tertidur pulas. Tiba-tiba, selimutnya tertarik begitu saja. Padahal, jelas tidak ada siapapun yang menarik selimut tersebut.
Hinata menarik selimutnya lagi. Beberapa saat kemudian, selimut itu tersingkap.
Gadis berambut indigo itu perlahan membuka matanya kemudian menarik selimutnya. Mata lavendernya melihat sosok tinggi melesat didekat pintu.
Raut ketakutan terpancar diwajahnya. "Si.. Siapa itu..??" kalian gadis itu pelan. Tiba-tiba, sosok itu berada dihadapannya dan "aaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!!! " teriak gadis itu sambil menutup matanya dan kedua tangannya menutup kedua telinganya.
"Si..siapa kau!!! Ja..jangan ganggu aku!!!! " teriak gadis kecil itu yang tak lain adalah Hinata.
Makhluk mengerikan berambut panjang selutut dan berwajah menyeramkan kulitnya terkelupas dengan darah kering menghiasi wajahnya. Kemudian bagian matanya yang hitam hanya berupa titik itu menatap Hinata dengan tajam.
"Hahahaha aku suka melihat matamu yang berwarna biru itu. Ternyata kau melihatku ya hahaha!!! " tawa hantu itu tak lain dia adalah Miana.
"Mataku berwarna lavender! Dasar buta!! " gerutu Hinata diluar kendali karena saat ini dia ketakutan.
"Hahaha, aku suka melihat keberanianmu. Tapi asal kau tahu. Aku hidup disini lebih lama darimu, aku penunggu rumah ini haha" kata Miana diakhiri tawa yang mengerikan.
Perlahan Hinata membuka matanya dan melihat hantu yang menakutkan itu.
"Kenapa rumah ini kau tunggu? " tanya Hinata dengan polosnya.
Miana terlihat berfikir. "Kenapa ya? " dia meletakkan telunjuknya didagu.
"Kau digaji? " tanya Hinata.
"Tidak, aku juga tidak tahu kenapa aku jadi penunggu rumah ini" jawab Miana yang keterlaluan polosnya.
"Siapa namamu? " tanya Hinata.
"Namaku?? Oowwh baru kali ini ada orang yang mau bertanya namaku" kata Miana dengan lebay-nya.
"Ah? " Hinata terlihat heran.
"Namaku Yamamura Miana " jawab Miana sambil mengulurkan tangannya.
Kulit tangan yang terkelupas, ada darah keringnya dan penuh dengan belatung itu kini berada dihadapan Hinata.
Hinata merasa jijik dan ingin mual.
Hinata menerima uluran tangan Miana tapi untungnya tembus.
"Ah? " mereka keheranan. Hinata menarik kembali tangannya.
"Aku Hyuuga Hinata " kata Hinata sambil tersenyum manis.
End Flashback
...kau ingat sekarang? " tanya Miana.
"Aku sudah lupa" jawab Hinata.
"Ah kau pasti berbohong. Oh ya ada hantu macam apa disekolahmu? " tanya Miana.
"Gadis di wc sekolah, terus penunggu ruang komputer" jawab Hinata.
"Apa mereka tahu kau melihat mereka? " tanya Miana.
"Seperti nya begitu, karena mereka bisa melihat warna mataku yang berbeda dengan orang lain " jawab Hinata.
"Apa kau mendapat gangguan dari mereka? " tanya Miana.
"Awalnya iya, tapi lama-lama jadi akrab" jawab Hinata.
"Oh iya Miana, aku belum tahu kenapa kau mati? " tanya Hinata.
"Aku juga tidak ingat. Biasanya jika ada orang mati, tapi arwahnya masih disini berarti ada sesuatu yang belum diselesaikan. Tapi aku benar-benar tidak ingat. Seandainya aku ingat, maka aku akan segera menyelesaikan urusanku kemudian ke surga menemani orang tuaku" kata Miana.
Hinata terlihat sedih mendengar ucapan Miana.
"Kau pasti akan kesana menyusul mereka " kata Hinata.
Miana tersenyum bahagia. "Kau memang baik Hinata " kata Miana.
♡♥♡♥♡♥♡
By
Ucu Irna Marhamah
4 tahun kemudian
Hari ini Hinata akan melamar pekerjaan di sebuah perusahaan bernama Tensei Property
Hinata memasuki ruangan testing. Ternyata Hinata diterima.
"Silakan anda memasuki ruangan direktur utama. Pemilik perusahaan ini sendiri yang akan memutuskan siapa yang akan menjadi sekretarisnya" kata karyawati yang menerima testing.
Hinata mengangguk kemudian berlalu setelah berpamitan akan pergi ke ruangan yang ditunjukkan.
Sesaat Hinata berdiri mematung didepan pintu berwarna biru tua itu.
Tangannya bergerak mengetuk pintu tersebut.
Tok tok tok tok
Setelah beberapa saat, terdengar jawaban.
"Silakan masuk" suara bariton itu menjawab dari dalam ruangan.
Hinata menarik knop pintu kemudian memasuki ruangan tersebut.
Terlihat seorang pria tampan bermata bulan dengan rambut putih berantakan tapi terlihat sexy.
Ada juga dua orang wanita yang duduk berhadapan dengannya.
Mereka adalah peserta testing sama seperti Hinata.
Hinata menoleh pada pria yang tak lain pemilik perusahaan tersebut.
Pandangan mereka bertemu.
"Silakan duduk " kata pria itu.
Hinata duduk disamping wanita yang terlihat ramah. Berbeda dengan wanita yang satunya lagi terlihat angkuh dan sepertinya tidak mau tersaingi.
"Baiklah, apa tidak akan ada lagi yang masuk?" tanya pria itu pada Hinata.
"Emm tidak Tn. Sepertinya saya yang terakhir" jawab Hinata agak ragu.
"Jangan menunduk. Sebaiknya menatapku jika sedang bicara denganku" kata pria itu.
Hinata mengangkat wajahnya. "Lebih bagus" kata pria itu lagi.
"Baiklah. Namaku Toneri.. Jangan tanya nama belakangku. Jika kalian mau memanggilku, panggil saja Tn. Toneri..." kata pria itu.
"...selanjutnya, aku membutuhkan sekretaris yang handal dan pintar... Bukan kecantikan yang kubutuhkan... Aku juga harus memilih diantara kalian.. Sekarang perkenalkan nama kalian satu persatu" lanjut Toneri.
"Namaku Yamanaka Ino, aku lulusan S1 University Of Konoha" kata gadis yang terlihat angkuh dan sedari tadi tidak tidak pernah tersenyum sama sekali.
Toneri menghela napas melihat Ino yang sama sekali tidak tersenyum meski sedikit.
"Apa kau tidak bisa tersenyum Nn? Kau cantik, tapi jika seperti itu terus kau bisa membuat klienku jenuh" kata Toneri.
"Saya bukanlah orang yang suka membuang waktu apalagi hanya untuk tersenyum sedikit" kata Ino.
Toneri tampak berfikir. "Ya ampun jika dia menjadi sekretarisku, bisa-bisa aku dijajah dia terlalu disiplin meski dia lulusan S1" batin Toneri.
"Hmm.. Lalu anda? " tanya Toneri pada wanita disamping Ino.
"Saya Tenten, saya lulusan S3, University Of Konoha ,senang bisa bertemu dengan anda Tn. Toneri " kata Tenten dengan senyuman manisnya.
"Emmm... Jujur saja Nn. Tenten, senyumanmu manis sekali, hanya saja, kau bisa memikat klienku jika kau terlalu sering tersenyum seperti itu" kata Toneri.
"Ya ampun, bukan hanya klienku, bisa saja aku juga terpesona, aahh apa yang kupikirkan" batin Toneri.
"Maaf Tn. Soalnya saya diajari orang tua saya untuk selalu tersenyum pada orang lain" kata Tenten.
Toneri tersenyum mendengar perkataan Tenten yang terdengar polos.
"Dan anda? " Toneri bertanya pada Hinata.
"Emmm, saya Hyuuga Hinata. Saya lulusan Senior High School Of Konoha, mohon bantuannya" kata Hinata.
Tenten dan Ino menatap Hinata beberapa pertanyaan berkecamuk dipikiran mereka.
"Emm, kenapa kau sering menunduk seperti itu Nn? Kau takut padaku? " tanya Toneri.
"Bu.. Bukan begitu, hanya saja aku tidak berani menatap seseorang saat bicara" kata Hinata gugup.
"Hmm, kalau begitu biasakan kau menatapku saat bicara karena aku tidak suka jika ada seseorang yang sedang bicara denganku menunduk seperti itu " kata Toneri.
Hinata mengangkat wajahnya dan menatap Toneri.
"Hmm kau cantik, aku tidak mengerti kenapa kau selalu tertunduk seperti itu, seandainya kau seperti Nn. Tenten mungkin kau terlihat manis" kata Toneri.
Pipi Hinata blushing mendengar itu kemudian mengalihkan pandangannya.
Tiba-tiba sosok makhluk mengerikan berdiri dibelakang Hinata.
"Dia menyukaimu" kata makhluk itu yang tak lain adalah Miana.
Hinata terhenyak. Toneri, Tenten dan Ino menatap Hinata dengan aneh.
"Kau kenapa Nn? " tanya Toneri.
"Tidak aku hanya... Tidak enak badan" jawab Hinata.
"Kupikir kau gadis indigo" kata Toneri.
Hinata terkejut mendengar ucapan Toneri serta merta Hinata menatap Toneri.
"Anda tahu sesuatu tentang anak indigo? Apa anda juga anak indigo? Apa anda tahu bagaimana cara menghilangkan kemampuan seorang indigo? Kenapa ada anak indigo?" tanya Hinata dengan cepat dan diakhiri napas terengah karena saat bertanya seperti barusan, dia nyaris tidak bernapas.
"Wow wow, kau cepat sekali bicaranya. Hmm aku tidak percaya jika kau lulusan Senior High School, awal yang bagus Nn. Hyuuga " kata Toneri.
Hinata tertunduk lagi. Miana memegang bahu Hinata.
"Jangan sedih, jika kau mau, akan kukerjai pria menyebalkan itu " kata Miana sambil melayang dan berdiri dibelakang Toneri.
Hinata menatap Miana.
"Maaf jika aku membuatmu tersinggung. Tapi aku tidak bermaksud mengejekmu. Aku hanya bercanda. Aku tidak tahu soal anak indigo" kata Toneri yang membuat pandangan Hinata teralihkan padanya.
Miana terlihat marah pada Toneri dan memperlihatkan wajah mengerikannya.
Hinata kembali menatap Miana yang sedang mengambil ancang-ancang.
"Aku bukan anak indigo, selain itu aku tidak percaya adanya anak indigo. Anak indigo hanya cerita bualan di film horor. Maaf ya aku bercanda" kata Toneri.
Miana akan mencakar pundak Toneri. "Tidak! " kata Hinata.
Miana tidak jadi mencakar Toneri. Toneri merasa bulu kuduknya berdiri.
Perlahan Toneri memegang tengkuknya. Dia merasa merinding.
"Kau kenapa? " tanya Toneri pada Hinata.
"Emm maksud saya tidak... Tidak perlu meminta maaf" kata Hinata.
Miana menautkan alisnya dan menatap Hinata dengan tajam.
Hinata menggeleng pada Miana tanda bahwa Miana jangan melakukan itu.
"Hmm.. Iya, baiklah.. Sepertinya aku bingung harus memilih yang mana, bagaimana kalau aku memberikan tantangan pada kalian? Siapa yang bisa menyelesaikan tantanganku, maka dialah yang akan menjadi sekretarisku" kata Toneri.
Miana melayang dan berdiri dibelakang Ino dan Tenten.
Ino memegang tengkuknya yang merinding. Sedangkan Tenten biasa saja.
Setelah itu, Toneri memberikan tantangan berupa bicara didepan semua karyawan. Semuanya bisa melakukan itu.
"Penilaian tergantung pada karyawanku" kata Toneri.
Jadi Toneri mengambil pilihan atas keinginan para karyawannya.
Miana tersenyum kemudian melakukan siasat untuk mempengaruhi para karyawan agar memilih Hinata.
Hinata menggeleng pada Miana tanda agar Miana tidak berbuat curang.
Tapi Miana tidak peduli. Dia tetap melakukannya.
Hinata mendengus kesal karena tidak bisa menahan Miana. Jika dia bicara, bisa-bisa orang kebingungan melihatnya seolah bicara sendirian.
Akhirnya, perhitungan suara dimulai. Tentu saja Hinata pemenangnya.
"Aku tidak mengerti kenapa dia yang menang? Dia kan cuma lulusan SHS, aku S1" kata Ino pada Toneri.
"Entahlah, yang pasti para karyawanku yang memilihnya. Kau tidak bisa mengubah keputusan" kata Toneri.
Tenten menjabat tangan Hinata. "Selamat ya" kata Tenten.
"Te.. Terimakasih" kata Hinata.
"Baiklah, selamat Nn. Hyuuga, anda diterima menjadi sekretarisku. Untuk Nn. Tenten dan Nn. Yamanaka, kalian akan menjadi salah satu karyawanku" kata Toneri.
♡♥♡♥♡♥♡♥♡
Setelah semuanya selesai, Hinata memutuskan pulang. Dia celingukan mencari keberadaan Miana.
"Dimana hantu menyebalkan itu, pasti dia sudah pulang duluan" batin Hinata.
Saat dia menoleh ke belakang, dia terkejut. "Tn. Toneri, kau mengagetkanku" kata Hinata.
Toneri tersenyum tampan. "Maaf, kau pulang dengan siapa? " tanya Toneri.
"Menunggu bus" jawab Hinata kemudian menduduk.
"Hmm aku heran padamu kenapa kau sering menunduk? Aku tidak akan memakanmu apabila kau memakai pakaian" kata Toneri yang membuat Hinata makin takut.
"Dia mesum sekali, jika dia bukan atasanku kutendang wajahnya, biar saja dia kehilangan ketampanannya" batin Hinata.
"Ya sudah aku duluan ya" kata Toneri kemudian berlalu.
Hinata mendengus. Dia celingukan banyak makhluk yang tak kasat mata lewat, tapi Hinata pura-pura tidak melihat. Mereka tahu Hinata bisa melihat mereka. Mereka mengabaikan Hinata, ada juga yang mencoba mengganggu Hinata, tapi Hinata mengabaikannya.
Tiba-tiba seseorang menepuk pundak Hinata. "Aaaa!!!!" teriak Hinata.
♡♥♡♥♡♥♡
By
Ucu Irna Marhamah
Tiba-tiba ada yang menepuk bahu Hinata "Aaaaaaa!!!!! " teriak Hinata karena terkejut kemudian menoleh.
Ternyata Tenten. "Kau kenapa Hinata? Maaf aku mengejutkanmu ya? " tanya Tenten.
"Emm, itu aku hanya takut sendirian malam-malam" jawab Hinata kemudian tertunduk.
"Kau menunggu siapa? " tanya Tenten.
"Bus" jawab Hinata.
"Kenapa kau menunduk seperti itu. Kau kan cantik tidak perlu malu" kata Tenten.
Hinata menoleh kepada Tenten. "Aku merasa tidak pantas saja menjadi sekretaris padahal ada kau yang lebih cerdas dariku. " kata Hinata.
"Jangan seperti itu, yang memilihmu para karyawan perusahaan ini. Selain itu, Tn Toneri menyukaimu" kata Tenten.
Serta merta Hinata menatap Tenten.
"Meskipun temanmu tidak membantumu, mereka akan tetap memilihmu Hinata. Mereka melihat kemampuanmu saat berbicara" kata Tenten.
Hinata mengerutkan dahinya "temanku? " tanya Hinata.
"Aku yakin kau mengerti maksudku" kata Tenten sambil menepuk bahu Hinata kemudian berlalu.
"Temanku? Apa maksudnya Miana? " gumam Hinata, dia mengingat kejadian waktu diruangan Toneri, saat Miana berdiri dibelakang Ino, Ino terlihat merinding, sedangkan Tenten santai saja.
Hinata menoleh lagi pada Tenten yang sudah jauh.
"Tunggu!!! " Hinata berlari mengejar Tenten.
Tenten menghentikan langkahnya kemudian menoleh.
"Kau melihatnya? " tanya Hinata.
"Melihat apa? "
"Aku yakin kau mengerti maksudku"
Tenten memiringkan wajahnya ke samping.
"Kau juga indigo? "
Tenten tersenyum.
"Tidak, aku hanya bisa melihat mereka karena ayahku adalah seorang indigo jadi dia membuka mata batinku dari aku kecil"
"Kau mau melakukannya? " tanya Hinata.
"Iya, karena aku ingin berbagi rasanya ketakutan dengan ayahku"
"Apa kau takut? "
"Tentu saja Hinata, tapi aku sudah terbiasa. Aku bahkan punya banyak teman" jawab Tenten.
Hinata merinding mendengar jawaban Tenten.
Tiba-tiba, sesuatu yang kecil melesat didepan Hinata kemudian terdengar tawa yang mengerikan.
Hinata memegang lengan Tenten.
"Lala, berhenti menakuti temanku" kata Tenten.
Anak kecil berbaju lusuh berwarna putih kotor dan rambut acak-acakan menatap Hinata dengan tajam.
Hinata terlihat ketakutan. "Lala" kata Tenten memperingatkan Lala.
Hantu kecil yang bernama Lala itu mengulurkan tangannya pada Hinata.
Hinata melirik Tenten. Tenten menganggukkan kepalanya tanda Hinata boleh menjabat tangan Lala.
Perlahan tangan Hinata yang gemetar terulur dan akhirnya mereka berjabat tangan.
Tiba-tiba Hinata merasa tersedot ke alam lain.
Hinata terkejut mengetahui dirinya berada di sebuah tempat yang tidak dikenalinya.
Dia mengingat kejadian sebelumnya. Dia ingat, tadi dia bersalaman dengan Lala.
Hinata berjalan menyusuri pelataran sebuah rumah besar dan mewah.
Kini Hinata berdiri didepan pintu rumah itu.
Tangannya bergerak mengetuk pintu rumah tersebut, tapi tangannya tembus.
"Hhhhh" Hinata terkejut dan melihat tangannya yang terlihat transparan.
"Apa aku sudah mati? Kenapa tubuhku transparan begini? Aku jadi seperti Miana? " gumam Hinata.
Hinata pun memasuki rumah itu tanpa membuka pintu. Dia masuk dengan menembus pintu tersebut.
Dekorasi ruangan itu terlihat mewah. Samar-samar Hinata mendengar suara tangisan anak kecil dari lantai dua.
Perlahan Hinata berjalan menaiki tangga dan berdiri didepan pintu yang merupakan sumber suara tangisan.
Hinata menembus pintu itu dan melihat seorang gadis kecil menangis sambil memeluk lututnya. Kepalanya tertunduk begitu dalam.
Hinata menghampirinya.
"Kkau kenapa? " tanya Hinata sambil mengulurkan tangannya memegang bahu anak itu.
Tapi tangannya tembus.
"Anak kecil!! Kau dimana!! " teriak seseorang dari lantai bawah.
Gadis kecil itu mengangkat kepalanya dan menoleh kearah pintu kamar.
Hinata terkejut melihat wajah anak itu. Dia Lala, Hinata sadar. Mungkin ini flashbacknya Lala.
Lala segera berlari dan bersembunyi di bawah ranjang tidurnya.
Hinata menoleh kearah pintu saat mendengar langkah kaki mendekat.
Ckreeeek
Pintu kamar tersebut dibuka dan nampaklah seorang wanita paruh baya memasuki kamar.
"Lala!! Kau dimana!! " teriak wanita itu.
Hinata menautkan alisnya. "Dia pasti ibunya Lala. Tampaknya dia bukan orang baik" gumam Hinata.
Wanita itu berjalan menembus Hinata kemudian mencari Lala di setiap inci ruangan itu.
Saat wanita itu akan melihat ke bawah ranjang, Hinata terlihat panik kemudian melempar vas kaca ke lantai.
Wanita itu terkejut dan menoleh karena mendengar suara kaca pecah.
"Siapa yang memecahkan vas ini? " gumam wanita itu kemudian melihat vas yang sudah berserakan di lantai.
"Aaaaaaa!!!! " tiba-tiba terdengar suara jeritan Lala dari bawah ranjang.
Lala keluar dari tempat persembunyiannya. Wanita itu menatap tajam pada Lala.
Hinata terkejut. "Kenapa dia berteriak? " gumam Hinata.
Wanita itu menarik tangan Lala dengan kasar.
"Kau kan yang memasukkan garam kedalam jus jeruk milik kekasihku! " bentak wanita itu.
Lala menangis. "Jangan manja! Katakan! Dia itu kekasihku! Calon ayahmu! " bentak wanita itu.
"Dia bukan ayahku " bentak Lala.
"Jadi kau berani membentakku! Aku sangat mencintainya!! " bentak wanita itu.
"Apa ibu lebih mencintainya dibandingkan aku" tanya Lala pelan dengan suara bergetar.
"Ya!! Tentu saja! Aku lebih mencintainya daripada kau!! Dia bisa memberikanku segalanya dan kau hanya memberikan penderitaan padaku!! " bentak wanita itu.
Lala menangis makin kencang. "Diam!!! " wanita itu menyiksa Lala dengan kejam didepan mata Hinata.
Hinata terbelalak dengan air mata bercucuran. "Hentikan!!!! " teriak Hinata.
Tapi tentu saja mereka tidak melihat keberadaannya.
Wanita itu akan memukul Lala dengan kursi kayu. Dengan cepat Hinata berlari menghalangi tubuh Lala.
Braaaaakkkkk
Hinata tidak merasakan apapun. Dia membalikkan badannya dan melihat Lala terkapar dengan darah dimana-mana.
"Hhhhhhh.... Lala" gumam Hinata. Lututnya terasa lemas dan Hinata pun terduduk dilantai.
Wanita kejam itu terlihat panik kemudian mengecek detak jantung Lala.
Wanita itu makin terlihat panik. Dia pun menyeret badan Lala yang sudah mati itu ke gudang dan menguburnya dibawah lantai gudang.
Wanita itu terlihat menyesal. "Bagaimana ini" gumam wanita itu.
Hinata menautkan alisnya dia akan menyiramkan air ke wajahnya tapi tiba-tiba dia merasa tersedot.
"Hhhh" Hinata terpundur tapi seseorang menahannya. Hinata menoleh ternyata Tenten.
"Kau baik-baik saja? " tanya Tenten. Hinata menatap Lala yang juga menatapnya dengan tatapan sedih.
"Hinata? " tanya Tenten.
"Permisi. Aku harus pulang dan menjernihkan pikiranku" kata Hinata kemudian berlalu.
Tenten menoleh pada Lala setelah Hinata menghilang dari hadapannya.
"Apa yang kau lakukan padanya? " tanya Tenten.
"Dia orang yang baik" kata Lala yang bukanlah jawaban untuk pertanyaan Tenten.
♡♥♡♥♡♥♡♥♡
Hinata memasuki kamarnya. "Lama sekali kau! " bentak Miana.
"Aaaa!!!! " teriak Hinata terkejut.
"Kau kenapa? Biasanya kan tidak takut kalau melihat ku" kata Miana.
"Aku bukan takut. Aku hanya terkejut " kata Hinata.
"Memangnya apa yang terjadi? Kau terlihat panik" kata Miana.
"Aku... Aah tidak penting" jawab Hinata.
Miana melirik kearah pintu kamar Hinata.
"Apa karena dia? " tanya Miana.
Hinata menatap mata Miana yang tertuju kearah pintu kamarnya.
Hinata menoleh kearah tersebut dan dia melihat sosok itu.
"Aaaa!! " Hinata berlari kebelakang Miana.
"Percuma kau bersembunyi kebelakangku. Aku kan transparan" gerutu Miana.
Hinata masih takut melihat anak kecil itu dia memutuskan tetap berada dibelakang Miana.
"Maaf sepertinya Hinata tidak mau kedatangan tamu, anak manis. Mungkin juga kan kau salah alamat" kata Miana.
"Terimakasih kau sudah simpati padaku" kata Lala, kemudian menghilang dari pandangan.
"Dia sudah pergi Hinata " kata Miana.
Hinata melirik kearah pintu. "Hhhh, syukurlah" kata Hinata.
"Memangnya dia siapa? " tanya Miana.
"Dia... Ahh lupakan. Aku masih takut" jawab Hinata. Miana hanya mengangkat kedua bahunya.
♡♥♡♥♡♥♡♥♡
•
By Ucu Irna Marhamah
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!