NovelToon NovelToon

Tuan Autis

Awal Mula

***

Di suatu senja...

Terlihat seorang pemuda berjalan kaki di trotoar jalanan kota yang suasananya lumayan ramai dengan orang orang yang berlalu lalang di sana.

Pria berperawakan tinggi, berkulit putih, berhidung mancung, dan berkacamata bulat itu mungkin akan terlihat tampan dan gagah jika saja dia berpenampilan rapi, tapi sayangnya penampilannya sangat lusuh dan berantakan tidak terurus, hingga tak ayal orang orang di sekitarnya berpandangan negatif dan menganggap pria lusuh itu seorang tunawisma.

Namanya Riza Adiatama 25 tahun, pria pengidap autisme yang di anggap mengalami masalah kejiwaan oleh keluarganya.

Dia sengaja kabur dari belenggu kediaman keluarganya karena merasa tidak ingin lagi di perlakukan tidak manusiawi oleh mereka, yang mengurungnya selama bertahun tahun di balik jeruji besi di kediamannya.

Riza hanya berjalan pelan dengan menundukan pandanganya ke lantai yang dia pijak di sepanjang jalan, tanpa ada tujuan pasti kemana kakinya akan melangkah, raut wajah ketakutan selalu nampak setiap kali dia berpapasan dengan orang orang di sekitarnya.

Dia takut jika orang orang itu akan menyakitinya seperti yang selalu di lakukan oleh orang orang terdekat nya.

Di tengah langkahnya yang kaku, sorot matanya tiba tiba tertuju pada sebuah stand pinggir jalan yang menjajakan makanan cepat saji yang membuatnya sangat tergiur, sebab dia merasa sangat lapar karena memang Riza belum memakan apapun semenjak dia berhasil kabur kemarin malam.

Riza dengan langkah tergesa ingin menghampiri stand penjual itu untuk membeli sesuatu untuk dia makan. namun,

'Brruuk' dia bertabrakan dengan seorang pejalan kaki karena kecerobohan langkahnya, dan membuat Riza oleng lalu terjerembab duduk di tanah.

"Hey, hati hati, dasar gembel!" Seru seorang pria yang tersenggol Riza.

"Ma maaf" Ucap Riza terbata dengan tertunduk takut.

"Ada ada saja, sepertinya hari ini aku akan sial di tabrak gembel sepertimu" ucap pria itu menggerutu lalu berlalu dengan melanjutkan pembicaraannya di ponsel miliknya.

Setelah pria yang bertabrakan denganya berlalu, Riza segera bangkit dan meneruskan Niatnya untuk menghampiri Stand makanan yang dia tuju.

Riza langsung menyeruduk antrian beberapa pembeli lain yang sedang menunggu pesanan mereka di sana.

Jelas mereka terganggu oleh Riza yang tiba-tiba datang tanpa permisi, tapi mereka tidak berkomentar apapun dan hanya menatapnya sinis.

"Sosis, aku mau Sosis" ucap Riza langsung menunjuk yang dia inginkan seperti anak kecil.

Seorang dara jelita berusia 22 tahun sang penjaga stand itu langsung mengalihkan perhatiannya kepada Riza, meski dia sedikit sibuk, dan Velisha tetap memberikan senyum hangat dan bersikap ramah pada Riza meski dia berpenampilan kumuh.

"Iya kak, tunggu sebentar ya, saya siapkan dulu pesanan untuk yang lain dulu, jadi silahkan tunggu di belakang" ucap Velisha dengan senyum manis yang begitu khas.

"Tapi aku mau sekarang, aku lapar" ucap Riza.

"Heh, apa kamu tidak mengerti bahasa manusia, tunggu ya tunggu, dasar bodoh" ucap pelanggan lain membentak karena merasa risih oleh kehadiran Riza.

Riza langsung menundukan pandangannya ke bawah sambil menggenggam ujung bajunya.

"Nona, tolong jangan di marahin, kasian" ucap Velisha menyela karena menyadari gelagat Riza yang tidak seperti orang normal pada umumnya.

"Orang sperti dia jangan di kasihani mbak, menganggu ketertiban umum saja, sudah, kamu menjauh saja sana, dasar" ucap si pelanggan perempuan kesal dengan sedikit mendorong bahu Riza.

"I iya," ucap Riza yang memang memiliki mental setipis tisu dan gampang sekali robek.

Riza beranjak dari depan stand penjual itu dan langsung terduduk murung di pinggiran trotoar di samping stand, karena merasa sedih tidak bisa mendapatkan apa yang dia inginkan.

Velisha hanya tersenyum Iba dan tidak bisa membelanya lebih jauh, dia pun kembali fokus menyiapkan pesanan untuk beberapa pelangganya lagi yang sudah menunggu.

Setelah beberapa saat, pekerjaan Velisha sudah sedikit senggang, dia lalu menghampiri Riza yang masih duduk di tempatnya.

"Kamu mau sosis kan?, ini sosis mu" ucap Velisha memberikan kantong makanan yang berisi beberapa sosis bakar di dalamnya.

Riza langsung mendongak ke arah Velisha dengan mata berbinar, saat melihat apa yang dia inginkan ada di depan matanya.

"Iya, aku mau, aku lapar" ucap Riza sangat bersemangat mengambilnya.

Dia pun langsung membuka kemasan mika plastik yang mebungkus sosisnya dan segera melahap isi di dalamnya dengan rakus.

Velisha hanya menperhatikan dengan sedikit tersenyum.

"Berapa aku harus membayar?" tanya Riza dengan wajah yang belepotan oleh saus tomat dan mayones dari sosis yang dia makan.

"Tidak perlu, kamu makan saja, kamu tidak perlu membayarnya" ucap Velisha dengan tersenyum ringan.

"Aku punya uang kok" ucap Riza polos dan mencoba merogoh saku celananya.

"Tidak papa, mending kamu simpan saja uang mu untuk keperluan lain" ucap Velisha menolak karena berpikir Riza mungkin hanya memiliki sedikit uang.

"Oh, kakak baik," ucap Riza yang langsung melanjutkan makannya kembali.

"Oya, kamu bukan orang sini kan?, dari mana asal mu?" tanya Velisha sedikit penasaran.

"Jauh" ucap Riza singkat, karena dia hanya fokus pada makanannya.

"Oh, kalau begitu kamu harus pulang setelah menghabiskan makanan ini, Oke!" ucap Velisha yang menebak kalau Riza mungkin mengalami cacat mental, karena menyadari perilakunya sedikit kekanak kanakan, meski Riza sudah terlihat dewasa.

"Tidak mau, aku ingin pergi jauh" ucap Riza

"Oh, ya sudah, tapi kamu jangan lupa pulang nanti ya, aku harus kembali kerja lagi", ucap Velisha tidak terlalu menganggapnya serius.

"Terima kasih, kakak sangat cantik, kakak sangat baik" (Terimakasih, selain cantik, anda juga sangat baik hati). ucap Riza yang merasa tersentuh oleh sikap yang di tunjukan Velisha padanya.

Tapi memag Riza punya masalah kesulitan untuk menata kata kata yang ingin dia ucapkan, hingga terkadang berbeda dengan apa yang ingin dia katakan dari pikirannya,

Ada semacam efek zat kimia tertentu yang beberapa tahun belakangan menghambat fungsi otaknya, sehingga membuat otaknya tidak memegang kendali penuh atas perilakunya yang di luar logikanya, di tambah perlakuan orang orang terdekatnya yang malah menekan mentalnya hingga benar benar habis.

Riza di anggap mengalami ganguan jiwa dan di provokasi sebagai aib keluarga oleh orang yang jadi duri dalam daging di keluarganya, lebih tepatnya adalah ayah sambungnya sendiri.

Velisha hanya sedikit tersenyum dan segera masuk ke stand jualannya lagi.

Hari beranjak malam, tapi Riza masih duduk di tempatnya, dia tidak beranjak kemana pun setelah dia makan.

Karena mungkin yang di cari oleh nalurinya adalah tempat di mana dia bisa di hargai oleh seseorang seperti Velisha, meskipun itu hanya di pinggir jalanan kota yang bising, dan itu sebabnya dia hanya diam di sana dan sesekali memperhatikan Velisha yang ada di stand nya.

Tidak berselang lama, hujan gerimis pun turun dari langit malam dan mulai membasahi baju Riza, sedikit demi sedikit.

Velisa yang keluar dari stand untuk mengantarkan sebuah pesanan tersadar kalau Riza masih ada di tempatnya dan kehujanan, jadi dia menghampiri nya lagi.

"Hey, apa yang kamu lakukan di sini?, kenapa kamu tidak berteduh?, ini hujan!" ucap Velisha mencoba berbagi payung yang di bawanya.

Riza mendongak dan menatap Velisha yang memayunginya, dan lagi lagi dia merasa tersentuh akan hal itu.

"Aku tidak ingin pergi" ucap Riza

"Maksudku, kenapa kamu tidak mencari tempat yang teduh untuk berlindung dari hujan, kalau kamu kedinginan ksmu bisa sakit, , apa kau mau sakit?" tanya Velisha.

"Tidak mau" ucap Riza sedikit menggelengkan kepalanya

"Kalau begitu berteduhlah, mmm sepertinya di depan toko itu lumayan teduh, kamu kesana saja oke!!" ucap Velisha dengan menunjuk ke sebuah bangunan toko yang tidak jauh dari tempat mereka.

Riza Hanya mengangguk beberapa kali lalu berdiri dan melangkah ke arah yang di tunjuk Velisha.

Velisha sejenak memperhatikan Riza yang dengan mudah menuruti titahnya, kemudian Velisha juga segera beranjak untuk melanjutkan mengantar pesanan pelangganya yang ada di toko di sebrang jalan, karena memang pelanggan Velisha sudah menunggu di sana.

Sebelum menyebrang tentunya Velisha melihat kanan kiri untuk memastikan tidak ada kendaraan saat dia melintas, dan memang kondisi jalanan sedikit sepi, jadi diapun tanpa ragu untuk menyebrangi jalan dengan langkah kecil.

Namun saat dia hampir sampai ke sebrang jalan, Velisha baru tersadar kalau ada sebuah sepeda motor tua tampa penerangan yang datang dengan cepat tepat ke arahnya.

'Tiiiiiiiiiiiiiiiiidttt'

"Aaaaaaaa" Velisha langsung berteriak saking kagetnya, dan....

'Bruuuuuukkk' ......

T A 2

Velisha berteriak cukup keras, lalu tubuhnya terhuyung ke arah depan, dan itu jelas bukan di sebabkan oleh sepeda motor yang menabrak dirinya, melainkan daya dorongan tangan dari arah belakangnya.

'Bruuukk' 'Prak' suara nyaring terdengar cukup renyah dari arah belakang Velisha.

Velisha yang hanya oleng dan dengan mudah menjaga keseimbangan tubuhnya, hingga masih bisa berdiri.

"Astaga, aku tidak tertabrak kan?" gumam Velisha yang sedikit syok sambil mengatur nafasnya.

Diapun segera berbalik ke arah belakangnya, dan nampak lah dua orang pria yang kini terkapar di jalanan itu dengan jarak yang tidak terlalu jauh.

Pria pengendara motor yang juga terjatuh itu segera bangkit dan mengangkat motornya, lalu kemudian mengendarainya lagi dengan tergesa gesa. karena dia tau kesalahanya yang berkendara di malam hari tanpa adanya penerangan yang memadai dari sepeda motornya.

"Hey, tunggu dulu, apa kau tidak tau caranya untuk minta maaf?" teriak Velisha kepada pengendara motor yang malah langsung kabur itu.

Merasa teriakannya percuma saja, Velisha segera menghampiri salah seorang pria yang masih tergeletak di jalanan itu.

"Tuan, apa kau tidak papa?" tanya Velisha ingin memastikan.

Tapi tidak ada jawaban sama sekali dari orang yang di maksud.

Velisha mencoba menggoyangkan badan pria yang tertelungkup di tengah jalan itu, dan sedikit memperhatikan pakaian lusuh yang di kenakanya sedikit familiar.

Velisha pun sadar kalau orang yang terkapar itu tidak lain adalah Riza yang sebelumnya dia suruh untuk berteduh dari hujan, dia sedikit bingung sejenak tapi segera membuat kesimpulan di benaknya.

"Astaga, kamu??, apa kamu yang mendorongku tadi?, ya tuhan, kamu tidak papa kan?" tanya Velisha langsung membalik tubuh Riza untuk memastikan keadaanya.

"Hey, jawablah, apa kamu tidak papa?" Velisha kembali mengulang pertanyaannya.

Namun Riza yang kehilangan kesadaran akibat terbentur ke badan jalan tidak merespon Velisha sama sekali.

"Ah, darah?, kamu berdarah?, ya tuhan bagaiamana ini?, hey, sadarlah, aku mohon" ucap Velisha yang seketika panik saat melihat ada bercak merah di jalan yang keluar dari pelipis Riza.

"Toloooooong,!!!" Dengan kepanikan yang memuncak karena khawatir akan keselamatan Riza, Velisa segera berteriak untuk mendapat bantuan dari orang-orang di sekitarnya.

Tidak lama beberapa orang menghampiri mereka dan membawa Riza ke klinik terdekat...

...***...

Di dalam klinik, Riza langsung mendapatkan pertolongan pertama, lalu terbaring lemas di brangkar klinik dengan kepalanya yang di perban.

.

.

Beberapa waktu kemudian, barulah Riza perlahan mendapatkan kesadaran nya kembali.

Dia merasa kepalanya sangat pusing dan berat, tanganya juga reflek menyentuh kepalanya.

"E, Aww, sakit" lirih Riza

"Kamu sudah sadar?, syukurlah" ucap Velisha yang langsung berdiri dari duduknya, karena memang dia menunggu Riza siuman sedari satu jam sebelumnya.

"Aku di mana?" Tanya Riza yang masih mengumpulkan sedikit demi sedikit kesadarannya.

"Kamu di klinik, tadi kamu tertabrak motor di jalan, jadi kepalamu terluka tadi, tapi tenang saja, sekarang kamu sudah di obati oleh dokter " ucap Velisha mencoba menenangkan.

"Oh, kakak cantik, tidak papa kan?" tanya Riza terpatah patah, dan sudah mulai mengingat.

"Aku baik baik saja, itu berkat kamu kan?, jadi terima kasih" ucap Velisha.

"Sama Sama" ucap Riza masih dengan terpatah.

"Veli !!" seseorang yang baru saja datang tiba-tiba masuk ke ruangan dan mendekat ke arah mereka.

Velisha langsung menoleh ke arah pria yang baru memasuki ruangan itu .

"Kamu tidak papa kan sayang?" tanya pria yang baru datang itu langsung memegang bahu Velisha dan memperhatikan kesetiap jengkal tubuhnya untuk memastikan Velisha baik baik saja.

"Tidak, aku tidak papa, kenapa kamu kesini?" tanya Velisha.

"Ya aku khawatir lah, aku fikir kamu kenapa kenapa di klinik ini kan" ucap Zidan

"Ya tadi memang aku hampir saja tertabrak motor di jalan, tapi malah temanku yang kena" ucap Velisha

Zidan langsung memperhatikan Riza di brangkar yang juga sedang memperhatikan ke arahnya.

"Temanmu?, temanmu yang mana?, aku tidak mengenalnya" ucap Zidan dengan sedikit mengerutkan dahinya.

"Sebenarnya bukan teman sih, tapi pelanggan di stand jualanku" ucap Velisha

"Oh, ya sudah, dia sudah di obati kan?, aku antar kamu pulang sekarang" ucap Zidan

"Tunggu sebentar lagi, dia kan seperti ini karena aku, tidak enak jika meninggalkan dia sendiri di sini" ucap Velisha.

"Terus?, dia hanya pelanggan kan?, apa harus sepeduli itu?" tanya Zidan.

"Ya tapikan... ya baiklah, kita pulang sekarang" ucap Velisha yang tidak enak juga jika harus berdebat dengan Zidan di depan orang sakit.

"Baiklah, kita pulang" ucap Zidan dengan melirik sinis pada Riza.

Velisha pun sejenak menatap Ke Arah Riza, lalu dengan berat hati mengikuti dorongan tangan Zidan di bahunya untuk pergi dari sana.

Riza hanya bisa tersenyum ke arah perginya Velisha, dan dia juga merasa keadaannya tidak terlalu buruk, jadi tidak masalah jika dia beristirahat sendirian di sana, tanpa harus ada yang menunggu, terlebih dia juga sudah terbiasa dengan kesendirian.

...***...

Keesokan paginya, Riza memaksakan diri untuk melangkah pergi dari klinik, tanpa ada yang berusaha mencegahnya, karena memang tidak ada petugas klinik yang jaga samapai pagi, juga biaya pengobatan sudah di tanggung oleh Velisha.

Riza dengan sedikit terhuyung kembali ke stand Velisha yang jaraknya memang tidak jauh dari sana, dia hanya di pandu oleh instingnya saja, lalu duduk bersandar ke didinding stand Velisha, dan hanya berdiam diri di sana.

Tidak lama, Velisha datang dengan ekspresi yang kebingungan melihat Riza malah kembali ke stand jualannya yang belum dia buka.

"Ya tuhan, kau di sini rupanya, aku mencari mu ke klinik, kenapa kamu malah di sini?, kamu masih sakit kan?" gerutu Velisha

"Tidak, aku baik" ucap Riza polos

Velisha langsung menggelengkan kepala nya, mau heran tapi dia berhadapan dengan orang yang tidak normal.

"O ya, aku bawakan sarapan untukmu, kamu makanlah" ucap Velisha memberikan kantong makanan yang dia bawa.

"Apa itu sosis?" tanya Riza.

"Bukan, ini bubur" ucap Velisha

"Oh, aku mau sosis" ucap Riza sembari menunjuk stand Velisha.

"Kebetulan, persediaan sosisnya sudah habis, aku belum membeli persediaan lagi, kamu makan bubur saja dulu ya, aku juga ada kuliah pagi hari ini, paling nanti sore baru ada sosisnya lagi" ucap velisha

"Oh, baiklah" ucap Riza tidak menolak,

"Anak baik, sepertinya kamu penurut juga" ucap Velisha sedikit memuji.

Riza hanya mengangguk pelan.

"Ya sudah, aku harus berangkat kuliah dulu, habiskan makanannya ya" ucap Velisha.

"Umhh" ucap Riza

Velisha pun segera beranjak, dan juga melakukan hal sama pada beberapa anak yatim di sekitar jalanan itu, yaitu berbagi makanan.

Velisha memang memiliki kepedulian tinggi terhadap orang orang di sekitarnya, meskipun keadaan Finansialnya juga sulit.

Riza hanya memandanginya dengan kagum, karena selain memiliki paras yang cantik, Velisha juga sangat baik hati.

T A3

Seiring matahari yang terus meninggi dari arah terbitnya, sampai matahari itu condong ke sebelah barat, Riza masih setia menjaga stand Velisha tanpa rasa jenuh.

Sementara Velisha juga baru saja menyelesaikan mata kuliahnya, dan langsung keluar dari ruangan kampusnya bersama beberapa teman dekatnya.

"Veli, akhir pekan ini kita cari tempat hangout yu, sudah lama kita tidak ngumpul bareng" ucap Hana

"Veli mana ada waktu buat jalan jalan bareng kita, paling pekan ini dia jalan bareng Zidan lagi, iya kan Vel?" tanya Raya

"Entahlah, aku punya kesibukan sendiri juga kan, juga kalian tau sendiri, aku jarang sekali bisa meluangkan waktu untuk memperhatikan ayahku yang sakit, jadi aku tidak ada rencana untuk keluar pekan ini sih" ucap Velisha

"Atau kita kumpul di stand Velisha saja seperti biasa Han, bagaimana?, ya buat acara kecil kecilan ke, apa ke gitu biar seru" ucap Raya

"Ayolah, sister sister ku yang cantik, kali kali kita mainnya agak jauh gitu, bosen tau,, pokoknya tenang saja, soal makan makan biar aku yang traktir nanti" ucap Hana

"Wiiiih, kayaknya baru menang lotre ni anak, tumben tumbenan mau traktir kita makan, punya duit darimana lo." tanya Raya

"Ada deh pokoknya" ucap Hana

Tiba tiba langkah mereka terhenti saat berpapasan dengan serombongan siswi berpenampilan modis, dan berwajah menor di halaman kampus.

"Ini yang katanya cewek paling cantik di kampus ini?, aku rasa ada masalah di mata mahasiswa di sini, aku kok melihatnya kalian biasa biasa saja gitu, malahan kalian terlihat sedikit kampungan, iwh, aku tidak habis pikir kenapa ada rumor seperti itu di kampus ini, gak jelas" ucap Katrina yang sirik akan popularitas Velisha yang menyainginya.

"Sudah jelas kali, tidak perlu di perjelas lagi juga mereka memang sangat kampungan, lihat saja baju murahan, tas murahan, iwh, engak banget deh" ucap teman Katrina yang lain

"Iya sih, kampungan,, enyahlah gadis gadis kampung" ucap Katrina dengan berjalan memecah barisan Velisha, Hana dan Raya, setelahnya dia pun cekikikan dengan temanya, dan berlalu pergi dari tempat Velisha.

"Errrrgggh, Dasar nenek sihir, ingin sekali ku bejek bejek muka temboknya yang dempulnya ketebelan itu," ucap Raya gereget

"Sudahlah, tidak ada gunanya juga meladeni mereka, yang rugi nantinya kita kita juga kan" ucap Velisha

"Iya sih, kalau saja aku ini anak orang kaya, pasti sudah habis tuh mereka" ucap Raya.

"Vel, kayaknya kamu sudah di tunggu Zidan tuh, samperin sana gih" ucap Hana mengalihkan topik karena melihat Zidan dan anak anak tongkrongannya berkumpul di tempat parkir mobil Zidan.

Velisha sedikit menghela nafas "Hhhh, males kali aku, rasanya mending bareng kalian saja" ucap Velisha

"Harusnya kamu itu bersyukur ada yang anterin pulang, kita mh boro boro" ucap Raya yang kekesalannya mulai mereda karena teralihkan.

"Tetap saja rasanya seperti beban untuku, andai saja aku bisa segera melunasi hutang ayahku padanya, ingin sekali aku segera mengakhiri hubungan yang penuh keterpaksaan seperti ini, hhhhh" ucap Velisha langsung membuang nafas kasar.

"Sudahlah, jangan terlalu di ambil pusing, mengalir saja seperti air, aku yakin tuhan tidak tidur, pasti ada jalan keluar yang terbaik untukmu nantinya, secara, kau kan temanku yang paling baik hati dan tidak sombong, jadi saranku jalani sajalah, ambil sisi Positip nya " ucap Hana.

"Kau ini, sejak kapan kau belajar kata kata bijak?, baru tau aku," ucap Velisha.

"Tau nih Hana, serba tumben" ucap Raya

"Ya sudah, aku duluan ya,, Daaah" ucap Velisha yang juga tidak punya pilihan.

"Daahhh, hati hati ya, jangan sampai terbuai mulut manis buaya" ucap Hana dan Raya selalu mengingatkan.

"Iya, tenang saja, aku sudah hapal semua akal bulusnya" ucap Velisha sambil beranjak pergi.

Velisha segera menghampiri Zidan

"Wiiiih ini dia tuan kita sudah datang" celetuk sohib sohib Zidan

"Iya nih, masih seru seru ngobrol juga" ucap Zidan yang duduk di depan cup mobilnya.

"Ya sudah, lanjutkan saja, aku bisa pulang sendiri" ucap Velisha datar.

"Dia ngambek guys, ya sudah lain kali saja kita lanjutin" Ucap Zidan langsung turun dari cup mobilnya

"Yoi" ucap sohib Zidan

"Silahkan masuk tuan putri" ucap Zidan sambil membukakan pintu untuk Velisha.

Velisha pun segera memasuki mobil hatcback racing milik Zidan itu.

Dan Zidan juga segera naik dan melajukan mobilnya meninggalkan area parkir fakultas mereka.

Di dalam mobil..

"Sayang, apa kamu lapar?, kita makan dulu kali ya" ucap Zidan

"Tidak perlu, kita langsung pulang saja" ucap Velisha

"Kau ini, selalu saja, dari awal kita hubungan, berapa kali kita jalan bareng, kayaknya bisa di hitung pake jari" ucap Zidan.

"Kita ketemu tiap hari kan, jadi apa bedanya" ucap Velisha dingin.

"Kamu memang kolot, temen temenku tuh semua pada bawa cewek mereka ke tongkrongan, cuma aku doang nih, yang nongkrong gak pernah bawa cewek" ucap Zidan

Velisha sedikit menyunggingkan senyum "Yakin gak pernah bawa cewek?" ucap Velisha

"Hhhh, kau ini, paling teman doang, itu juga terpaksa" ucap Zidan ngeles.

Velisha tidak meresponnya lagi, karena dia tau Zidan di belakangnya seperti apa, dan dia tidak peduli akan hal itu, karena memang keterpaksaan yang membuat mera bersama, bukan cinta.

Sampai di persimpangan jalan, Zidan membelokan mobilnya ke arah lain, dan Velisha tau kalau itu bukan jalan untuk pulang.

"Stop stop di sini saja, aku harus membeli sesuatu di sana, jadi sampai sini saja" ucap Velisha

"Ada ada saja kau ini, memangnya kau mau beli apa, nanti saja di depan kan bisa" ucap Zidan kesal, karena Velisha selalu banyak alasan jika di ajak jalan.

"Tidak, di sini saja dulu" ucap Velisha.

"Kebiasaan" ucap Zidan yang terpaksa menepikan mobilnya.

Velisha segera keluar, dan menyebrang jalan.

"Hey, kau mau kemana?" tanya Zidan yang sadar akan gelagat Velisha.

"Besok kita ketemu lagi" teriak Velisha dari sebrang jalan, dan diapun langsung naik ke kendaraan umum.

"Astaga, ini cewek absrud nya benar benar minta mapun, makin gereget gua,, ada masanya kau akan mengemis cinta dari ku Vel, lihat saja" gerutu Zidan kesal.

...***...

Setelah berbelanja persedian yang cukup, Velisha segera kembali ke stand jualannya.

Dia yang baru turun dari kendaraan umum langsung di hampiri Riza yang sudah seharian menunggu.

"Sosis, apa kau bawa sosis? " tanya Riza

"Astaga, kamu sudah tidak sabar ya, tunggu sebentar, aku harus angkat semua barang ini dulu ke stand" ucap Velisha menunjuk belanjaan nya di beberpa dus besar.

"Aku bisa bantu" ucap Riza.

"Yakin, emang kamu kuat?" tanya Velisha.

"Umhh" Tampa banyak bicara Riza langsung mengangkat satu persatu dus dus itu ke stand Velisha tanpa ada hambatan.

Velisha pun hanya tersenyum memperhatikan Riza yang bolak balik bawa barang barangnya.

"Ini biar aku saja" ucap Velisha yang mengangkat barang yang tinggal satu.

"Oh," ucap Riza yang sedikit berkeringat

"Aku kira kau tidak serajin ini, seperti nya aku memang membutuhkan asisten" ucap Velisha setengah bergurau.

Tapi perkataan itu langsung di angguki oleh Riza.

"Seriusan?, kamu mau membantuku berjualan?" tanya Velisha

"Umhh" ucap Riza dengan tersenyum.

"Baiklah, kalau begitu selamat bergabung di usaha kecil kecilan ku ini" ucap Velisha langsung mengulurkan tanganya ke arah Riza seperti halnya perekrutan pekerja formal.

Tentu Saja Dengan senang hati Riza juga langsung menyambutnya.

Entah kenapa Velisha yang biasanya selalu berhati hati terhadap lawan jenis, merasa sangat percaya pada Riza yang baru satu hari bertemu, mungkin karena keadaan Riza yang nampak polos di matanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!