NovelToon NovelToon

DUNIAKU..!

-

Vanessa Al Khumairah, itu namaku.

Ayahku seorang guru dan ibuku hanya ibu rumah tangga biasa.

Aku bungsu dari empat bersaudara. kakakku yang pertama dan kedua sudah menikah dan tinggal aku dan kakak ketiga ku.

Kehidupan masa kecilku sangat bahagia,ayah yang selalu memanjakan ku, sedang ibu yang suka sekali memarahiku.

Aku mendapatkan haid pertamaku tepat kenaikan kelas 6 SD. Sebab itu banyak yang berubah dari bentuk tubuhku, yang terlihat seperti sudah dewasa.

Walau begitu aku tetaplah anak SD yang masih polos, aku belum bisa membedakan mana benar dan salah.

Yang ada di pikiranku, hanya bermain dan bersenang senang dengan teman teman sebayaku.

Aku tinggal di desa. Dimana semua orang sangat ramah satu sama lain, bahkan tak jarang kami bertukar lauk atau sekedar menumpang mandi di rumah tetangga karena keran kami mati.

Seperti hari itu, kebetulan nya hari minggu, kebiasaan anak anak di hari minggu yakni bermain di pagi hari sampai menjelang sore. tak urung, kami bahkan terkadang ikut makan ditempat teman yang kami singgahi untuk bermain.

Sangat menyenangkan bukan?

Namun hal itu hanyalah secuil kisah bahagiaku.

Siang itu. Setelah kami bermain,ibu dari temanku meminta kami tidur siang, karena memang temanku ini memiliki kebiasaan tidur disiang hari.

Tanpa membantah, kami ber tiga tidur berbaris diatas kasur.

Namun karena aku tak terbiasa tidur siang. hanya bisa merebahkan tubuhku dan bermain boneka.

Tak lama terdengar pintu kamar terbuka, aku yang takut dimarahi, reflek menutup mataku,namun sedikit mengintip siapa yang masuk kedalam kamar.

Dan ternyata, itu adalah ayah dari temanku.

dia berjalan kearah samping ku. Memang kebetulan aku tidur di bagian samping,dan masih ada sedikit ruang untuk orang tidur di sampingku.

Aku masih memejamkan mata, namun perlahan dia ikut naik kekasur dan bergabung dengan kami. Aku tak peduli awalnya namun satu gerakan tangan nya membuatku terkejut, tapi aku tak bisa apa apa selain diam.

Karena saat aku ingin bergerak dia berbisik.

" Diam nes, tetap pejamkan matanya atau om laporkan ke bulek kalo kamu ga tidur"

Karena takut, aku hanya bisa diam. Namun tangan yang tadinya memeluk perutku perlahan naik ke payudaraku.

Sudah kubilang, aku hanyalah anak kecil yang belum mengerti apa apa saat itu.

Aku tak tau harus bersikap seperti apa. Karena pikiranku sudah penuh akan ketakutan. Dimana bisikan om yuda perihal dimarahin bulek karena tak tidur siang. Jujur saja, aku benar benar merasa tak nyaman. Saat om ini meremas payudaraku, aku sangat ingin berteriak. Namun lagi lagi yang terjadi aku hanya menangis dalam diam. aku berdoa semoga bulek datang dan menolongku.

Benar saja, karena tak lama dari itu, suara pintu terbuka. dimana om ini langsung menarik tangannya dan bersikap seolah-olah tak terjadi apa apa. Aku bahkan masih mendengar jelas percakapan mereka.

" Ya alloh mas, dicariin malah ikutan tidur disini sama anak anak. Ayo bangun, itu loh katanya tadi minta bakso. Aku juga beli buat anak anak nanti kalo udah bangun "

" Hah, iyah bu maaf, tadi ngantuk banget,awalnya mau lihat mereka udah tidur apa belum,eh malah ketiduran"

" Dasar kamu ini mas ada ada saja, sudah ayo bangun kita makan diluar, biarin anak anak tidur"

"iyah bu"

Setelannya mereka pergi keluar kamar meninggalkan kami, aku berbalik menatap langit langit kamar.

Merenungkan apa yang baru saja terjadi. Tentang apa yang dilakukan ayah dari temanku, juga tentang mengapa aku harus menangis, bahkan terselip kalimat yang ku sesali sampai detik ini.

" Kok nangis,kan om cuma bercanda"

Ya kalimat itu adalah satu satunya kalimat yang membuatku menganggap pelecehan adalah sebuah candaan.

Singkat cerita kami bertiga bangun di jam setengah dua, kemudian bulek meminta kami makan yang memang sudah dia siapkan di depan tv.

Namun karena kejadian tadi, aku jadi takut dengan om.

Yang mana, membuatku memilih untuk pamit pulang saja, dan beralasan akan makan di rumah.

" Bolek Vanessa pulang aja , nanti makan di rumah, ayah udah pulang kayaknya" ucap ku

Tanpa menunggu jawaban, aku berlari ke rumahku yang memang ada disamping rumah bulek.

Benar saja, sesampainya di rumah aku melihat ayahku duduk diruang tamu sambil memeriksa banyak lembaran.

" Loh dari mana nes? "

" Dari rumah Rafi yah,main sama Rima juga"

" Oh iyah, ada PR ga disekolah, kalo ada sini ayah bantu, atau makan dulu sana"

" Heheheh ga ada kok yah, iyah ini mau makan, Vanessa laper" aku berlari ke dapur dan mengambil piring.

" Jangan lari lari nes, kaya dikejar hantu aja kamu" tegur ibuku.

" Hehe maaf bu, Vanessa laper, tadi udah disuruh makan di bulek ti, tapi Vanessa ga mau"

" Kenapa ga mau? "

" Enak masakan ibu " ucapku sambil tersenyum, setelahnya aku berjalan diruang tamu dan makan sambil menemani ayahku bekerja.

Aku tak ingin lagi mengingat kejadian tadi,tapi setiap ada kesempatan bertemu dengan om aku selalu menghindarinya.

Entahlah, hanya takut kejadian tak nyaman kapan hari ter ulang.

Aku melanjutkan hidupku dengan lancar, belajar dan bermain.

Aku bisa melakukan apapun namun tidak dengan naik sepeda, entahlah aku sangat takut dengan benda itu.

Dulu ayahku pernah mengajari ku cara menggunakan sepeda, namun karena jatuh aku tak lagi mau mempelajarinya, begitu juga ayahku.

Beliau tak ingin melihatku terluka jadi berkata, " sudah ga usah belajar naik sepeda lagi,nanti luka, kalau mau kemana mana sama ayah, kalo ndak sama kakakmu saja"

Kalimat ayah yang masih kuingat sampai sekarang.

Kukira semuanya akan baik baik saja.

Nyatanya tidak, karena semua anak sebayaku bahkan di bawahku,bisa naik sepeda.

Hal itu membuatku dibully.

Bukan hanya teman temanku, namun banyak dari tetangga yang sering berkata " masa kalah dari anak itu, dia aja bisa naik sepeda, kamu udah besar ga bisa" kalimat itu terus terngiang di telingaku.

Namun aku berusaha mengalihkan nya dengan fokus bermain dengan teman temanku yang lain.

Tapi hari itu semua berubah, siang itu aku dan teman temanku yang lain berencana main batu coker di rumah depan, namun saat hendak keluar, tepat didepan rumahku ada segerombolan anak anak yang juga temanku membicarakan ku.

" Kamu tau,kak Vanessa ga bisa naik sepeda loh" ucap salah satu dari mereka.

" Iyah, bener kemana mana ngerepotin orang, minta dianter bapaknya terus hahaha"

" Iyah, udah gede padahal. Udah jangan berteman lagi sama dia, jangan ajak main lagi, nanti kamu disuruh bonceng sampe capek lagi"

" Ih, aku juga ga mau lah, udah ah ayo sepedaan ga usah ajak dia, Rima ayok ikut kita aja main"

" Terus kak Vanessa gimana"

" Ga usah ajak dia, nyusahin"

Aku yang berada dibalik kaca terdiam, tanpa sadar air mataku mengalir.

Namun karena takut ibu tau, aku berlari ke kamarku dan menguncinya.

Semua perkataan mereka kembali berdengung nyaring di telingaku, tanpa sadar ingatanku kembali saat ayah temanku melecehkan ku.

Dadaku sesak sekarang, aku tak tau apa yang membuatnya sakit. Aku bahkan tak mengerti mengapa aku menangis,aku takut ibu atau ayahku mendengar. dengan sekuat tenaga ku tahan isakan ku, yang mana semakin membuat dadaku terasa ngilu.

Entah berapa lama aku melakukannya, yang pasti aku tertidur karena merasa lelah.

2 -

Setelah kejadian hari itu, aku tak lagi mau bermain dengan teman temanku, aku masih sama, gadis kecil yang riang, yang selalu tertawa dan membuat orang lain tertawa.

Namun, yang tidak mereka tahu, ketika sendirian dikamar aku menangis tanpa tau sebab alasannya.

Semua kembali seperti semula, layaknya tak pernah terjadi apa pun. Yang berbeda hanya aku tak lagi suka bergabung dengan teman temanku saat bermain.

Aku memilih untuk bermain boneka di rumah atau menonton tv.

Hanya sesekali aku ikut berkumpul dengan mereka, atau bahkan memilih ikut bergabung dengan ibu ibu yang bergosip.

Suatu ketika, keran air di rumahku bermasalah. mau tak mau aku harus menumpang di rumah salah satu tetanggaku untuk mandi.

pagi itu,aku dan ayahku meminta air disebelah untuk memasak, kebetulan nya hari itu hari minggu.

" Yah, Vanessa sekalian numpang mandi aja ya"

" Lah katanya mau renang, nanti aja sekalian pulang renang"

" Gimana toh yah, anaknya mau mandi kok malah ga dibolehin" sahut ibuku.

" Ga gitu bu, sebenernya ayah ga terlalu nyaman aja kalo Vanessa mandi di rumah orang,tapi gimana lagi keadaaan, lagian abis ini kan mau renang, nanti sekalian mandinya habis renang"

" Oh Yasudah kalo gitu. Ibu ga ikut, ayah aja ya yang nemenin Vanessa renang"

" Iyah bu, ayo sana siap siap"

Singkat cerita kamipun sampai ditempat renang, aku sangat suka berenang tapi aku tak bisa renang hihi.

Maksudnya, kalo kedalamannya masih bisa dijangkau aku bisa, tapi kalo kedalamannya ga bisa dijangkau aku ga berani.

Akhirnya siang itu aku menikmati waktuku berenang bersama ayahku. Aku memiliki kebiasaan yang kadang membuat beliau khawatir,dimana aku akan menenggelamkan seluruh tubuhku cukup lama di air.

Jujur saja,saat melakukannya aku merasa lebih tenang, pikiranku yang tadinya berisik jadi sunyi,tak ada lagi suara hinaan mereka bahkan bisikan dari ayah temanku itu pun ikut menghilang sejenak.

Namun hari itu aku kelepasan, dimana aku benar benar terhanyut oleh kesunyian di dalam air. Hingga tak sadar jika tubuhku mulai mengapung, andai ayahku tak menarik ku ke atas mungkin aku sudah meninggal.

" Vanessa, sudah ayah bilang jangan melakukan kebiasaanmu itu, membuat ayah takut kamu tau"

" Maaf ayah, nafasnya masih kuat kok tadi, hanya saja Vanessa keasikan aja hehe" alibi ku.

" Sudah kita pulang, ini udah cukup lama, nanti ibumu marah,ayah juga ada janji sama tukang buat benerin keran"

" Siap ayah, Vanessa mandi dulu"

Aku pun bergegas ke kamar ganti, sekedar membersihkan diri lalu bersiap pulang.

Aku dan ayah sampai di rumah pukul 2 siang,karena mengantuk aku bergegas ke kamar dan tidur.

Sekedar info, ayahku adalah guru agama, dimana dalam keluarga kami mengaji adalah hal yang wajib, kalo kata ayah tak perlu menghafal minimal bisa mengaji intuk bekal kalau sudah dewasa.

Pukul setengah 4 sore aku terbangun dari tidurku dan hendak mandi, namun karena kerannya masih diperbaiki. Mau tak mau aku harus mandi di rumah tetanggaku.

Karena kepalaku sakit aku memilih untuk mandi di rumah bulek TI,karena memang rumah itu yang paling dekat.

" Yah,Vanessa mandi di rumah bulek Ti ya"

" Yasudah iyah, sekalian ambil wudhu. Jangan lama lama nanti keburu abis waktu sholatnya"

" Iyah yah"

Aku pun bergegas mengambil gayung yang berisi alat mandi dan berlalu ke rumah bulek Ti.

" Bulek, Vanessa numpang mandi yaaaa"

" Iyah sana mandi,kerannya nyalain biar airnya penuh"

" Iyah bulek"

Kebetulan Nya rumah bulek Ti ini ada dua yang utama sebelah rumahku sedangkan sebelahnya lagi itu dapur,kamar mandi dan bagian depannya tempat suaminya kerja.

Aku berlalu tanpa berfikir yang aneh aneh, karena memang tujuanku mandi,wudhu terus pulang.

Namun siapa sangka saat sedang asyik mandi tiba tiba tirai yang dibuat untuk menutup pintu terbuka, aku terkejut melihat om yang tersenyum melihatku dalam keadaan telanjang dengan penuh sabun.

Aku hendak teriak namun om lebih dulu menutup mulutku.

" Sssssttttt, jangan teriak,om ga ngapa ngapain kok" aku ketakutan sampai tubuhku bergetar. Ya aku benar benar takut sekarang.

" Om lepas, jangan kaya gini. Vanes takut hiks Vanessa mohon keluar dari sini,Vanessa mau mandi hiks"

" Hey, anak manis ga boleh nangis, om cuma bermain sebentar sama Vanessa"

" Ga mau, lepas om hiks" aku ingin mendorongnya dan hendak berteriak. Namun lagi lagi ancaman sepele dari orang ini berhasil membungkam ku.

" Diam atau om akan bilang ke orang orang kalau kau menggoda om dan orang tuamu akan malu memiliki anak murahan sepertimu"

Aku terdiam, lagi lagi dadaku terasa sesak dan itu sangat menyakitkan. Apa aku yang salah? apa itu murahan?.

Lagi lagi aku hanya diam menangis. Membiarkan orang ini meraba tubuhku dengan sesekali meremas payudaraku.

Tak lama dia melakukan aksinya, hingga setelah beberapa menit dia pergi dan membiarkanku terduduk dilantai dengan tubuh yang masih bergetar karena ketakutan.

Dengan sedikit tenaga terakhir aku membilas tubuhku dan berpakaian tak lupa aku mengambil wudhu tan berlalu pulang.

Aku berlari kecil tanpa menghiraukan apapun, bahkan saat ayah menegurku aku tak peduli.

Sesampainya dikamar aku mengambil mukenah, aku menangis dalam shalatku, mengingat perkataan pria tadi perihal diriku.

Setelah selesai melakukan kewajiban ku aku terduduk diam menatap sajadahku, dalam hening aku bergumam,

Apa ini?

Kenapa dia bilang aku murahan?

Apa Maksudnya?

Apa yang salah?

Kenapa hatiku sakit?

Kenapa aku tak bisa menahan tangis ku?

Apa benar kejadian tadi hanya candaan ?

Apa pria dan wanita bisa bercanda seperti itu?

Dan banyak lagi pertanyaan yang muncul di pikiranku.

Semua kalimatnya bahkan masih terngiang di di telinga ku.

" Sudahlah,lupakan, jangan membuat ibu dan ayah khawatir. Sekarang bangun kita makan, kamu bisa Vanessa" ucapku pada diriku sendiri.

Setelah merasa lebih tenang aku keluar kamar, dimana sudah ada ayahku diruang tengah,kakak, ibuku juga sudah bergabung.

Kami berempat makan bersama sesekali membicarakan banyak hal.

" Vanessa, kenapa tadi ga jawab waktu ayah tegur abis mandi Hem"

" Hehe maaf yah, Vanessa ga denger, orang Vanessa udah takut telat waktu sholat. Makanya buru buru" sepertinya aku memiliki bakat pembohong, hingga lancar sekali membuat alasan.

" Terus itu kenapa matanya merah,abis nangis kamu dek ? "

" Ih mana ada adek nangis mas,ini mah merah bukan karena nangis, tapi abis renang pulang pulang langsung tidur hihi"

" Kamu ni dek, makanya kalo abis renang jangan langsung tidur, mana itu bengkak"

" Ya kan udah bawaan kak, kalo abis renang pasti ngantuk, ya kan yah" ucapku meminta pembelaan ayahku.

" Iyah nes iya bener. Udah Andre, Adikmu jangan digituin terus nangis nanti dia"

" Ih ayaaaah" mereka pun tertawa mendengar rengekan ku.

Sedang aku pun ikut tersenyum melihat mereka tertawa, aku bahagia,sangat bahagia berada di rumah ini.

Aku berharap akan selalu bahagia bersama mereka.

3 -

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat,Ini adalah hari kelulusan ku, yaa aku akan masuk smp sekarang hihi.

Sebulan yang lalu saat keluarga ku berkumpul,kami membicarakan perihal sekolahku juga kakakku, dia masuk SMA sedangkan aku SMP

Kakakku sudah menemukan sekolahnya, namun tidak denganku, masih banyak hal yang menjadi pertimbangan ku.

Salah satunya adalah berangkat sekolah.

Seperti yang ku bilang sebelumnya aku tidak bisa mengendarai sepeda,dimana jika aku sekolah itu akan sangat merepotkan keluargaku.

Tidak lupa, ingatan tentang perkataan teman temanku dulu bahwa aku adalah orang yang menyusahkan karena ga bisa naik sepeda.

Dan itu tertanam kuat di pikiranku. Aku tak mau menjadi beban mereka, maka jadilah aku mengambil jalur instan.

MONDOK.

Pada akhirnya aku menjatuhkan pilihanku untuk melanjutkan sekolah di salah satu pondok di kota sebrang. Ada beberapa tetanggaku yang mondok di sana, jadi aku tak perlu khawatir tak punya teman, dan lagi aku juga mendengar jika sekolahnya tak jauh dari pesantren dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki saja.

Selain karena tak perlu menaiki sepeda untuk sekolah, mondok adalah alternatif ku menjauhi semua teman temanku yang pernah mengatai ku dulu, kasarnya tak akan ada lagi yang menghinaku.

Dan lagi dengan meninggalkan desaku, aku tak perlu lagi ketakutan bertemu dengan om itu lagi, dengan begitu, aku bisa hidup tenang dan melanjutkan hidupku.

Seminggu yang lalu ayahku mengajak ku ke pesantren untuk melihat lihat lokasinya.

Benar saja, tempatnya sangat cukup jauh dari rumahku.

Karena berada di sebuah desa kecil yang jauh dari kota.

Tak masalah, setidaknya disini aku bisa merasa tenang.

Kembali ke acara wisuda ku.

Tak ada yang spesial karena dari pihak guru memutuskan membuat lomba untuk meramaikan acara.

Semua acara berlalu dengan hikmat dan menyenangkan, selain musik ada juga penceramah yang ikut mengisi acara tersebut,dimana bukan hanya wali murid yang hadir melainkan orang kampung lain yang ikut mendengar pengajian juga.

Sedangkan aku sudah menghilang dari hadapan orang tuaku untuk memburu jajanan.

Aku dan teman sekelas bergandengan menelusuri beberapa stan penjual yang ada.

Malam ini ayahku memberiku uang lebih banyak dari biasanya, jadi aku menggunakannya untuk membeli banyak jajanan.

Maklum masih SD, jelas sangat suka jajan bukan.

Malam itu Aku benar benar menghabiskan waktuku bersama teman temanku.

Setelah semua acara berakhir aku memilih pulang sendiri, karena ayah dan ibuku sudah pulang lebih dulu.

Rumahku tak jauh, karena berada dibelakang sekolah. Saat sedang asyik berjalan sambil memakan jajanan yang tersisa, seseorang berjalan di sampingku.

" Mau pulang nes, tadi pinter juga jogetnya, anak cewek kok pulangnya malem banget, ga salah sih kan cewek murahan" sontak aku menghentikan langkahku.

Dadaku kembali sakit,kali ini mataku ikut memanas. Aku ingin berteriak dan menyumpahinya namun lagi lagi kalimatnya yang mengatakan " Kalau orang tuaku akan malu memiliki anak sepertiku" kembali membungkam mulutku.

Terlihat punggungnya yang menjauh dari pandanganku, dan reflek aku berkata " Kenapa orang seperti dia ada didunia ini"

Tak lama, dia kesandung dan kepalanya terbentur batu hingga berdarah.

Kebetulan tetangga depan rumahku keluar dan berlari menghampiri nya untuk menolong, sedangkan aku berlalu begitu saja masuk ke rumahku.

Aku tidak peduli dengan keramaian yang terjadi didepan sana aku hanya ingin tidur sekarang.

Namun siapa sangka, diruang tengah sudah ada ibu,ayah,kakak,juga kakak ipar ku yang berkumpul.

" Nah ni anaknya dateng yah" ucap kakak pertama ku.

" Vanessa,ayah tanya lagi kamu beneran mau mondok"

" Hah, ya iyah emang mau mondok yah, kok tanya lagi"

" Bukan gitu dek, maksud ayah, kamu kan ga pernah jauh dari kami emang kamu bisa" ucap kakakku yang no tiga.

" Ih kakak, aku udah pikirin kok, aku mau pintar agama kaya ayah, aku mau jadi guru agama kaya ayah"

"Yasudah kalo emang itu yang kamu mau. Ibu, ayah sama kakak ga akan tanya lagi. Tapi ingat, kalo memang ga sanggup bilang ya, pulang sekolah di sini sini ajah,nanti biar ayang yang antar jemput, kalo ga gitu mas atau mbak mu yang jemput"

" Ih ibu, mas,mbak udah nikah, mana bisa jemput Vanessa"

" Yasudah, besok siapin keperluannya sama ibu ya, lusa ayah antar"

" Iyah yah,makasih"

" Itu apa sih rame banget didepan" celetuk kakak iparku.

" Ooh itu, om sebelah jatuh kepalanya kena batu"

" Kok adek tau" tanya kakak ke 3 ku.

"Lah kan jatuh nya didepan adek, ya tau lah"

" Astagfirullah dek kok ga bantuin itu kamu nya" seru ayahku.

" Lah kan adek masih kecil yah, mana bisa bantu kaya gitu, lagian juga udah ada bulek Ma dan suaminya yang bantu ini" belaku.

" Astaghfirullah, kamu ini ada ada aja, ya wes sana istirahat,ayah mau lihat keadaannya "

" Ih ngapain sih yah, udah kita tidur aja, ayah janji besok mau renang loh"

" Iyah besok mas juga ikut, sekarang adek masuk kamar tidur,sekarang ayah sama mas mau lihat itu dulu" ucap kakakku.

Aku tak lagi mendebat dan masuk kedalam kamarku, setelah mengunci kamar mataku kembali berkaca, sudahlah aku bahkan sangat lelah memikirkannya.

Ku pandangi setiap sudut kamarku yang sudah menjadi saksi tentang apa yang terjadi padaku selama ini.

Kasur itu adalah tempatku menumpahkan kesakitanku, boneka itu adalah salah satu benda yang membantuku meredam isak ku.

Setelah ini aku akan meninggalkan tempat ini.

Hah...

Karena merasa begitu lelah. Aku merebahkan tubuhku dengan tenang, tak lupa telinga yang ku sumpal dengan headset yang sudah tersambung dengan mp3, lagu lagu dari beberapa artis ibu kota menyapa gendang pendengaran ku, mengalirkan suasana riuh, dimana suara di pikiranku bersautan dengan suara merdu sang penyanyi.

Hal tersebut membuatku semakin lelah dan sakit kepala, namun melodi dari lagu tersebut menarik ku masuk perlahan ke dalam mimpi.

Dilain tempat, semua orang masih dihebohkan oleh kecelakaan yang terjadi pada om sebelah, istrinya menangis melihat suaminya pingsan sedang dokter dengan tenang mengobati suaminya.

Ibu ibu dan bapak bapak yang berkumpul didepan rumah nya bersautan menceritakan kronologi kejadian, tanpa mereka tahu jika hal itu bukanlah kecelakaan, melainkan karma karena menyakiti gadis kecil yang masih polos ini.

" lah iyah, aku juga kaget tadi, tiba tiba udah jatuh aja di depanku, mana ada batu lagi, tapi tak jauh dari suami TI ada Vanessa yang berdiri dan ga mau bantuin, malah masuk kerumahnya" ucap ibu depan rumahku.

" Heh mbak, adek ku itu masuk rumah karena dipikirnya udah ada kamu dan suamimu yang bantu, lagian dia masih kecil bisa bantu apa dia. Mungkin juga anaknya takut ada yang jatuh terus berdarah tepat didepan dia makanya masuk rumah" bela kakak keduaku yang memang dari tadi ikut nimbrung.

" Ahh iyah juga yaa, mana adikmu itu polos banget anaknya"

Kurang lebih begitulah pembicaraan mereka, aku tau karena kakakku bercerita wkwk.

Kakak pertama namanya mas Adi

Kakak kedua namanya mbak Yuni

Kakak ketiga namanya Andre

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!