NovelToon NovelToon

Titan Core

Chapter 1

“Hajar Raido.....,” teriak seorang penonton yang sedang menonton pertarungan di basement tempat parkir di bawah sebuah gedung yang berada di tengah kota.

Dua orang petarung sedang bertarung di tengah, yang menonton adalah para pria bertampang seram dan bertato, mereka adalah anggota gangster yang menonton jawara mereka bertarung demi memperebutkan binis. Seorang petarung yang bertelanjang dada dan berbadan kekar dengan rambut pendek berantakan berwarna hitam maju melayangkan tinju nya.

Lawan nya menangkis nya dan balas menyerang, tapi petarung berambut berantakan itu memutar tubuhnya dan menendang kebelakang, langsung mengenai perut lawan nya. Lalu dengan punggung tangannya yang mengikuti putaran tubuhnya dia memukul wajah lawannya sampai jatuh.

Setelah itu, dia mengangkat kakinya ke atas dan menjatuhkan tumit di kepala lawannya sampai lawannya tidak bergerak lagi. Seorang wasit berlari dan memeriksa lawan nya,

“Raido menaaaang....,” teriak wasit yang memeriksa sambil menangkat tangan Raido.

Semua penonton yang berada di sisi belakang Raido bertepuk tangan, sedangkan di sisi lawan nya membanting berkas dan smartphone mereka dengan marah. Setelah selesai Raido keluar dari basement dan berjalan menuju apartemen nya, hari sudah malam dan perut nya berbunyi,

“Lumayan lah....aku bisa beli makanan...besok sekolah ya...,” Pikir Raido sambil melihat uang di tangan nya.

Selagi dia berjalan melewati taman, dia melihat ada gerobak ramen yang berjualan di sisi taman. Karena lapar, dia mendekati gerobak itu dan membuka tirai nya,

“Ossan (paman), ramen shoyu satu ya, oh tambah oden semangkuk,” ujar nya.

“Baik, duduk dulu....,”

Ketika mau duduk, dia melihat seorang gadis berambut hitam panjang di ikat pony tail dan sangat cantik, tubuhnya terlihat kekar padat berisi, tapi Raido melihat nya dengan sebelah mata,

“Geh....dia....,” pikir nya dalam hati.

Karena tidak ada tempat duduk lagi, sebab yang lain basah karena hujan, mau tidak mau dia duduk di sebelah gadis itu. Ketika Raido duduk, gadis di sebelah nya yang sedang menyeruput ramen menoleh dan melihat nya.

“Geh...kenapa kamu duduk di sebelah ku !” tegur gadis itu.

“Tidak ada tempat lagi,” balas Raido sambil mengambil sumpit.

“Haaah...makan malam ku, kenapa aku harus duduk di sebelah makhluk ini,” ujar gadis itu.

“Hah, maaf ya.....sudah ku bilang tidak ada tempat lagi, kalau bisa aku juga tidak mau duduk di sebelah makhluk seperti kamu,” balas Raido.

“Wah kalian berdua ternyata saling kenal dan akrab ya ?” ujar ossan pemilik gerobak sambil memberikan semangkuk ramen untuk Raido.

“Tidak kenal,” jawab Raido dan gadis itu bersamaan.

Akhirnya keduanya makan dengan saling membuang wajah dan tidak mau melihat satu sama lain. Gadis di sebelah Raido adalah teman sekelas Raido yang bernama Chikage Reina, berbeda dengan Raido yang populer karena dianggap bandel dan preman, Reina populer karena dia adalah siswi paling cantik dan rangking satu di kelas nya, bahkan dia juga populer di kalangan senior dan siswa seangkatan di kelas lain, tapi tidak ada yang bisa mendekati nya, karena dia sangat dingin dan tertutup sehingga tidak sedikit yang menjulukinya ratu es. Raido dan Reina selalu berkelahi di kelas, tapi semua teman sekelas mereka malah menganggap mereka akrab karena Reina hanya berbicara dengan Raido dan begitu juga sebalik nya.

“Ossan berapa jadinya,” Reina berdiri karena sudah selesai.

“Jadinya 700 yen,” ujar ossan.

“Buset kuli juga makan nya cewe ini, makan apa saja sampai 700 yen,” Pikir Raido.

Kemudian dia menoleh dan melihat Reina sedang mencari cari dompet nya di saku saku celana juga kemejanya. Raido tertawa kecil melihat Reina yang sedang kebingungan.

“Kenapa tertawa,” teriak Reina marah.

“Haha...mau makan gratis....dasar, masa ojou sama tidak punya uang,” Ledek Raido.

“Awas kamu ya....,” balas Reina sambil terus mencari dompetnya.

“Sudahlah, biar kamu cepat pergi....ossan jadi berapa semuanya,” tanya Raido.

“1200 yen,” jawab ossan.

“Nih ossan (paman)...aku bayarin dia sekalian....dah sana pulang,” ujar Raido sedikit mengusir Reina.

“Huh, besok ku ganti di sekolah.....terima kasih,” balas Reina sambil membuka tirai dan keluar.

Tapi ketika Reina keluar, Raido melirik dengan wajah serius melihat bekas tempat duduk Reina.

“Bau mesiu dan sedikit bau darah....siapa dia sebenarnya,” Pikir Raido.

Dengan tenang, Raido meneruskan makan nya. Setelah selesai, dia berdiri dan berpamitan dengan pemilik kedai, kemudian dia membuka tirai dan berjalan menuju apartemen nya. Ketika sampai di apartemen nya, dia mencoba membuka kunci tapi pintunya tidak terkunci, dia langsung masuk ke dalam,

“Ah...,” Reina berdiri di dalam sedang mengeringkan rambutnya dan memakai kaus miliknya, dia baru saja keluar dari kamar mandi.

“Ngapain kamu disini, kenapa kamu bisa di sini ?” tanya Raido.

Kemudian dia melihat kunci di tangannya, ternyata kuncinya adalah kunci loker di sekolah milik Reina, dia melihat Reina sedang memegang kunci apartemennya sambil menjulurkan lidah nya.

“Apa maksud mu Chikage-san...mau apa kamu di apartemen ku ?” ujar Raido memasang kuda kudanya siap menerkam Reina.

“Numpang tidur malam ini.....kunci ku hilang bersama dompet ku....dan tidak mungkin ke pengelola malam ini,” balas Reina sambil masuk ke dalam dan mengeringkan rambutnya.

“Perempuan ini....seenak nya saja,” gumam Raido di pikiran nya dengan geram.

Tapi dia tidak bisa mengusir perempuan malam malam begini untuk tidur di jalanan, akhirnya walau hatinya kesal bukan kepalang, dia diam saja. Dia langsung membuka seragam nya dan mengambil handuk kemudian masuk ke kamar mandi. Karena apartemen Raido hanya ada satu ruangan, akhirnya dia tidur di lantai dan Reina tidur di kasurnya. Raido kembali memainkan smartphone nya sambil menghadap dinding karena dia tidak mau melihat Reina di belakang nya yang tidur dengan santai sambil  memainkan smartphone juga.

“Oi Gondo, kamu malam ini jangan macam macam ya pada ku,” ujar Reina.

“Hah...tenang saja, aku ga minat pada mu Chikage.....kamu aman,” balas Raido.

Keduanya kembali diam dan fokus kembali ke smartphone mereka. “Dlung,” tiba tiba smartphone mereka bunyi bersamaan. Raido dan Reina melihat ada sebuah pesan masuk ke smartphone mereka, lalu mereka saling melihat dan membuka pesannya. Pesan yang masuk ke dalam smartphone Raido mengatakan kalau kekurangan dana yang seharusnya di bayarkan padanya sudah di transfer. Wajah Raido langsung berseri seri dan dia terduduk sambil membalas pesan, dia melirik ke Reina yang terlihat pucat dan duduk tertegun memandang smartphonenya.

“Gondo...sebelumnya aku minta maaf,” ujar Reina.

“Hah...minta maaf buat apa lagi ?” tanya Raido bingung.

“Prang,” jendela Raido pecah dan sesuatu mendarat di atas meja, Raido langsung melompat menomplok Reina dan memeluknya ketika melihat sesuatu yang mendarat itu adalah sebuah bom c4 yang masih berdetak menghitung mundur, kemudian dengan cepat dia menggendong Reina ala princess dan berlari ke jendela, Raido melompat keluar bersama dengan Reina. “Tlit...tlit...blaaaaar,” bom c4 yang berada di meja meledak menghancurkan apartemen Raido yang terus berlari sambil menggendong Reina di depannya tanpa alas kaki.

“Um...Gondo, matamu....berdarah,” ujar Reina sambil membersihkan mata Raido yang terpejam dan berdarah.

“Apa yang terjadi, aaaaaaah...apartemenku meledak,” ujar Raido.

“Kan aku sudah bilang, maaf sebelumnya, sekarang aku jadi tahu dimana dompet dan kunci apartemenku tertinggal hehe,” ujar Reina sambil membersihkan mata Raido.

“Jangan hehe....aku butuh penjelasan,” balas Raido.

“Aku akan jelaskan, kita cari tempat aman dulu,” balas Reina.

Chapter 2

Mereka masuk ke dalam rumah kosong yang berada di ujung jalan, Raido melemparkan Reina masuk ke dalam pagar dan dia melompat memanjat pagar, “prang,” Raido memecahkan kaca jendela dan masuk ke dalam, keduanya langsung duduk bersandar di dinding dengan nafas terengah engah. Setelah keduanya sudah tenang,

“Ayo ceritakan semuanya,” ujar Raido.

“Iya iya aku ceritakan,”

Tanpa menunda lagi, Reina menjelaskan semuanya, rupanya selama ini Reina adalah seorang pembunuh bayaran yang bekerja di dunia bawah dengan code name kunoichi karena dia seorang yatim piatu dan butuh biaya untuk hidup sama seperti Raido, banyak anggota gangster, mafia dan pebisnis pebisnis yang menyewa jasanya untuk melenyapkan saingan dan musuh mereka. Tapi hari ini Reina melakukan kesalahan karena dompet dan kuncinya terjatuh di tempat dia membunuh seorang bos gangster kecil yang mencoba mengambil lahan bisnis bos gangster besar.

“Astaga, kupikir yang di gosipkan di kelas itu benar kalau kamu memiliki sugar daddy atau om senang dan suka menjajakan tubuhmu,” ujar Raido.

“Hah...tentu saja tidak, kalaupun aku masuk ke hotel itu artinya aku sedang bersama targetku, kamu jangan salah sangka,” ujar Reina panik.

“Siapa juga yang salah sangka, aku hanya mendengar gosip di kelas, memang sih ketika melihatku, mereka semua berhenti bicara hahaha,” ujar Raido.

“Huh dasar,” balas Reina.

“Jadi sekarang bagaimana ? apartemenku berserta barang barangku di dalam hancur,” ujar Raido.

“Hmm termasuk smartphone kita berdua ya ?” tanya Reina.

“Iya grrrrr....” jawab Raido geram.

“Maaf, aku tidak menyangka mereka semudah itu melacakku, padahal aku sudah menunggu kamu keluar dari gedung tadi,” ujar Reina.

“Hah....kamu memang tahu pekerjaanku ?” tanya Raido.

“Baru hari ini aku tahu, awalnya aku juga mendengar gosip dari teman teman katanya kamu selalu berada di host club melayani para perempuan,” jawab Reina.

“Mana mungkin, aku kesana hanya mengambil bayaran atau bos ada perlu...eh..kalau kamu melihatku berarti sasaranmu ada di dalam gedung itu dong ?” tanya Raido.

“Yup, yang jawaranya kamu bunuh,” jawab Reina santai.

“Ah.....begitu, pantas klienku kasih bonus tadi,” ujar Raido.

“Bilang terima kasih dong sama aku,” ujar Reina.

“Terima kasih atas hancurnya apartemenku,” balas Raido.

“Sama sama, hehehe,” balas Reina.

“Bletak,” Raido menjitak kepala Reina saking geramnya, Reina langsung memegang kepalanya dengan kedua tangannya,

“Hei...kenapa kamu jitak aku ?” tanya Reina.

“Mikir aja sendiri,” jawab Raido.

“Kan aku sudah minta maaf, gimana sih,” balas Reina.

Raido menoleh melihat Reina, ternyata Reina juga terluka di bagian matanya, ketika Raido ingin menjulurkan tangannya untuk melihat luka Reina, tangannya menyibakkan rambut Reina dan dia kaget melihat mata Reina ternyata cukup parah dan terpejam. Berbeda dengan Raido yang terluka di bagian mata kanannya, Reina terluka di mata kirinya. Reina langsung menyingkirkan tangan Raido dengan menepuknya,

“Aku tidak apa apa,” ujar Reina.

“Kita ke rumah sakit,” balas Raido.

“Hah....kenapa ?” tanya Reina.

“Matamu harus di rawat, mataku juga, ayo !” Raido berdiri dan menarik tangan Reina supaya berdiri.

Reina tidak mau berdiri, dia menarik tangan Raido sampai akhirnya Raido kembali duduk disebelahnya,

“Kenapa ?” tanya Raido.

“Tidak apa apa, kita di sini saja,” jawab Reina.

“Tapi matamu....”

“Tidak apa apa, aku akan sembuh sendiri,” ujar Reina.

“Be..benarkah ?” tanya Raido.

“Kamu sendiri.....juga sama kan ? tadi sewaktu berlari aku menyadarinya” tanya Reina.

Raido melihat ke depan, dia mengangguk mengiyakan ucapan Reina. “Psssss,” asap putih mulai keluar dari kedua mata mereka, berangsur angsur mata mereka sembuh dan pulih seperti sedia kala tanpa ada bekas sama sekali. Keduanya terdiam tanpa bicara apa apa, namun diam diam keduanya saling melirik dan akhirnya saling melihat satu sama lain,

“Siapa kamu sebenarnya ?” tanya Raido.

“Lupa...aku tidak ingat masa laluku, kamu sendiri siapa ? aku sendiri heran, kenapa aku selalu berbicara dengan mu di kelas walau tempat duduk kita berjauhan dan tidak bicara dengan yang lain,” jawab Reina.

“Kalau aku jawab aku juga tidak ingat siapa aku dan sama sepertimu, aku tidak bicara dengan orang lain selain kamu, kamu percaya ?” tanya Raido.

“Setelah melihat matamu yang sembuh sendiri sama sepertiku, aku percaya,” jawab Reina.

Keduanya kembali terdiam dan tidak bicara lagi, suasana di dalam rumah kosong yang gelap itu kembali menjadi hening. Raido menoleh melihat Reina,

“Kamu....kenapa kerja seperti itu dan jangan jawab karena butuh uang ? padahal kan bisa kerja yang lain kalau hanya sekedar butuh uang, contoh kasir convinience store dan pelayan restoran, kita sudah berumur 18 tahun, sebentar lagi kita lulus sma, bekerja paruh waktu seperti itu harusnya tidak masalah, jadi tidak harus mempertaruhkan nyawa seperti itu kan ?” tanya Raido.

“Aku...tidak tahu, kamu sendiri kenapa bekerja seperti itu ? omonganmu barusan bisa untuk dirimu sendiri kan, pekerjaan itu membuatmu bonyok setiap kali masuk ke sekolah,” jawab Reina.

“Sama, aku tidak tahu, entah kenapa, aku baru merasa hidup di dalam pertarungan,” ujar Raido.

“Kalau aku bilang sama, kamu percaya ?” tanya Reina.

Keduanya kembali terdiam, Raido bersender kebelakang dan meluruskan kakinya, dia menatap ke langit langit. Reina menekuk kedua lututnya dan memeluknya sambil membenamkan wajahnya. Tiba tiba, “ting...ting...teng..tong,” tedengar alunan tembang yang di nyanyikan menggunakan piano, keduanya langsung berdiri dan melihat pintu basement,

“Tembang ini.....aku kenal tembang ini,” ujar Raido bingung.

“Aku juga kenal...tapi aku lupa, aku ingat aku pernah mendengarnya, bukan hanya pernah, sering,” balas Reina bingung.

Alunan tembang itu berasal dari basement, Raido dan Reina berjalan menuju pintu basement yang di tutup rapat, Raido membuka pintunya dan melihat sebuah tangga turun ke bawah, ternyata alunan tembang itu terdengar jelas ketika pintu di buka. Mereka melihat ada cahaya remang remang di bawah seperti cahaya obor atau lilin. Dengan perlahan, mereka melangkah turun untuk memeriksa sumber cahaya dan sumber alunan tembang yang mereka dengar. Tanpa mereka sadari, mereka mulai melangkah turun sambil bergandengan tangan.

Begitu sampai dan melihat ke dalam ruangan, mata kedunya langsung membulat dan mulut mereka ternganga karena melihat sebuah api besar melayang di udara tepat di atas pedestal tanpa ada lilinnya. Di belakangnya terlihat sebuah piano dan seorang gadis kecil berambut panjang memakai pakaian seperti dari suku asing yang tidak ada di bumi. Ketika melihat Raido dan Reina mendekat, gadis kecil itu menghentikan tembangnya dan menoleh melihat kepada keduanya dengan kepala miring. Raido dan Reina langsung terkesiap, karena mata gadis kecil itu terlihat hitam seperti tengkorak dan mulutnya tersenyum seperti bulan sabit,

“Ke..te..mu hehehehe,” ujarnya sambil mengangkat telunjuknya ke arah Raido dan Reina.

“Huh !” ujar keduanya bingung.

Sang gadis kecil turun dari kursi, dia mulai menyanyikan tembangnya tapi kali ini menggunakan suaranya dan ada liriknya, tiba tiba, “aaaagh...” Raido dan Reina memegang kepala mereka dan berlutut, kemudian mereka tersungkur jatuh sambil berpegangan tangan. Keduanya jatuh terlungkup dan pingsan, mata Raido dan Reina yang pingsan mulai bergerak gerak, tangan mereka menggenggam erat satu sama lain, sesuatu terjadi di dalam pikiran mereka.

******

“Baduum...baduum,” terdengar bunyi mendentum, Raido dan Reina merasa dirinya bergerak melangkah maju, mereka membuka matanya, “Groaaaaaar,” mereka mendengar diri mereka sendiri meraung, kemudian mereka melihat ke bawah,

[“Ap...apa ini...kenapa aku menjadi sebesar gedung ?” tanya Raido.]

[“Aaaaaaaaaa.....” terdengar Reina berteriak.]

Raido menoleh dan melihat seekor monster besar di sebelahnya, monster itu terlihat sedang memegang wajahnya sendiri dengan tangannya, monster itu menoleh dan melihat ke arah Raido, kemudian dia mundur ke belakang,

[“Ra..Raido,....ka..kamu....monster,” ujar Reina.]

[“Ha...monster itu....Reina ? kamu Reina ?” tanya Raido sambil melihat monster di sebelahnya.]

[“A..apa yang terjadi pada kita,” ujar Reina.]

[“A..aku tidak tahu....” ujar Raido.]

Tiba tiba, “Blaaaam,” terdengar ledakan besar di sekitar mereka, keduanya melihat ke arah ledakan, mereka melihat sebuah lubang hitam di atas mereka yang di kelilingi awan hitam dan berpetir, dari dalamnya keluar semacam makhluk berwujud seperti tentakel tentakel yang sangat besar dan menjijikkan karena banyak gelembung gelembung daging di tentakel tersebut. Keduanya melihat sekeliling, seluruh kota terbakar, gedung gedung tinggi hancur, banyak sekali monster monster kecil seperti laba laba, doggy dan kuda yang bekeliaran di jalan membunuhi manusia.

Dari ketinggian mereka juga melihat banyak sekali helikopter serbu, pesawat tempur dan pesawat pembom sedang berkejar kejaran dan menembaki monster monster yang beterbangan berwujud seperti burung besar binatang purba, selain itu mereka juga melihat banyak misil dan rudal melesat yang di tembakkan oleh artileri dan tank pembawa artileri ke arah para monster besar yang berwujud seperti manusia namun menjijikkan karena berwarna ungu dan tubuhnya penuh gelembung gelembung daging, monster itu memiliki sebuah mata besar di tengah dadanya dan tangannya berupa cula yang sangat besar.

Monster monster itu berasal dari gelembung gelembung daging yang pecah di tentakel tentakel raksasa yang terjulur dari dalam lubang hitam ke tanah. Raido dan Reina merasa mereka menoleh melihat satu sama lain dan mengangguk,

“Groaaaaaaaaaar,” keduanya meraung bersamaan.

“Baduuum...badum...badum...badum...” keduanya berlari menuju ke arah monster monster di depan mereka. Raido menabrak seekor monster bermata satu sampai jatuh, kemudian dia melompat menerkam monster itu dan menyabetkan cakarnya mencabik cabik monster di bawahnya sampai hancur berantakan,

“Groaaaaaaaar,” setelah itu dia meraung ke atas.

Dia kembali berdiri dan berlari menuju ke arah tentakel yang terjulur dari lubang hitam. Sementara itu, Reina juga mendorong seekor monster berbentuk badak besar bercula enam dengan tubuh seperti gelembung gelembung daging yang bersatu dan menjijikkan, dia mengangkat monster itu dan melompat membanting monster itu ke tanah kemudian mencabik cabiknya. Setelah itu Reina berlari menuju ke arah tentakel dari sisi yang berbeda. Keduanya bersama sama berlari menuju tentakel tentakel yang keluar dari lubang di langit sambil menghindari gedung gedung di sekitar mereka.

Chapter 3

Raido dan Reina yang sedang berada di dalam monster raksasa, sampai di depan tentakel yang jauh lebih besar di banding mereka, keduanya berada di sisi yang berbeda, tiba tiba saja Raido merasakan kalau punggungnya terasa panas, seluruh sirip di punggungnya menyala berwarna biru terang,

“Graaaaaaaaaah,”

Raido merasakan mulutnya mengeluarkan sesuatu yang teramat sangat panas, dia melihat dirinya menyemburkan sebuah sinar besar berwarna hijau  ke arah tentakel di depannya. “Uooooooong,” tentakel besar itu bergerak terangkat dari tanaha karena tertembak sinar biru milik Raido.

Di sisi lain, Reina juga meraakan punggungnya terasa panas dan seluruh sirip di punggungnya mengeluarkan cahaya berwarna pink yang sangat panas, kemudian “graaaaaaaaah,” Reina merasakan panas di mulutnya dan melihat dirinya mengeluarkan sinar besar berwarna pink menembak ke arah tentakel yang sedang bergolak karena tertembak oleh Raido.

“Uooooooong,” tentakel tentakel itu mulai naik ke atas meliuk liuk berusaha menghindari dua sinar besar yang menghantam dirinya. “Bummm...bum...bum,” ujung tentakel itu berkali kali menghantam tanah, namun mereka mulai menyusut dan mengering karena terkena sinar panas itu, “ctas,” beberapa tentakel terputus terkena laser dan jatuh menghantam gedung gedung di bawah.

Namun beberapa tentakel lainnya menyerang Raido dan Reina dengan tembakan cairan hitam dan melilit tubuh mereka, Raido dan Reina melawan tentakel tentakel itu dengan cakar mereka dan tidak menghentikan semburan laser mereka. Tubuh mereka mulai terluka karena duri duri tentakel yang menggesek mereka dan tusukan ujung tentakel yang tajam ke tubuh mereka. Keduanya tetap melancarkan serangan mereka sampai akhirnya tentakel tentakel itu masuk kembali ke lubang hitam.

Lubang hitam di atas mereka mulai berputar dan mengecil bersama awan awan hitam berpetir yang mengelilinginya. Monster monster yang berkeliaran di jalan jalan, monster monster besar yang sedang merusak gedung gedung dan menangkapi manusia menjadi kering mendadak dan rontok menyerpih di jalan seperti tanah liat yang sudah kering. Raido dan Reina yang terluka saling menghampiri satu sama lain dan saling merangkul.

Mereka melihat kota sudah selamat walau dalam keadaan hancur, keduanya berbalik berjalan menuju ke arah laut untuk pergi setelah selesai. Tapi ketika mereka sedang berjalan, “siuuuung....blaaaaaaar,” sebuah misil menembak punggung Reina. “Graaaaaaaoooo,” Reina tumbang jatuh ke depan,

“Reidan....[huh ?],” terdengar suara pria mengerikan di kepala Raido dan Reina.

[“Ini suaraku ?” tanya Raido.]

“Rai..gan...[huh ?],” terdengar suara wanita mengerikan di kepala Raido dan Reina.

[“Aku berbicara ? namaku Reidan dan yang satunya Raigan ?” tanya Reina.]

[“Nama monster ini...namaku...Raigan ?” tanya Raido.]

Raido merasa dirinya menoleh ke belakang, dia melihat banyak pesawat tempur, helikopter buru, tank penembak misil dan rudal, tank artileri, tentara tentara yang membawa bazooka dan penembak rudal sudah berada di belakang mereka dan siap menembaki mereka. Raido kembali menoleh ke arah laut dan memapah Reina berjalan ke arah laut, tapi “blaaaaar,” kali ini punggung Raido yang menjadi sasaran.

“Manusia keparat....mereka menyerang kita,” ujar Raigan.

“Kita harus kembali ke laut Raigan, kalau tidak kita bisa mati,” ujar Reidan.

“Ayo Reidan,” ujar Raigan yang tidak memperdulikan tembakan di belakangnya.

Tapi seluruh pasukan di belakang menembaki keduanya dan berniat membunuh keduanya, Raigan melihat Reidan yang semakin terluka karena tembakan itu, dia menjadi marah dan menoleh berbalik ke belakang,

“Groaaaaaaaaaar....(kenapa...kenapa...kami sudah menolong kalian, kenapa),”

Karena mendengar Raigan meraung kencang dan berbalik, pasukan yang berada di depan Raigan semakin menembakkan seluruh persenjataan mereka. Punggung Raigan mengeluarkan cahaya biru yang terang dan kepalanya mulai naik ke atas, “graaaaaaah,” dia langsung menembakkan sinar laser biru kepada pasukan manusia di depannya. Reidan berdiri dan menarik Raigan supaya berhenti, kemudian keduanya kembali berjalan ke arah laut.

“Wuoooood.....wuoooood....wuoooood,” terdengar suara alarm kencang di seantero kota. Keduanya menoleh melihat sekeliling, tidak ada satu orang pun di kota, pasukan yang berada di belakang mereka sudah hancur terkena sinar laser biru. Keduanya kembali berjalan, tapi “bressss,” sebuah sinar putih besar menghantam punggung keduanya dan melewatinya, keduanya melihat ke bawah dan tubuh mereka sudah tertembus sinar putih itu, di dalam Raido dan Reina merasakan sakit yang sangat luar biasa.

“Graaaaah....”

Keduanya meraung kencang dan “baduuuum,” keduanya jatuh menghantam tanah membuat seluruh kota bergetar. Keduanya tidak bergerak lagi dengan tangan mereka masih bergandengan.

*****

“Whoaaaaaaah....” teriak Raido dan Reina yang bangun bersamaan dan langsung terduduk.

Keduanya langsung meraba raba tubuh mereka karena mereka, setelah mengetahui kalau mereka tidak apa apa mereka menjadi lega, tapi tiba tiba mereka kaget karena melihat ruangan di depan mereka berubah, ruangan itu kembali menjadi gudang biasa yang gelap dan tidak ada apa apa,

“A..apa yang terjadi....” ujar Reina sambil memegang keningnya.

“Aku...aku bermimpi menjadi monster besar....” ujar Raido yang juga memegang keningnya.

“He...he...he,” terdengar suara di belakang mereka.

Keduanya langsung menoleh dan melihat gadis kecil yang mereka lihat berdiri di belakang mereka, keduanya melompat dan bersiaga, tapi bulu kuduk keduanya langsung berdiri dan rasa takut langsung memenuhi hati mereka, alasannya gadis kecil itu memiliki tangan seperti tentakel yang mereka lihat di mimpi mereka dan beberapa tentakel keluar dari punggungnya menapak di lantai membuat gadis kecil yang memandang mereka dengan mata hitam dan senyum seperti bulan sabit melayang di udara.

“Siapa kamu ?” tanya Raido.

“Hehehe...tidak di sangka kalian di sini, lari meninggalkan bumi kalian dan menjadi manusia di bumi baru, sudah ku duga tembang itu cara menarik kalian keluar,” ujar gadis kecil itu dengan suara parau.

“Hei...jawab, siapa kamu ?” tanya Reina meneruskan pertanyaan Raido.

“He..he..he..he...aku ? aku mimpi buruk,”

Tiba tiba dua tentakel melesat dan melilit leher Raido juga Reina, keduanya langsung memegang tentakel tentakel itu berusaja melepaskan diri. Bau yang sangat busuk di tambah bentuk tentakel yang bergelembung daging itu membuat keduanya merasa jijik. Lilitan tentakel semakin kencang dan membuat keduanya tercekik terangkat ke udara.

Dalam keadaan terjepit, tiba tiba, “blung,” sebuah layar hologram tampil di depan Raido dan Reina. Sebelah tangan Raido dan sebelah tangan Reina berubah menjadi sebuah cakar monster yang besar, “slaaash,” keduanya langsung menebas tentakel yang mengikat leher mereka dan mengangkat tubuh mereka ke atas.

Keduanya kembali jatuh ke tanah sambil berlutut dengan satu kaki, sebelah tangan mereka berubah menjadi tangan monster membuat keduanya menjadi teramat bingung dan pakaian mereka hancur. Gadis kecil yang awalnya tersenyum langsung berhenti tersenyum,

“Ooooh kalian bangkit....baiklah, aku pergi, dadah,” ujar sang gadis.

Sebuah lubang hitam muncul di bawah tentakel tentakel yang menapak di tanah dan gadis itu masuk ke dalam lubang hitam itu.

“He..hei...tunggu...” teriak Raido sambil menjulurkan tangannya.

Namun gadis kecil itu menghilang tertelan oleh lubang hitam di bawah kakinya dan lubang hitam itu menghilang. Keduanya langsung terdiam, mereka mengamati tangan mereka yang berubah menjadi cakar monster, kemudian melihat layar hologram yang berada di depan wajah mereka masing masing.

“Dia hilang....apa yang terjadi pada kita Raido,” ujar Reina.

“Aku tidak tahu,” ujar Raido.

“Tangan kita....seperti tangan monster di dalam mimpi...” ujar Reina.

“Iya...aku benar benar tidak mengerti sama sekali, kita coba baca dulu layar di depan wajah kita ini,” ujar Raido yang mulai membaca layar di depannya, Reina juga mulai membacanya.

*************************************************************************

Name (Human)    : Gondo Raido.

Power                    : 10.000

Speed                    :   8.000

Ability                    : Superhuman aspect, martial arts, regeneration, auto barrier, hard skin.

Skill                        : Transform kaiju, partial body transform, laser breath.

Utility                     : Item box.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Titanus (Kaiju)        : Raigan.

Type                        : Humanoid dragon kaiju (M).

Power                      :10.000.000

Ability                     : Kaiju martial arts, hyper regeneration, iron scale skin, telepath.

Arts                         : Atomic breath (green), claw strike, dash bump, jump smash.

*************************************************************************

Name (Human)     : Chikage Reina.

Power                     :   8.000

Speed                     :  10.000

Ability                     : Superhuman aspect, ninjutsu, regeneration, auto barrier, hard skin

Skill                        : Transform kaiju, partial body transform, laser breath.

Utility                     : Item box.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Titanus (Kaiju)       : Reidan.

Type                       : Humanoid dragon kaiju (F).

Power                     : 10.000.000

Ability                    : Kaiju martial arts, hyper regeneration, iron scale skin, telepath.

Arts                        : Atomic breath (pink), claw strike, dash bump, jump kick.

*************************************************************************

“Aku tidak percaya ini,” ujar Raido.

“Ini apa ya ?” tanya Reina sambil menyentuh tulisan berkedip di layar.

Tiba tiba sebuah layar baru terbuka di depan layar yang sudah ada, isinya adalah butuh bantuan ? yes no, Reina menekan yes dan muncul lagi layar yang berisi penjelasan mulai dari cara mengeluarkan layar status sampai menggunakan itembox, Raido yang melihat Reina membaca petunjuknya, mengikuti jejak Reina, akhirnya keduanya berhasil merubah tangan mereka kembali menjadi seperti sedia kala, setelah itu keduanya saling melihat satu sama lain dan terkesiap,

“Ra..Raido...matamu....merah,” ujar Reina tergagap.

“Masa sih....punya cermin ?” tanya Raido.

Reina mengambil cermin beda dari kantung roknya dan memberikannya pada Raido, kemudian Raido melihat matanya di cermin, ternyata benar seperti yang di katakan Reina, pupil matanya berubah warna menjadi merah. Kemudian dia melihat Reina yang sedang melihat dirinya, dia juga melihat mata Reina berubah menjadi merah.

“Matamu juga merah, coba lihat,” ujar Raido sambil memberikan cerminnya.

Reina melihat matanya dan dia terlihat terkejut, kemudian dia menutup cerminnya seperti tidak mau berlama lama melihat matanya. Setelah itu, keduanya berdiri dan berjalan ke atas, begitu sampai di atas, hanya ada sebuah sofa panjang yang sudah hancur berada di dalam ruangan, akhirnya mau tidak mau keduanya duduk di sana dan berdempetan. Reina merebahkan kepalanya di pundak Raido dan Raido juga merebahkan kepalanya di kepala Reina.

“Dia....Reidan (Raido)....Raigan (Reina)....” ujar keduanya dalam hati. Tanpa sadar, keduanya saling merangkul dan tertidur dengan pulas karena sudah terlalu lelah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!