Ruang kelas yang sepi, membuat seorang gadis dengan tenang membaca buku novel yang baru saja di belinya. Saudaranya yang lain, sedang ke kantin. Tidak semua saudaranya satu kelas, hanya keempat saudarinya. Sedangkan sebagian saudaranya berada di kelas yang berbeda.
Sedang asyik membaca, tiba-tiba ada teman sekelasnya yang mendekat dengan wajah pucat.
"Nin" panggilnya dengan suara pelan, bahkan sesekali ia melihat ke arah pintu. Yups... ternyata yang sedang membaca buku sendirian di kelas adalah Anin.
"Ya, kenapa Nur?" tanya Anin menyudahi membaca bukunya, ia pun menatap penuh selidik pada temannya tersebut.
"Kamu ko pucet? Kamu sakit?" tanya Anin pada temannya Nur, Nur menggelengkan kepalanya. Namun, tak lama ia pun menganggukkan kepalanya. Ahhh,.. Nur sendiri bingung dengan kondisinya, beberapa hari belakangan ini.
Terlihat sangat jelas oleh Anin, bila Nur ingin menceritakan sesuatu. Tapi ia takut, dengan orang yang datang tiba-tiba. Anin juga....
"Duduk sini, samping aku. Kalo mau cerita, cerita aja. Tenang aja, kita bisa menghentikan pembicaraan kalau ada orang." ucap Anin
Dengan ragu, Nur mendudukkan bokongnya di kursi samping Anin. Tempat Adikirana duduk, sedangkan saudarinya yang lain duduk di depan dan di belakangnya.
"Sebelumnya, maafkan aku bila perkataan aku menyinggung mu." ucap Nur, Anin masih menunggu ucapan selanjutnya
'Anin, apa benar kamu bisa melihat makhluk tak kasat mata?' tanya Nur berbisik, Anin melihat ke sekitar.
"Ada apa memangnya?" tanya Anin, namun bukan menatap Nur. Anin malah menatap sosok yang sedang berdiri di samping Nur. Sosok wanita menunduk dengan rambut yang terurai panjang, menggunakan kebaya berwarna merah dan jarik berwarna coklat.
"Mmm... aku... aku... mungkin ini terdengar gila, tapi sudah beberapa hari ini aku merasa aku di awasi dan di ikuti oleh seseorang. Bahkan... bahkan.. setiap malam aku tidak bisa tidur, karena seperti ada yang sedang duduk di atas perutku. Aku pun tak bisa makan, karena setiap makanan yang akan aku santap. Berubah bentuknya menjadi.. menjadi cacing dan belatung. Aku merasa, aku bisa gila bila terus-terusan seperti ini?" Nur menceritakan semua hal, yang ia alami selama beberapa hari ini.
Seperti malam pertama, ia merasa ada seseorang yang berdiri di belakangnya saat ia sedang belajar di kamarnya. Malam kedua, ia merasa ada yang mengikutinya shalat di belakang. Seolah ada makmum, yang ikut shalat berjamaah. Bahkan, ia mendengar dengan jelas saat sosok di belakangnya meng Aamiin kan bacaan shalatnya.
Malam ketiga, Nur seolah tidur tidak sendiri. Ia bisa merasakan bila ranjang di sampingnya turun, seolah ada yang menepatinya. Malam keempat, masih sama dengan malam ketiga. Namun, Nur merasakan ada yang memeluk tubuhnya. Sekuat tenaga ia menahan tangisannya, ingin berteriak. Namun, mulutnya seolah terkunci.
Malam kelima, ia pikir... ia merasa sudah baik-baik saja. Karena tak ada perasaan aneh, namun ternyata ia salah. Sosok itu, berdiri tegak di atas kakinya dengan menatap tajam padanya. Malam keenam, sosok itu semakin naik. Dan ia berdiri di atas lututnya, masih dengan tatapan yang sama. Namun bedanya, sosok itu tersenyum menyeringai. Ingin menutup mata, namun seolah sosok itu menahan matanya.
Malam ketujuh dan malam-malam berikutnya, sosok itu duduk di atas perutnya. Nur menangis sesenggukan, ia sangat lelah. Ia ingin bisa tidur dan makan dengan tenang, seperti sebelumnya.
"Apa sosok itu memakai kebaya merah?" tanya Anin dengan nada suara datar
DEG
Nur yang menunduk, langsung menegakkan tubuhnya dan menatap wajah Anin. Namun Ani tidak sedang menatap padanya, melainkan pada sosok yang ada di sampingnya. Nur tak berani melihat ke samping, ia takut dengan sosok itu .
"Ya" jawab Nur pelan
Anin dengan gerak cepat menarik pergelangan tangan Nur dan memejamkan matanya.
SYUUUTTT
Anin masuk ke hari dimana Nur, mendapatkan suatu barang dari seseorang yang ia juga kenal.
'Terima kasih, kamu baik sekali memberikan aku ini. Ada apa? Tumben banget, kasih barang sama aku.' tanya Nur
'Aku hanya ingin memberikan itu, saat aku melihatnya kemarin di toko. Aku tertarik dan membelinya untukmu, bukankah boneka itu kesukaanmu?' jawab orang yang memberikan barang itu pada Nur
Nur mengangguk cepat, ia memang sudah lama menginginkan boneka cantik ini. Hanya saja, ayah dan ibunya tidak mengijinkan Nur memiliki boneka tersebut. Selain harganya yang tak terjangkau, ibunya merasa boneka seperti itu sangat mengerikan. Tapi bagi Nur, justru boneka ini sangatlah cantik.
'Ini sangat cantik, pasti harganya sangat mahal.' ucap Nur tersenyum senang, sahabatnya tersenyum. Nur merasa itu senyuman yang berbeda, tapi entah apa?
'Tidak apa-apa, aku membeli 2. Kita kembaran' jawabnya, Nur pun tak ambil pusing, ia mengangguk.
Boneka cantik yang sangat cantik.... berwajah sendu, memakai baju dan bando dengan warna yang senada. Dan terpasang syal yang di ikat pita, pada lehernya. Rambutnya panjang, berwarna putih.
'Ini sangat cantik' ucap Nur tersenyum
Nur memeluk sahabatnya, dengan senang hati sahabatnya membalas pelukan Nur. Tanpa sepengetahuan Nur, sahabatnya ternyata mencabut beberapa helai rambut Nur.
'AWWW' teriak Nur, sahabatnya langsung melerai pelukannya. Sebelum ia menggulung rambut Nur, pada kancing baju lengannya.
'Maaf, apa aku menyakitimu?' tanya nya, Nur mengangguk
'Maaf, rambutmu menyangkut di kancing bajuku.' ucap sahabatnya seraya menunjukkan rambut Nur yang tersangkut, Nur terkejut.
'Maaf, biar aku bersihkan.' ucap Nur, sahabatnya menggelengkan kepalanya.
'Hanya masalah kecil, biar aku yang membuangnya.' jawab sahabat Nur, ia pun melepaskan rambut yang ada di kancing dan berpura-pura membuangnya.
SYUUUTT
Anin kembali tertarik ke suatu tempat, tempat yang menyeramkan. Ia belum pernah melihat tempat sepeti ini sebelumnya, lampu yang tidak terlalu terang. Anin melihat ke sekeliling, di ruangan itu terdapat benda-benda aneh menurutnya.
Ada kendi kecil, tulang tengkorak, keris, satu tempayan yang berisi....
'Apa ini yang di namakan sajen?' tanya Anin pada dirinya sendiri
Ya... isinya lengkap dengan kendi kecil berisi darah, keris, kembang 7 rupa, ayam mati yang keseluruhannya berwarna hitam (cemani), dupa dan beberapa barang lainnya.
'Bagaimana? kamu mendapatkannya?' tanya seorang pria, Anin langsung berbalik dan ia melihat ada seorang pria menggunakan baju berwarna hitam. Dimana di kepalanya, menggunakan iket sunda dan di pinggangnya terselip keris.
'Ya mbah, aku sudah mendapatkannya.' jawab seorang gadis, pria berjanggut yang duduk sila itu mengangguk.
'Kamu yakin, akan melakukan hal ini pada sahabat baikmu?' tanya dukun itu lagi, gadis itu mengangkat salah satu sudut bibirnya.
'Ia sudah bukan sahabatku lagi, semenjak ia menerima pernyataan cinta dari pria yang aku sukai.' dukun itu menggelengkan kepalanya
'Tapi bukankah ini bukan salah nya, kamu yang selama ini diam.' ucap sang dukun
'TAPI HARUSNYA IA TAU, SIAPA YANG AKU SUKAI.' bentak gadis yang menjadi sahabat Nur tersebut. lagi-lagi dukun itu menggelengkan kepalanya
'Setelah semua ini, aku tidak ikut campur lagi dengan semuanya. Bila ini gagal, maka kamu yang barus menerima konsekuensinya. Karena setelah aku terawang, temanmu sangatlah bersih dan juga murni. Aku sendiri tidak yakin, akan berhasil.'
'AKU TIDAK PEDULI, DIA HARUS MATI DAN LELAKI ITU JADI MILIKKU' ucap sahabat Nur penuh penekanan...
DEG
...****************...
Semoga kalian suka yaaaaa....
Pemeran Kembara Kembar 10
~Abyasa Putra Zandra (Yas)
~Anindita Putri Zandra (Anin)
~Adicandra Putra Zandra (Candra)
~Adikirana Putri Zandra (Kirana)
~Anisa Karima Putri Zandra
~Amira Kamila Putri Zandra
~Haidar Putra Zandra
~Haidir Putra Zandra
~Kama Putra Zandra
~Kalila Putri Zandra
...Happy Reading all🥰🥰🥰...
DEG
'Apa ini yang dinamakan santet?' ucap Anin dalam hati, ia pun bergidik ngeri
SYUUUTT
Anin pun kembali dengan nafas yang tersengal, ia seperti telah lelah berlari keliling lapangan. Nur terkejut melihat Anin, seperti ini.
"Anin, apa kamu baik-baik saja?" tanya Nur, ia memegang lengan Anin
Anin mengangguk dan menatap Nur dengan cemas, Nur bingung dengan tatapan Anin.
"Ada apa? Jangan membuatku takut dan khawatir." ucap Nur cemas
"Kamu dalam bahaya, apa kamu masih menyimpan boneka itu?" tanya Anin, Nur terdiam karena bingung. Pasalnya ia memiliki banyak boneka di rumahnya, dan semua tentu masih ada.
"Boneka yang kamu dapatkan dari sahabatmu, boneka itu telah di pasangi sihir." ucap Anin
DEG
"A-apa maksudmu? Sihir? Tidak mungkin sahabatku melakukan itu padaku." ucap Nur tak percaya
"Tapi itu kenyataannya, sosok yang mengikuti mu adalah kiriman seseorang. Ia ingin kamu mati perlahan, apa kamu tidak sadar. Bila semua kejadian yang kamu alami adalah, setelah kamu menerima boneka itu." Nur terdiam, ia kembali mengingat kapan kejadian di luar nalarnya di mulai.
Nur memejamkan mata, ia mengingat kembali wajah terakhir yang ia lihat pada sahabatnya. Senyumannya.... ya senyuman sahabatnya terlihat berbeda, itu seperti senyuman keberhasilan telah mendapatkan apa yang di inginkannya. Kenapa terakhir? Ya, karena setelah sahabatnya memberikan boneka itu. Nur tidak lagi bertemu dengannya, sahabatnya beralasan sedang pergi ke luar kota dan ijin sekolah.
DEG
Nur membuka mata dan menatap Anin dengan mata berembun, mengedip satu kali saja. Sudah di pastikan, air mata itu akan terjatuh.
"T-tapi... itu tidak mungkin Anin, kami berteman sudah sangat lama. Apa alasan ia melakukan hal sejahat itu padaku? Aku rasa, aku tidak pernah membuatnya tersinggung ataupun marah. Bahkan selama ini aku selalu mengalah untuknya, aku selalu menjaga ucapanku agar tidak membuatnya sakit hati." ucap Nur yang masih belum mau percaya, tapi apa yang di ucapkan Anin sedikit mengusik pikirannya. Air matanya pun terjatuh pada akhirnya, tubuhnya merasa semakin lemas.
Anin menghembuskan nafasnya pelan, saat ia hendak menjelaskan lagi pada Nur. Keempat saudarinya masuk, dengan membawa banyak camilan. Nur menundukkan kepalanya dan menghapus cepat air matanya, saat hendak akan bangun. Keempat saudari Anin, menahannya karena mereka juga melihat sosok itu.
"Apa yang terjadi?" tanya Kalila, Nur terdiam
Anin pun menceritakan yang terjadi, keempat saudarinya terkejut dan menatap Nur secara bersamaan.
Pantas saja, tubuh Nur semakin kurus dan lingkar matanya jelas berwarna hitam.
Anisa mendekat pada Nur, sosok yang selalu mengikuti Nur pun menjauh. Tapi tidak meninggalkan Nur, Anisa menatapnya tajam. Anisa menepuk pelan pundak Nur, Nur pun langsung tak sadarkan diri.
"Kita harus membawanya ke UKS, kita tidak bisa menyelesaikan masalah ini di sini. Terlalu beresiko" ucap Anisa
Keempat saudarinya mengangguk setuju, tak lama bel berbunyi.
Anisa meminta ijin untuk membawa Nur ke UKS, saat guru melihat muridnya yang tal sadarkan diri. Meminta murid beberapa laki-laki, untuk menggotongnya ke UKS.
Anisa memberi kode pada guru tersebut, guru yang paham pun mengangguk.
"Amira, Adikirana dan Kalila. Kalian di minta kepala sekolah, untuk menemuinya." ucap guru tersebut, ketiga siswi itu pun mengangguk dan segera keluar ruangan.
Ia mengijinkan Anisa dan Anin, untuk pergi ke ruang UKS. Hal itu tentu saja membuat teman-temannya merasa heran dan juga iri, sehingga membuat gaduh seisi kelas.
"Kenapa mereka harus selalu pergi berlima bu?"
"Memang siapa mereka, kenapa semua guru mengijinkannya?"
"Ini tidak adil bu"
Guru tersebut pun memukul meja, menggunakan penghapus.
"Tenang, semuanya tenang. Mereka tidak pergi berlima, hanya Anisa dan Anin saja yang mengantar Nur ke UKS. Sedangkan Amira, Adikirana dan Kalila di panggil oleh kepala sekolah." jawab guru tersebut
"Tapi ini aneh bu, mereka selalu pergi bersama." ucap salah satu siswi yang merasa tak adil
"Baiklah, kalau begitu kamu yang menghadap kepala sekolah. Untuk membicarakan masalah perlombaan, membuat robot 2 pekan lagi." ucap guru tersebut, membungkam para murid. Mereka lupa, bila ketiga nama yang di sebutkan oleh wali kelasnya tersebut. Terpilih mengikuti lomba dalam membuat robot, 2 minggu lagi.
Kenapa teman sekelas protes? Karena bukan sekali dua kali, kelima orang itu meninggalkan kelas saat pelajaran berlangsung.
Kelas mulai kondusif kembali, wali kelas memulai pelajarannya. Semua murid kembali fokus pada pelajaran, mengenyahkan pikiran mengenai 5 bersaudari tersebut. Mereka hanya tau, bila kelima gadis itu memiliki hubungan saudari, namun tidak tau siapa mereka? Karena ke sepuluh bersaudara itu, memang menyembunyikan identitas mereka. Yang ternyata mereka adalah keturunan Zandra, pemilik sekolah ini.
.
.
"Bangunkan dia" ucap Anin, setelah teman sekelas keluar dari UKS dan ketiga saudarinya masuk.
Anisa melakukan hal yang sama, ia memegang Nur. Tak lama, Nur pun membuka matanya. Nur mengerjap kan matanya, untuk mengumpulkan kesadarannya.
Saat kesadarannya pulih sepenuhnya, Nur melihat ke sekeliling.
"Kenapa aku ada di UKS?" tanyanya
"Karena kita tidak bisa menyelesaikan masalahmu di kelas, jadi... apa boneka pemberian sahabatmu ada di kamarmu?" tanya Adikirana to the point, gadis yang terkenal paling judes di antara kelimanya. Nur mengangguk, ia merasa takut dengan tatapan Adikirana.
"Kau tau apa penyebab sahabatmu melakukan hal ini?" tanya Anin, Nur menggelengkan kepalanya
"A-aku benar-benar tidak tau, bahkan setelah ia memberikan aku boneka itu. Kami belum bertemu lagi, sampai saat ini." jawab Nur
"Karena pria" jawab Anin, membuat keempat gadis lainnya tersenyum. Bahkan mereka ingin tertawa, persahabatan hancur hanya karena seorang pria. Bahkan sampai tega menggunakan, ilmu sihir. Yang notabennya hanya orang-orang, yang sudah gelap mata yang melakukannya.
Nur mengernyitkan dahinya bingung, pria? Pria yang mana?
"Tunggu, apa maksudmu kekasihku?" tanya Nur, Anin mengangguk
"Lalu? Apa hu... apa jangan-jangan ia menyukai kekasihku?" Anin lagi-lagi mengangguk
DEG
"T-tapi, kenapa dia tidak cerita padaku. Bila ia menyukai Rama, seandainya aku tau. Aku takkan menerima Rama, untuk menjadi kekasihku.." ucap Nur menunduk, dengan tangan kanannya meremat baju bagian depannya.
Air matanya kembali menetes, kenapa sahabatnya tidak cerita bila ia menyukai pria yang sama? Ia pasti akan mengalah, ia takkan merusak persahabatan ini hanya karena seorang pria.
"Dia mengirim sihir padamu, dengan menggunakan rambutmu. Dan boneka pemberian darinya, yang di jadikan perantaranya. Karena ia tau, bila kamu akan menyembunyikan boneka itu di lemari bukan?" tanya Anin, Nur menatap Anin
"Bagaimana kamu bisa tau?" Anin tersenyum
"Aku melihat semuanya, bahkan kami melihat sosok yang selama ini mengganggumu. Dan sekarang sosok itu ada di sini, ia selalu mengikuti kemana pun kamu pergi." jawab Anin, ia pun menatap ke arah pintu, Karena sosok itu, kini sedang berdiri di sana.
Bulu kuduk Nur pun langsung berdiri, mendengar ucapan Anin dan melihat ke arah yang di lihat Anin.
...****************...
...Happy Reading all🥰🥰🥰...
"Aku melihat semuanya, bahkan kami melihat sosok yang selama ini mengganggumu. Dan sekarang sosok itu ada di sini, ia selalu mengikuti kemana pun kamu pergi." jawab Anin, ia pun menatap ke arah pintu, Karena sosok itu, kini sedang berdiri di sana.
Bulu kuduk Nur pun langsung berdiri, mendengar ucapan Anin dan melihat ke arah yang di lihat Anin. Namun, nihil... ia tak melihat apapun di sana.
"Lalu, apa yang harus aku lakukan?" tanya Nur
"Menghancurkan boneka itu sekarang juga, sebelum nyawamu benar-benar terancam bahaya." jawab Amira
DEG
"Kenapa? Apa kamu keberatan? Itu terserah padamu, kami hanya membantu. Bila kamu masih mempertahankan boneka itu, maka selamat menikmati detik-detik ajalmu." ucap Adikirana
DEG
Nur mengangguk cepat, ia harus menyingkirkan boneka itu. Ia ingin hidup tenang seperti dulu, tanpa ada gangguan hal-hal ghaib seperti selama beberapa hari ini.
"Kalau begitu, kita akan ke rumahmu hari ini sepulang sekolah." ucap Kalila
"Aku akan memasang perisai padamu, agar sosok itu tidak mendekatimu sampai pulang. Kami harus kembali ke kelas, karena pelajaran masih berlangsung." ucap Adikirana
"Kalian akan meninggalkanku di sini? Bersama sosok itu, sendiri?" tanya Nur ketakutan
"Tenanglah, kamu tidak akan di ganggu olehnya, karena ia takkan bisa masuk melewati perisai ini." jawab Anin menenangkan Nur, meski ia ragu dan juga takut. Nur mengangguk, ia juga tidak bisa mengorbankan pendidikan teman-temannya.
Begitu Adikirana memasang perisai, Nur pun melihat sosok itu. Bahkan, bukan hanya sosok itu. Nur juga bisa melihat, makhluk tak kasat mata lainnya di ruangan ini.
"K-kalian yakin, mereka tidak akan mendekatiku?" tanya Nur dengan suara bergetar ketakutan, susah payah ia menelan salivanya.
"Percayalah pada kami" ucap Anisa, ia menyodorkan obat pada Nur, itu obat lambung. Nur tidak bisa langsung makan makanan, karena lambungnya benar-benar kosong saat ini.
"Apa ini?" tanya Nur
"Itu obat lambung, nanti aku akan meminta ibu kantin mengantarkan bubur untukmu. Bu kantin hanya akan membawakan makanan sampai meja itu, kamu ambil sendiri." jawab Anisa, Nur mengangguk paham
"Abaikan suara mereka, mereka hanya ingin mengganggumu dan juga merasuki mu." ucap Anin
Anin dan keempat saudarinya pun pergi meninggalkan Nur sendiri di UKS, Nur langsung menutup tubuh nya dengan selimut.
Dan benar saja, setelah mereka berlima pergi. Sosok itu ingin mendekati Nur, Nur yang sudah menjadi media jalan para sosok astral itu masuk ke dunia. Berlomba ingin merasuki dirinya, ditambah kondisi Nur yang sangat lemah. Nur hanya bisa membaca ayat-ayat suci, yang ia bisa dan hapal. Sampai tak terasa, ia kembali terlelap.
Terutama sosok yang di kirim untuk menyakiti Nur, namun berapa kali pun mereka mencoba. Usaha mereka tidak membuahkan hasil, karena perisai itu melindungi Nur.
.
.
"Kalian mau kemana?" tanya kelima saudara lelaki mereka
Anin dan yang lainnya pun berhenti melangkah, mereka berbalik dan menghadap pria-pria tampan tersebut.
"Kami mau menjemput seseorang di UKS, kenapa? Mau ikut?" jawab Adikirana jutek
"Si jutek, ga ada lawan. Jangan jutek-jutek Kirana, nanti ga ada laki yang mau ma lu." balas Yas
"Emang gue pikirin, kalo ga mau ya udah. Gue juga kagak maksa, buat di mau ma gue." jawab Adikirana malas
"Sudah sudah, kasihan Nur. Dia pasti ketakutan di dalam sana, kita meninggalkan dia 3 jam." lerai Anisa
"Yash tuh yang bikin masalah duluan, heran dari dulu ga ada matinya kalo udah bully orang." ucap Adikirana
"Bully darimana gue? Sarap lu!!"
"YAS" tegur Haidir, Yash pun menghembuskan nafas kesal
"Kalian mau ikut apa tidak?" tanya Anin
"Apa ada sesuatu?" tanya Haidar
"Ya" jawab Anisa, ia menghembuskan nafasnya pelan
"Apa lagi sekarang?" tanya Adicandra
"Ada yang mengirimnya sihir jahat dan pelakunya adalah... sahabatnya sendiri." jawab Anin
"Karena pria?" tanya Kama
"Ya" kelima pria itu pun mendengus dan menggelengkan kepalanya
"Ya sudah, ayo. Kasian dia" ajak Kama
.
ceklek
"Kalian datang, syukurlah. " dokter yang menjaga UKS menghembuskan nafasnya lega
"Ada apa?" tanya Anin
"Lihatlah, sejak aku masuk tadi. Ia seperti itu, saat aku sentuh. Dia malah berteriak ketakutan" jawab dokter yang bernama Najma
"Baiklah, terima kasih bu." ucap Anisa, dokter Najma mengangguk
Tidak semua guru mengetahui kemampuan ke sepuluh bersaudara ini, hanya beberapa saja. Termasuk wali kelas dan dokter Najma di UKS ini, karena mereka sering melakukan pengusiran di ruangan ini. Awalnya dokter Najma shock dan sampai pingsan, namun setelah di jelaskan dan terangkan. Akhirnya dokter Najma pun paham, lambat laun dokter itu pun mulai terbiasa.
Malah ia pernah menjadi salah satu korban, yang kerasukan hantu kamar mandi di sekolahnya.
"Apa kalian akan melakukan itu di sini?" tanya dokter Najma
"Tidak, kami akan melakukannya di rumah dia. Karena media yang membuat ia seperti ini, ada di rumahnya." jawab Anin
Dokter itu mengangguk paham
"Berhati-hatilah" ke sepuluh orang itu pun mengangguk
"Nur" panggil Anin, dengan perlahan Nur membuka selimutnya. Ia bisa bernafas lega, saat mengetahui bila Anin dan saudaranya yang ada di sana.
"A-apa kita akan pergi sekarang?" tanya Nur, tubuhnya bergetar. Tambah lagi, ia melihat sosok itu menatap tajam padanya.
Yash dan ke empat saudaranya, baru ngeh ada sosok yang memiliki aura hitam.
"Apa dia?" tanya Yash
"Ya, itu sosok yang di kirim untuk mengganggunya." jawab Amira
"Apa kita tidak bisa langsung menghabisinya di sini?" tanya Haidir
"Tidak, karena medianya ada di rumahnya, percuma kita melawannya. Karena sosok itu akan kembali bangkit, selama medianya masih utuh." jawab Anisa, Haidir dan yang lain mengangguk
"Tunggu, bagaimana bisa boneka itu menjadi media? Sedangkan sahabatnya ke dukun itu setelah, dia mengambil rambutnya kan?" tanya Amira, hal itu juga yang jadi pertanyaan Nur.
"Karena sahabatnya datang ke rumah, saat Nur sekolah. Dengan beralasan, ingin mengambil sesuatu yang tertinggal di kamar. Hubungan baik di antara mereka, tentu saja tidak membuat ibu Nur curiga." jawab Anin
'Astaghfirullah' gumam Nur dalam hati, berkali-kali ia beristighfar. Ia masih menyayangkan, dengan apa yang dilakukan sahabatnya.
"Ya sudah , sebaiknya kalian segera menyelesaikan masalah ini." titah dokter Najma
"Baik, kalo begitu kami permisi bu. Kami akan membawa Nur pulang, Assalamu'alaikum" ucap
"Wa'alaikum salam"
Mereka pun keluar dari UKS, dengan Nur yang di papah oleh Anin dan Anisa.
"Apa kamu tidak memakan buburnya?" tanya Anin
"Tidak, sosok itu terus diam di dekat ranjang. Itu membuatku takut, meski katamu ia takkan bisa mendekatiku karena perisai itu. Tapi... aku tidak berani membuka selimutnya" jawab Nur
"Ya sudah kita cari bubur yang satu arah, menuju rumahmu saja." ucap Anisa
Yas yang berjalan di belakangnya, bisa melihat bila aura Nur semakin melemah.
...****************...
...Happy Reading all🥰🥰🥰...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!