NovelToon NovelToon

Pesona Tuan Gavin

BAB 1

" Hey Rani, mau kemana kau ? ", teriak Doni yang melihat keponakannya menaiki motor ojek sambil membawa tas besar. Rani yang mendengar suara pamannya segera menoleh ke arah sumber suara. Raut wajahnya langsung berubah panik saat melihat keberadaan pamannya bersama dengan juragan Wisnu dan beberapa anak buahnya. Ia pun segera menepuk bahu tukang ojek dengan kencang, agar segera jalan.

" Pak tolong cepetan berangkat pak. Kalau bisa ngebut juga gak apa-apa. Ayo cepat pak ", teriak Rani semakin panik.

" Siap neng, pegangan yang kuat ", jawab tukang ojek itu yang langsung membuat Rani mengencangkan pegangannya pada jaket tukang ojek tersebut.

" Hey ponakan sialan, mau kemana kau hah? Jangan kabur kamu ", teriak Doni saat melihat motor tukang ojek itu melesat menjauh.

Juragan Wisnu segera memerintahkan anak buahnya untuk melakukan pengejaran pada tukang ojek yang telah membawa pergi calon istrinya. Doni yang tidak ingin ketinggalan jejak keponakannya, segera ikut naik ke motor anak buah juragan Wisnu. Dan terjadilah aksi kejar-kejaran di jalan kampung yang tidak terlalu ramai di siang hari itu.

" Pak cepat pak, mereka semakin mendekat ", teriak panik Rani sambil menepuk bahu tukang ojek itu berkali-kali.

" Iya iya neng, ini saya juga sudah ngebut. Kalau kurang ngebut nanti bapak sewain pesawat jet sekalian ", jawab tukang ojek itu dengan kesal karena pundaknya terus saja di tepuk dengan keras. Rani yang mendengar jawaban tukang ojek itu tampak mendengus kesal. Kemudian ia kembali menoleh ke belakang untuk memastikan keberadaan pamannya dan anak buah juragan Wisnu. Rupanya motor anak buah juragan Wisnu itu telah berhasil menyusulnya dengan cepat. Bahkan mereka sekarang sudah berada di belakangnya.

" Hey ponakan bodoh, cepat berhenti. Juragan Wisnu tidak akan menyakitimu. Ia malah akan membuat hidupmu bergelimang harta. Jadi cepatlah berhenti dan segera terima lamarannya ", teriak Doni di belakang motor yang di naiki Rani.

" Ogah, paman saja yang menikah dengan juragan Wisnu. Rani gak mau menikah dengan aki-aki tidak tau malu itu ", jawab Rani tak kalah lantang.

Melihat motor anak buah juragan Wisnu semakin mendekat dan hampir mensejajari motornya, membuat Rani ketakutan. Dengan mengumpulkan kekuatannya, ia langsung menendang motor itu hingga membuat anak buah juragan Wisnu itu kehilangan keseimbangan dan.....

BRUKK

Kedua motor anak buah Wisnu itu pun saling bertubrukan dan jatuh di atas rerumputan. Terlihat dari kejauhan paman Doni mengumpat kesal sambil memaki-maki anak buah juragan Wisnu. Ia memerintahkan mereka untuk segera bangun dan segera mengejar kembali ponakannya.

Rani yang melihat mereka tidak pantang menyerah segera menyuruh tukang ojek itu untuk ngebut kembali. Namun sial, baru juga berjalan sedikit jauh dari tempat pamannya jatuh tadi, tiba-tiba motor yang di naikinya tersendat-sendat dan kemudian berhenti mendadak.

Grek grek grek grek grrrrrr

" Loh loh, motornya kenapa pak ", tanya Rani bingung. Tukang ojek yang mendengar pertanyaan Rani langsung menoleh sambil meringis.

" hehehehe, maaf neng, motornya kehabisan bensin ", jawabnya dengan ekspresi tidak enak hati.

" Astaga ", Rani tampak frustasi mendengar itu. Rani yang tidak ingin membuang waktu segera turun dari motor dan mengambil uang sepuluh ribu dari saku celananya. Kemudian ia segera menyerahkan uang itu pada tukang ojek di depannya.

" Ini uangnya pak. Kalau ada kembaliannya bapak ambil aja. Makasih pak ", ucap Rani sambil berlari secepat kilat. Tukang ojek itu sampai melongo melihat Rani yang sudah berlari menjauh. Kemudian ia beralih menatap uang yang di berikan oleh Rani tadi.

" Sepuluh ribu? Ini mah gak ada kembaliannya. Dasar bocah ", gerutu tukang ojek itu sambil menuntun motornya untuk mencari penjual bensin eceran.

Dengan napas ngos-ngosan Rani berlari secepat mungkin. Ia tidak ingin sampai tertangkap oleh pamannya yang jahat itu dan berakhir di nikahkan dengan pria tua bangka yang bernama Wisnu. Saat ia melintasi rumah berpagar besi tinggi berwarna hitam, rani langsung menghentikan langkahnya. Ia segera menggedor gerbang rumah itu dengan kuat. Pak budi yang merupakan satpam rumah besar itu langsung keluar mendengar suara berisik dari gerbang. Saat melihat Rani lah yang tengah menggedor pintu gerbang itu, raut wajah pak budi yang tadi kesal langsung berubah ramah.

" Eh non Rani, mau ketemu nyonya Amelia ya? " tanya pak budi sambil berjalan menuju pintu gerbang.

" I iya pak. To tolong bukakan pintu gerbangnya ya pak ", jawab Rani sambil menoleh ke belakang untuk memastikan keberadaan anak buah juragan Wisnu.

Saat pak budi sudah membuka pintu gerbang itu , Rani segera melesat masuk dan bersembunyi di pos satpam. Pak budi yang sudah menutup kembali pintu gerbang itu, tampak keheranan melihat Rani malah masuk ke dalam pos satpam. Ia pun segera menghampiri Rani yang terlihat panik.

" Ada apa sih non? ", tanya pak budi semakin ingin tahu.

" Rani numpang sembunyi sebentar ya pak ", kata Rani pelan sambil mengintip ke arah jalan. Pak budi yang tidak mendapatkan jawaban dari gadis itu tampak mengangguk saja. Setelah hampir lima menit Rani bersembunyi, terlihat dua motor yang tadi mengejarnya melintas melewati rumah nyonya Amelia begitu saja. Rani yang melihat itu langsung menghela napas lega. Namun ia tidak lantas pergi dari sana, Rani memutuskan untuk menunggu beberapa saat sampai motor anak buah juragan Wisnu sudah menjauh.

" Non Rani ada masalah apa sampai di kejar anak buah juragan Wisnu ? ", tanya pak budi yang baru paham penyebab ketakutan gadis di depannya itu.

" Ceritanya panjang pak. Intinya juragan Wisnu yang sudah aki-aki itu mau memperistri saya ", jawab Rani sambil keluar dari pos satpam dan mengintip ke arah jalan. Pak budi yang mendengar jawaban Rani tampak melongo tidak percaya.

" Ada-ada saja pak Wisnu itu ", gumam pak budi pelan.

" Sepertinya mereka sudah jauh pak. Kalau begitu Rani pergi sekarang ya pak. Terima kasih karena sudah mengijinkan saya bersembunyi di sini ", kata Rani sambil menenteng tas lusuhnya.

" Sama-sama non. Hati-hati ya non Rani, jangan sampai tertangkap mereka ", kata pak budi sambil membukakan pintu gerbang. Rani pun menjawab dengan anggukan dan senyuman manis. Namun saat kakinya hendak melangkah keluar gerbang, terdengar panggilan seseorang.

" Nak Rani ",

***********

Hay para reader, ketemu lagi di karya othor yang kelima. Semoga suka ya.

Jangan lupa kasih dukungannya yang banyak buat othor 😁😁. Subscribe, like komen hadiah dan vote juga.

Terima kasih 😘😘

BAB 2

Di sinilah Rani sekarang, duduk dengan gugup di ruang tamu kediaman nyonya Amelia. Wanita tua yang sudah berumur lebih dari enam puluh tahun itu lah yang memanggilnya tadi.

Ibu Rani adalah seorang penjahit, dan nyonya Amelia ini adalah salah satu pelanggan tetap ibunya. Hampir setiap bulan beliau selalu memakai jasa ibunya. Kata nyonya Amelia, hasil jahitan ibu Rani sangat rapi dan sangat nyaman di pakai. Rani pun mengenal nyonya Amelia karena ia sering di suruh ibunya untuk mengantarkan pakaian yang sudah selesai di jahit.

" Tadi saya mendengar sedikit cerita dari budi, katanya nak Rani tadi dikejar sama anak buahnya Juragan Wisnu. Apa itu benar nak? ", tanya nyonya Amelia sambil menatap lekat wajah ayu Maharani.

" Be benar nyonya ", jawab Rani sambil menatap sekilas ke arah wanita tua itu. Kemudian ia melirik sekilas pada wanita paruh baya yang baru saja duduk di dekat nyonya Amelia. Rani tidak mengenal wanita itu, sebab ia tidak pernah bertemu wanita itu meski dirinya sudah beberapa kali mengantar pakaian pesanan nyonya Amelia. Kemudian ia kembali menunduk dengan jemarinya yang saling bertaut.

" Ada masalah apa nak sampai kamu di kejar-kejar anak buah juragan Wisnu? ", tanya nyonya Amelia yang terlihat khawatir sekaligus penasaran.

Saat mendengar pertanyaan nyonya Amelia, Rani sedikit ragu untuk bercerita. Namun ia pikir tidak ada salahnya ia berbagi bebannya saat ini pada wanita tua yang terkenal baik dan ramah itu. Siapa tahu nyonya Amelia bisa memberinya solusi atas permasalahan yang sedang di hadapinya.

" Juragan Wisnu ingin memperistri saya nyonya ", jawaban Rani sontak membuat nyonya Amelia terkejut sampai menutup mulutnya. Begitu juga wanita yang berada di samping nyonya Amelia.

FLASHBACK ON

" Saya sudah menunggu hampir dua bulan untuk menemukan momen yang pas untuk berkunjung lagi ke kediaman anda pak Adi. Bagaimana pak adi anda setuju kan jika putri bapak menjadi istri saya ", ucap juragan Wisnu dengan senyuman lebar. Manik matanya begitu berbinar menatap ke arah gadis belia yang tengah duduk di depannya dan sedikit bersembunyi di balik punggung pak Adi.

Pak Adi tampak sedikit takut saat akan menjawab ucapan juragan Wisnu. Pria yang seumuran dirinya itu terkenal suka memaksa dan menindas orang-orang miskin seperti dirinya.

" Untuk ke sekian kalinya saya minta maaf juragan Wisnu. Anak saya Maharani masih belum siap untuk menikah. Apalagi dia baru saja lulus sekolah. Rani masih ingin bekerja dan mengejar cita-citanya. Sa saya harap juragan Wisnu mau mengerti ", jawab pak Adi dengan terbata-bata.

" Alah untuk apa bekerja dan mengejar cita-cita. Jika Rani menikah dengan juragan Wisnu semua keinginan anak gadismu itu bisa terwujud tanpa harus bersusah payah. Semua kebutuhan Rani dan keluargamu akan di tanggung oleh juragan Wisnu yang kaya raya ini ", sela Doni dengan menggebu-gebu. Ia yang sudah di janjikan akan di lunasi hutang-hutangnya oleh juragan Wisnu, tampak begitu bersemangat menjodohkan anak kakaknya itu dengan pria tua di sampingnya.

Juragan Wisnu langsung menegakkan tubuhnya sambil tersenyum bangga saat mendengar sanjungan dari Doni. Ia kembali tersenyum lebar ke arah Rani, yang mana membuat gadis cantik itu langsung bergidik ngeri.

" Kamu jangan ikut campur don, ini urusan akang dengan juragan Wisnu ", geram Adi pada sang adik. Rani pun juga ikut menatap kesal pada pamannya itu. Adik bapaknya itu lah yang paling genjar membujuknya untuk menerima lamaran juragan Wisnu.

Jangankan menerima lamaran juragan Wisnu, membayangkan menjadi istrinya saja sudah membuat bulu kuduk Rani berdiri. Bayangkan saja, menikah dengan pria tua yang berusia lima puluh tahun lebih, dengan perut buncit, rambut kriting dan ia juga sudah memiliki tiga orang istri. Mau jadi apa masa depannya nanti.

" Kamu itu bodoh kang, di ajak hidup enak kok gak mau. Kapan lagi ada pria tampan dan kaya yang mau melamar anakmu itu ", kesal Doni.

Hahhh tampan, Rani yang mendengar kata tampan rasanya ingin langsung muntah. Pamannya itu memang sungguh penjilat profesional. Semua pujian akan ia keluarkan demi membuat juragan Wisnu merasa senang. Tidak peduli apa yang ia ucapkan itu tidak sesuai kenyataan.

Pak Adi tampak tidak menggubris omongan Adiknya, ia kembali menatap ke arah juragan Wisnu.

" Saya mohon juragan Wisnu, putri saya sungguh belum siap menikah. Jadi saya harap juragan Wisnu mau mengerti ", ucap pak Adi dengan raut memohon.

Juragan Wisnu yang kesal karena lamarannya kembali gagal, dengan kasar langsung berdiri dari duduknya dan berjalan keluar dari rumah pak Adi sambil menendang pintu dengan kencang.

BRAKK

" Astaga ", Rani dan bapaknya tampak terkejut dan langsung mengelus dada.

" Kamu itu memang bodoh kang. Lihat saja jika dengan cara baik-baik kamu tidak mau, jangan salahkan juragan Wisnu jika ia berbuat kasar ", ancam Doni sambil berjalan menyusul juragan Wisnu.

Setelah orang-orang tadi pulang, pak Adi segera menutup pintu rumahnya dan tidak lupa menguncinya. Kemudian ia kembali duduk di dekat putrinya Rani. Ibu Salma dan kedua adik rani yang sejak tadi bersembunyi segera keluar dan ikut duduk di ruang tamu yang cukup sempit itu.

" Sepertinya, kamu harus meninggalkan kampung ini nak. Bapak takut jika juragan Wisnu akan berbuat nekat ", ucap pak Adi serius.

" Tapi bagaimana dengan nasib bapak ibuk dan juga adek-adek pak. Rani takut, di saat Rani tidak ada di sini, mereka akan menyakiti kalian ", manik mata gadis cantik itu sudah mulai berkaca-kaca.

" Kamu tenang saja nak, ada pakdemu yang bisa bantu bapak. Apalagi yang diinginkan juragan Wisnu itu kamu nak bukan kami. Yang terpenting sekarang adalah keselamatan kamu, masa depan kamu. Apalagi bapak tidak bisa menjagamu terus, bapak juga harus pergi bekerja mencari nafkah untuk ibu dan juga adik-adikmu ",

" Tapi rani harus ke mana pak? Rani kan gak kenal siapa-siapa selain keluarga kita ini ", kata rani sedikit berat menyanggupi keinginan bapaknya itu.

" Untuk sementara waktu, kamu bisa pergi ke kota. Kamu cari saja kos-kosan milik pak Damar. Beliau itu temen bapak, nanti kamu bisa minta tolong beliau juga untuk mencari pekerjaan. Nanti bapak akan kasih kamu alamat lengkapnya. Hanya sementara nak, setelah keadaan tenang kamu bisa kembali lagi kesini ", ucap pak Adi sambil menggenggam tangan putrinya.

Rani yang mendengar penjelasan panjang lebar dari pak Adi tampak diam termangu. Pikirannya sungguh dilema saat ini. Dengan air mata yang sudah jatuh ke pipi, ia menatap ibunya dan kedua adiknya yang juga terlihat menangis. Tiba-tiba rasa sesak menghimpit dadanya dengan kuat.

" Aku harus bagaimana ", batin Rani bingung.

***********

Jangan lupa dukungannya readers semua 😁😁

Terima kasih 😘😘

BAB 3

" Begitulah nyonya kejadiannya ", ucap Rani mengakhiri ceritanya. Gadis cantik itu tampak menunduk dan menyeka air matanya. Ia yang baru berpisah beberapa jam saja dari orang tuanya dan adik-adiknya itu sudah merasakan rindu yang membuat air matanya jatuh tanpa di minta.

Nyonya Amelia tampak terenyuh mendengar cerita dari Rani. Ia tidak menyangka jika kehidupan gadis belia yang ia kenal ramah dan ceria itu akan menjadi seperti ini.

" Lalu apa yang akan kamu lakukan setelah ini nak ? Apa kamu akan mengikuti saran bapakmu, untuk mencari kos-kosan milik pak Damar di kota ? ", tanya nyonya Amelia dengan raut wajah serius.

Rani mendongak menatap pada wanita tua di depannya. " Sebenarnya saya juga belum yakin nyonya. Sebab saya sama sekali belum pernah bertemu dengan teman bapak yang bernama pak Damar itu. Mungkin saya akan lebih memilih mencari kos-kosan sendiri saja untuk tempat bersembunyi sementara waktu ", Jawab Rani sambil menyeka sisa-sisa air matanya.

" Bagaimana kalau kamu ikut saya saja. Kebetulan saya sedang butuh ART untuk menggantikan pembantu saya yang bernama Tina yang keluar karena akan segera menikah ", tawar wanita paruh baya yang duduk di samping nyonya Amelia dengan tiba-tiba. Bahkan nyonya Amelia sampai menoleh ke arah wanita paruh baya itu.

" Kamu akan aman berada di rumah saya. Kamu juga tidak perlu pusing mencari tempat tinggal dan pekerjaan lagi. Bagaimana nak Rani? ",

Rani yang mendapatkan tawaran yang begitu menggiurkan tampak berpikir sejenak. Kemudian ia beralih menatap pada wanita paruh baya itu. Dari penampilannya, wanita itu terlihat cukup baik. Bahkan bisa di pastikan jika ia dari kalangan orang berada. Mungkin akan lebih aman jika dirinya bekerja di rumah nyonya itu.

" Sebaiknya kamu terima saja tawaran dari anak saya ini nak Rani. Dari pada kamu harus tinggal di kos-kosan sendirian. Nanti saya yang akan menyampaikan keberadaan kamu pada kedua orang tuamu. Mereka pasti akan lebih tenang jika kamu ikut anak saya ", sambung nyonya Amelia.

Ya wanita yang sejak tadi duduk di dekat nyonya Amelia itu adalah anak wanita tua itu. Kebetulan sekali, anak nyonya Amelia yang sudah dua hari menginap di rumahnya, siang itu berencana akan kembali ke Jakarta. Namun keberangkatannya siang hari itu jadi tertunda karena peristiwa yang menimpa Maharani.

Benar juga apa yang di katakan oleh nyonya Amelia. Bapak dan ibunya pasti akan lebih tenang jika ia bekerja di rumah anak nyonya Amelia. Karena ibunya itu sudah cukup lama mengenal sosok nyonya Amelia yang terkenal baik dan ramah, batin Rani.

" Baiklah nyonya, saya akan ikut anda ", jawab Rani yang langsung disambut senyuman lebar oleh anak nyonya Amelia.

" Bagus, kamu sudah mengambil keputusan yang tepat nak Rani. Oh ya dari tadi kita belum berkenalan. Perkenalkan nama saya Safira ", ucap wanita paruh baya itu sambil mengulurkan tangannya. Dengan senang hati Rani pun menyambut uluran tangan itu dan menjabatnya.

" Saya Maharani putri nyonya "

🌾🌾🌾🌾🌾🌾

Di kediaman rumah pak Adi

" Cepat katakan kang, kemana anakmu itu pergi? Akang jangan membuat juragan Wisnu kehabisan kesabaran ", bentak Doni sambil menatap tajam kakak kandungnya itu.

" Bukankah sudah aku bilang, Rani semalam mendapatkan kabar dari temannya di kota jika lamaran kerjanya di terima. Dan besuk pagi dia harus interview, maka dari itu dia buru-buru berangkat ", jawab pak Adi berdusta.

" Akang jangan bohong ", bentak Doni tidak percaya.

" Buat apa akang bohong, memang itu yang sebenarnya terjadi ", pak Adi yang sebenarnya tidak pandai berbohong, terus berusaha untuk meyakinkan adiknya yang kurang ajar itu.

" Lalu dimana Rani akan bekerja? Pasti akang tau kan alamat tempatnya bekerja? ",

" Akang tidak tahu don, Rani bilang akan memberitahu kami alamatnya jika ia sudah sampai di kota ",

Mendengar jawaban dari kakaknya, Doni tampak menggeram kesal. Padahal tinggal sedikit lagi maka utang-utangnya selama ini akan di bayar lunas oleh juragan Wisnu. Namun sial, keponakannya itu justru malah pergi dari rumah.

" Awas saja kalau akang bohong, aku akan laporkan pada juragan Wisnu ", ancam Doni dengan kesal.

" Laporkan saja, aku tidak takut. Kami tidak punya hutang atau masalah dengan juragan Wisnu. Jadi tidak ada alasan baginya untuk menganggu keluarga kami ", jawab pak Adi dengan mata melotot tajam.

Doni yang di buat semakin kesal dengan jawaban kakaknya, lebih memilih pergi dari sana.

" Dasar, sudah miskin bodoh pula. Di ajak hidup enak tidak mau ", umpat Doni sambil melenggang pergi.

Setelah Doni pergi, bu Salma segera menghampiri suaminya dan mengelus dada pria paruh baya itu untuk meredam emosinya.

" Sabar pak, adikmu itu memang keterlaluan. Ia selalu saja mencari keuntungan untuk dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain ", kesal bu Salma.

Pak Adi tampak diam, ia kemudian mendudukkan diri di kursi ruang tamu itu. Bu Salma juga ikutan duduk di samping suaminya.

" Ibu jadi mengkhawatirkan kebaradaan anak kita Rani pak. Apa dia di kota akan baik-baik saja. Dia tidak pernah berpisah jauh dari kita pak. Apalagi ini kali pertama ia pergi ke kota. Ibu takut ia kesasar ", ucap bu Salma mengeluarkan kegelisahannya.

" Ibu tidak usah berpikir yang aneh-aneh. Anak kita pasti akan baik-baik saja di kota. Kita tunggu saja kabar darinya ", jawab Pak Adi seraya merangkul sang istri agar lebih tenang.

🌾🌾🌾🌾🌾🌾

Setelah menempuh perjalanan dua jam lebih, akhirnya Rani pun tiba di kediaman nyonya Safira. Saat turun dari mobil, Rani di buat takjub dengan bangunan megah dan mewah yang menjulang tinggi di depannya. Rumah bergaya modern klasik itu tampak seperti istana di mata Rani.

" Besar sekali rumahnya, pasti ngepelnya dari pagi sampai pagi lagi juga gak bakalan selesai ", gumam Rani absurd sambil terus mengamati rumah di depannya itu dengan takjub.

Dari kejauhan tampak seorang perempuan cantik yang tengah menggendong anak kecil berjalan menuju ke arah Rani dan nyonya Safira.

" Mom, tulunin zio sekalang ", pekik anak laki-laki berusia empat tahun itu.

Perempuan cantik yang bernama Khanza itu segera menurunkan putranya dari gendongan.

" Oma ", pekik zio sambil merentangkan kedua tangannya menyambut kedatangan oma kesayangannya.

Wanita paruh baya itu pun segera menyambut cucunya dan menggendongnya sambil menciumi pipi gembulnya.

" Zio kangen ya sama oma ",

" Kangen banget oma, lasanya cudah sepelti cetahun gak ketemu ", celoteh zio yang mengundang gelak tawa omanya.

Manik mata zio yang tadi fokus pada omanya, kini beralih menatap pada Rani yang tengah berdiri di sampingnya.

" Wahhhh.... ciapa pelempuan cantik ini ? Apa dia calon istli zio oma ", tanyanya dengan mata berbinar.

" Ehhhhh...... ",

**********

Jangan lupa dukungannya readers. Like komen subscribe vote dan hadiahnya 😁😁

Terima kasih 😘😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!