NovelToon NovelToon

Mengandung Benih Bos

Bab 1

Ayumi melangkah cepat menyusul langkah sang bos. Hari ini ia terlambat. Karena jalanan macet, membuat Ayumi terlambat datang kekantor.

" Haduh! Bisa-bisa dapat sp satu nih!" ujar resah Ayumi dalam hati.

Sejak baru sampai di kantor tadi, ia sudah merasakan hawa dingin. Bahkan serasa tubuhnya akan membeku berada dekat dengan bosnya.

" Kamu tahu apa kesalahan kamu Ayumi?" tanya Arga dingin.

" I-iya Tuan, saya minta maaf." jawab Ayumi gugup.

" Untuk kali ini, kamu saya maafkan. Tapi lain kali tidak akan," ancam Arga.

Setelah mengatakan itu, Arga langsung pergi meninggalkan Ayumi.

Ayumi bernafas lega, " Untung saja tidak mendapat sp satu." ucap Ayumi penuh kelegaan.

Arga tidak bisa menerima jika ada karyawannya yang tidak disiplin. Apalagi itu adalah sekretaris pribadinya.

Ayumi menuju ruangannya, dan saat sampai, ia langsung ter lonjak setelah memeriksa jam tangannya. Ayumi langsung buru-buru keluar lagi, dan menuju pantry. Ia memanaskan air, lalu mengambil gelas dan mencampurkan gula dan kopi sesuai takaran.

Beberapa menit kemudian, akhirnya kopi yang dibuat Ayumi siap. Ia langsung bergegas menuju ruangan Ceo.

Tok.. Tok.. Tok..

" Masuk!"

" Ma-maaf Tuan, saya telat lagi mengantar kopi untuk anda." Ayumi menunduk tak berani menatap sang bos.

" Ini masih pagi, tapi kamu sudah dua kali melakukan kesalahan." Arga berkata dengan dingin.

" Saya janji, ini adalah kesalahan saya yang terakhir Tuan." Ayumi berkata dengan ber gemetar. Pasalnya, sejak tadi Arga menatapnya dengan tatapan seperti akan melahap Ayumi habis-habis.

" Hm."

" Saya permisi Tuan,"

Ayumi bergegas keluar, saat membuka pintu, ia dikagetkan dengan kehadiran Tom. Tom tersenyum smirk, menatap Ayumi dari atas sampai bawah. Seolah ingin menelanjangi Ayumi saat itu juga.

Tak ingin berlama-lama, Ayumi langsung pergi sambil menyilangkan kedua tangannya didada.

" Yang satunya singa, yang satunya lagi buaya! Sungguh dua hewan buas yang mengerikan." Ayumi menggerutu disepanjang jalannya.

Tak terasa hari sudah beranjak siang, dan sudah waktunya untuk makan siang. Seperti biasa, sebelum Ayumi makan siang, ia harus lebih dulu memesan makan untuk bosnya.

" Hai Ayumi, ke kantin bareng yuk!" ajak Reva teman Ayumi.

" Iya, tapi tunggu sebentar lagi ya. Sampai makanan untuk Tuan Arga datang dulu."

" Ya udah kalau gitu, aku tunggu kamu di kantin aja ya."

" Oke." Ayumi membentuk huruf "o" pada jarinya.

Beberapa saat kemudian setelah kepergian Reva, datang kurir membawa pesanan Ayumi. Dan ia langsung bergegas keruangan sang bos.

Saat sampai, Ayumi mengetuk pintu. Hingga ketukan yang ketiga kalinya, ia tak mendapat jawaban dari dalam.

" Apa Tuan Arga nggak ada di ruangannya ya?" gumam Ayumi bertanya-tanya.

Karena sudah lima menit menunggu, akhirnya Ayumi memutuskan untuk membuka perlahan ruang kerja sang bos. Ia menyembulkan kepalanya, menengok kesana-kemari. Dan di sana tak terlihat siapapun. Hingga...

" Ngapain kamu?!"

" Eh! pocong, pocong!" Ayumi terkejut, hingga tapa sengaja mengeluarkan latahnya.

" Kamu ngatain saya pocong?!" tanya Arga dingin.

Tubuh Ayumi ber gemetar, mendadak telapak tangannya berkeringat dingin. " Ma-maaf Tuan, saya terkejut tadi." sahut Ayumi.

" Ngapain kamu kayak maling tadi?"

" I-ini Tuan, sa-saya bawa makan siang untuk Tuan." sahut Ayumi.

Arga melirik paper bag yang dipegang Ayumi. Paper bag itu tampak tergetar, karena tangan Ayumi yang mendadak tremor.

" Hm," Arga mengambil paper bag itu, dan langsung pergi meninggalkan Ayumi.

" Huh," Ayumi bernafas lega.

----------------

Waktu telah menunjukkan jam pulang kerja, dan para karyawan telah bergegas untuk pulang. Kecuali, Ayumi. Mendadak ia diberikan tugas, dan harus diselesaikan dengan cepat. Dan ia terpaksa harus lembur.

" Kok kamu masih kerja aja sih? Kamu lembur Ayumi?" tanya Reva menghampiri.

" Iya nih Reva, mendadak Tuan Arga ngasih tugas tambahan. Katanya mau di pakai besok pagi. Makanya aku lembur, takut besok nggak sempat ngerjainnya."

" Semangat Ayumi!"

" Oke, makasih ya Reva."

Reva pergi meninggalkan Ayumi, dan Ayumi dengan cepat mengerjakan pekerjaannya. Agar pulang tak terlalu larut .

Waktu telah pukul 8 malam, Ayumi masih setia dengan laptop dan kertas dihadapannya. Tak ada karyawan lain, hanya terlihat petugas keamanan yang sedang ronda.

Prang!

Suara pecahan benda terdengar begitu nyaring di pendengaran Ayumi. Dan tiba-tiba bulu kuduknya berdiri. Ayumi menoleh kesana-kemari, sepi tak ada siapapun. Bahkan beberapa lampu telah dimatikan, sehingga suasana jadi begitu mencekam.

" Suara apa ya tadi? Kok aku jadi merinding gini?" tanya Ayumi.

 Tak ingin terjadi hal-hal yang tak diinginkan, Ayumi mempercepat pekerjaannya. Dan pukul 11 malam, Ayumi telah menyelesaikan pekerjaannya.

" Akhirnya, selesai juga!" ujar Ayumi girang. " Ternyata udah malam banget, aku harus segera pulang nih." Ayumi melirik jam yang terpasang ditangannya.

Sampai didepan kantor, taksi yang Ayumi pesan sudah ada di sana. Dan Ayumi segera masuk, lalu taksi pun berjalan.

Ditengah perjalanan, tiba-tiba ia melihat sosok pria yang ia kenal. Dia adalah Arga, bos ditempat Ayumi bekerja. Terlihat Arga tengah duduk disisi mobilnya.

" Pak, berhenti sebentar!" pinta Ayumi.

Setelah taksi berhenti, Ayumi langsung keluar. Ia menghampiri Arga, " Tuan Arga, ngapain anda berada disini malam-malam?" tanya Ayumi.

Arga menoleh, " Mobil sialan ini mogok!" jawabnya dengan ketus.

Ayumi memperhatikan penampilan Arga, sepertinya ia dalam keadaan mabuk. Rambut yang biasanya klimis, kini acak-acakan. Kancing kemeja atasnya terbuka dua. Matanya memerah, serta pandangannya sayu.

" Apa Tuan sudah menghubungi bengkel?" tanya Ayumi.

Arga berdiri, " Tidak, ponselku mati!" sahut Arga. Sembari mengambil ponselnya disaku celana, dan memperlihatkannya pada Ayumi.

" Neng! Masih lama nggak? Habis ini saya masih ada pesanan lagi!" teriak sopir taksi.

" Sebentar lagi Pak!"

Ayumi memperhatikan Arga, " Tuan, Tuan ikut saya aja ya. Nanti saya antar Tuan ke apartemen."

Arga mendekatkan wajahnya pada Ayumi, hingga jarak wajah keduanya tersisa beberapa senti saja. " Kamu beneran mau antar saya?"

" Iya Tuan,"

Arga mendekati taksi, dan masuk terlebih dulu. Sedangkan Ayumi, ia masih berdiri ditempat. Mengibas-ibaskan tangannya didepan wajah. Karena jarak wajahnya dan wajah Arga tadi sangat dekat, saat Arga berbicara. Sehingga bau alkohol tercium sangat menyengat oleh indra penciuman Ayumi.

Tiga puluh menit kemudian, Ayumi dan Arga sampai di apartemen Arga. Ayumi memapah Arga menuju unitnya. Sesekali Arga merancu tak jelas.

" Tuan, dimana kartu aksesnya?" tanya Ayumi.

" Di dompet." sahut Arga dengan setengah kesadarannya.

Ayumi mengambil dompet Arga di saku celananya. Saat membuka, Ayumi terpaku melihat foto wanita cantik.

" Cantik sekali dia," puji Ayumi.

Setelah berhasil membuka pintu, Ayumi kembali memapah Arga. Ia menidurkan Arga di ranjang. Ayumi membuka sepatu dan juga kaos kaki Arga. Setelah selesai, Ayumi bergegas untuk pergi.

" Mau kemana?" Arga mencekal pergelangan tangan Ayumi.

" Saya mau pulang Tuan," sahut Ayumi.

" Pulang kemana hem, rumahmu disini bersamaku." Arga memeluk Ayumi.

" Lepas Tuan!" Ayumi memberontak, berusaha melepas pelukan Arga.

" Tidak sayang, kamu milikku. Aku tidak akan membiarkan kamu pergi dariku." Arga semakin mengeratkan pelukannya.

" Sadar Tuan! Saya Ayumi, sekretaris anda!" Ayumi berteriak.

Arga sama sekali tidak menggubris ucapan Ayumi.

Ayumi takut, apalagi saat merasakan Arga mencium keningnya. " Lepas Tuan!" Ayumi berteriak dengan lantang.

Arga melepas pelukannya, ia mencengkram wajah Ayumi. " Kenapa hah! Kenapa? Kamu milikku! Aku tidak akan melepaskan mu! Aku tidak akan membiarkanmu pergi!" bentak Arga.

Ayumi meringis, " Le-lepaskan saya Tuan. Tolong lepaskan saya," Ayumi menangis. Ia berusaha melepas cengkraman tangan Arga diwajahnya.

Arga murka, ia mendorong Ayumi keranjang. Lalu ia juga ikut naik, dan mengungkung tubuh Ayumi. Arga mengincar bibir Ayumi untuk diciumnya, namun selalu berakhir di pipi. Karena Ayumi terus menghindari ciumannya.

" Lepaskan saya Tuan, saya mohon." Ayumi memohon dengan sangat.

Sret.

Arga merobek kemeja Ayumi, dan membuat Ayumi semakin mengencangkan tangisnya. " Jangan Tuan!" teriak Ayumi, saat melihat Arga hendak merobek roknya juga.

Seberapapun Ayumi memberontak, dan melawan. Ia pasti akan tetap kalah dari Arga. Kekuatan Ayumi, tak sebanding dengan kekuatan Arga. Ayumi hanya bisa pasrah dan menangis. Malam ini, ia akan kehilangan apa yang telah ia jaga selama 23 tahun. Sebab direnggut dengan paksa oleh bosnya sendiri.

Bab 2

Ayumi menangis sejadi-jadinya. Ia menyiram dirinya dengan air. Saat ini Ayumi sudah berada di kontrakannya.

" Tuan Arga bedebah! Tuan Arga sialan! Aku membencimu!" Ayumi berteriak histeris.

" Aku sudah kotor sekarang, dan tidak akan ada lagi pria yang mau dengan wanita kotor sepertiku...." Ayumi sesegukan. Ia sangat prihatin dengan nasibnya sendiri

Hari sudah beranjak siang, Ayumi masih enggan untuk keluar kontrakan, bahkan ia tak beranjak sekalipun dari kamarnya. Ponselnya ia matikan, ia tak ingin diganggu untuk saat ini.

Hingga ia merasa lapar, Ayumi diharuskan untuk keluar dari kamarnya. Ayumi memasak makanan yang mudah untuk di olah. Dan pilihannya, jatuh pada mie instan dan satu butir telur.

 

Hari telah berganti, dan kali ini Ayumi diharuskan untuk berangkat kekantor. Walaupun ia sangat enggan, tapi Ayumi harus tetap pergi untuk menyerahkan surat pengunduran dirinya.

Ya, Ayumi memutuskan untuk berhenti bekerja. Karena ia tak sanggup jika setiap hari bertemu dan berinteraksi dengan pria yang telah membuatnya jadi kotor.

Ayumi menghela nafas panjang, dan membuangnya perlahan. Saat ini ia telah berada didepan perusahaan Pramana Group. Ayumi hendak melangkah masuk, namun tiba-tiba ada yang menepuk bahunya dari belakang.

Ayumi berbalik, dan ternyata itu adalah Reva. Namun perhatian Ayumi tak tertuju pada Reva, tapi seseorang yang tengah berjalan di belakang Reva. Dia adalah Arga Dikta Pramana.

" Hei, Ayumi! Kamu lihat apa?" Reva melambai-lambaikan tangannya didepan Ayumi.

Ayumi tak merespon, dan Reva mengikuti arah pandang Ayumi. Reva tersenyum, dan menyikut pinggang Ayumi. Dan membuat Ayumi meringis pelan.

" Jadi kamu terpesona dengan Tuan Arga?" goda Reva menaik turunkan kedua alisnya.

" Nggak!" sahut Ayumi ketus. Dan langsung berbaik badan, lalu melangkah masuk meninggalkan Reva.

" Ayumi tunggu!" Reva mengejar Ayumi.

Reva mengejar Ayumi hingga di lift, " Kenapa kemarin kamu nggak kerja? Terus, kenapa ponsel kamu juga mati?" tanya Reva.

" Oh, kemarin aku lagi nggak enak badan. Terus ponselku aku lupa menaruhnya dimana." jawab Ayumi bohong. Tidak mungkin jika ia akan mengatakan yang sebenarnya pada Reva. Dan itu sama saja namanya jika Ayumi mengumbar aibnya sendiri.

" Oh, aku kira kamu kenapa-napa. Aku khawatir sama kamu, mau mampir ke kontrakan kamu, tapi Mamaku tiba-tiba sakit." ujar Reva lesu.

" Udah, nggak apa-apa kok. Kalau gitu aku duluan ya, Reva. Bye," bertepatan saat itu lift terbuka, dan Ayumi langsung keluar.

Bugh.

Ayumi tak sengaja menabrak seseorang, karena ia terburu-buru dan tak memperhatikan jalan.

" Maaf,"

" Kamu nggak apa-apa?" tanya Tom.

Ayumi mendongak, dan sontak mundur beberapa langkah. " Saya nggak apa Tuan, maafkan saya." Ayumi kembali menunduk.

" Iya,"

" Kalau begitu, saya permisi Tuan." Ayumi pergi tanpa menatap Tom.

Tom memperhatikan Ayumi yang semakin menjauh. Ia tersenyum," Baru kali ini ada wanita yang tak terpesona dengan pesonaku. Wanita yang sangat unik," ujar Tom.

Hampir seluruh karyawan wanita di sana, terjerat dengan pesona si playboy Tom. Dan hanya Ayumi yang bersikap cuek padanya.

Sampai di ruangannya, Ayumi duduk, lalu mengeluarkan surat pengunduran dirinya. Ia menatap lamat-lamat surat itu.

" Ayo Ayumi, kamu pasti bisa!" Ayumi menyemangati dirinya sendiri.

Ayumi keluar ruangan, seperti biasa, ia akan membuatkan kopi untuk Bosnya. Setelah jadi, kopi hitam dengan sedikit gula itupun ia bawa keruangan sang Bos besar.

Tok..tok..

" Masuk!"

Ayumi masuk, ia berusaha untuk bersikap biasa saja. Ia tak berani menatap Arga, Ayumi hanya menunduk.

" Ini kopinya Tuan," Ayumi meletakkan cangkir kopinya di atas meja.

" Hm,"

" Tuan, ada yang ingin saya sampaikan pada anda." ujar Ayumi.

Arga menghentikan pekerjaanya, ia menatap Ayumi.

Ayumi yang merasa ditatap semakin gugup, tangannya saling remas dibawah meja. " Apa dia akan meminta maaf atas kejadian malam itu?" batin Ayumi bertanya-tanya.

" Hm, katakan."

Ayumi memberikan surat pengunduran dirinya pada Arga. Arga membacanya dengan seksama.

" Kenapa kamu ingin resign?"

" Saya harus kembali ke kampung Tuan."

" Hm, saya tidak bisa melarang jika itu memang keputusan kamu."

" Huh! Dasar laki-laki! Setelah melakukan kesalahan, tidak ada kata maaf!" gerutu Ayumi dalam hati.

" Terima kasih Tuan, kalau gitu saya permisi." Ayumi beranjak dari tempatnya. Namun, saat hendak membuka pintu,

" Ayumi, maaf."

Deg.

Ayumi terdiam, ia membalik badan dan memberanikan diri menatap manik hitam Arga. Pandangan keduanya bertemu.

" Maaf Ayumi, maaf untuk kejadian itu. Saat itu saya mabuk, saya tak sadar dengan perbuatan saya. Ini, saya harap kamu mau menerimanya. Hitung-hitung sebagai permintaan maaf saya, karena saya tak bisa mengembalikan apa yang sudah hilang." ucap Arga dengan tenang, ia menyodorkan satu kartu emasnya pada Ayumi.

Ayumi terbelalak, matanya tiba-tiba berkaca-kaca. Namun Ayumi berusaha, agar air matanya tak tumpah. Dada Ayumi bergemuruh, ingin rasanya ia berteriak didepan Arga saat ini.

" Saya tidak membutuhkan kartu itu Tuan. Lagi pula saya bukan seorang jalang, yang akan menerima bayaran setelah berhasil memuaskan hasrat seseorang!" tolak Ayumi dengan tegas.

" Lalu apa yang kamu inginkan? Tanggung jawab dari saya? Jangan bermimpi Ayumi, kamu fikir kamu itu siapa hah! Harusnya kamu ingat Ayumi, bukan saya yang meminta kamu untuk datang pada saya. Tapi diri kamu sendiri yang datang!" Arga meninggikan suaranya.

Tangan Ayumi terkepal, air mata yang sejak tadi ia tahan, sekarang sudah mengalir begitu saja.

" Saya memang bukan siapa-siapa Tuan. Saya hanya seorang wanita miskin, yang hanya dengan mengandalkan kepintaran, makanya saya bisa jadi sekretaris anda. Sangat terpaut jauh dengan anda, Tuan Arga Dikta Pramana!"

" Bagus jika kamu sadar akan hal itu, jadi sekarang terima ini. Jangan sok jual mahal, padahal diri kamu membutuhkannya." Arga memaksa Ayumi menerimanya.

Ayumi menatap nanar kartu berwarna ke emasan itu ditangannya. Dan beberapa saat kemudian, Ayumi menjatuhkan kartu itu, dan ia menginjaknya dengan sepatu heelsnya.

Arga tercengang, " Apa yang kamu lakukan hah!" bentaknya.

" Sama seperti anda yang sudah menginjak-injak harga diri saya! Saya pun melakukan hal yang sama!" teriak Ayumi. Ia berbalik dan melangkah menuju pintu.

Brak!

Ayumi menutup pintu dengan kasar, ia berlari menuju toilet. Ia menangis sejadi-jadinya di sana. Menumpahkan seluruh rasa kesal dan sakit hatinya.

Setelah dirasanya sudah lebih baik, Ayumi segera membasuh wajah. " Aku harus segera pergi dari sini, aku tak mau jika bertemu lagi dengan orang sialan itu!" ujar Ayumi.

Ia segera keluar dari toilet, dan beranjak menuju ruangannya kembali untuk mengambil barang-barangnya. Ditengah perjalanan, ia berpapasan dengan Tom.

" Kamu kenapa Ayumi? Kamu sakit?" tanya Tom.

" Nggak usah sok perhatian sama saya!" sahut Ayumi ketus.

Tom tersentak, baru kali ini ada wanita yang berani berucap dengan ketus padanya.

"Bos dan asisten sama saja!" ujar Ayumi lagi, setelah itu ia kembali melanjutkan jalannya.

Bab 3

Dengan hanya berbekal tabungan yang ia punya, Ayumi memutuskan untuk kembali kekampung halaman ibunya. Saat ini ia sedang berada dalam perjalanan menggunakan jasa taksi online.

 Letak kampung halaman ibu Ayumi, berada dipedesaan. Ia disana akan melanjutkan usaha warung nasi milik ibunya dulu. Sebenarnya, bisa saja Ayumi melamar kerja sebagai sekretaris lagi, tapi kemungkinan besar ia akan bertemu lagi dengan Arga.

Ayumi sangat membenci Arga, ia tak mau untuk kembali bertemu dengannya.

 

4 bulan kemudian....

" Kak, kak Ayumi mending duduk aja deh. Biar aku aja layani pembelinya."

" Nggak apa-apa Desi, kalau dibawa duduk terus capek juga." ujar Ayumi.

" Tapi aku kasihan lihat kak Ayumi." Ucap Desi memperhatikan Ayumi dari atas sampai bawah.

" Jangan berlebihan kayak gitu Desi, aku bukan orang lumpuh yang harus duduk terus." jelas Ayumi.

" Ya udah, deh. Terserah kakak aja," Desi pun akhirnya mengalah.

" Ayumi! Keluar kamu Ayumi!" teriak seorang wanita dari luar warung.

Ayumi keluar, " Iya Bu Ratih, ada apa nih. Kok teriak-teriak?" tanya Ayumi.

" Heleh, jangan sok polos deh Ayumi!" bentak Bu Ratih.

" Maksud Ibu, sok polos gimana ya? Saya nggak ngerti?" tanya Ayumi.

" Kamu pasti pakai guna-guna kan?! Makanya suami saya terus aja makan diwarung kamu! Dia udah nggak suka lagi sama masakan saya!" tuduh Bu Ratih.

" Ya ampun Bu Ratih, kenapa Bu Ratih bisa menuduh saya seperti itu. Saya mana ngerti sama yang namanya guna-guna."

" Emang dasar kamu wanita nggak benar! Wanita murahan! Kalau kamu memang wanita baik-baik, nggak mungkin kan kamu hamil tanpa suami!"

Ayumi menunduk, tangannya meremas ujung bajunya. Ini bukan pertama kalinya ia menerima hinaan seperti itu, tapi tetap saja hati Ayumi rasanya diremas-remas mendengar perkataan seperti itu.

" Maaf Bu, lain kali saya tidak akan menerima suami Ibu jika nanti ingin makan disini." Ayumi mengalah, ia tak mau kalau sampai Bu Ratih semakin menghinanya.

" Memang seharusnya seperti itu! Dasar wanita murahan-"

" Heh, Bu Ratih! Nggak seharusnya Bu Ratih menyalahkan kak Ayumi! Salahkan saja diri Ibu sendiri yang nggak bisa masak dengan enak! Makanya suami Ibu lebih memilih membeli makan disini, karena suami Ibu tau kalau makanan disini lebih enak!" Desi datang dan melakukan pembelaan untuk Ayumi.

" Anak kecil nggak usah ikut-ikutan!" ucap Bu Ratih tak mau kalah.

" Memangnya kenapa kalau saya anak kecil, hah! Walaupun saya masih kecil, tapi pemikiran saya sudah dewasa! Nggak seperti Ibu, udah tua tapi pemikirannya masih seperti anak kecil! Panjang otak fikirnya cuma sejengkal!" ujar Desi emosi, sambil menunjukkan jengkal jarinya.

Bu Ratih menatap tajam Desi, dan ingin rasanya dia menamparnya.

" Desi, udah Desi. Jangan diperpanjang," Ayumi menasehati Desi.

" Tapi aku nggak bisa terima kak, kalau kakak dihina kayak tadi."

" Kan memang dia wanita yang hina, dan Kamu Desi, kalau kamu terus bergaul dengan dia, pasti kamu akan ikutan jadi wanita hina seperti dia, yang hamil tanpa suami!" Bu Ratih kembali bersuara.

" Heh, Bu Ratih! Kak Ayumi itu wanita baik-baik ya. Seharusnya, Bu Ratih itu memberi dukungan untuk kak Ayumi. Bukan malah merendahkannya! Coba aja Ibu bayangin, kalau Bella, anak Ibu yang ada dalam posisi kak Ayumi! Apa yang akan Ibu lakukan hah!"

Tangan Bu Ratih terkepal, " Nggak mungkin! Anak saya adalah anak baik-baik, dia selalu ada dalam pengawasan saya!" sarkas Bu Ratih.

" Iya, dia memang selalu ada dalam pengawasan Ibu jika ada dirumah. Tapi jika diluar rumah bagaimana? Apa Ibu akan membuntuti Bella terus? Apa Ibu membayar mata-mata untuk mengawasinya? Tidak kan!" ucapan Desi sangat menohok, membuat Bu Ratih semakin emosi.

" Dasar kamu ya, anak kecil mulutnya pedes banget!" Bu Renita beranjak pergi, ia sesekali menghentakkan kakinya ke tanah.

" Biarin mulut pedes, yang penting nggak suka nyinyir kayak Ibu! Wlek!" ledek Desi sambil menjulurkan lidahnya.

" Sudah cukup Desi, ayo sebaiknya kita masuk." ajak Ayumi.

" Kenapa tadi Bu Ratih nggak kakak lawan aja?" tanya Desi geram.

" Percuma Desi, kalau kakak lawan dia, dia pasti akan tetap menang. Karena Bu Ratih benar, kalau kakak hamil tanpa suami." sahut Ayumi sendu, sembari mengelus perut buncitnya.

" Eh, maaf kak. Jangan sedih gitu dong," ujar Desi diliputi rasa bersalah.

" Iya, nggak apa-apa."

" Ngomong-ngomong, ini dedek kembarnya kapan akan keluarnya kak? Aku udah nggak sabar mau gendong mereka berdua." Desi ikut mengelus perut buncit Ayumi.

" Masih nunggu, 5 sampai 6 bulan lagi."

Desi mengangguk faham, mereka berdua berjalan beriringan masuk kedalam warung makan kecil milik Ayumi.

...----------------...

Ditempat lain, tepatnya di kediaman Arga. Sejak tadi pagi, hingga hari sudah beranjak siang, ia terus bolak-balik kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Sampai-sampai rasanya Arga tak punya tenaga untuk sekedar berdiri.

" Kamu ini kenapa sih, Arga? Ada yang kamu sembunyikan ya, dari Mami?" tanya Mami Sita khawatir, pada putra semata wayangnya.

" Cuma masuk angin biasa Mi, palingan nanti juga sembuh." sahut Arga lesu, ia bahkan masih menutup mata dan berbalut selimut.

" Ck, kamu selalu bilang masuk angin. Masa ada orang masuk angin tiap hari. Arga, kalau kamu punya penyakit atau apa, cerita sama Mami, jangan menyembunyikannya dari Mami. Mami khawatir sama kamu Arga," Mami Sita mengelus kepala Arga dengan sayang.

" Aku nggak punya riwayat penyakit apa-apa Mi, kalau Mami nggak percaya, Mami cek aja sendiri hasil medical cek up aku. Tuh, ada dilaci bawah." ujar Arga menyakinkan Maminya.

Mami Sita membuka laci yang dimaksud putranya, dan ia menemukan sebuah map. Mami Sita langsung membuka, dan membacanya.

" Huh," Mami Sita membuang nafas lega, ternyata kesehatan putranya sedang baik-baik saja.

" Mami jadi nggak tega ninggalin kamu Arga, apa Mami batalin aja ya rencana jalan-jalannya?"

" Nggak usah dibatalin Mi, aku nggak apa-apa. Mami pergi aja, nikmati hari liburnya Mami."

" Tapi.."

" Tenang aja Mi, dirumah aku nggak sendirian. Ada pelayan dan juga Jo yang selalu mengawasi aku." Arga masih meyakinkan Mami Sita.

" Em, ya udah deh kalau gitu. Seharusnya kamu tuh, cari istri. Biar ada yang ngurus kamu kalau lagi sakit, dan Mami juga nggak khawatir kalau ninggalin kamu."

" Udah deh Mi, jangan bahas soal itu dulu. Aku lagi sakit nih,"

" Gimana Mami mau nggak bahas! Orang kamu udah dari dulu Mami suruh untuk cari istri, bilangnya cuma nanti, besok, kapan-kapan aja! Mau kamu apa sih Arga? Mami tuh iri sama teman-teman Mami yang udah pada gendong cucu! Mami juga pengen kayak mereka. Kamu harus ingat Arga, usia kamu sebentar lagi akan memasuki kepala tiga." ujar Mami Sita cerewet.

" Iya, iya Mi. Nanti akan Arga cariin cucu buat Mami."

" Bukan cucu aja! Tapi mantu juga!" ketus Mami Sita.

" Iya, iya Mi. Nanti Arga akan pesan yang paket komplit."

" Ish, kamu ini! Kamu kira ucapan Mami main-main apa? Kamu mau nunggu Mami nyusul papi kamu dulu, baru nanti kamu mau nikah?" tanya Mami Sita kesal.

" Nggak gitu juga Mi, mending Mami berangkatnya sekarang aja. Pasti teman-teman Mami udah pada nunggu." usir Arga.

" Dasar anak durhaka!" geram Mami Sita, namun tak ayal ia menuruti perkataan Arga.

Saat Mami Sita menutup pintu, tiba-tiba ia teringat akan sesuatu. Ia menatap putranya yang masih berbaring diranjang. " Arga, kamu nggak nge-hamili anak orang kan?" tanyanya.

Arga yang mendengar pertanyaan itu, sontak membuka mata. " Mami nuduh aku?" Arga balik bertanya sewot.

" Mami nggak nuduh kamu, karena apa yang kamu alami saat ini, membuat Mami teringat saat Papi kamu dulu yang mengalami Couvade Syndrom atau kehamilan simpatik." sahut Mami Sita.

" Enggak lah Mi, mana mungkin aku melakukan itu!"

" Awas aja ya, kalau kamu sampai nge-hamili anak orang, dan nggak mau bertanggung jawab. Mami akan pangkas habis burung kamu itu!" ancam Mami Sita. Dan langsung menutup pintu dengan keras.

Perasaan Arga tak tenang, ia tiba-tiba teringat dengan Ayumi. Hanya dengan Ayumi saja ia pernah melakukannya, dan itupun tanpa pengaman. Kemungkinan besar, bisa saja Ayumi mengandung benihnya.

" Nggak! Nggak mungkin dia mengandung anakku. Kami hanya melakukannya sekali, dan nggak mungkin akan langsung jadi kan? Lagi pula, jika dia memang dinyatakan hamil setelah kejadian itu, dia pasti akan datang dan meminta pertanggung jawaban dariku. Iya, dia pasti tidak mungkin mengandung anakku. Buktinya, dia tak datang padaku sampai saat ini." Arga meyakinkan dirinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!