Di sebuah ruangan yang asing, tampak seorang wanita tengah menangis tersedu dengan keadaan tubuh yang hanya terbalut oleh selimut tebal.
"Kenapa, Tuan? Kenapa anda melakukan ini padaku?" tanya di sela isak tangisnya, tanpa berani menatap pria yang saat ini berada di belakang punggungnya.
"Jangan sok bodoh kamu. Ingat, mulai saat ini akan aku pastikan untuk membuat hidupmu menderita, setelah apa yang kamu lakukan pada putraku, Erfin." jawab pria yang saat ini berada di belakang wanita itu.
Seorang pria yang berhasil merenggut kehormatan seorang gadis yang di duga, sebagai dalang di balik kematian putranya yang bernama Erfin Darmawan.
Di tangan pria asing itulah, akhirnya sang gadis kehilangan sesuatu yang paling berharga darinya dan semua itu terjadi di sebuah apartemen yang baru saja di datangi oleh keduanya.
Sang pria melakukan itu untuk meminta pertanggung jawaban atas kematian putranya, yang di duga meninggal karena ulah mantan kekasihnya dan wanita itu adalah wanita yang kini tengah menangis tersedu di atas ranjang dengan keadaan yang polos.
Tidak terima putranya meninggal dengan sia sia hanya karena seorang wanita. Hingga akhirnya, sang ayah yang tidak terima dengan kematian itu pun turun tangan untuk belas dendam dan berakhir dengan malam panas dan penuh dengan gairah di antara keduanya.
"A_apa maksud anda Tuan? Sa_saya tidak mengerti?" Tanya nya pagi di sela isak tangis yang terdengar begitu sangat lirih.
"Sekali lagi aku katakan, jangan belaga bodoh karena aku sudah tahu semua yang sudah kamu lakukan pada putraku. Jadi sekarang, terima saja nasibmu yang akan berakhir di tanganku." jawab sang pria sembari bangkit dari ranjang, lalu segera memunguti semua pakaian nya yang berserakan di lantai untuk kembali dia pakai.
Sementara sang wanita, masih saja terus menangis sejak pria itu membawa nya ke sana dan berhasil merenggut apa yang paling harga dari dirinya.
*
*
Tepat pukul 3 dini hari, pria bertubuh tinggi kekar dan tinggi itu pun meninggalkan kamar dan meninggalkan wanita yang baru saja menjadi pemuas nafsunya.
Saat pria itu akan beranjak, tiba tiba saja langkahnya terhenti oleh sesuatu yang mengalihkan perhatian nya. Seketika, pergerakan tubuhnya terhenti manakala netranya menangkap bercak darah yang ada di seprey kasur, tepat di belakang tubuh wanita itu.
Deg
"Sial, apa ini? Ke_kenapa ada noda darah di sana?" Gumam nya sembari terus menatap kasur yang di tempati oleh wanitanya malam ini, dengan dahi yang mengerut.
Masih dengan tubuh polosnya, pria itu melangkah mendekati meja kerja yang ada di dalam kamar itu.
Si pria langsung meraih ponselnya, lalu menghubungi seseorang yang selama ini dia percaya untuk mencari informasi perihal gadis yang selama ini menjadi kekasih dari anak semata wayang nya.
Gadis yang sudah membuat anaknya itu patah hati dan juga kecewa. Hingga membuatnya meninggal dalam sebuah kecelakaan saat pemuda itu mengikuti balapan liar untuk mengalihkan patah hati dan rasa kecewanya dan berujung dengan sebuah kematian.
Tuuutttt
Tuuutttt
Klik
"Iya, Tuan Erwin, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya seseorang yang saat ini di hubungi oleh pria yang memiliki nama lengkap Erwin Darmawan.
"Katakan, apa kamu yakin jika gadis yang kemarin kita temukan adalah gadis yang di pacari oleh putraku, Erfin?"
"Menurut informasi yang saya dapat. Itu memang dia Tuan. Memang nya kenapa?" tanya orang itu lagi.
"Bukankah dari laporan sebelumnya wanita itu sudah pernah mengandung cucuku sebelum dia menggugurkan janin itu?"
"Iya, Tuan. Seperti itulah yang saya dapat dari semua kesaksian orang orang di sekitar dan juga teman teman satu tongkrongan Tuan muda Erfin. Wanita itu tega membuang janin nya hanya karena merasa Tuan muda Erfin tidak memiliki masa depan. Hanya karena Tuan muda Erfin saat itu masih berstatus seorang mahasiswa dan seorang pekerja cafe biasa. Setelah melakukan aborsi, wanita itu pergi entah kemana hingga membuat Tuan muda Erfin sakit hati dan kecewa berat. Hingga akhirnya Tuan muda pun kembali menjalani kebiasaannya, yaitu balapan liar hanya untuk melupakan rasa sakit hatinya dan juga rasa kecewanya itu pada mantan kekasihnya dan akhirnya hal itulah yang membawa Tuan muda ketempat peristirahatan terakhir nya, Tuan," Jelas orang itu dengan nada bicara yang berubah sendu kala mengingat Tuan mudanya yang telah tiada.
"Lakukan penyelidikan ulang mengenai informasi terkait wanita itu. Aku harap, setelah mencari informasi ulang, tidak akan ada lagi kesalahan dan wanita itu adalah benar wanita yang kini ada bersamaku." Titahnya.
"Tapi, kenapa, Tuan? Apa ada yang salah?"
"Lakukan saja perintahku, pokoknya. Aku ingin laporan itu segera ada di tangan ku secepat mungkin,"
"Baik, Tuan. Akan segera saya laksanakan."
Usai menutup sambungan telepon itu, Erwin pun segera pergi dari kamar itu. Meninggalkan wanita yang kini sudah tertidur lelap setelah lelah menangis.
Sebelum pergi, Erwin masih sempat melirik tubuh wanita yang saat ini tengah berbaring membelakanginya.
Ada perasaan tidak tega saat melihat butuh mungil yang baru saja menjadi pemuas hawa nafsunya malam ini.
Meski begitu, perasaan itu sama sekali tidak membuat Erwin mengurungkan niatnya untuk balas dendam atas kematian putranya pada wanita itu.
Dan apa yang sudah Erwin lakukan, sudah membuat wanita itu tak berdaya. Erwin bisa saja membalas wanita itu dengan sebuah kematian juga. Namun, Erwin tidak akan membiarkan wanita itu mati dengan mudah setelah apa yang dilakukan nya pada putranya.
Wanita itu harus merasakan dahulu siksaan yang Erwin berikan sebelum akhirnya dia pun ikut menyusul Erfin ke alam keabadian. Namun itu nanti, setelah Erwin merasa puas dengan apa yang dia lakukan pada wanita itu.
Kreekkk
"Bibi sudah datang?" tanya Erwin pada seseorang yang saat ini sedang menunggunya diluar kamar.
"Iya, Tuan. Saya baru saja tiba," jawab seorang wanita baya yang di perkirakan dia adalah seorang asisten rumah tangga.
"Urus wanita itu, dan pastikan dia tidak pernah meninggalkan apartemen ini," Titahnya pada wanita paruh baya itu.
"Baik tuan." Jawab wanita baya itu dengan sangat patuh.
Wanita baya yang selama ini bertugas untuk menjaga dan merawat apartemen mewah milik milik Erwin.
Setelah menitipkan wanita muda itu, Erwin pun segera pergi meninggalkan apartemen, untuk kembali ke rumah pribadinya.
Rumah yang selama ini dia tinggalkan karena menyimpan sejuta kenangan manis saat masih bersama mendiang istrinya yang meninggal 20 tahun yang lalu, tepat saat sang istri melahirkan putra mereka yang di beri nama Erfin Darmawan.
Tidak terima atas kepergian sang istri, Erwin pun akhirnya pergi meninggalkan rumah itu. Bukan hanya rumah itu, Erwin bahkan sampai meninggalkan tanah air hanya untuk bisa memulai hidup baru tanpa bayang bayang sang istri.
...****************...
...Note. "Jika ada yang kenal dengan alur ceritanya, berarti sudah baca kisah yang othor up di pf sebelah ya. Berhubung di sana di takedown dan sayang banget kalo harus hilang begitu saja. Jadi, othor putuskan untuk up ulang di sini. Semoga reader baru suka alur ceritanya... Selamat membaca."...
Seorang wanita yang masih bergelung didalam selimut tebal, di atas kasur super besar di sebuah kamar yang yang super mewah, terlihat mulai mengerjapkan matanya saat sinar matahari mulai masuk dan menyapa wajah cantiknya.
Rasa hangat yang berasal dari sinar mentari pagi yang kian meninggi itu pun berhasil membangunkan wanita cantik berwajah ayu itu dari tidur lelapnya.
"Kamu sudah bangun?"
Deg
Wanita itu tersentak kaget dan refleks langsung bangun dan mengambil posisi duduk saat mendengar suara seseorang yang bertanya padanya.
Saking kaget dan juga panik, wanita itu langsung saja duduk tanpa menghiraukan keadaan tubuhnya yang masih polos, tanpa tertutup sehelai benang pun dan itu membuat orang yang ada di ruangan merasa tidak nyaman karena harus melihat tubuh polos wanita itu.
Melihat tatapan aneh dari wanita baya itu. Akhirnya, dia pun menyadari jika tubuh nya saat ini tidaklah terbungkus apapun, wanita itu pun segera menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya saat menyadari jika saat ini dia sedang tidak berpakaian.
"Ka_kamu siapa?" tanya si wanita pada wanita baya yang kini ada di depan nya, dengan perasaan takut saat melihat sorot mata dari wanita baya itu yang kurang bersahabat.
Wanita paruh baya itu berjalan mendekat. Lalu, menghela nafas panjang dan juga berat saat menyadari apa yang sudah di lakukan oleh sang majikan pada wanita itu.
"Mandilah, segera bersihkan tubuhmu. Jangan sampai kamu masih dalam keadaan seperti ini saat Tuan kembali nanti. Tuan tidak suka dengan wanita yang bau dan berantakan." Jawab wanita baya itu tanpa menjawab pertanyaan dari wanita muda yang masih duduk di atas ranjang Tuan nya.
"Ba_baiklah," jawab wanita muda itu sembari bersiap untuk bangkit dari ranjang.
"Oh iya, siapa namamu?" tanya wanita baya itu lagi dengan nada yang cukup tegas.
"Ghina Nyonya. Nama saya Ghina Andrean." jawab nya dengan perasaan yang takut-takut.
"Baiklah, segeralah bersihkan dirimu. Dalam waktu 30 menit Tuan akan kembali sini. Jadi, jangan sampai Tuan kembali marah hanya karena melihat penampilan kamu yang masih berantakan seperti ini,"
"Baik, Nyonya."
Dengan patuh, Ghina pun segera turun dari ranjang dan bergegas menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Dengan langkah yang terseok seok, Ghina pun melangkah kan kakinya menuju ke kamar mandi yang ada di dalam kamar itu.
Akan tetapi, Ghina kembali menghentikan langkahnya yang hampir saja masuk ke dalam kamar mandi, setelah mendengar ucapan dari wanita baya itu lagi.
"Oh iya, setelah mandi jangan coba coba keluar dari dalam kamar ini. Aku sudah membawakan mu makanan, jadi makan dan tunggu Tuan di sini saja. Ingat, jangan membantah nya jika kamu tidak ingin semakin di sakiti,"
"Iya, baik Nyonya. Saya mengerti." jawab Ghina menunduk patuh.
Setelah itu, Ghina langsung masuk kedalam, menutup lalu mengunci pintu kamar mandi itu.
Ghina segera melepaskan selimut yang membungkus tubuhnya, lalu berjalan perlahan menuju ke arah shower.
Dibawah guyuran air shower, Ghina kembali menangis. Apalagi saat melihat pantulan dirinya di cermin wastafel di kamar mandi itu.
Dimana seluruh tubuh bagian atasnya dipenuhi oleh bercak merah. Tanda yang ditinggalkan oleh pria yang semalam sudah berhasil mengoyak kehormatan nya sebagai seorang gadis.
"Ya Tuhan, berarti semalam itu bukan mimpi. Aku sudah ternoda, aku sudah kotor. Ayah, Bunda, aku harus apa sekarang? Dengan keadaan tubuh yang cacat ini, apa yang harus aku lakukan?" Gumam nya dalam hati disela idak tangisnya yang terdengar begitu pilu.
*
*
Sementara di dalam kamar. Setelah membersihkan kamar dan mengganti seprey yang kotor dengan yang baru wanita baya itu kembali keluar kamar.
Sekilas, wanita baya itu melirik ke arah pintu kamar mandi, lalu beralih menatap bercak noda merah yang ada di kain seprey yang baru saja dia ganti dengan yang baru.
Lalu setelah nya berlalu pergi meninggalkan kamar itu, tidak lupa juga wanita baya itu mengunci pintu kamar dari arah luar agar Ghina tidak bisa keluar dari kamar itu.
*
*
30 menit berlalu dan 30 menit jugalah waktu yang di habiskan oleh Ghina untuk membersihkan diri dan juga menangisi nasibnya yang terus menerus di terpa berbagai masalah semenjak kepergian kedua orang tua angkatnya.
Mulai dari di kejar oleh penagih hutang, dikeluarkan dari kampus karena tidak mampu membayar uang kuliah, di usir dari rumah kontrakan nya karena menunggak selama 3 bulan dan kini, Ghina pun harus berakhir di tempat yang super mewah dengan fasilitas lengkap. Namun, tempat itu jugalah yang menorehkan luka yang teramat dalam di dalam hidupnya.
Entah karena kesalahan yang mana dan karena kesalahan apa, hingga dia harus di perlakukan seperti itu. Menjadi pemuas nafsu dari seorang pria asing yang baru saja dia temui kemarin sore.
Dengan tubuh yang di balut handuk untuk menutupi area dada dan juga inti tubuhnya. Ghina keluar dari dalam kamar mandi secara perlahan. Melihat ke seluruh ruangan demi memastikan jika di dalam kamar itu sudah tidak ada orang.
Ghina pun akhirnya bisa bernafas dengan lega saat melihat, jika di dalam kamar itu sudah tidak ada siapapun, termasuk wanita baya dengan tatapan yang tajam tadi.
Setelah keluar dari dalam kamar mandi Ghina pun mengedarkan kembali pandangannya, untuk mencari Pakaian yang kemarin dia pakai dan dilemparkan ke sembarang arah oleh pria asing yang membawanya ke sana.
"Di mana bajuku? Kenapa semua sudah tidak ada? Bukan kah, pria tua itu melempar semuanya ke lantai? Tapi, kemana baju baju itu ?" gumamnya saat melihat ke seluruh ruangan, tapi tak melihat sepotong pun baju yang dia pakai kemarin.
Bukan hanya bajunya saja yang kini sudah menghilang. Namun, baju dalam yang kemarin dia gunakan pun sudah tidak ada lagi di sana.
Karena semua yang di pakai kemarin sudah tidak ada lagi di sana. Ghina pun akhirnya memutuskan untuk mencari pakaian yang bisa dia pakai di lemari pakaian yang ada di sana.
Ghina membulatkan matanya saat membuka pintu lemari itu, dan ternyata pintu lemari itu bukan hanya sekedar pintu lemari biasa. Namun Itu adalah sebuah pintu yang menghubungkan kamar ke ruangan lain yang dipenuhi oleh pakaian pria.
Mulai dari yang formal hingga yang casual berjejer dan tertata dengan begitu rapi di ruangan itu. Perlahan Gia pun mulai menelusuri setiap sudut ruangan yang menampilkan jejeran pakaian-pakaian pria itu.
Ghina menatap takjub pada pakaian yang merupakan koleksi dari sebuah brand ternama dan memiliki harga yang cukup fantastis untuk orang yang ada di golongan menengah ke bawah, seperti Ghina.
"Wah, harga satu kemeja saja bisa sama dengan 3 bulan gajiku bekerja restoran. Itu pun tanpa potongan gajih karena bolos kerja dan tanpa potongan kasbon. Sekaya apa ya pria tua itu? Dan, untuk apa dia membawaku kemari dan melakukan itu semua padaku?" gumam Ghina yang terlihat begitu Shock saat melihat salah satu baju yang ada di sana.
Baju yang masih baru dan masih dilengkapi dengan lebel harga yang masih menempel di bagian kerah dari kemeja itu.
Merasa tubuhnya semakin dingin, tanpa pikir panjang, Ghina pun segera mengambil dan memakai salah satu kemeja berwarna putih yang ada di antara jejeran kemeja yang di sana.
"Lebih baik aku gunakan ini saja, daripada masuk angin." gumamnya lagi sembari melepaskan handuk yang melilit di tubuhnya, lalu diganti dengan kemeja yang tadi dia ambil dari lemari super besar itu.
Setelah memakai kemeja nya, Ghina pun segera keluar dari dalam walk in closet itu. Lalu, bergegas menuju ke arah sofa yang ada di sana untuk mengisi perutnya dengan makanan yang sudah tersedia di meja yang ada di depan sofa itu.
"Apa orang kaya makanya seperti ini ya? Mewah sekali." gumamnya lagi saat melihat isi piring yang ada di meja.
Satu porsi nasi lengkap dengan daging sapi lada hitam dan juga sayur mayur nya. Tampaknya, wanita baya itu yang sudah menyiapkan hidangan super mewah itu untuk Ghina.
Tidak lupa juga wanita baya itu menyiapkan satu piring yang berisi buah buahan yang sudah di potong kecil kecil agar lebih mudah untuk Ghina saat memakannya.
Merasa semakin lapar setelah melihat hidangan mewah yang ada di depan nya. Ghina pun akhirnya mulai menyuapkan makanan itu untuk mengisi perutnya yang kosong.
Saking enaknya hidangan itu, Ghina bahkan memakan makanan itu dengan sangat lahapnya hingga habis tak tersisa sedikitpun sampai merasa perutnya penuh dan kekenyangan.
Setelah melahap semua makanan ynag ada di meja hingga habis. Ghina pun tampak kebingungan karena tidak tahu apa yang harus dia lakukan setelahnya.
Ghina pun kembali menatap ke sekeliling ruangan kamar itu. Ruangan yang begitu luas untuk sebuah kamar tidur saja. Terdapat sofa besar dan panjang yang saat ini dia duduki. Di Sana ada juga satu meja kerja yang begitu tertata dengan rapi dan bersih.
Ada juga sebuah TV yang berukuran cukup besar, menempel di dinding tepat di depan ranjang dan mungkin saja bisa Ghina gunakan untuk menghibur diri dan mengusir kejenuhannya selama dikurung di dalam kamar itu.
Merasa bosan, akhirnya Ghina pun bangkit dari duduknya. Wanita itu tampak berjalan mengelilingi dan melihat lihat setiap sudut ruangan. Hingga langkahnya terhenti di depan sebuah kaca jendela dengan ukuran cukup besar.
Ghina menatap nanar ke luar jendela yang tengah menampakan suasana ibu kota yang tampak sibuk dan juga ramai oleh kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya.
Ghina kembali melamun, merenungi nasib hidupnya yang harus berakhir dengan terkurung di sebuah bangunan yang menjulang tinggi itu.
Akan tetapi. Seketika, lamunan Ghina tentang nasibnya pun membunyar seiring dengan sebuah suara pintu yang di buka dari arah luar.
Kreeekkkk
"Apa yang kamu lakukan?"
Deg
Suara bariton Erwin mengejutkan dan juga membangunkan Ghina dari lamunan nya. Wanita itu semakin tersentak kaget saat kembali mendapati perlakuan kasar dari Erwin.
Tap
Tap
Tap
Sreeettt
Braakkk
"Tu_tu_Tuan," ucap Ghina dengan terbata-bata karena hampir kehabisan nafas saat tangan kekar dari Erwin mencengkram kuat lehernya.
"Lancang sekali kau, siapa yang menyuruhmu memakai pakaianku, hah? Dasar wanita murahan, menjijikan," ucap Erwin semakin mencengkram erat leher Ghina.
Pria itu menatap penuh kebencian pada Ghina yang saat ini tengah kesulitan bernafas karena tangan kekar Erwin mencekik lehernya.
Setelah merasa cukup tenang dengan menghabiskan waktu di rumah yang dipenuhi oleh kenangan dari mendiang istrinya.
Erwin pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke apartemen untuk melihat keadaan wanita muda yang begitu di bencinya.
Akan tetapi, emosi Erwin kembali tersulut saat melihat Ghina tengah memakai salah satu kemeja putih miliknya.
Kemeja yang tampak kebesaran di tubuh Ghina yang mungil itu, sebenarnya membuat penampilan wanita muda itu tampak semakin terlihat seksi dan menggemaskan.
Hingga hal itu membuat libido Erwin kembali naik dan membutuhkan sebuah pelepasan. Hanya saja, setiap kali Erwin menatap wajah Ghina. Bayangan kematian sang putra kembali membayangi nya.
Hal itu membuat Erwin tidak bisa menahan diri untuk tidak menyakiti wanita muda itu dan akhirnya Erwin pun dengan begitu tega dan begitu kejam nya menyakiti Ghina.
Bukan hanya fisiknya saja. Namun, Erwin juga berhasil membuat mental Ghina terguncang dengan menjadikan wanita muda itu pemuas nafsunya di ranjang.
*
*
Melihat wajah Ghina yang semakin pucat dan juga hampir ke habisan nafas, akhirnya membuat Erwin tersadar jika bukan ini yang dia inginkan.
Wanita muda itu belum waktunya untuk mati. Wanita itu belum cukup mendapatkan hukuman yang layak darinya. Jadi, dia tidak boleh mati secepat itu.
Hingga akhirnya, Erwin pun melepaskan Ghina dengan cara melemparkan tubuh gadis itu ke atas ranjang nya. Namun sayang, karena jarak mereka sedikit jauh dari ranjang.
Tubuh Ghina pun hanya sampai di pinggir ranjang. Lalu, tubuh mungil Ghina pun terpental setelah membentur badan ranjang dan membuat tubuh Ghina pun akhirnya jatuh ke lantai.
"Sial, aku tidak boleh membuatnya mati semudah ini." gumam Erwin setelah melempar tubuh mungil Ghina ke arah ranjang, hingga membuat Ghina merintih kesakitan.
Set
Braagghhhh
"Ahh, aww, ssstttt," rintih Ghina mengusap bagian pinggang nya yang berbenturan dengan badan ranjang.
Melihat Ghina merintih kesakitan pun tidak membuat Erwin merasa iba sama sekali. Pria itu kembali melangkahkan kakinya mendekati Ghina yang masih meringis kesakitan setelah tubuh nya menabrak badan ranjang.
Pria dengan usia yang matang itu pun duduk berjongkok di depan Ghina. Lalu, menarik rambut gadis itu ke arah belakang hingga membuat kepala Ghina mendongak.
Ghina kembali merintih kesakitan saat merasakan sakit di bagian kepalanya karena rambut panjang nya di tarik oleh tangan kekar Erwin dengan cukup kuat.
"Ah, aawww, sa_sakit Tuan. A_ampun," Lirih Ghina memohon ampun.
Wanita itu tampak menahan diri agar tidak menangis di depan Erwin, meski apa yang pria itu lakukan sangatlah menyakiti dirinya.
Ghina benar benar takut jika dia kembali menangis. Maka pria yang ada di depan nya akan kembali sangat marah dan bisa saja, pria itu akan kembali mengulang apa yang dia lakukan tadi malam.
Sungguh, hal itu sangatlah mengerikan untuk Ghina. Karena sebelumnya tubuh Ghina tidak pernah tersentuh oleh tangan pria mana pun.
"Kenapa? Kenapa kamu lancang sekali memakai pakaian ku, Hah? Kamu tahu berapa harga kemeja ini, hah? Bahkan, dengan harga tubuhmu saja tidak sebanding dengan harga kemeja ini." ucap Erwin, mengintimidasi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!