“Kau Harus Menikahi Pria Itu, Lena!. Suara yang begitu menggelegar diseluruh ruangan. Tidak ada yang bisa membuka suara untuk Menjawab. Wajah Liamus merah menahan amarahnya, tangan yang sudah
terangkat keatas siap memukul tubuh renta Lena.
“aku..aku tidak mau pa, aku belum siap untuk menikah” akhirnya Lena mau membuka suara dan menatap papanya dengan tatapan menyedihkan. Ia ingin meminta belas kasih papanya agar tidak memaksa dirinya
menikah.
Bagaimana mungkin Lena menikahi pria yang dia sendiri tidak kenal, bahkan menurut cerita mama tiri dan papanya, pria itu sangat kejam dan menakutkan. Lena tidak ingin pernikahan yang dulu pernah ia
impikan menjadi satu kali dalam seumur hidupnya menjadi bencana untuk dirinya.
“kau sudah bisa melawan papa, hah!!? Liamus menarik rambut Lena dan menarik paksa tubuh kecil itu. Lena terhempas ke sudut sofa dan memegang kepalanya yang masih sait, entah berapa helai rambutnya
yang sudah tercabut karna papanya.
“a-aku cuma meminta hak ku pa, apa salahnya aku menolak pernikahan yang tidak aku inginkan ini” ucap Lena sambil menangis. Ia menundukkan kepalanya karna takut dengan tatapan tajam papanya
yang sudah sangat marah padanya.
“aku tidak mau tau Lena, sesuai dengan permintaan pria itu lusa kau akan menikah dengannya. Jangan coba-coba membuat ulah yang mempermalukan keluarga!” Ucap Liamus dan pergi dari sana. Tidak ingin berlama-lama melihat putrinya menangis
Terkadang Liamus merasa kasihan dengan Lena yang selalu menerima amukan dan amarah darinya. Namun ketika melihat wajah Lena yang sangat mirip dengan istri pertamanya membuat Liamus selalu mengingat kejadian yang membuat Liamus sakit hati.
Lena berdiri perlahan dan menyeka air matanya, ia sudah sangat Lelah dengan keluarga ini. Entah kenapa dan apa alasan papanya selalu berbuat demikian padanya. Lena ingin sekali bertanya tentang hal
ini, hanya saja papanya tidak pernah menjawab.
Lena Kembali ke kamar dengan wajah yang dipenuhi air mata dan rambut yang berantakan. Namun itu bukan hal yang penting karna yang paling berantakan saat ini adalah hidupnya. “ mungkin saat menikah nanti aku tidak akan lagi mendapatkan hal seperti ini dari papa. Aku akan tinggal dengan suamiku nanti” Lena mencoba untuk menyemangati dirinya sambil menatap wajahnya di depan cermin.
“ma… aku sudah capek dengan semuanya,
bisakah mama datang jemput Lena?” Ucap gadis itu sambil menangis. Sesak di
dadanya menahan isak tangis. Mengingat bahwa selama ini dirinya menghadapi
dunia sendirian, apalagi tinggal dengan keluarga yang menjadikan dirinya
seperti babu dirumah itu.
Lena mulai Lelah dengan semua kondisi yang
ada dirumah itu, ia berusaha untuk kuat namun semakin lama dia pun semakin
lemah menghadapi situasi ini. Tidak ada yang bisa menyemangati dirinya kecuali
diri sendiri, semuanya terlalu menyakitkan untuk Lena, dia benar-benar sendiri
selama ini. Detik-demi detik Lena mulai kelelahan dengan tangisannya yang masih
sesenggukan, ia pun mulai tertidur.
Sementara ditempat lain, seorang pria sedang sibuk dengan alcohol yang ada ditangannya. Dia mulai menghirup asap rokok yang sudah dia pegang dengan baik dari tadi. Pria itu sedang Bersama dengan beberapa Wanita yang menemaninya, dari sekian banyaknya wanita yang menemaninya, pria itu tidak sekalipun menaruh rasa dengannya, hanya sekedar bermain untuk kesenangan dirinya.
“tolong ambilkan aku botol wine satu lagi” ucap pria yang bernama Grecio. Pria yang terkenal dengan sebutan mafia wanita dan pebisnis handal didunia, siapa orang yang tidak mengenal Gracio?, hanya orang-orang awam yang tidak pernah berkecipung didunia bisnis dan media sosial.
“silahkan tuan, selamat menikmati” ucap seorang pelayan pria memberikan satu botol wine kapada Gracio dan pamit undur diri. Seluruh penghuni bar mungkin sudah tau siapa Gracio ini dan sehebat apa pengaruhnya dikalangan pebisnis, tidak ada yang tidak bisa dia dapatkan jika dia sudah menginginkannya.
“jangan menyentuh kulitku, aku tidak sudi bersentuhan dengan wanita jal*ang sepertimu!” suara ketus itu berasal dari mulut Gracio kepada salah satu wanita penghibur diruangannya. Meskipun terkenal dengan mafia wanita dan selalu menyimpan banyak wanita untuk menemaninya,Gracio tidak pernah sekalipun menyentuh wwanita- wanita ini.
“baik. Maafkan saya tuan”ucap wanita itu dengan tertunduk, malu sudah pasti. Mendapat penolakan dari Gracio ditengah banyaknya wanita penghibur disana pasti membuat harga dirinya turun, meskipun dari awal sudah tidak ada harga diri oleh pekerjaannnya.
Malam sudah semakin larut, Gracio beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan selembar uang diatas meja sebagai tip kepada wanita yang sudah menemani mala mini.”saya akan istirahat, terimakasih untuk mala mini” ucap Gracio dan meninggalkan tempat itu.
Entah kenapa perasaannya kacau, dia memilih untuk pulang untuk menetralkan pikirannya. Semenjak dirinya bicara dengan salah satu kolega bisnis terkait pernikahan dirinya dengan seorang putri dari koleganya membuat Gracio tidak tenang.
Dia berfikir seperti apa sosok yang akan dia nikahi, semoga saja wanita yang tau diri dan tau posisinya. Bersanding dengan Gracio memang tidaklah mudah karna harus meliht sifat dari pria ini.
Pagi hari menjelang, Lena bangu dari tidurnya dan melihat jam sudah menunjukkan pukul 5. Diluar sudah mulai terang namun masih sedikit berkabut. Lena memilih untuk bangun dan merapikan tempat tidurnya. Ia mulai mencuci muka agar langsung memasak.
Kejadian kemarin sudah ia lupakan dan mau tak mau harus menerima paksaan dari papanya. Tidak muudah bagi seorang Lena untuk menolak, dalam kondisi dia tidak ada yang membela dirumah itu. Lena mulai
mengeluarkan bahan masakan yang akan dia olah untuk sarapan keluarga itu.
Menjalani rutinitas dengan kuliah dan sambil bekerja tidaklah mudah bagi seorang Alena, hanya saja kondisi yang membuat dirinya menjadi seperti ini. Lena mulai menata bekal yang akan dia bawa ke kampus, karna jika sarapan dirumah pasti akan bertemu dengan papa dan mama tirinya. Hal itu akan membuat Lena Kembali tersakiti dengan omongan mereka serta perlakukan mereka pada Alena.
Lena Kembali memulai rutinitasnya seperti biasa, seperti biasa setelah kuliah dia akan pergi ketempat kerjanya yang jaraknya tidak jauh dari kampus, sengaja Lena mencari tempat kerja dekat kampus agar Ketika pulang kuliah dirinya tidak perlu lagi naik kendaraan untuk bekerja, cukup jalan kaki saja sudah sampai.
“selamat dating, silahkan mau pesan apa?” ucap Lena dengan nada lembut menyambut tamu yang dating di coffe shop tempatnya bekerja. “ saya mau pesan americano dingin satu” ucap pembeli. Dengan senang hati Lena melayani custumernya dengan baik.
Namun ditengah dirinya sedang sibuk membuat pesanan custumer, tiba-tiba ponselnya berbunyi dan membuat Lena sedikit kesal. Tidak bisanya ada orang yang menelfonnya pada jam kerja. Namun karna suara dering tefon itu semakin lama semakin mengganggu, Lena langsung menghampiri dan melihat nama yang tertera dilayar ponselnya.
“papa?, untuk apa dia menelfonku?” tanya Lena dalam hati. Meski setelah pertengkaran kemarin dengan papanya berakhir tidak baik, namun mau tak mau Lena harus menerima panggilan telfon itu. “ hallo ada apa pa?, Lena sedang bekerja dan sibuk” ucap Lena dengan suara yang sedikit kesal.
“papa minta kamu pulang sekarang karna calon suami mu sudah menuggu di rumah!!” ucapan Liamus seperti sambaran petir di siang bolong ketelinga Lena. Papanya tiba-tiba memberitahu bahwa pria yang akan menikahinya sudah berada di rumah mereka. Apakah artinya ini pernikahan itu akan segera dilangsungkan?
“tapi pa.. Lena masih bekerja, tidak bisa ditinggalkan” jawab Lena dengan suara yang melemah. Tidak baik jika dirinya harus meninggalkan pekerjannya dan pulang kerumah. Ditengah banyaknya custumer
yang dating hari ini.’
“kamu mau pulang sendiri atau saya jemput, Lena!!” jawab Liamus. Sepertinya benar-benar tidak bisa menghindar. Lena sedikit memelas namun sudahlah, semuanya tidak bisa dihindari lagi. Dengan
Langkah yang gontai Lena mengampiri bos dan temannya yang tak jauh dari posisinya.
“maaf pak sebelumnya, Lena disuruh pulang ke rumah karna ada hal penting yang terjadi di rumah” ucap Lena dengan tertunduk. “ada apa Lena?, apa yang terjadi dirumah kamu?” tanya pria yang berada tepat disamping Lena. Faiz yang mendengar penuturan Lena barusan merasa khawatir, dia tau bagaimana Lena tinggal dirumahnya selama ini.
“tidak apa Faiz, hanya saja papa menyuruhku untuk pulang lebih awal hari ini. Kata papa ada yang ingin dia
sampaikan dan sangat penting” jawab Lena dengan tersenyum. Faiz hanya mengangguk, bagaimana pun dia tidak bisa terlalu jauh bertanya kepada Lena.
“tidak apa-apa Lena, kau boleh pulang. Biarkan Faiz dan karyawan lain yang mengambil alih pekerjaan kamu hari ini, berkemaslah untuk pulang” jawab bos mereka dengan senyum. Dia tau kalua apa yang disampaikan Lena pasti benar, gadis sebaik Lena tidak pernah berbohong apalagi soal pekerjaan.
“terimakasih pak, kalua begitu saya bersiap dulu” jawab Lena dan langsung berlalu dari sana. Juga dengan Faiz
Kembali mengerjakan tugasnya. Pikirannya tentang Lena ia tepis dulu, meskipun sebenarnya dalam hati Faiz merasa ada yang janggal karna papa Lena tiba-tiba menyuruh gadis itu pulang.
~fid.ndr
~Next
Lena sampai kerumah dengan wajah yang pucat, ia takut bertemu dengan pria yang dikatakan papanya yang bakal menjadi suaminya. Gambaran yang diberikan papa dan mama tirinya sangat menakutkan tentang pria itu, dengan Langkah yang pelan dan ketakutan Lena masuk kedalam rumah, ia melihat sudah ada beberapa orang disana termasuk papa dan saudara tirinya.
“nahhh.. ini anak Perempuan saya yang akan menikah dnegan anda tuan, Lena kemarilah duduk disini” ucap Liamus dan menarik tangan Lan duduk disampingnya. Wajah gadis itu sangat puct dan kelihatan ketakutan pasca papanya menatapnya dengan tatapan tajam.
“Lena, kenalkan ini tuan Gracio rekan bisnis papa, yang akan membawa kamu mala mini kerumahnya. Dia akan menikahimu secepatnya” ucap Liamus dengan senyuman yang sangat jahat. Lena yang mendengar perkataan papanya sakit hati, baru kali ini ia melihat seorang papa mengatakan sangat jelas didepan putrinya, seolah Lena tidak ada harga dirinya.
“langsung saja karna saya tidak punya banyak waktu!, ambilkan bajumu dan ikut saya hari ini” ucap Gracio setelah
melihat Lena. Dia tidak mau lama-lama diam dirumah itu, bisa disimpulkan jika Gracio menerima Lena sebagai calon istrinya.
“pa…kok hari ini?’ ucap Lena menatap papanya, namun Liamus menyuruh istrinya untuk membawa Lena mengambil baju-bajunya.” Maafkan putri saya tuan, mohon maaf jika nanti dia akan menyusahkan tuan disana”ucap Liamus smabil menunduk didepan Gracio.
Gracio hanya berdehem pelan sambil menatap seisi ruangan itu, tidak ada foto gadis yang katanya sebagai calon istrinya itu. Sedangkan Lena dengan air mata yang terus mengalis dari kedua pipinya memasukkan satu per satu bajunya kedalam koper, diawasi oleh mama tirinya.
“cepatlah Lena jangan membuat mereka menunggu terlalu lama, saya juga sudah tidak sabar melihat kamu keluar dari rumah ini!!, hanya menyusahkan saja!” ucap Dea, mama tiri Lena.
“kalau kau sudah menikah nanti jangan pernah datang kerumah ini lagi, kau sama saja seperti mama mu. pembawa sial” ucap Dea lagi dan menarik tangan Lena untuuk keluar.
Lena berdiri tepat disamping Gracio karna papanya menyuruh begitu, gadis malang ini sudah tidak punya kekuatan untuk melawan papanya, apapun yang menjadi kepuutusan dan ucapan dari Liamus dan Dea sudah tidak dipedulikan oleh Lena, toh juga dia akan dibawa oleh pria asing disampingnya ini.
“sudah selesai?” tanya Gracio menatap Lena. Dnegan pelan Lena mengangguk, dia tidak lagi mengharapkan belas kasihan dari papanya saat ini. “ya sudah kalua begitu kita pergi sekarang, terimakasih pa Liamus, untuk hal yang kita bahas tadi langsung hubungi sekretaris saya saja” ucap Gracio dan melangkah keuar.
Lena mengekor dibelakang sambil menarik kopernya, entah kemana pun nanti dia dibawa Lena hanya bisa pasrah dan tidak banyak komentar. Ia hanya percaya bahwa apa yang dia hadapi saat ini suatau saat pasti akan terjawab dan ia tau kalua Tuhan tidak menutup mata padanya.
“masuklah kedalam, biarkan kopermu dimasukkan oleh supir” ucap Gracio kepada Lena. Dia lebih dulu masuk kedalam tanpa menunggu jawaban Lena. Sekitar 1 jam mereka dijalan dan hanya ada tarikan nafas terdengar didalam mobil itu.
Sedikit pun tidak ada suara pembicaraan dari keduanya, Lena sudah terlalu Lelah untuk bicara atau sekedar bertanya pada pria ini, Lena juga melihat kalau pria ini sangat tidak bersahabat dengan dirinya, dingin dan terkesan sangat cuek
“ingat!!, saya dan anda hanya menikah diatas kertas, nanti kontrak pernikahan akan diberikan oleh sekretaris saya. Dan satu lagi, kau tidak perlu bersikap layaknya seorang istri dirumah ini, lakukanlah apapun sesuai keinginanmu tapi jangan pernah mengusik kehidupan saya, layani saya Ketika saya butuh saja” Gracio menatap Lena sebagai peringatan kepada gadis itu.
“baik tuan, saya akan menjaga batasan saya dirumah ini” jawab Lena dengan lembut. “ memang sudah seharusnya begitu!” Gracio melangkah tanpa mengucapkan sepatah kata lagi. Mendengar ucapan pria itu Lena hanya bisa mengusap dada untuk sabar.
“ehhh.. kalau begitu aku tidur Dimana?, kenapa aku tidak bertanya padanya ya?” Lena baru sadar jika dirinya belum
selesai bertanya Dimana kamar tidurnya. Ketika Lena ingin melangkah menyusul Gracio, tiba-tiba suara panggilan menghentikan kakinya.
“maaf nona, apa anda yang baru dibawa tuan masuk?’ tanya seorang yang Lena Yakini adalah pelayan dirumah ini. “ iy..iya..bu, saya harus tidur Dimana ya bu?” tanya Lena dengan senyum.
“tadi tuan sudah pesankan pada saya, nona bisa tidur di samping kamar tuan. Mari saya antarkan” ucap pelayan itu, umurnya belum begitu tua. Dengan mengangguk Lena mengikuti pelayan itu dan menyeret koper miliknya naik keatas.
Sementara dikamar Gracio, pria itu sedang bicara dengan sekretarisnya untuk mengurus surat pernikahan dirinya dengan gadis tadi. Meskipun tadi Gracio mengatakan pernikahan mereka hanya diatas kertas, namun ia tetap mendaftarkan nama mereka di catatan sipil, juga menyuruh sekretarisnya untuk mengadakan sebuah pesta kecil-kecilan sebagai acara pemberkatan mereka, setidaknya Gracio tidak terlalu sepele dengan pernikahan
ini.
Lena mulai membereskan pakaian yang dia bawa didalam lemari yang ada di kamar itu, setelah ini kehidupannya akan sanga berubah. Entah dia akan tetap bisa bekerja untuk dirinya sendiri atau akan berhenti kerja setelah menikah. Bagi Lena pernikahan bukan hal yang sepele karna dari dulu dia selalu menginginkan pernikahan yang manis, Dimana tidak ada kekacauan didalamnya, tidak ada suara kebisingan seperti yang dia alami dalam keluarganya sejak kecil. Dia sangat ingin melihat anak-anaknya tumbuh dengan kasih sayang dari dirinya sebagai ibu.
Entahlah mimpi ini akan terwujud atau tidak, Lena tidak berharap banyak dengan Gracio karna melihat pria itu saja
Lena sudah takut. “akhirnya bisa selesai juga, aku mandi dulu baru tidur” ucap Lena dan mengambil baju tidurnya dari lemari. Meskipun Gracio mengatakan tidak usah melayani dirinya seperti suami istri, tetap saja Lena akan bekerja seperti dirumahnya dulu.
Pagi harinya, Lena bangun jam 5 dan melihat keluar masih gelap.dia mulai turun kebawah untuk menyiapkan sarapan, sama seperti dirumahnya dulu. Lena mulai membuka kulkas melihat bahan apa yang bisa dia olah untuk sarapan mereka, belum ada yang bangun dirumah itu baru dirinya.
Lena melihat masih ada bahan seperti telur dan sayur yang bisa ia olah, dia tau orang seperti Gracio tidak akan pernah makan makanan seperti mereka pagi hari. Jika Lena sarapan dengan nasi dan sayur tapi berbeda dengan Gracio orang keturunan luar negri dan pasti cenderung sarapan dengan sayur roti dan sejenisnya.
Lena mulai mengolah telur dan sayur-sayuran itu menjadi sarapan yang berbeda dari biasanya, tak lupa dia juga
membuat jus alpukat untuk menemani sarapan mereka. Setelahnya Lena mulai bersiap ke kampus, jarak dari rumah ini ke kampusnya cukup jauh dan harus naik angkutan umum kota.
Gracio yang notabenya memang selalu cepat pergi ke kantor bangun sekitar jam 6.30 dan langsung bersiap untuk ke kantor. Hari ini dirinya cukup sibuk dan harus mengurus beberapa masalah di Perusahaan cabang, Gracio akan pergi Bersama sekretarisnya.
Pria itu turun dari lantai atas dan berjalan ke dapur, ia melihat sudah ada sarapan yang tersajikan disana. Tidak
biasanya, karna pelayan dirumah ini semuanya tau kalau Gracio tidak pernah sarapan dirumah. Namun dirinya ingin tau rasa makanan diatas mejaitu,sepertinya sedikit menarik perhatiannya.
~fid.ndr
~Next
Gracio mulai mengambul piring dan menyendok nasi untuk dirinya, melihat pelayan dirumah itu juga tidak ada yang berada disana, semuanya sibuk dengan urusan masing-masing. Gracio bahkan lupa jika ada gadis kecil dirumahnya yang baru ia bawa kemarin. sangking sudah lamanya dia tinggal sendiri dirumah itu selain pelayan yang bersamanya.
pria itu mulai menyuapkan makanan ke mulutnya dan menikmati. tanpa sadar dirinya tengah menghabiskan satu piring dan ingin tambah lagi, namun gerakan tangannya langsung terhenti kala melihat ada gadis yang turun dari tangga, Gracio menatap gadis itu dengan melongo.
"pagi tuan.. maaf saya tadi siap-siap dulu mau ke kampus" ucap Lena sambil memperlihatkan senyuman manisnya. Gracio yang melihat itu hanya terdiam. " saya bahkan lupa jika ada kau dirumah ini" ucap Gracio dengan dinginnya dan menghentukan gerakan tangannya. ia enggan untuk menambah nasi kepiringnya.
"apa tuan sudah selesai makan?" tanya Lena mengabaikan ucapan Gracio tadi. ia cukup tau dirinya jika pria didepannya ini tidak menganggap dirinya ada dirumah itu. " sudah,saya mau ke kantor dulu. nanti iang kau akan dijemput oleh sekretarisku untuk melangsungkan pernikahan, kau harus pilih bau pernikahan dulu nanti siang" ucap Gracio dan meninggalkan Lena dimeja makan.
pria itu keluar dari rumah setelah mengatakan itu, Lena hanya menghembuskan nafas pelan. Namun walaupun begitu dia masih bersyukur jika pria itu tidak sekejam yang dikatakan oleh papa dan mama tirinya. Ia melihat pria itu tidak semengerikan yang dikatakan oleh keluarganya, membuat Lena bisa sedikit tenang.
Lena mulai menukmati makanannya sebelum nanti akan bergelut dengan tugas kuliah dan pekerjaan paruh waktunya. ia harus bisa membagi waktu sekarang, Lena sudah semester akhir dan sebentar lagi akan sibuk dengan tugas akhirnya, ia tidak mau nantinya pekerjaannya menjadi berantakan karna tidak bisa bagi waktu.
Sementara diperusahaan GL Vendra, Gracio sibuk dengan berkas-berkas yang hrus ia tanda tangani. ia harus bisa membagi waktu juga untuk perusahaan dan juga bisnis lain yang dia pegang saat ini. bahkan Gracio bisa sampai sukses seperti ini bermula dari bisnis lain yang dia ikuti dulu.
flasback
menjalani kehidupan dikota besar seperti ini tidaklah mudah untuk seorang pria yang hanya memegang izajah S-1. pendidikan memang penting, namun jika berada di kota besar seperti Jakarta bukanlah yang paling nomor satu,namun jika punya orang yang mendukung dari belakang adalah yang paling utama untuk mendapatkan pekerjaan.
sedangkan Gracio, dia hanyalah anak yatim piatu yang tidak punya kenalan sama sekali, dia datang dari Milan ke Indonesia karna ibunya keturunan Indonesia, namun setelah sampai ke tanah kelahiran ibunya tidak ada tempat yang bisa ia tuju, dulu dia berfikir akan mendapatkan keluarga dari ibunya disini, namun ternyata nihil. tidak ada yang sesuai harapan Gracio.
anak yang baru berumur 21 tahun itu harus malang melintang di kota besar ini, membawa ilmu yang dulu ia pelajari dari kuliahnya dan sedikit tau bahasa yang digunakan di negara ini. Gracio mulai mencari pekerjaan yang cocok untuknya, namun semuanya tidak ada yang erjalan mulus. sampai pada akhirnya Gracio bertemu dengan pria yang menjadi orang paling penting dihidupnya.
"jika kau ingin hidup, maka ada harga yang harus dibayar" ucap pria itu. kata-kata yang sangat diingat oleh Gracio dan itulah yang membuat dirinya bisa sampai di titik seperti ini. " kau akan kuajari bagaimana cara menjinakkan manusia" lanjut pria itu lagi, dia membawa Gracio pulang kerumahnya.
Disinilah Gracio, rumah yang dikatakan pria itu sebenarnya bukan rumah seperti yang kita bayangkan. Rumah yang dimaksud adalah markas mafia, yang disana semua orang yang kehilangan hidupnya di dunia ini berkumpul. entah motivasi apa saja yang membawa mereka ikut dalam kelompok Geng ini.
"kau akan menjadi seperti mereka, atau mungkin lebih dari pada mereka!" ucap pria itu menunjuka beberapa orang disana, mereka semua sedang erlatih senjata, semuanya menggunakan alat-alat yang tajam. "aku tidak akan memaksa dirimu untuk ikut dalam Geng ini, hanya saja aku menawarkan terserah darimu mau ikut atau tidak" pria itu melangkah dan masuk kedalam satu ruangan.
"sa..saya..saya tidak pernah melakukan kejahatan" ucapan pertama yang keluar dari mulut Gracio. entah kenapa dirinya merasa tertantang untuk ikut dalam Geng ini, namun dirinya tidak pernah ikut dalam Geng seperti ini, jangankan membu*nuh orang, menyakiti orang saja dia belum pernah
"kau bisa belajar dari sekarang, dunia sedang tidak baik-baik saja untuk orang lemah seperti kita. semua manusia di dunia ini adalah mafia, hanya saja berbeda dalam setiap yang mereka kerjakan, mafia dibidang apa dulu" jawab pria itu sambil tersenyum, senyuman yang sangat mengerikan jika dilihat-lihat.
"tapi saya tidak mau membu*nuh manusia" ucap Gracio. karna pikirannya tentang mafia seperti ini adalah tentang bu*nuh membu*nuh, tidak jauh dari hal seperti ini. " kau tidak perlu melakukan itu, cukup memikirkan sakit yang kau derita dan biarkan anak buahmu yang melakukan" ucap pria itu.
"saya kasih waktu berfikir sampai besok, hubungi saya jika kau mau bergabung dan belajar" pria itu menyodorkan kartu namanya. Gracio menerimanya namun sebelum melangkah keluar dia mengamati setiap sudut ruangan itu. dia mulai memikirkan apa yang dikatakan oleh pria tadi. rasa sakit?, mungkin ini yang akan menjadi motivasi Gracio masuk kedalam Geng ini.
flasback off
Gracio menatap sebuah foto yang ada diatas meja kerjanya, foto dimana dirinya sedang bermain golf bersama papa angkatnya. semenjak kepergian papa angkatnya Gracio snagat berubah drastis, sangat dingin dan mulai membabi buta jika bertemu dengan musuh mereka. tidak ada ampun dikamus Gracio.
"apa kau sudah tenang disana?, apa aku harus membu*nuh orang yang membu*nuh mu baru kau akan tenang disana?" ucap Gracio sambil mengelus bingkai itu. rasa sakit yang dari dulu ia simpan ditambah lagi kematian papa angkatnya dan sampai membuat dirinya dendam kepada orang yang membunuh papa angkatnya.
namun ditengah dirinya melamun, ponsel Gracio berdering. " hallo, ada apa?' tanya Gracio dengan nada dingin. " maaf tuan saya akan menjemput nona Lena di kampusnya, apakah tuan akan ikut atau menyusul saja ke butik?" tanya sekretaris Gracio, karna dia yang mengurus semua pernikahan Gracio dan Lena.
"tidak.. aku menyusul saja nanti" jawab Gracio dan langsung mengakhiri panggilan. ia kembali memeriksa berkas yang belum selesai, dia akan ke butik jika Lena dan sekretarisnya sudah berada disana.
sementara di tempat lain, Lena menunggu sekretaris Gracio untuk menjemput dirinya. hari ini dia izin telat datang ke tmpat kerjanya karna harus fitting baju pernikahan. padahal pernikahan mereka sangatlah sederhana, tapi entah kenapa pria dingin itu masih mau membelikan baju pernikahan padanya.
"hallo pak?, ohh sebentar saya akan keluar gerbang" ucap Lena saat mendapat telfon dari sekretaris Gracio bahwa pria itu sudah berada didepan gerbang kampus. Lena melangkah menyusuri jalan sampai akhirnya bertemu dengan sekretaris Gracio, sebenarnya dia tidak kenal dengan pria ini. namun karna pria itu yang lebih dulu mengenalinya.
"silahkan masuk nona" ucap Sean sambil membuka pintu mobil. Lena merasa canggung karna tidak pernah diperlakukan seperti ini, sedikit aneh rasanya. "pak maaf tapi lain kali jangan berlebihan begini, saya tidak suka diperlakukan seperti itu" ucap Lena sambil tersenyum, bukan karna apa. hanya saja rasanya aneh dan orang-orang akan berfikir macam-macam dengannya.
~fid.nch
~Next
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!