Suasana malam ini begitu dingin, hujan turun dengan deras makin menambah suasana makin dingin. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, terlihat seorang wanita memakai jaket hitamnya menutupi kepalanya.
Posisi wanita berdiri dengan posisi merunduk, seakan ada rasa ketakutan yang dia rasakan.
Wanita itu berdiri di halte bus, menunggu kedatangan bus yang nanti dia naiki. Beberapa menit kemudian, bus itu datang.
Dia duduk dibangku paling belakang. tiba-tiba saja ada seorang wanita masuk kedalam bus itu.
Mulailah wanita itu merasa ada keanehan pada wanita yang ada didepannya. Dia melihat bayangan itu lagi, apa yang dia lihat benar-benar nyata bukan ilusi.
"Kenapa dia datang lagi." batin wanita itu yang menahan rasa penasarannya.
Akhirnya bus berhenti di halte arah tujuan dia akan turun. Wanita itu langsung turun dari bus, disaat bus itu sudah berjalan jauh. Wanita itu menatap kepergian bus itu pergi.
"Semoga wanita itu bisa menerima takdirnya." ucap wanita itu yang segera pergi dari tempat itu, dia pun berjalan melewati trotoar.
Akhirnya dia sampai di kontrakkannya, dia segera melepaskan jaket miliknya yang basah kuyup.
Wanita itu duduk merenung di ruang tamu, dia duduk terdiam memikirkan sesuatu yang sedang dia alami.
"kapan semua berakhir." batin wanita itu yang masih menahan rasa bingungnya.
Tiba-tiba pintu ruang tamu terbuka."Hallo Zola. " sapa seorang wanita yang baru saja datang.
" Hallo juga Vita. " sapa balik Zola,wanita itu langsung duduk di samping Zola.
" Bagaimana pekerjaanmu hari ini? " tanya Vita pada Zola.
" aman, kalau kamu bagaimana? "tanya balik Zola pada Vita.
" Sama juga. " jawab Vita yang saat ini duduk disampingnya.
Zola pun duduk terdiam, sontak saja Vita bertanya pada Zola." kamu kenapa diam saja? " tanya Vita pada zola.
" Aku melihat bayangan itu lagi. " ucap Zola pada Vita, reaksi Vita hanya terdiam setelah apa yang dia katakan.
" Semua punya nasib masing-masing, kamu harus sadar jika setiap orang memiliki takdir mereka sendiri." jawab Vita yang sudah tahu apa yang dimaksudkan oleh sahabatnya itu.
"Tapi kenapa harus aku." lirih Zola.
"Aku yakin hanya kamu yang kuat menghadapi itu semuanya." pesan Vita pada Zola.
Zola membalas dengan anggukkan. Akhirnya mereka makan malam bersama. Hingga mereka saling asyik mengobrol hingga tengah malam.
Disaat jam tengah malam mereka baru saja tidur. Didalam tidurnya, Zola bermimpi sesuatu yang aneh.
Dia berdiri disuatu taman yang dipenuhi mawar merah, ditengah-tengah ada bayangan seorang wanita yang berdiri menatap Zola.
"Itu adalah takdirmu, jangan pernah salahkan dirimu. Itu akan menuntunmu kearah takdirmu yang sesungguhnya." ucap wanita itu yang langsung memberikan bunga mawar pada dirinya.
Tiba-tiba wanita itu berubah menjadi bayangan hitam yang selama ini dia lihat. Zola pun syok melihat bayangan itu mendekati dirinya.
Dan bangunlah Zola dari tidurnya. "Bangun Zola, ini sudah pagi." ucap Vita yang sengaja membangunkan Zola dari tidurnya.
Wajah Zola dibanjiri keringat cukup banyak. Zola langsung melirik jam dinding.
"Ternyata sudah jam 6." gumam Zola, dia masih duduk bersadar ditembok.
"Kenapa mimpi itu terasa nyata." batin Zola yang bingung apa arti dari mimpi itu.
"Zola, dari tadi kenapa kamu bengong. Cepetan mandi bukannya kamu kerja masuk pagi." ucap Vita yang menarik tangan Zola untuk mandi.
Zola pun mandi, setelah selesai mandi mereka berdua sarapan pagi bersama.
Setelah selesai barulah mereka berangkat bekerja, Zola dan Vita naik bus bersama. setelah sampai ditujuan mereka berpisah. Vita yang kerja di kantor sedangkan Zola bekerja di cafe sebagai pelayan.
"Pagi." Sapa Zola pada teman kerjanya.
"Pagi juga." jawab wanita itu,yang sibuk dengan pekerjaan.
Zola langsung menuju meja paling didepan.
"Zola."
"Ada apa?"
"Besok kamu masuk shift siang ya, kebetulan Radit ada acara." kata Ririn yang menjelaskan alasannya.
"Ya sudah." jawab Zola yang sibuk mempersiapkan gelas.
Datanglah pelanggan pertama. " Ini pesanan pertama." Zola langsung segera membuat pesanan pertama pelanggan.
Setelah selesai barulah dia mengantarnya, tatapan Zola tertuju pada pria yang duduk di meja paling ujung. ada 3 pria yang semuanya dikelilingi bayangan gelap.
Zola mulai menatap dengan tatapan tajam. "Kenapa bayangan itu menyelimuti mereka." batin Zola yang bisa menebak kematian akan menghampiri mereka.
Zola bergegas pergi dan melanjutkan pekerjaan. Sedari tadi Zola selalu memikirkan dengan nasib 3 orang itu.
"Zola."
"Iya, ada apa." jawab Zola yang sedari tadi terdiam.
"Kenapa dari tadi kamu bengong, ada apa sih?" tanya Ririn yang melihat keanehan dari temannya.
"Tidak apa-apa." jawab Zola yang langsung mengerjakan tugasnya.
Ririn hanya menggelengkan kepala melihat temannya sering banyak diam dan tidak terlalu banyak bicara.
Tak terasa kini waktunya Zola untuk pulang, dia bergegas pulang dengan menaiki bus. Dia masih setia menunggu bus datang.
Akhirnya bus itu datang, Zola kaget dengan apa yang dia lihat."Kenapa orang didalam bus itu memiliki bayangan itu. " Zola benar-benar syok, seluruh penumpang yang ada didalam bus diselimuti bayangan hitam dan makin membuat Zola sadar akan sesuatu yang terjadi.
Tiba-tiba saja Zola menangis." Apa yang aku lihat ini benar. " batin Zola, bus itu jalan kembali. Zola menatap bus itu dari kejauhan
" kenapa aku harus melihat kematian mereka, apa semuanya sudah takdir. " batin Zola yang masih menangisi apa yang dia lihat.
Akhirnya Zola menunggu bus selanjutnya, dia masih penasaran apa yang akan terjadi dengan mereka.
Setelah bus selanjutnya datang, Zola duduk dibangku paling belakang. Dengan tatapan mengarah kearah samping jendela bus.
Tiba-tiba terdengar suara sirine cukup keras, suasana didepan penuh dengan kendaraan yang macet. Zola pun penasaran apa yang terjadi didepan, setelah melewati ternyata telah terjadi kejadian kecelakaan didekat lampu merah.
Zola kaget dengan apa yang dia lihat. "itu kan bus yang tadi aku lihat ." Tiba-tiba saja Zola menangis, ternyata tebakkan dia benar-benar terjadi. Sebelum kejadian dia melihat jelas bayangan hitam itu menyelimuti semua penumpang bus itu.
Dan semua menjadi kenyataan, mereka mengalami kejadian itu. Zola menatap dengan pandangan sedih, pasti orang yang mereka sayangi sedang menunggu mereka. Tapi takdir berkata lain, Zola pun sadar semua sudah sesuai garis hidup mereka .
Zola terus terdiam menatap jendela kaca, akhirnya dia sampai dihalte dimana dia akan turun.
Zola berjalan melewati beberapa toko dipinggir jalan. Banyak orang berlalu lalang di trotoar, hingga pandangan dia tertuju pada bayangan itu kembali.
Sepasang suami istri berjalan bersama, membuat Zola yakin jika mereka berdua akan mengalami sesuatu yang mungkin menurut dia benar-benar terjadi.
Zola langsung pergi membawa semua perasaan itu.
Zola sudah sampai di kontrakan, suasana di kontrakkan masih sepi. Ternyata Vita belum pulang dari tempat kerjanya.
Zola langsung mandi, setelah selesai dia bergegas memasak mie instan dengan potongan cabe.
Tiba-tiba terdengar pintu terbuka. "ternyata kamu sudah pulang." sapa Vita pada Zola.
"Kamu ingin makan juga?" tanya Zola pada Vita.
"Mau aku, sekalian pakai saos ya." permintaan Vita pada Zola.
Zola membalas dengan anggukkan, setelah jadi mie milik Vita dia letakkan dimeja makan.
"Vita."
"Ada apa." jawab Vita yang masih menikmati mie hangatnya.
"Akhir ini, kenapa bayangan itu semakin terus terlihat." ucap Zola pada Vita.
"Memangnya hal itu masih menganggu kamu?" tanya balik Vita pada Zola
"Semua nampak jelas dengan waktu yang berdekatan." jawab Zola yang menceritakan apa yang terjadi.
"Sudahlah, manusia mempunyai takdir mereka masing-masing. Apalagi pembicaraan ini sudah berulang kali kita bicarakan." jawab Vita yang fokus menikmati makan malam mereka.
Zola hanya duduk terdiam, memang apa yang Vita katakan memang benar adanya.
Makan malam mereka selesai, Vita lebih memilih istirahat dikamarnya sedangkan Zola duduk terdiam dengan meratapi nasibnya.
Zola pun keluar dari kontrakannya, dia memilih keluar mencari udara segar. Dia berjalan sembari menikmati suasana malam.
Tiba-tiba saja dia melihat bayangan itu lagi, dan lebih mengejutkan mereka pria yang tadi pagi yang sempat mampir di cafe tempat kerjanya.
"Mereka kan." Zola langsung mengikuti mereka bertiga, dan terjadilah peristiwa yang begitu mengejutkan dia pria itu sudah terkapar dilantai.
Zola pun kaget dan memilih keluar dari tempat itu, tapi sia-sia saja ada tangan yang menarik tangannya.
"Kamu mau pergi kemana." pria itu menatap wanita itu dengan tatapan tajam.
"Maaf aku salah jalan." jawab Zola yang ingin lari, tetap saja ditangan dia ditahan oleh pria itu.
"Lebih baik kamu diam."nada dingin mulai dia tujukan pada Zola.
" Tapi aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi. " pria itu makin mendekati.
" Ingat pesanku, lebih baik kamu diam." pria itu memperingati Zola, Zola pun membalas dengan anggukkan.
Zola pun akhirnya bisa lolos, dia benar-benar sial kenapa harus berurusan dengan mereka.
Kembali ke pria itu, pria yang tadi menangkap Zola sibuk sedang menghubungi seseorang.
Beberapa menit kemudian datanglah seorang pria yang memakai baju jas hitam yang tiba-tiba menghormati pria itu.
"Iya tuan."
"Bersihkan semuanya. Jangan sampai ada jejak tertinggal. Periksa juga CCTV didepan, cari seorang wanita yang memakai jaket hitam menutupi kepalanya."perintah tuannya pada pria itu.
" Wanita tuan? " tanya pria itu.
" Iya, kamu cari identitas wanita itu secepatnya." perintah tuannya.
"Baik tuan Aron." pria itu langsung pergi meninggalkan tempat itu.
Kembali denga Zola yang baru saja sampai di kontrakkan, Zola masih mengingat kejadian itu. Dan betapa mudahnya pria itu melakukan itu.
"Sepertinya pria itu terlalu berbahaya." jawab Zola yang sudah dapat menebak pria itu bukan pria biasa.
Zola pun tak mau memikirkan kejadian itu, dia memilih untuk tidur.
Pagi hari
Zola sudah sibuk di dapur membuat teh hangat untuk dirinya dengan Temannya yang masih sibuk dikamar.
Datanglah Vita yang sudah rapi dengan baju kerjanya. Vita langsung duduk didepan Zola.
"Makasih." ucap Vita yang begitu menikmati teh hangat buatan Zola.
"Oh iya, mungkin aku akan pulang agak malam." pamit Vita pada Zola.
"Ya sudah, kebetulan juga aku masuk siang." jawab Zola.
Vita pun sudah siap akan berangkat, Vita dan Zola keluar bersama. Kebetulan Zola ingin pergi ke mini market mereka pun berpisah di halte bus. Setelah Vita masuk ke dalam bus, tiba-tiba saja pandangan Zola melihat sesuatu yang aneh pada diri Sahabatnya.
"Tidak mungkin." dengan suara lirih dengan mata berkaca-kaca. Zola mulai melihat bayangan hitam itu dibelakang Vita. Dia benar-benar tak bisa menahan kesedihan itu.sepertinya tanda-tanda itu nampak memperjelas jika akan terjadi sesuatu.
"Semoga itu tidak benar." Zola benar-benar terpuruk dengan apa yang dia lihat. Dia benar-benar melihat bayangan hitam itu muncul dibelakang Vita.
Zola mulai mengontrol emosinya, berharap tidak terjadi sesuatu pada sahabatnya.
Zola memilih kembali ke kontrakannya, dia benar-benar menangis. Jika mana itu akan terjadi pada sahabatnya.
Tiba-tiba saja Handphone miliknya berdering.
Dilayar tertera nama sahabatnya,Zola segera mengangkat panggilan dari temannya.
"Hallo Vit." sapa Zola pada Vita.
"Maaf, ini saya dari rumah sakit harapan. Mau mengabarkan jika atas pasien Vita permata berada di rumah sakit." jawab perawat itu yang mengabari Zola.
Tiba-tiba saja Zola menangis. "Tidak mungkin." lirih Zola yang menahan tangisannya.
"Teman saya tidak apa-apa kan?" tanya Zola.
"Lebih baik mbak Zola segera ke rumah sakit." jawab perawat itu. Sambungan telepon langsung terputus.
Zola dengan cepat memakai jaket dan bergegas pergi ke rumah sakit itu.
Akhirnya Zola tiba, disana Zola langsung ke ruang UGD. Disana ada salah satu perawat yang mengarahkan dirinya keruang Vita sekarang.
Setelah masuk alangkah kagetnya dia melihat tubuh sahabatnya yang sudah tertutup dengan kain putih.
Ditempat itu, Zola menangis melihat sahabatnya yang sudah tiada. Zola menangis dengan memeluk tubuh temannya yang selama ini menemani dirinya dalam kesendiriannya, bahkan menjadi teman curhatnya keluh kesahnya selama ini.
Zola benar-benar terpukul dengan kehilangan sahabat yang dia sayangi. Zola pun didekati perawat, dia di tuntun untuk menunggu diruang tunggu.
Zola pun mengabari kedua orang tuanya, reaksi kedua orangtuanya sangat syok mendengar jika putri mereka meninggal.
Keluarga dari Vita langsung menuju rumah sakit melihat kondisi putri mereka. Apalagi kejadian ini berawal dari tragedi tabrak lari yang dimana pelakunya anak remaja yang sebenarnya belum cukup umur untuk mengendarai mobil.
Zola pun tidak lupa berpamitan pada temannya jika dia tak bisa masuk kerja karena dia sibuk dirumah sakit mengurus beberapa urusan dirumah sakit.
Pada akhirnya, keluarga dari Vita berangkat untuk mengurus acara pemakaman di tanah kelahiran dia.
Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, dia baru saja sampai dikontrakan. Tatapannya masih sedih dengan kenangan terakhir dia masih bersama Vita.
Dihari terakhir makan bersama dengan mie kuah yang dia suka bahkan minuman teh terakhir dia minum. Semua menjadi kenangan terakhir untuk dirinya bersama Vita.
Dia makin menjadi menangis setelah dia masuk kedalam kamarnya, Dia menangis sejadi-jadinya dengan ekpresi yang benar-benar syok dengan kejadian yang menimpa dirinya.
Zola pun langsung keluar dari kamar Vita, dia benar-benar syok setelah mengingat sahabatnya itu.
Dia berjalan dengan tatapan kosong, dia masih tak bisa melupakan Vita yang selama ini menemani dirinya disaat kesulitan.
Zola pun duduk di halte bus, tempat dimana terakhir dia berpisah dengan Vita. Tatapan Zola yang kosong membuat dia mengingat semua kenangan terakhir dengan dirinya.
Tanpa dia sadari ada seseorang yang sedang mengawasi dirinya dari kejauhan.
"Bagaimana tuan, apa kita berangkat sekarang?" tanya pria itu pada tuannya.
"Tidak, aku akan menunggu dia sampai wanita itu pergi." ucap Aron yang diam-diam mengamati Zola yang saat itu duduk sendiri.
Zola terlihat pucat, seharian dia belum makan. Dia masih syok dengan apa yang terjadi pada temannya.
Tiba-tiba saja pandangan Zola kabur hingga dia jatuh pingsan ditempat duduk.
Sontak saja Aron kaget, dia segera keluar menghampiri wanita itu. Ternyata benar wanita itu pingsan, Aron pun segera membawa wanita itu ke dalam mobilnya.
"Cepat kita bawa ke mansion." perintah Aron pada asistennya.
"Baik tuan." jawab asistennya yang bergegas berangkat. Sedangkan Aron sedang memegang wanita itu.
Aron memperhatikan wajah wanita itu tampak terlihat pucat dengan jaket yang basah.
Mereka sampai di Mansion, dengan cepat dia segera menaiki ke lantai atas. Wanita itu dimasukkan didalam kamar tamu yang ada disebelah kamar Aron.
"Niko."
"Iya tuan." jawab Asistennya yang berdiri disamping tuannya.
"Cepat panggilkan dokter Adrian." perintah Aron pada Niko.
"Baik tuan." jawab Niko yang segera menghubungi dokter Adrian.
Aron segera keluar dari kamar, dari lantai atas ada beberapa pelayan yang sedang ada dilantai atas.
"Kalian berdua." kedua wanita itu langsung mendekati tuannya.
"Iya tuan Aron."
"Cepat kalian carikan baju wanita dan ganti baju wanita itu, dia ada dikamar tamu." perintah tuan Aron pada mereka.
"Baik tuan." jawab mereka berdua.
Posisi Niko sedang ada dibawah menunggu kedatangan dokter Adrian.
"Niko."
"Nyonya besar." sapa Niko pada nyonya besarnya.
"Mana Aron?"
Tiba-tiba datanglah dokter Adrian."Selamat dokter, tuan Aron sudah diatas menunggu kedatangan anda. "
" Baiklah. " jawab Dokter Adrian, tiba-tiba saja tangan Niko ditarik nyonya besar.
" Apa Aron sakit? " tanya nyonya besar pada Niko.
" Bukan nyonya. " jawab Niko.
Datanglah 3 pria menghampiri mereka.
" Ada ma? " tanya tuan Nick pada istrinya.
" Itu pa, Aron." jawab Mama Claudia yang terlihat cemas.
"Coba mama tenang dulu." kata Damian yang mencoba menenangkan mamanya.
"Sebenarnya ada apa?" tanya tuan Nick pada Niko, akhirnya Niko menceritakan semuanya pada tuan Nick.
Kembali dimana Zola yang terbaring ditempat tidur.
"Bagaimana?" tanya Aron pada dokter pribadinya.
"Keadaannya cukup parah, sepertinya pasien mengalami syok berat dan ada masalah dengan lambung."Jawab Dokter Adrian.
" Ini resep obatnya tuan. " jawab Dokter Adrian, Dokter Adrian langsung keluar dari kamar itu.
Kini hanya tinggal Aron dengan wanita itu yang ada di kamar. Tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, siapa lagi jika bukan mama Claudia dan tuan Nick yang masuk kedalam kamar itu.
" Aron siapa wanita itu?" tanya tuan Nick pada putranya.
Aron terdiam setelah ayahnya bertanya padanya.
Mama Claudia mendekati wanita itu. "Apa dia kekasihmu?" tanya Mama Claudia pada putranya.
"Dia bukan kekasihku ma." jawab Aron dengan santai.
"Jangan bohong kamu, untuk apa kamu bawa wanita ini dirumah kita. Sekarang mama tanya sekali lagi." mama Claudia memaksa putranya untuk bicara jujur.
Aron pun makin kesal dengan mamanya yang terus mendesak menjelaskan siapa wanita itu.
"Aron sudah bilangkan dia bukan kekasih Aron." jawab Aron yang bicara yang sebenarnya.
"Mama tidak percaya dengan kamu, mama akan langsung bertanya pada wanita itu setelah dia sudah sadar." Mama Claudia mengancam putranya untuk jujur.
Aron pun hanya bisa terdiam, mamanya benar-benar susah diatur. Dia sudah jujur, tapi tetap saja mamanya tidak mempercayai dirinya.
"Aron, nanti kita bicarakan diruang kerja ayah." perintah tuan Nick pada putranya.
"Baik pa." jawab Aron pada papanya, terlihat mama Claudia masih kesal pada putranya yang masih tak mengakuinya.
Pada akhirnya tuan Nick dan nyonya Claudia keluar dari kamar itu. Sedangkan didalam kamar itu hanya ada Aron dan Niko.
Tiba-tiba saja suasana didalam kamar terasa dingin, Aron pun merasa ada yang aneh didalam kamar itu. Aron dan Niko melihat jelas apa yang terjadi didepan mereka.
Seketika barang-barang yang ada dikamar melayang dengan sendirinya,Membuat mereka berdua kaget.
Barang yang tadinya melayang turun secara Perlahan-lahan. Membuat mereka kaget dan seumur hidup mereka melihat barang itu melayang dengan sendirinya.
"Sebenarnya ada apa yang terjadi, kenapa barang-barang didalam kamar melayang." ucap Aron yang bingung apa yang sebenarnya terjadi.
"Saya juga tidak tahu tuan, apa ini kaitannya dengan wanita ini tuan?" tanya Niko pada tuannya.
"Apa mungkin?"
"Itu bisa saja tuan, hanya ada kita bertiga tidak ada orang lain." jawab Niko.
"Pasti ada sesuatu yang disembunyikan pada wanita ini." kata Aron yang menyakini apa yang dia yakini.
Didalam mimpi Zola, dia berjalan di taman. Nampak sepi hanya ada ada hamparan rumput hijau ditempat itu.
Sekilas Zola melihat seorang wanita berdiri dengan senyuman manisnya.
"Zola."
"Vita." ucap Zola dengan suara lirih.
"Aku sudah bahagia ditempatku, jangan tangisi aku. Ingat selalu pesanku untuk selalu menjaga kesehatanmu dan tentang kelebihanmu itu seharusnya kamu harus bisa menerima itu. Aku yakin semuanya akan berakhir bahagia untukmu." ucap Vita dengan senyuman manisnya.
"Vita,maaf jika aku mempunyai salah padamu." jawab Zola yang menangis melihat sahabatnya yang begitu dia sayangi.
Vita membalas dengam melambaikan tangan. "Selamat tinggal Zola."
Zola makin menangis menjadi, seakan dia belum bisa melepaskan Vita.
Tiba-tiba saja dia membuka mata.
"Vita." Zola teriak histeris, hingga Aron mendekatinya.
"Vita." Zola berteriak kencang dengan tangisannya yang pecah, Aron pun menenangkan wanita itu.
"Kamu tenang." ucap Aron yang segera memeluk wanita itu, wanita histeris menangis dipelukkan Aron.
"Vita." Zola menangis mengingat kepergian temannya. Sedangkan Aron mencoba menenangkan Wanita itu.
"Kamu tenang, ada aku disini." Aron mencoba menenangkan wanita itu.
Zola benar-benar syok, hingga dia baru bangun dari tidurnya.
Nampak wajah Zola di penuhi keringat dengan air mata yang membasahi wajahnya.
"Sekarang kamu tenang." ucap Aron yang mencoba menenangkan wanita itu, Zola pun melihat wajah pria itu.
"Kamu siapa?" tanya Zola yang memori otaknya belum kerja sepenuhnya.
"Apa kamu lupa denganku?" tanya balik Aron pada Zola.
Zola pun mencoba mengingat wajah pria itu, Sontak saja dia mengingat.
"Bukannya dia pria yang kemarin malam itu." batin Zola yang kaget, kenapa dia ada bersama pria itu.
"Sudah ingat." kata Aron dengan senyuman sinisnya.
"Aku ingat, tapi kenapa aku bisa bersamamu?" tanya balik Zola pada pria itu.
"Kamu jatuh pingsan di halte bus, dengan cepat aku membawa dirimu dirumahku." jawab Aron yang diam-diam penasaran tentang kejadian hari yang lalu adalah perbuatan wanita itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!