Berawal dari pertemuanku dengan seorang pria yang terlihat aneh dari pria - pria yang ada, berhasil mengalihkan perhatianku dengan orang disekitarku.
Ketika semua sibuk saling menyapa dan mengenal, ia terlihat sibuk dan terkesan cuek seakan tidak mengharap dan menganggap kehadiranku, bahkan ketika temanku Kina si tuan rumah memperkenalkanku pun ia tidak bergeming, terkesan sangat dingin.
Memang aku bukanlah sosok perempuan yang menarik, cantik apalagi sexy, aku hanya perempuan biasa yang mampu menjadi pusat perhatian saat itu ditengah tengah perempuan yang sexy, bohay yang mempertontonkan lekuk tubuh indah mereka dengan balutan gaun sexy.
Sementara aku hadir dengan kaos oblong yang kedodoran dipadu dengan celana jeans pendek, sepatu kets dan topi yang kugunakan sebagai kuncir rambut, sangat kontras dengan situasi yang ada saat itu.
Aku berjalan masuk ditengah kerumunan dan merasa aneh, aku merasa aku yang aneh atau mereka.
Bisa saja mereka yang salah kostum bukan aku, berusaha percaya diri.
Aku melirik para perempuan sexy, sangat kagum pada keberanian mereka dalam memamerkan tubuhnya, sementara aku menggunakan baju tangan buntung saja aku tidak berani karena takut kelihatan lenganku yang lebih menonjol daripada tinggi badanku, belum lagi ketiak yangtidak pernah terawat sama sekali.
"Sini!",
Kina memecahkan kekagumanku dan menarik tanganku. ia membawaku kekamarnya.
Kina berniat mendandani aku ala dia, tentu saja aku setengah menolak karena tak pede dan setengah penasaran karena pengen mencoba dan melihat diriku dalam versi mereka yang sangat jauh berbeda denganku.
Dan pada akhirnya setelah perdebatan yang panjang tanpa adanya pemenang maka aku didandani ala maunya Kina tetapi pakaian aku yang menentukan ala diriku tentunya.
Setelah make up aku langsung bergegas ke lemari kina untuk memilih sendiri pakaian yang akan kupakai dan aku pusing begitu melihat pakaian yang ada, nyaris semua terbuka dan sexy. Aku akhirnya menjatuhkan pilihan ke minidress yang masih berlengan walaupun cenderung agak terbuka, tak ada pilihan, hanya itu yang paling memungkinkan untuk menyelamatkanku.
Setelah selesai kami bergegas keluar untuk bergabung dengan teman - teman Kina yang lainnya. semua menatap kepadaku, dan itu membuat aku gugup dan panik, aku tidak yakin dengan tampilanku saat itu, karena memang aku tidak terbiasa menggunakan perias wajah atau apalah itu namanya, terutama lipstik.
Aku merasa jika menggunakan lipstik maka aku merasa bibirku terasa kaku dan susah untuk bicara apalagi kalau makan.
Namun Kina menyakinkanku dengan berbisik bahwa semua terpesona dengan tampilanku dari yang pertama kali aku datang.
Semua tersenyum ramah, hanya pria itu yang seakan tidak perduli akan kehadiranku saat itu. aku pun tidak mau ambil pusing dengan sikapnya, aku merasa tidak perlu untuk menyapa duluan atau sebagainya.
Aku tipe perempuan yang masih menjaga gengsi untuk tidak menyapa lawan jenis terlebih dahulu, karena menurutku itu akan membuatku terlihat murahan. maka semua berjalan begitu saja pada saat itu tanpa ada sapa. hanya diam tetapi terkadang pandangan sesekali bertemu tapi segera berusaha untuk membuang muka.
...----------------...
Aku berjalan keluar ruangan untuk mencari angin segar, karena sangat terasa sesak dan panas karena ruang tamu Kina penuh dengan manusia.
Kina sengaja mengundang semua teman - temannya kerumahnya karena ia merayakan ulangtahunnya.
Ketika aku hendak mencari tempat untuk duduk , aku sedikit terkejut karena aku melihat pria cuek itupun ternyata sudah berada di teras rumah, entah kapan ia disana akupun tidak tau, yang jelas aku hanya berusaha menjauh menjaga jarak dengannya, karena bagiku ia sosok yang tidak asyik diajak cerita tentunya.
Ketika aku masih mencari tempat yang nyaman salah satu dari pria yang ada di ruangan itupun juga keluar dan menyapaku.
" Hai...sini aja dik gabung sama kita",
Sapanya ramah padaku, akupun tidak dapat menolak karena memang tidak ada tempat yang nyaman lagi selain berada bersama mereka.
Aku segera duduk dan berusaha bersikap santai walaupun sebenarnya agak tidak suka dengan keberadaan si pria cuek itu.
Pria ramah itu bernama Ari, dan pria cuek bernama Aan.
"Oh iya, aku Ari dan ini Aan",
Sapa pria ramah itu lagi memperkenalkan diri, yang kemudian Ari memberi kode untuk aku memperkenalkan diri.
" Aku Mili, Miliyanti", sahutku.
"Kok bisa kenal sama Kina?",
Tiba- tiba saja suara si pria cuek yang bernama Aan itu keluar, dan membuatku sedikit melongo. Aku melihat ke arahnya namun ia membuang muka kemudian seakan tidak mau melihatku.
" Aku teman satu sekolah dari smp sampai sma",
jawabku singkat. Ari kemudian menyuruhku untuk menceritakan tentang aku, begitulah kemudian kami jadi saling mengobrol dan saling tau tetapi hanya Ari saja karena Aan lebih banyak jadi pendengar dan bahkan tidak mau bercerita tentang dirinya.
Sampai pada akhirnya acara selesai dan bubar. aku menginap dirumah Kina, lebih tepatnya kontrakan Kina.
Sekilas aku mendengar beberapa pria berseloroh sembari meninggalkan rumah Kina, aku penasaran mengapa seakan ucapan itu ditujukan kepadaku.
Aku mendengar mereka membicarakan anak kampus atau ayam kampus.
Setelah pertemuan itu, aku gelisah sendiri, nyaris sampai menjelang pagi tidak sedikitpun mataku terpejam. Aku penasaran dengan sosok aan, aku merasa sepertinya dia bukan tipe seperti itu, yang dingin dan cuek.
Entah mengapa aku menyakini bahwa dia adalah sosok yang periang dan ramah, itu terlihat dari mimik dan gerakannya, tapi entahlah yang pasti pikiranku dipenuhi olehnya.
" Ya tuhan...mili...kamu gak tidur?",
Kina tiba tiba membuat pikiranku yang terbang menjadi lepas landas seketika.
" gak bisa loh kin...", jawabku santai.
Kina akhirnya duduk dari tidurnya.
"ada apa?, kamu punya masalah?",
Tanya Kina lagi dengan wajah ngantuknya, aku kemudian mengikutinya untuk mengatur posisi duduk.
" Aku penasaran dengan Aan Kin, entah mengapa dari tadi dia selalu ada di kepalaku",
jawabku dengan harapan Kina mau bercerita tentang Aan padaku, karena tentunya Kina pasti tau karena mereka adalah teman.
" Menurutku gak ada yang menarik dengannya",
jawab Kina sekenanya saja sambil menahan ngantuk.
" Masa sih? tapi kok menurutku beda ya...", jawabku lagi penasaran.
" Aduh...Mili... temanku yang datang tadi banyak loh, masa kamu tertarik sama Aan? gak ah...aku gak setuju...",
Kina menggerutu sembari kembali berbaring lagi, namun aku tetap menahan Kina agar tidak tidur. aku selalu ingin tau tentang Aan lagi dan lagi.
Kina antara setengah sadar menjawab setiap pertanyaanku, dan akhirnya Kina menyerah dan akan menyuruh mereka datang lagi siang ini.
Tepat pukul 10.00 WIB, rombongan Aan dan Ari datang. rencananya minggu siang ini akan barbequean di sungai dekat rumah Kina. Aku pun tentunya sangat bersemangat untuk ikut.
Seperti biasa aku menggunakan kaos dan celana pendek, sendal jepit dengan rambut dikuncir satu dibelakang. Kami segera bergerak ke sungai yang akan dituju setelah menyiapkan semuanya.
Para pria semua sibuk dengan membawa berbagai peralatan yang dibutuhkan nantinya, sementara yang cewek - cewek membawa peralatan pribadi masing - masing seperti make up, alat mandi.
Aku berjalan dengan Ari. Ari sosok yang sangat menyenangkan, dan dewasa. Selain terlihat Ari juga yang paling akrab dengan Aan.
Aku segera berlari meninggalkan rombongan mendekati sungai dan ternyata suasananya ramai. Banyak juga pengunjungnya.
Semua sibuk menyiapkan tempat dan perapian, aku sesekali mencuri pandang terhadap sosok Aan, ia sibuk membuat perapian, setelah perapian siap ia menyuruh yang lain untuk menyiapkan panggangan dan mulai terlihat sibuk mengipas.
Aku hanya sebagai penonton yang baik, karena sebenarnya diantara rombongan ini aku hanya mengenal Kina, selebihnya aku baru mengenal mereka semua.
"Mili...sini gabung....", ajak Ari.
aku segera bergabung dengan mereka, Aan menyodorkan ayam yang sudah matang padaku tanpa mengucapkan sepatah katapun. aku segera menyantapnya, dan mengatakan enak sambil melihatnya dan berusaha bersikap lebih ramah dari biasanya, ia membalas sambil tersenyum dan itu membuatku semakin penasaran.
Setelah makan bersama, maka semua bisa bebas, ada yang mandi, ada yang main gitar , bahkan ada yang main kartu dengan hukuman yang kalah jongkok.
Aku melihat Kina , Ari dan Aan bermain kartu, maka aku bergabung dengan mereka. Aku duduk disamping Aan yang artinya kemungkinan saling menutup jalan atau memotong bisa kami lakukan, dan benar saja ketika aku membuang kartu, Aan spontan mengumpat kasar yang membuat aku sedikit syok mendengarnya,aku tidak menyangka saja ternyata sosoknya tidak setenang yang terlihat.
" Wah...sepertinya permainan ini akan membangunkan macan yang tidur",
gurauku sambil melirik padanya, dan ia langsung paham.
" Bahkan akan segera menerkam mangsanya",
balasnya lagi sambil agak lebih mendekatkan diri padaku hampir berbisik, aku hanya tersenyum mendengar ucapannya.
Pada akhirnya ia kalah dan harus berjongkok selama permainan berlangsung, bisa duduk kalau menang. melihat ia berjongkok aku merasa sangat senang. aku bahkan berani mengejek dan menertawakannya. namun ia hanya memandangiku saja sembari senyum - senyum.
"Aku menang!",
teriakku lagi, yang artinya Aan akan tetap jongkok lagi. semua tertawa melihatnya yang sudah mulai gak nyaman, dan itu membuatku semakin senang melihatnya.
" Sepertinya kamu sungguh senang melihat orang menderita",
kata Aan padaku pelan, yang kubalas dengan anggukan sembari tersenyum mengejek.
Namun tiba - tiba ada tangan terasa menyentuh kepalaku dan mengacak - acak rambutku. Aan melakukannya dan hal itu membuatku seperti tersengat listrik.
Aku sungguh menyukai sentuhan itu sampai membuat jantungku berdetak tak karuan. namun aku berusaha tetap tenang agar tidak kelihatan salah tingkahnya.
" Kina, Mili udah punya pacar?,
tanya Roy salah satu pria yang ada dirombongan.
"Sudah, malah udah bertahun - tahun pun...",
Jawab Kina yang membuat aku panik entah mengapa. Baru kali ini aku ingin statusku yang sudah punya pacar disembunyikan.
" Oh iyanya...lagian seandainya pun belum punya, gak mungkin juga mau sama awak ya kan, anak kampus bos...!mana level...ya kan mil...?",
cecar Roy padaku yang membuat aku jadi salah tingkah. aku melirik Aan, dia terlihat santai saja.
Sore menjelang, tiba -tiba Aan ijin pulang duluan, alasan ada acara lain. Aan pulang bersama Roy.
" Mili...luan ya...",
Aan sambil melirik dan mengedipkan matanya padaku, aku berusaha santai membalasnya dengan anggukan. Tidak lama berselang kami pun pulang juga.
Rencanaku akan kembali langsung ke kostku sore itu juga, namun Kina menahan agar pulang keesokan harinya saja. Aku pun menurut saja mengingat kami sudah lama tidak bertemu.
Malam menjelang, setelah kami cerita akhirnya Kina merasa sudah ngantuk dan hendak tidur.
Aku meminta Kina agar memberiku nomor hp Aan. Kina merasa keberatan tetapi karena aku memaksa akhirnya diberikan juga.
Kina beranjak tidur, sementara aku berusaha menahan diri untuk tidak menghubunginya duluan. Namun semakin malam larut keinginanku untuk menghubunginya semakin tidak karuan, akhirnya aku telpon.
dreerrrt....dreeeet.....
"Halo..",
Aku langsung mengenali suara Aan, aku merasa kikuk sendiri.
" Halo...",
Aan kembali bersuara.
" Ini siapa ya ?",
tanya Aan membuat aku makin bingung harus ngomong apa.
" Halo, aku Mili",
jawabku sangat pelan takut terdengar oleh Kina. dan entah mengapa juga aku takut ketahuan sama Kina.
" Oh, Mili kebetulan aku ada di depan gang rumah Kina, aku kesana ya...kamu belum ngantuk kan?", tanya Aan.
"Oh iya...datang aja, aku belum ngantuk kok",
jawabku.
" ya udah kamu keluar ya, tunggu diteras ",
ucap Aan yang langsung saja kusetujui.
Aku menunggu diteras rumah hanya beberapa detik saja, Aan sampai.
Entah mengapa kami jadi kikuk. Awalnya agak merasa sungkan, yang pada akhirnya entah bagaimana ceritanya kami sudah duduk berdekatan bahkan sampai dempet.
Aan tetiba saja menciumku dan itu terjadi begitu saja bahkan berulang - ulang Aan melakukannya tanpa penolakan dariku.
Aan menarik tanganku dan membawaku menjauh dari rumah Kina. aku pun tidak menyadari kalau kami sudah sampai di hotel kelas melati dan Aan terlihat memesan kamar dan segera membawaku masuk.
Aku hanya menurut begitu saja kemana Aan membawaku. Aku hanya ingin bersama dan berdua saja saat itu.
Sesampai dikamar Aan langsung menyergapku begitu saja. Ia mencium seluruh tubuhku penuh dengan nafsu dan aku pun menikmatinya. Ia mendorongku ke tempat tidur dan menindihku. Aku sudah tidak perduli dengan apapun, tak ada perasaan takut, yang kutau aku menginginkan yang lebih lagi dari Aan, aku ingin memilikinya.
Aku merasa seperti wanita yang begitu dicintai dengan segala perlakuannya. Aan mengerti situasiku dan apa yang kuinginkan saat itu.
Setelah semua terjadi begitu saja, kami hanya ingin berbaring melepas lelah. Kami tidak banyak bicara, lebih kepada batin yang menggerakkan kemana arah kami bersama.
1 jam berlalu dan entah mengapa aku ingin mengulanginya lagi.
Aku berusaha mencari cara untuk membuatnya kembali beraksi, tapi aku tidak tau dan buntu. Aku masuk kamar mandi dan membersihkan tubuhku dengan memendam hasratku, begitu selesai aku keluar hanya menggunakan handuk yang kulilit dalam tubuhku, dan berharap itu akan berhasil.
Dan....
ya benar saja..
Kami mengulangi kembali.
Aku sendiri pun tidak paham mengapa bisa segila itu dan tetap saja aku melakukannya.
Semua terjadi begitu cepat dan menikmatinya.
"Kamu sungguh nikmat...aku rasa aku tidak akan bisa lepas darimu, kamu cepat tanggap",
Kata Aan padaku, sementara aku sudah sangat terasa lelah.
" Apakah kamu puas?", tanya aan padaku.
Aku hanya menganggukkan kepala.
"Kalau begitu kita akan sangat ketergantungan satu sama lain nantinya, dan ini cukup untuk membuat kita bisa bersama",
Sembari mengecup keningku berulangkali. Aku hanya menjadi pendengar yang baik.
Waktu telah menunjukkan jam 03.30 dini hari, kami segera meninggalkan hotel agar tidak ketahuan sama Kina bahwa aku sudah bersama Aan semalam suntuk.
Diperjalanan pulang kami tidak bicara tentang hubungan bagaimana kedepannya, membuat pernyataan perasaan atau semacamnya, samasekali tidak ada.
Namun sepanjang perjalanan menuju rumah Kina, Aan menggenggam tanganku sambil sesekali menciumnya.
Begitu sampai didepan rumah Kina, Aan melihat situasi kemudian memeluk dan menciumku lagi sungguh erat sekali. Aan memberi kode agar aku masuk dan memberi tanda untuk menghubunginya. Aku pun masuk.
Yang menjadi aneh adalah ketika seorang gadis melakukan hubungan intim biasanya pasti akan ada rasa takut, khawatir atau berbagai macam perasaan cemas lainnya, namun berbeda denganku, aku hanya bahagia.
Aku tidak mengkhawatirkan apapun dan tidak memikirkan apapun. Yang ada diotakku selalu bersama dengannya, melakukannya lagi dan lagi.
Aku bahkan merasa sangat tersiksa jika tidak menyentuhnya. Kenikmatan itu sudah berhasil menguasaiku dan menghilangkan akal sehatku.
Setelah pulang dari rumah Kina, aku langsung memberi pesan pada Aan kalau aku sudah dikostan.
" Baik sayang, selamat beraktivitas ya", balas Aan pada pesan yang kukirimkan padanya.
" Aku rindu", kirimku lagi padanya.
" Sama sayang, ...", balasnya lagi.
Aku membaca pesan itu dan langsung berimajinasi lagi, yang membuat keinginanku untuk bertemu dengannya semakin menjadi.
Drerrrrt...drerrrt...
Hp tiba - tiba bunyi yang membuat khayalanku buyar. Aku meraih hp dan segera melihat dan ternyata Aan menelponku.
"Hallo...",
dengan suara parau setelah imajinasiku buyar.
"Hallo sayang...lagi pain?", suara Aan dari sebrang.
" Lagi menghayal..", jawabku santai dan tak merasa risih sama sekali.
"Menghayal apa?", tanyanya lagi.
" Ngayalin kamu lah... ", balasku dengan nada manja yang kusengaja.
Aku betul - betul sudah tergila - gila padanya. Aku sudah tidak ada memikirkan rasa malu dan harga diri. Biasanya sangat pantang bagiku untuk menghubungi duluan lawan jenis apalagi sampai merayu - rayu menyatakan rindu, tapi semua itu sudah runtuh dan tidak berlaku.
Yang hanya ingin kulakukan berusaha merayu dan bersama lagi dan lagi.
" Ngayalinnya lagi apa coba?",
Aan mulai menggoda agar imajinasi liarku muncul lagi.
" Ada deh...intinya sesuatu yang begitu indah", jawabku.
"Aish...sama dong, menghayal kamu sekarang berada disampingku, tersenyum manis, pasti sangat menyenangkan ", sahutnya.
Aan membuatku semakin tidak berdaya, dia membuatku semakin ingin menemuinya secepat mungkin.
" Jika tidak terganggu datang kerumah sayang, aku rindu...", rayu Aan padaku.
Akupun menyetujuinya dan meminta alamat rumahnya.
Tanpa pikir panjang aku langsung menuju alamat rumah yang diberikannya via sms. Aku tidak perduli dengan jam kuliahku, aku tidak perduli apapun, yang kutau aku harus menemuinya dan harus bersamanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!