NovelToon NovelToon

Bukan Salahku Turun Ranjang

BAB. 1 Menunda Kewajiban

"Loh, kok Erlan kamu yang jaga?" tanya Kaisar pada seorang wanita yang tak lain ialah adik iparnya.

Dia baru saja pulang bekerja dan melihat sang putra tengah diasuh oleh adik iparnya bukan oleh istrinya.

Istri Kaisar yang bernama Jasmine itu selalu sibuk dengan kariernya hingga mengabaikan dirinya dan menelantarkan Erlan putranya. Setelah pulang bekerja pun Jasmine sulit sekali meluangkan waktu untuk melayaninya sehingga membuat Kaisar merasa menjadi seorang duda padahal masih memiliki istri.

"Iya, Kak, Kak Jasmine baru pulang kasihan dia pasti capek," jawab Nala, adik ipar Kaisar.

Selalu saja Jasmine seperti itu hingga rasanya ia muak dan ingin mencari istri baru yang bisa melayaninya sepenuh hati dan menjaga anaknya dengan baik.

"Sini, biar aku yang jaga Erlan. Kamu bisa siapkan air hangat untukku mandi," titah Kaisar yang langsung diangguki kepala oleh Nala.

Nala bukan hanya menjadi pengasuh Erlan saja melainkan juga menyiapkan semua keperluan Kaisar atas perintah Jasmine sendiri.

Bergegas Nala beranjak dari duduknya dan hendak melangkah namun suara Kaisar menghentikannya.

"Sekalian bawakan tasku ya, Nala. Taro aja disofa kamar," kata Kaisar.

"Iya, Kak."

Setelah mengambil tas, Nala bergegas menuju kamar Kaisar dan membuka pintu. Pandangan pertama yang Nala lihat ialah Jasmine yang sedang tertidur pulas.

Nala meletakkan terlebih dahulu tas Kaisar disofa baru setelahnya menghampiri sang kakak dan menyelimutinya.

"Kakak pasti capek ya dua hari pemotretan dan baru pulang sekarang," kata Nala pelan kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

Nala mengisi bak mandi dengan air hangat hingga penuh. Setelah penuh dia kemudian menyiapkan pakaian ganti dan kembali keruang tengah.

"Kak, air hangatnya sudah siap," kata Nala sambil berjalan menghampiri Kaisar.

Kaisar menoleh pada Nala. "Makasih ya, Nala, sudah melakukannya untukku," lirih Kaisar. Dia sangat menyayangkan sekali tugas Jasmine sebagai istri dan ibu untuk anaknya justru di lakukan oleh Nala, adik iparnya sendiri.

"Sama-sama, Kak," kata Nala sambil tersenyum membuat Kaisar tertegun melihatnya.

Kaisar membalas senyuman Nala kemudian beranjak menuju kamarnya.

Sesampainya dikamar Kaisar tidak langsung mandi dia mengunci pintu dan menghampiri Jasmine yang sedang tidur dan ikut merebahkan tubuhnya disamping sang istri.

"Sayang," bisik Kaisar ditelinga Jasmine namun wanita sama sekali tidak terusik.

"Sayang," panggil Kaisar masih berbisik ditelinga Jasmine. Dia bahkan menelusupkan tangannya kedalam baju sang istri dan bergerak liar didalam sana.

Jasmine menggeliat dia menahan tangan Kaisar yang sedang menggerayanginya. "Aku capek, Mas," lirih Jasmine.

Melakukan pemotretan selama dua hari diluar kota dengan jadwal yang padat dan baru pulang dua jam yang lalu membuat Jasmine benar-benar tidak ingin bercinta.

Ya, Jasmine bukan wanita bodoh yang tidak tahu bila sang suami sedang menginginkan dirinya dan mengajaknya bercinta hanya saja dia sedang lelah.

"Terus kapan dong, Sayang?" tanya Kaisar menarik tangannya keluar dari dalam baju.

"Besok aja ya, Mas, aku benar-benar capek," jawab Jasmine membuat Kaisar tersenyum masam.

Jasmine selalu menunda-nunda kewajibannya dengan alasan capek padahal ia sama sekali tidak pernah menyuruh wanita itu bekerja. Hal seperti ini sudah sering kali terjadi namun Kaisar masih berusaha untuk sabar.

Kaisar lebih suka Jasmine dirumah melayaninya dan mengurus Erlan dengan baik.

Tanpa mengatakan sepatah katapun Kaisar bangkit dari tempat tidur dan masuk kedalam kamar mandi. Setelah melucuti pakaiannya, Kaisar merendam tubuhnya didalam bak mandi dengan mata terpejam.

Selama lima tahun menikah dengan Jasmine Kaisar merasa hubungannya dengan sang istri diam ditempat tida ada perkembangan ataupun perubahan. Jasmine semakin lama semakin mengabaikannya dan melalaikan kewajibannya.

...***...

Kaisar terbangun saat mendengar suara tangis sang putra. Bergegas dia memeriksanya ternyata suhu panas tubuh sang putra sedang tinggi. Erlan sedang demam.

“Badan kamu panas sekali, Nak," kata Kaisar namun bayi tersebut tidak menjawabnya. Bayi berjenis kelamin laki-laki itu terus menangis merasakan sakit ditubuhnya namun dia belum bisa bicara untuk mengatakannya.

Kaisar kembali ke tempat tidur dengan menggendong putranya, membangunkan sang istri yang masih terlelap. Dia ingin Jasmine bangun untuk merawat Erlan yang sedang sakit, namun mata yang begitu mengantuk membuat wanita itu sama sekali tidak terusik oleh suara tangisan anaknya.

Kaisar menggoyang bahu sang istri untuk membangunkankan wanita itu. “Jas, bangun dulu anak kita demam," kata Kaisar namun Jasmine menepis tangannya.

“Aku ngantuk, Mas, kamu panggil saja Nala biar dia yang merawat anak kita.”

“Jasmine, kamu itu ibunya. Erlan lebih membutuhkanmu.”

Kaisar menarik tangan Jasmine dengan kuat membuat wanita itu terduduk dengan paksa dan hati yang kesal pada sang suami.

Menurut Kaisar Jasmine sudah sangat keterlaluan mengabaikan anaknya yang sedang sakit.

“Aku ini baru pulang ya, Mas, aku juga baru istirahat. Kenapa sih kamu ganggu tidurku terus," kata Jasmine.

"Masih tanya kenapa aku ganggu tidur kamu? Ya, karena kamu sudah keterlaluan, Jasmine! Aku tidak menyuruh kamu pulang larut malam. Aku juga tidak pernah menyuruh kamu untuk bekerja. Aku lebih suka kamu diam dirumah dan mengurus Erlan."

"Kamu memang tidak pernah menyuruhku bekerja, tapi aku menyukai pekerjaanku, Mas."

"Tapi karena kamu bekerja Erlan jadi kurang kasih sayang dari kamu, Jasmine!"

"Mas, ada Nala adikku yang merawatnya. Nala juga sangat menyayangi Erlan, aku yakin Erlan tidak seperti yang kamu katakan."

"Meski begitu tapi kamu tetap ibunya."

"Terserahlah, Mas, aku ngantuk. Besok pagi aku harus keluar kota lagi."

"Apa kamu bilang? Keluar kota lagi! Kamu baru saja pulang dari luar kota, Jasmine, dan kamu sudah mau menelantarkan Erlan lagi?"

Kaisar menggeleng tak percaya bila Jasmine tega pergi sesukanya dan pulang semaunya meninggalkan dirinya dan juga anaknya.

"Menelantarkan apanya sih, Mas, kan ada Nala di rumah ini. Erlan tidak akan terlantar karena Nala pasti menyayanginya."

"Tapi aku mau kamu yang menyayangi Erlan, Jasmine!"

"Stop, Mas! Aku ngantuk, aku mau tidur."

Kaisar menatap nanar pada sang istri yang justru kembali merebahkan tubuhnya dan tidur lagi bukan mengurus Erlan yang sedang sakit.

Kaisar Wiratama namanya, seorang pengusaha berusia 31 tahun memutuskan menikahi kekasihnya yang seorang model 5 tahun yang lalu. Dari pernikahannya dengan Jasmine kini Kaisar memiliki seorang putra bernama Erlan yang masih berusia satu tahun.

Selama menikah dengan Jasmine, Kaisar selalu merasakan kegetiran dalam rumah tangganya dimana sang istri lebih mementingkan karir dibandingkan dirinya.

Komitmen yang pernah mereka bahas sebelum menikah bahkan tidak ada artinya sebab sang istri sama sekali tidak pernah menjalankan komitmen tersebut.

Menatap Erlan yang berada digendongannya, Kaisar merasa hatinya berdenyut nyeri. Bayi berusia satu tahun itu harus merasakan apa yang dia rasakan sebab sang ibu lebih mementingkan karir dibandingkan mengurusnya.

*

*

Terima kasih sudah mampir dikarya ini, semoga betah bacanya dan jangan lupa dukungannya.. 😍😍

Salam : Author Tri Haryani

BAB. 2 Permintaan Kaisar

Tak ingin membuang waktu dengan terus membangunkan sang istri yang tak mau bangun, Kaisar memilih membawa Erlan keluar dari kamar dan membiarkan Jasmine tidur lagi.

Jasmine baru pulang dari luar kota setelah dua hari pergi melakukan pemotretan dibeberapa tempat. Sebelum pergi Kaisar sempat melarangnya namun Jasmine tetap saja pergi meninggalkan dirinya beserta anaknya dirumah.

Kaisar yang keluar dari kamar sembari menggendong Erlan bergegas menuju kamar Nala di mana sang adik iparnya sudah satu tahun ini tinggal di rumahnya untuk merawat Erlan.

“Nala,” panggil Kaisar bersamaan dengan dirinya mengetuk pintu kamar tersebut.

"Nala," panggilnya lagi.

Tak lama pintu kamar terbuka dan munculah sosok Nala yang baru saja terbangun dengan piama tidurnya.

Nala cukup terkejut melihat kakak iparnya menggendong Erlan yang sedang menangis.

“Erlan demam, Nala, kamu bisa bantu aku mengurusnya?”

“Tentu, Kak.”

Nala langsung mengambil Erlan dari gendongan Kaisar dan segera menenangkannya. Wajah Erlan terlihat sembab dia sudah menangis cukup lama, belum lagi tubuhnya yang demam membuat wajah anak itu terlihat memerah.

Meletakkan punggung tangan dikening Erlan, Nala bisa merasakan suhu panas di tubuh bayi laki-laki tersebut.

Menoleh pada kakak iparnya, Nala meminta pria itu mengambilkan kompres dan membuatkan susu untuk Erlan.

Kaisar bergegas pergi kedapur dan kembali membawa mangkuk berisi air hangat beserta handuk kecil didalamnya dan susu formula yang sudah diseduh didalam botol dot.

Nala dengan telaten mengompres kening Erlan, mencelupkan handuk kecil kemangkuk berisi air hangat, memeras handuk tersebut kemudian menempelkan dikening Erlan.

Menatap Erlan yang tengah terlelap di gendongan Nala, Kaisar menghembuskan nafas lega. Akhirnya Erlan yang sejak tadi menangis, kini sudah terlelap.

Menimang sebentar bayi itu Nala kemudian membaringkan Erlan di tempat tidurnya.

Kaisar kembali ke kamarnya setelah memberitahu Nala untuk kembali tidur. Menghampiri Jasmine yang sedang terlelap, dia duduk ditepi ranjang.

"Tidak kah sedikit saja kamu merasa kasihan pada Erlan, Jasmine?" tanya Kaisar membelai wajah Jasmine yang sedang terlelap.

Jasmine yang terusik dengan pergerakan tangan Kaisar perlahan membuka matanya dan mendengarkan apa yang pria itu katakan.

"Erlan anak kandung kamu, Jasmine, tapi dia justru seperti anak Nala. Kamu tidak pernah merawatnya bahkan menggendongnya saja kamu jarang sekali melakukannya. Aku tidak pernah memaksa kamu berhenti berkarir tapi kali ini aku minta kamu berhentilah berkarir. Aku ingin kamu merawat Erlan dengan baik sebagaimana seorang ibu merawat anaknya dengan baik."

Jasmine mendudukkan tubuhnya kemudian menatap sang suami dihadapannya. Dia tentu saja tidak terima Kaisar meminta dirinya berhenti berkarir.

"Aku juga menyayangi Erlan, Mas, makanya itu aku meminta Nala untuk merawatnya. Aku tidak bisa berhenti berkarir seperti yang kamu minta karena aku mencintai karirku. Tidak mudah bagiku berada dititik ini dan aku tidak akan melepaskannya."

Rasa sesak menyeruak masuk kedalam hati Kaisar mendengar perkataan Jasmine seolah dirinya dan Erlan tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan karir wanita itu, namun dia tidak bisa memaksa sang istri untuk menuruti permintaannya.

Satu hal yang Kaisar sadari dia tidak sanggup bila hal seperti ini terus berlarut-larut. Dia butuh sosok istri dan ibu yang baik untuk Erlan.

Dan, semua itu ada pada diri Nala, adik iparnya sendiri.

...***...

Kaisar membuka pintu kamar Nala dengan pelan dimana tadi dia meninggalkan Erlan tidur disana. Dia hendak berangkat bekerja namun sebelumnya Kaisar ingin berpamitan pada sang putra seperti biasanya.

Melangkah masuk kedalam kamar itu, Kaisar melihat kamar nampak kosong tidak ada Nala maupun Erlan disana.

“Nala, Erlan, kalian dimana?”

Kaisar mencari keduanya kedalam walk in closet namun tidak ada. Mengetuk pintu kamar mandi juga tidak ada yang menyahut dan saat membuka kamar mandi tersebut ternyata kosong.

Bergegas Kaisar menuju balkon mencari tahu kemana perginya Nala dan Erlan. Ternyata wanita itu membawa Erlan bermain ditaman samping rumah menikmati mentari pagi yang begitu terasa hangat ditubuhnya.

Nala sedang memegangi kedua tangan Erlan, melatih bayi laki-laki itu untuk berjalan. Langkah demi langkah bisa Erlan lakukan dengan Nala yang menuntunnya. Nala melepaskan tangannya dari Erlan kemudian menyambut bayi laki-laki itu dari depan dengan kedua tangan dia buka.

Perlahan bayi laki-laki itu melangkah sendiri kearah Nala dan begitu tiba dihadapan wanita itu bergegas Nala memeluk sang keponakan dan menciuminya membuat tawa keduanya pecah.

Kaisar tersenyum dengan mata yang memanas terharu melihat ketulusan Nala yang merawat Erlan dengan baik. Bayi laki-laki yang semalam sakit kini sudah ceria kembali bahkan terlihat bahagia bermain bersama Nala.

Mendongakkan wajahnya keatas Kaisar menahan air mata agar tidak jatuh. Seandainya Jasmine seperti itu pada Erlan mungkin mereka menjadi keluarga paling bahagia, tapi nyatanya Jasmine seorang istri dan ibu yang egois.

Jasmine selalu mengutamakan karir dibandingkan keluarganya.

Kembali pandangan Kaisar menatap Nala bersama Erlan ditaman. Dia melihat Nala dan sang putra duduk dikursi dengan Nala memegang mangkuk berisi MP Asi untuk Erlan dan menyuapi bayi laki-laki itu.

Menghembuskan nafas yang begitu sesak didalam dada, Kaisar melangkahkan kakinya keluar dari kamar Nala, menuruni tangga kemudian melangkah ketaman samping rumah dimana ada Nala dan Erlan disana.

“Ehem.”

Suara deheman terdengar membuat Nala menoleh pada Kaisar dan tersenyum.

“Kak Kai sudah mau berangkat?” tanya Nala yang melihat Kaisar sudah rapih dengan stelan kantornya.

“Iya, Nala, aku sudah mau berangkat tapi sebelumnya mau pamit dulu sama Erlan. Bagaimana keadaan Erlan, apa demamnya sudah turun?”

“Sudah turun, Kak, Erlan juga sudah ceria lagi. Dia makan dengan lahap.” Nala tersenyum saat mengatakannya.

Kaisar menatap Erlan yang sedang mengunyah makanan dengan gusi yang belum dipenuhi gigi. Bayi laki-laki itu tampak ceria tak seperti semalam yang rewel membuat pria itu tersenyum melihatnya.

Kaisar membawa Erlan kedalam gendongannya kemudian menciumi pipi gembul sang putra membuat bayi laki-laki itu terkiki geli dengan tangan terus mendorong wajah sang papa.

Kaisar berhenti menciumi Erlan, kemudian menatap Nala dihadapannya dan tersenyum pada wanita itu.

“Terima kasih, Nala, kamu sudah merawat Erlan dengan baik.”

“Sama-sama, Kak, sudah tugas aku sebagai Tante sekaligus pengasuh Erlan.”

Meski demikian Kaisar bisa merasakan ketulusan Nala merawat dan menyayangi Erlan. Kaisar tersenyum pada Nala kemudian menyerahkan sang putra pada wanita itu

Nala mengulurkan tangan Erlan pada Kaisar mengajari sang keponakan untuk mencium tangan.

“Duh, pinternya anak Papa. Baik-baik dirumah ya sama Tante Nala.” Kaisar mengusap puncak kepala Erlan kemudian mencium pipi gembulnya membuat Nala sedikit menjauhkan wajah sebab wajah Kaisar terlalu dekat dengan wajahnya.

Kaisar terkekeh.

“Aku mencium Erlan, Nala, bukan mencium kamu.”

“Ah iya, Kak, aku takut saja Kakak salah sasaran,” ucap Nala dengan semburat merah dikedua pipinya.

“Oh ya? Apa kamu menginginkan aku salah sasaran?”

“Tidak!”

Kaisar terkekeh lagi kemudian mengusap puncak kepala Nala. “Titip Erlan ya, Nala, aku berangkat bekerja.”

“Iya, Kak, hati-hati.”

Kaisar mengangguk kemudian melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah untuk segera berangkat ke kantor.

Langkah kaki Kaisar semakin cepat saat tiba di dalam rumah dia melihat Jasmine menuruni tangga dengan menggeret kopernya. Jasmine melangkah tergesa sebab dia harus segera tiba ditempat agency dan akan pergi ke luar kota bersama para model lainnya.

Bergegas Kaisar menahan tangan Jasmine yang hendak pergi.

“Mau kemana kamu, Jasmine?”

BAB. 3 Ucapan Terima Kasih

Jasmine menghentikan langkah kakinya menatap Kaisar dihadapannya.

“Bukankah aku sudah bilang ya kalau mau ke luar kota hari ini.”

“Aku tidak mengizinkanmu pergi!”

“Tidak bisa, Mas, aku harus pergi!”

“Semalam Erlan sakit kamu tidak perduli padanya dan sekarang kamu justru mau meninggalkannya. Dimana hati nurani kamu sebagai ibunya Erlan, Jasmine?” tanya Kaisar dengan mata memancarkan kekecewaan.

Ya, dia kecewa sekali ternyata wanita yang dia nikahi lebih mencintai karir dari pada dirinya dan anaknya.

“Aku tadi melihat Erlan sudah baikan, Mas, dia sudah tidak sakit. Jadi tidak masalah kalau aku pergi.”

“Tentu saja masalah karena kamu akan meninggalkan aku dan Erlan lagi.”

“Ayolah, Mas, jangan seperti ini aku harus segera pergi sekarang. Aku bisa terlambat nanti.”

“Aku tetap tidak mengizinkanmu pergi!”

"Terserah kamulah, Mas, aku tetap akan pergi," kata Jasmine kemudian berlalu meninggalkan Kaisar.

"Jamine!" panggil Kaisar namun wanita itu tidak mengindahkan panggilannya dan terus berjalan keluar dari rumah.

Jasmine memasukkan kopernya ke dalam mobil kemudian mengemudi menuju agency yang menaunginya sebagai model. Dia sama sekali tidak menoleh kearah rumah dimana Kaisar tengah menatap nanar kepergiannya.

Kaisar ingin memiliki rumah tangga yang harmonis, dirinya yang bekerja dan sang istri dirumah menunggu kepulangannya, melayaninya dan mengurus anaknya dengan baik.

Namun sepertinya semua itu tidak akan terjadi bila Jasmine terus-terusan seperti ini. Sebelumnya Kaisar tidak pernah melarang Jasmine berkarir namun seiring berjalannya waktu wanita itu semakin tidak tahu diri dan melupakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang istri dan seorang ibu.

Menghembuskan nafas kasar dia kemudian berangkat kekantor. Meski hatinya merasa sakit karena sang istri sangat egois mengutamakan karir dibandingkan dirinya dan sang buah hati namun ia tetap berharap suatu saat nanti Jasmine akan berubah.

Tapi entahlah bila wanita itu masih tetap seperti ini mungkin dia tidak akan bisa bertahan lagi.

...***...

Nala sedang menidurkan Erlan saat mendengar suara ponselnya berdering. Tangan kanan mengusap punggung keponakannya itu ia kemudian menjawab panggilan telepon tersebut.

"Iya, Kak," kata Nala yang ternyata Jasmine lah yang menghubunginya.

"Nala, jangan lupa masakan makan siang untuk Mas Kai. Aku baru aja sampai di Bali," titah Jasmine pada sang adik.

Sebetulnya Nala merasa sungkan untuk melayani Kaisar, menyiapkan keperluan pria itu hingga makanannya namun Jasmine sendiri lah yang meminta dirinya. Lagi pula Nala digaji oleh sang kakak untuk melakukan itu semua sehingga ia mau tidak mau melakukannya.

"Iya, Kak, tapi kira-kira Kak Kai ingin makan siang dengan apa ya?" tanya Nala.

Dia menatap Erlan yang kini sudah tertidur membuatnya segera beranjak dan menyelimuti anak laki-laki itu.

"Kamu tanya saja sendiri, Nala, aku dan dia sedang marahan," kata Jasmine.

"Kakak dan Kak Kai marahan? Kenapa, Kak?" tanya Nala yang memang tidak tahu.

"Ya biasalah, Mas Kai terlalu mengekangku. Masa iya dia menyuruhku berhenti berkarir dan menjadi ibu rumah tangga. Aku nggak mau, Nala!" kata Jasmine.

Dia mencintai karirnya yang tidak semua orang bisa mencapainya. Jasmine melupakan bila dirinya adalah seorang istri dan seorang ibu. Akan ada hati yang terluka olehnya karena tidak diprioritaskan.

"Kak, bukan kah Kak Kai sangat mencukupi kebutuhan Kakak dan Erlan, lalu untuk apa lagi Kakak bekerja? Kak Kai meminta Kakak berhenti bekerja mungkin karena dia ingin Kakak fokus padanya dan juga Erlan, jadi Kakak turuti saja kemauan Kak Kai," balas Nala.

Sebisa mungkin dia memberi pengertian pada sang kakak tanpa membuat wanita itu tersinggung.

"Kamu nggak akan ngerti seberapa pentingnya karirku, Nala. Lagian aku juga sudah bayar kamu buat mengasuh Erlan dan membantu Mas Kai menyiapkan keperluannya. Jadi sebaiknya kamu nggak usah banyak ngomong," kata Jasmine.

"Kak, aku hanya_"

"Sudahlah, Nala, aku menelponmu untuk mengingatkan membuat makan siang untuk Mas Kai bukan untuk berdebat seperti ini!"

Jasmine mematikan sambungan teleponnya membuat Nala mendesahkan nafas panjang.

Dia ingin yang terbaik untuk sang kakak dan melihat kakaknya bahagia bersama keluarga kecilnya bukan malah bertengkar. Nala sering mendengar Jasmine dan kakak iparnya bertengkar membuatnya merasa tidak nyaman tinggal dirumah ini namun demi Erlan dia tetap bertahan.

Dia takut terjadi sesuatu pada keponakannya bila diasuh orang lain.

Setelah memastikan Erlan masih tertidur, Nala bergegas keluar dari kamar untuk memasak makan siang. Dia mengirim pesan pada Kaisar menanyakan menu makan siang yang ingin dimakannya namun hingga tiga puluh menit berlalu pesannya tidak mendapat balasan sehingga Nala memasak sesuai yang dia inginkan.

...***...

Kaisar baru saja selesai meeting dan sekarang sedang memantau sosial media milik Jasmine yang baru saja mengunggah kegiatannya.

Wanita itu sedang duduk dikursi dibawah payung pantai dan tertawa bersama salah satu model lainnya yang tak lain ialah sepupu Kaisar sendiri. Jasmine terlihat bahagia dalam unggahan itu.

Seandainya wanita itu bisa mengatur antara karir dan tugasnya menjadi seorang istri dan seorang ibu Kaisar mungkin tidak akan meminta wanita itu untuk berhenti berkarir namun nyatanya Jasmine tidak seperti itu.

Suara ketukan pintu membuat Kaisar mengalihkan pandangannya pada seorang pria yang menghampirinya sembari menenteng paper bag ditangannya.

"Sopirmu membawakan makan siang," kata pria itu kemudian meletakkan paperbag tersebut didepan Kaisar.

Kaisar menatap paperbag tersebut dan menghela nafas. Dia sudah tahu bila makan siang didalam paperbag itu yang membuatnya adalah Nala, adik iparnya sendiri padahal dia ingin sekali makan makanan yang Jasmine buat sendiri.

Bukan kali ini saja dia diantarkan makan siang melainkan setiap hari tepatnya sejak satu tahun terakhir ini setelah Nala menjadi pengasuh Erlan.

"Kenapa di lihatin aja? Kalau nggak suka biar aku yang makan," kata pria yang membawakan makan siang untuk Kaisar kemudian menyambar kembali paper bag tersebut.

"Enak aja, siapa bila aku nggak suka." Kaisar merebut kembali paperbag tersebut dan membukanya kemudian mengajak sang sahabat untuk makan siang bersama.

Porsi makanan yang Nala kirimkan cukup banyak sehingga cukup dimakan dua orang.

Suapan demi suapan masuk kedalam mulut Kaisar menikmati lezatnya masakan adik iparnya. Kaisar jadi semakin mengagumi Nala sebab sesibuk apapun wanita itu mengurus Erlan dia tetap bisa memasakan untuknya.

Meski Nala melakukannya karena dibayar Jasmine namun ia ingin mengucapkan terima kasih pada wanita itu.

'Ucapan terima kasih apa ya biar terkesan? Bunga? Atau apa ya?' batin Kaisar.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!