Afkar Luthfan Faruq
Cowok dengan kepribadian Misterius dan pendiam, banyak orang tidak tahu latar belakang pemuda tersebut karena kurangnya informasi yang diketahui tentang keluarganya. Orang orang hanya tau bahwa afkar anak yatim piatu yang tinggal sendiri ditengah hutan.
Regita Elliana Valentina
Wanita cantik yang memiliki kelakuan bar bar dan ceplas ceplos. Walaupun begitu dia memiliki hati yang lembut, dia tidak suka melihat ada orang yang tertindas disekitarnya.
..............
Ditengah koridor yang sepi, ada beberapa pemuda yang sedang bergerumbul mengelilingi satu pemuda yang tengah kesakitan karena dikeroyok.
"Woy!!!! kalian pada ngapain itu?!!!" suara perempuan diujung koridor.
Sontak saja pemuda yang bergerumbul itu menoleh ke asal suara. Semua menajamkan penglihatannya untuk melihat sosok yang tengah berjalan ke arah mereka.
"Jagoan lo pada?! Beraninya keroyokan, by one dong!" ucap perempuan itu lagi.
"Siapa lo? Sok ikut campur urusan kita?!" sahut salah satu pemuda yang sepertinya pimpinan dari genk.
"Kenalin nih gue Regita Elliana Valentina" seraya menyodorkan tangannya ke arah pimpinan genk.
"Cih...."pimpinan genk berdecih sambil memalingkan muka ke kiri.
"Bubar lo pada, pulang sana ditungguin tuh sama emak bapak lo dirumah" ucap Regita.
"Siapa lo nyuruh nyuruh kita? berani banget lo jadi cewek?!"
"Ya beranilah, kata emak babe gue kalau membela kebenaran itu harus berani"
"Ceramah lo? di masjid sana jangan disini kita enggak bakal dengerin, pulang lo sana apa mau by one aja sama kita disini?" tantang pimpinan genk.
"Lo nantangin gue?! oke gue jabanin" Regita langsung bersiap dengan posisi kuda kuda.
Lalu terjadilah pertarungan sengit antara Regita dan pimpinan genk. Tidak berselang lama terdengar suara sirine polisi, sontak saja para pemuda itu langsung kocar kacir berlarian.
"Tunggu pembalasan gue"ucap pimpinan genk kepada Regita sebelum pergi.
"Enggak takut... Wleek" Regita kembali menantang dengan menjulurkan lidahnya.
"Huh.... untung aja ini berfungsi dengan baik" tiba tiba mucul pemuda dari balik dinding.
"Eh Ucup lo ngapain?"tanya Regita.
"Nyelametin lo lah dodol, cobak kalau enggak ada gue mungkin muka lo udah pada bonyok bonyok"
"Jadi sirine polisi tadi itu lo yang bunyiin? mana ada bonyok ora gue pinter beladiri kok"
"Iya gue yang bunyiin"
"Shhhh..." terdengar suara ringisan dari pemuda yang teronggok dilantai.
"Woy selametin nih anak orang, gimana sih lo Regita bukannya cepat ditolongin malah cincong aja dari tadi" ucap Ucup begitu melihat pemuda yang sudah begitu babak belur.
"Lo sih yang ngajak cincong jadinya gue ke pancing"
"Udah cepat yok gotong, bawa ke puskesmas terdekat aja nanti keburu koit nih anak orang"
"Naik apa? kita kan cuman bawa motor?"
"Naik motor aja"
"Bahaya tau enggak sih"
"Enggak ada pilihan lain, yang paling cepet ya itu kalau kita pesen g*c*r malah lama"
Langsung saja Regita dan Ucup membawa pemuda itu menuju motor mereka yang masih ada di parkiran. Mereka berboncengan tiga dengan posisi Regita didepan, pemuda bonyok ditengah, ucup dibelakang memegangi pemuda itu.
"Ati ati dong naik motornya jangan ugal ugalan, ini kita bawa orang sakit loh" ucap Ucup takut karena Regita membawa motor dengan kecepatan tinggi
"Udah diem aja yang penting cepat sampai"
Tidak lama kemudian mereka sampai di puskesmas terdekat, untung saja puskesmasnya buka dua puluh empat jam.
"Loh kenapa ini?" tanya dokter yang menangani.
"Habis dikeroyok dia dok" ucap Regita.
"Ya sudah saya obati sebentar, kalian tunggu diluar dulu" tak berselang lama dokter pun keluar dari ruangan.
"Gimana dok enggak papa kan tuh bocah?" tanya Ucup penasaran.
"Tidak papa kok, pesien tidak ada luka serius semuanya aman, ya cuman itu pipinya agak membiru karena pukulan jadinya harus dikompres dengan air dingin agar sedikit mereda"
"Baik dok terima kasih ya" ucap Regita.
"Iya sama sama, kalau gitu saya permisi"
Sesudah dokternya pergi Regita dan Ucup masuk keruangan pemuda yang ditolongnya tadi.
"Udah Siuman lo?" tanya Ucup ketika melihat pemuda itu mulai membuka mata. Karena saat perjalanan menuju ke puskesmas pumuda itu sempat pingsan.
"Aku dimana?" tanya pemuda itu bingung.
"Lo sekarang ada di puskesmas" ucap Regita membuka suara.
"Shhh... kalian siapa?"
"Kenalin gue Regita, cecunguk disebelah gue ini namanya Ucup, nama lo siapa?" ucap Regita memperkenalkan diri.
"Gue Afkar, makasih ya udah nolongin gue pas dikeroyok tadi" ucap afkar.
"Iya sama sama, lo ada masalah apa sih sama mereka kok bisa dikeroyok?" tanya Regita penasaran.
"Gue eng..enggak sengaja numpahin minuman gue di bajunya Brandon" ucap afkar dengan terbata bata.
"Lain kali lo harus lebih berhati hati lagi ya, biasanya sih genknya Brandon itu enggak bakal mudah ngelepasin seseorang yang buat masalah sama dia sekecil apa pun itu" jelas Regita.Sesudah mengantarkan Afkar Ucup dan Regita langsung pulang ke rumahnya.
"Assalamualaikum everybody Penunggu rumah!" teriak Regita sesudah masuk ke dalam rumah.
"Heh! dari mana aja kamu jam segini baru pulang, bikin orang rumah kuatir aja" muncullah sesosok wanita paruh baya dari dalam rumah.
"Mak kok salamnya enggak dijawab sih, dosa tau"
"Waalaikumsalam, anak gadis itu enggak baik keliuyuran enggak jelas terus menerus" ucap wanita paruh baya itu yang bernama Nita, ibu dari Regita.
"Siapa juga emak yang keluyuran enggak jelas, orang aku tadi nolongin orang yang kena kroyok" jelas Regita.
"Jadi kamu tadi berantem lagi?! udah dibilangin enggak usah berantem lagi tetep aja bantah. Huh... harus gimana lagi emak bilangin kamu biar kamu nurut" desah frustasi Nita merasakan kelakuan anaknya yang tidak seperti perempuan pada umumnya.
"Kata emak sama babe kalau ada orang kesusahan kita harus dibantu, nah cowok tadi tu kasihan benget mukanya bonyok dikeroyok banyak orang lagi" bela Regita tidak mau kalah.
"Bagus itu Regita, babe bangga sama kamu" ucap lelaki paru baya yang baru datang.
"Nah denger kan mak, babe aja bangga sama aku"
"Huh.... kalian itu sama aja" pasrah Nita dengan kelakuan kedua orang beda generasi itu.
"Regita anak bontot babe, udah sana mandi habis itu kita makan bersama" suruh Ditya.
"Siap laksanakan babe" Regita langsung ngacir masuk kedalam kamar.
"Anak kamu tuh kelakuannya semakin hari makin jadi, udah kayak cowok aja" omel Nita pada Ditya.
"Udah biarin aja, dia juga udah besar kok pasti sudah bisa membedakan mana yang baik mana yang buruk" ucap Aditya meredam amarah istrinya.
"Kamu tuh jangan sering sering bela Regita"
"Iya sayangku"
"Hih...... Jijik jangan panggil aku kayak gitu, kita ini udah tua malu sama anak kalau sampek tau" pipi Nita memerah malu mendengar ucapan suaminya.
"Regita enggak dengar kok, kalau cuman berdua aja kan enggak papa"
"Ihhh... Udah lah aku mau siapin makanan dulu, kamu jangan ganggu aku" Nita langsung menuju ke dapur.
Beberapa menit kemudian semua orang sudah berkumpul di meja makan.
"Nih makan yang banyak ya nak biar kamu cepat gemoy" ucap Ditya sambil mengambilkan ayam goreng kremes kesukaan Regita.
"Regita udah gemoy ya babe, lihat nih pipi Regita aja tembem kek gini"
"Iya pipi aja yang tembem, tapi badan krempeng kek enggak pernah dikasih makan" ucap Nita menimpali.
"Ih emak tuh, badan Regita ini termasuk bodygoals loh kalau di korea Selatan" bela Regita tidak mau kalah.
"Iya kalau disana kalau disini ya dianggap krempeng"
"Ih... terserah emak aja deh" ucap Regita sambil menggembungkan pipinya.
"Udah jangan berdebat di meja makan enggak baik tau" nasehat babe.
Setelah mendengarkan perkataan Ditya, Regita dan Nita diam lalu mulai makan dengan khitmad. Selesai makan malam bareng keluarga kecil itu duduk santai didepan televisi sambil bercengkrama.
"Nak orang yang kamu tolong tadi udah kamu bawa kerumah sakit?" tanya Ditya yang pertama membuka percakapan.
"Udah aku bawa ke puskesmas kok babe"
"Gimana keadaannya?"
"Keadaannya baik kok be, kata dokternya juga enggak ada luka serius"
"Untung enggak papa" Nita yang sedari tadi diam mulai menimpali percakapan.
"Oh iya mak babe aku izin keluar sebentar ya"
"Mau kemana lagi kamu malam malam begini?" tanya Nita.
"Mau jenguk ora yang aku tolong tadi, kasihan dia enggak ada keluarga"
"Lah emang keluarganya kemana?" tanya Nita penasaran.
"Dia yatim piatu mak"
"Ya Allah kasihan bener itu orang"
"Nah maka dari itu izinin aku jenguk ora itu ya mak" ucap Regita sambil memelas.
"Ya udah emak bolehin, tapi kamu kesana sama siapa?"
"Sama Ucup dong mak"
"Ya udah sana siap siap nanti keburu Ucup nyampek"
"Siap emakku tersayang"
"Heleh tinggal kayak gitu emak disayang sayang" cibir Nita pada anaknya.
Terdengar suara motor didepan rumah, lalu masuklah seorang pemuda yang masih menggunakan helm.
"Hallo semua apa kabar?" Sapa Ucup kepada kedua orang tua Regita.
"Heh! kalau masuk ke rumah orang itu ucap salam dulu bukan malah ngucap hello" hardik Nita.
"Maaf tante salah, akan Ucup ulangi lagi" Ucup lalu keluar kembali dan mengulanginya lagi.
"Assalamualaikum Ucup si ganteng datang"
"Waalaikumsalam, nah gitu dong baru bagus" jawab Nita.
"Itu kenapa kok helmnya dipakek terus? kenapa kok enggak dicopot aja diluar?" tanya Ditya penasaran.
"Biar aman aja om jadi saya pakai Helmnya sampai dalem rumah"
"Ada ada aja kamu itu Ucup" Ditya geleng geleng kepala melihat kelakuan absurt Ucup.
Ucup memang sudah dianggap anak oleh orang tua Regita, jadi dia sudah biasa keluar masuk ke rumah Regita sesukanya.
"Ucup yuk berangkat" ucap Regita yang baru saja keluar dari dalam kamar.
"Ya udah yuk, om tante kita berangkat dulu ya" pamit Ucup.
"Emak babe Regita berangkat ya" pamit Regita sambil mencium telapak tangan kedua orang tuanya.
"Iya hati hati di jalan, jangan ngebut bawa motornya ya Ucup awas aja kalau sampai ada apa apa sama Regita" peringat Ditya.
"Tenang aja om Regita berada ditangan yang tepat"
"Heleh gayamu ditangan yang tepat, orang kamu aja enggak bisa bela diri" ucap Regita dibalas cengiran oleh Ucup.
Ucup mulai menjalankan motornya membelah jalanan menuju puskesmas tempat dirawatnya afkar. Diperjalanan Ucup menghentikan motornya dipinggir jalan didekat penjual buah.
"Turun lo, sana beli buah masak kita jenguk orang sakit enggak bawa apa apa" suruh Ucup.
"Iya tunggu sebentar ya" setelah selesai membeli buah mereka malajukan motornya kembali. Sesampainya di puskesmas mereka langsung menuju ke ruangan afkar.
"Loh sus pasien yang dirawat di brangkar sini dimana ya kok enggak ada?" tanya Regita bingung.
"Pasien atas nama afkar ya?" tanya suster itu memastikan.
"Iya sus"
"Pasien baru saja pulang"
"Sama siapa sus pulangnya?" tanya Regita kembali karena penasaran, tidak mungkin kan afkar pulang sendiri dengan keadaannya yang sedang lemah.
"Pasien pulang seorang diri"
"Kok suster bolehin sih kan keadaannya masih lemah" tanya Regita kuatir.
"Pasien terus berusaha keras untuk pulang malam ini, jadinya kita tidak bisa melawan" jelas suster.
"Ya sudah kalau gitu terima kasih sus."
"Iya sama sama" suster itu pun berlalu pergi.
"Kenapa sih kok lo kuatir banget sama tu cowok."
"Gimana enggak kuatir sih Cup dia aja kondinya masih lemah tapi tetep maksain diri buat keluar dari puskesmas" jelas Regita
Sisi lain seorang pemuda yang tengah duduk di kursi kebesarannya dengan disinari lampu temaram tengah berkumpul dengan para anak buahnya.
"Gimana kalian sudah bergerak?" tanya pemuda itu dengan datar.
"Kita sudah mulai bergerak tuan, sesuai dengan perintah"
"Bagus, tapi hati hati jangan sampai ada yang curiga dengan pergerakan kita"
"Siap tuan kita akan terus berhati hati dalam bertindak"
Bulan sudah tergantikan oleh matahari, para manusia di bumi mulai menjalankan kegiatannya masing masing, seperti yang terjadi di kediaman keluarga Ditya.
"Regita bangun nak!! ini sudah siang waktunya berangkat sekolah!!" teriak Nita dari depan pintu kamar Regita.
"Bentar mak lima menit lagi, lagian ini masih pagi kan?" tanya Regita setengah sadar karena nyawanya belum terkumpul sempurna.
"Enggak ada lima menit lima menitan, ini sudah jam delapan. Emang kamu enggak telat sekolah?"
"Apa!!! jam delapan, waduh gawat banget" Regita langsung keluar kamar.
"Beneran mak udah jam delapan?" tanya Regita dengan wajah khawatir.
"Enggak ini masih jam setengah enam kok, udah sana kamu sholat habis itu mandi lalu kita sarapan bareng bareng" ucap Nita.
"Haduh emak..... Kenapa sih kok bohongi Gita, padahal kan Gita tadi lagi tidur enak enaknya" sungut Regita.
"Kalau emak enggak bohong pasti sekarang kamu belum bangun, udah enggak usah cemberut sana masuk terus sholat nanti keburu habis waktunya" Regita tidak membantah kembali dia langsung menuruti semua perintah emaknya.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh tiga puluh, semua anggota keluarga Ditya sudah berkumpul di meja makan.
"Gimana kemaren orang yang kamu tolong udah baikkan?" tanya Ditya.
"Kayaknya sih udah baikkan" jawab Regita.
"Kok kayaknya emang kemarin kamu enggak tanya dia gimana keadaannya udah enakkan apa belum?" tanya Nita juga penasaran.
"Gimana mau tanya orangnya aja udah pulang dari puskesmas"
"Loh emang udah baikkan?"tanya Nita kembali.
"Masih lemah sih tapi dianya maksa buat pulang"
"Regita ayo berangkat keburu telat!!" belum sempat Nita menimpali lagi Ucup sudah berteriak dari depan teras.
"Udah ya mak Gita berangkat sekolah dulu assalamualaikum"
"Hati hati di jalan"
"Iya mak" jawab Regita sambil berlari.
Setelah beberapa menit terlewati akhirnya mereka berdua telah sampai di depan gerbang sekolah.
"Loh kok gerbangnya udah ditutup sih padahalkan masih ada lima menit lagi waktunya?" tanya Regita sambil kebingungan.
"Enggak tau tuh satpamnya" ucap salah satu murid yang terlambat menimpali pertanyaan Regita.
"Lo sih Cup tadi naik motornya lambat kayak siput jadinya kan kita sekarang telat"
"Lo kok nyalahi gue sih? gue tadi tuh udah ngebut tahu"
Satpam yang masih berada dibalik pintu gerbang mendengarkan perdebatan antara Regita dan Ucup menjadi sebal.
"Sudah kalian jangan berisik, sebentar lagi pintu gerbangnya ke buka kok"
"Yes asyik, tapi kita enggak bakal kena hukuman kan pak?" tanya Regita.
"Enak aja, ya kalian tetap dikenai hukuman karena kalian telat"
"Ih kok gitu sih pak enggk adil nih, jugaan masih ada waktu lima menit lagi sebelum gerbang tutup" protes salah satu siswi.
"Enggak ada alasan, kemarin sudah ada pemberitahuan kalau jam masuk sekolah dimajukan"
Semua yang mendengar ucapan satpam langsung memberengut tidak suka. Akhirnya gerbang dibuka para siswa siswi yang terlambat digiring menuju ketengah lapangan untuk hormat ke bendera sampai waktu istirahat.
"Haduh panas banget sih hari ini apa nerakanya bocor ya?" Ucap Regita yang sedari tadi tidak bisa diam ada saja tingkahnya.
"Ngawur pertanyaan lo, mana bisa neraka bocor emangnya neraka kek ban bisa bocor"
"Ya buktinya nih panas pake banget mana haus lagi nih tenggorokan. Kita bolos ke kantin aja yuk" ajak Regita sesat.
"Ayok, jugaan guru yang ngawasi kita udah enggak ada lagian ini udah mau istirahat" setuju salah satu siswa.
Sontak saja semua murid yang dihukum tadi berlarian menuju kantin. Tidak lama kemudian bel istirahat berbunyi keadaan kantin sudah mulai ramai.
"Eh Gita itu orang yang kita tolong kemarin kan?" tanya Ucup sambil berbisik.
"Iya bener kok dia udah berangkat ke sekolah sih. Cobak gue panggil ke sini ya, siapa sih namanya kok gue lupa"
"Afkar kalau enggak salah"
"Woy afkar sini Lo!!!!" teriak Regita keras sampai seisi kantin terdiam mendengar teriakannya.
"Sorry" ucap Regita sedikit malu.
Afkar yang merasa ada yang memanggil namanya langsung berjalan menuju Regita.
"Hai... kamu yang kemarin nolong aku kan? makasih ya atas pertolongannya kemarin... kalau enggak ada kalian aku enggak tahu bakal gimana keadaanku sekarang" ucap afkar ketika sudah mendekat ke meja Regita dan Ucup.
"Iya sama sama, sini duduk bareng di meja kita" tawar Ucup.
"Emang enggak papa?"
"Enggak papa kok santai aja" ucap Regita yang melihat gelagat afkar canggung.
"Kalian mau pesan apa biar gue pesanin" tawar Ucup.
"Gue bakso tanpa mie ya sama es teh" ucap Regita.
"Aku samain aja kayak Regita"
"Ok aku pesenin dulu ya" setelah ke pergian Ucup Regita dan Afkar saling diam belum ada yang membuka suara.
"Lo kemarin kenapa pulang dari puskesmas padahalkan keadaan lo kemarin belum sembuh banget" ucap Regita membuka suara.
"Aku udah mendingan kok kemarin jadi aku maksa buat pulang"
"Mendingan apa, lihat tuh sekarang tubuh lo masih kelihatan lemah"
"Enggak tubuhku sehat dan bugar kok"
"Halah terserah lo lah" pasrah Regita.
"Sekali lagi makasih ya yang kemarin, coba enggak ada kamu mungkin sekarang aku enggak ada disini" ucap Afkar tulus.
"Iya santai aja, gue bakalan tolong ora yang sedang kesusahan termasuk lo kemarin"
"Sekarang aku bertekad untuk jagain kamu selalu"
"Gimana mau jagain gue, lo aja kemarin digebukin diem aja"
Tiba tiba Afkar tersenyum smirk yang sedikit mencurigakan dimata Regita, ketika Regita akan bertanya Ucup sudah datang ke meja mereka dengan membawa pesanan mereka.
"Pesanan sudah datang... silahkan dinikmati pumpung masih anget"
"Makasih ya" ucap Regita dan Afkar berbarengan.
"Yo'i"
"Eh kalian dengar berita enggak sih kalau salah satu anak buah Brandon kemarin mati terbunuh dengan keadaan yang sangat mengenaskan. Bagian tubuhnya terpisah pisah, ngeri gue tadi denger beritanya"
"Lo dengar dari siapa?" tanya Regita penasaran.
"Dari temen temen pas tadi gue pesen makan.... dari ceritanya tadi salah satu anak buah Brandon itu dibunuh sama psikopat" ucap Ucup mendramatis.
'Kok bisa sih? kira kira siapa yang membunuh anak buah Brandon? apa ini ada hubungannya dengan Afkar?' batin Regita bertanya tanya.
"Kok bisa pas gitu ya kejadiannya dengan pengeroyokan Afkar kemari? apa lo dalang dibalik kematian anak buah Brandon?" tanya Regita dengan curiga kepada Afkar.
"Mana mungkin ada hubungannya dengan Afkar, kalau pun ada hubungannya dengan Afkar emang Afkar punya koneksi dengan para psikopat?"
Tanpa mereka sadari Afkar sedari tadi hanya diam mendengarkan cerita Ucup sambil menyeringai dengan puas tanpa orang lain sadari.
Bunyi bel masuk baru saja berbunyi, para murid mulai menuju ke kelasnya masing masing. Tetapi berbeda dengan Afkar, dia langsung diseret oleh Brandon menuju ke gudang belakang sekolah yang berdekatan dengan kamar mandi.
"Lo kan yang bunuh anak buah gue?" tanya Brandon to the point.
"Bukan aku, mana mungkin aku bunuh anak buah kamu. Aku aja enggak punya koneksi sebesar itu" ucap Afkar.
"Bisa aja kan lo sembunyiin status lo?" tanya Brandon menelisik.
"aku enggak menyembunyikan statusku"
"Halah bohong!! ngaku lo sekarang atau gue gebukin lo sekarang juga" ancam Brandon.
Tidak ada jawaban dari Afkar, dia hanya diam dan menundukkan kepalanya. Lalu dia mendongakkan kepalanya sambil menampilkan seringai yang sangat menakutkan.
"Hahaha lo terlalu goblok Brandon" ucap Afkar beda dari biasanya.
"Lo siapa!!! lo bukan Afkar kan?" tanya Brandon sedikit ketakutan.
"Bukan... gue bukan Afkar. Gue salah satu kepribadian afkar, gue juga yang udah bunuh anak buah lo itu"
"Kejam banget lo jadi orang"
"Apa bedanya sama lo, lo juga kejam banyak orang yang lo sakiti demi kesenangan lo sendiri. Kekejaman harus dibalas dengan kekejaman juga, benarkan Brandon? Anak buah lo akan mati satu per satu terus nanti giliran lo untuk menjadi penutupnya" ucap Afkar dengan mimik muka yang menakutkan.
"Lo enggak bakal bisa bunuh gue.... gue akan lapor polisi atas kejahatan yang Lo lakuin"
"Tidak semudah itu Brandon... emang lo punya buktinya"
"...."
"Diem kan lo, selagi tidak ada orang disini bagaimana kalau kita bersenang senang dulu" Afkar mengeluarkan pisau yang dia simpan di balik seragamnya.
"Jangan!!!!!" Brandon langsung lari keluar dari gudang dengan ketakutan.
Regita yang baru keluar dari kamar mandi sontak kaget mendengar teriakan Brandon. Langsung saja dia masuk ke dalam gudang, dilihatnya di dalam gudang hanya ada Afkar yang sedang terduduk di lantai.
"Lo enggak papa kan Afkar?" tanya Regita sedikit khawatir.
"Aku enggak papa kok"
"Tadi kenapa Brandon kok lari ketakutan?"
"Mungkin dia tadi melihat hantu penunggu gudang" jawab Afkar sekenanya.
"Lo enggak diapa apain kan sama Brandon?"
"Aku enggak diapa apain kok"
"Ya udah yuk gue anterin lo ke kelas"
"Enggak usah aku bisa sendiri kok"
......
Jam sudah menunjukkan waktu pulang sekolah, bel pun sudah berbunyi. Para murid SMA Bangsa mulai meninggalkan area sekolah.
"Ucup ayok cepat pulang lama banget sih dari tadi gue nungguin lo di parkiran sampai lumutan nih gue" ucap Regita dengan bersungut sungut kesal.
"Sabar napa jadi orang" Ucup berjalan dengan tergesa.
"Cepet naik"
Ucup mulai menjalankan motornya, sesaat sampai di depan gerbang sekolah mereka melihat Afkar memasuki mobil mewah.
"Loh itu Afkar naik mobilnya siapa? kok mewah banget" tanya Regita.
"Enggak tau, mungkin punya saudaranya kalik"
"Bisa jadi sih.... lo ngerasa enggak sih Cup kalo Afkar itu mempunyai pribadi yang misterius"
"Misterius gimana sih ta?"
"Masa tadi pas Afkar sama Brandon digudang belakang....." belum selesai Regita menjelaskan Ucup langsung menyerobot bertanya.
"Mereka berdua tadi digudang? Afkar enggak di apa apain kan sama si Brandon? Brandon itu memang sering cari gara gara ya"
"Sabar Cup dengerin penjelasan gue dulu... jangan asal main nyerobot nanya ini itu"
"Oke.. gue dengerin cerita lo, cepat cerita" suruh Ucup.
"Tadi itu Brandon sama Afkar berantem di gudang belakang sekolah terus tiba tiba Brandon keluar dari gudang dengan teriak histeris gitu kayak orang ketakutan"
"Kok lo bisa sampai gudang belakang sih padahal kan disana katanya banyak penunggunya terus jarang ada orang yang ke sana"
"Tadi itu gue kebelet pipis nah toilet deket kelas kita kan lagi rusak jadi gue terpaksa pipis di toilet belakang, tapi yang ada yang bikin gue penasaran Cup"
"Emang apa yang bikin lo penasaran?"
"Pas Brandon teriak ketakutan, dia ketakutan sama siapa coba?" tanya Regita.
"Mungkin dia teriak karena lihat penampakan" jawab Ucup ngasal.
"Mana ada penampakan di siang bolong kaya gini sih Cup, lo ada ada aja"
"Lah terus kenapa Brandon teriak ketakutan"
"Menurut gue sih karena Afkar"
"Enggak mungkin"
"Mungkin Cup"
"Hei kalian berdua mau pulang apa mau nginep disini, temen kalian udah pada pulang masih aja asik ngobrol diatas motor. Udah sana pulang gerbangnya mau saya tutup" ucap satpam sekolah.
"Hehehe iya pak maaf, kita pulang kok" ucap Ucup sambil cengengesan.
Ucup langsung mulai menjalankan motor maticnya meninggalkan area sekolahan. Tidak lama kemudian mereka berdua telah sampai didepan rumah Regita.
"Makasih ya Cup"
"Yo'i sama sama, gue langsung pulang ya"
Ucup mulai menjalankan motornya kembali, setelah motor Ucup pergi Regita masuk ke dalam rumah.
"Assalamualaikum emak Regita cantik imut pulang nih!!!" teriak Regita dengan membahana.
"Waalaikumsalam, ya Allah Regita kalau sampai rumah itu jangan teriak teriak udah dibilangin tapi enggak pernah dengerin"
"Hehehe sorry mak, kalau misalnya Regita pulang enggak teriak nanti emak enggak tau kalau aku udah pulang"
"Halah alsan aja kamu ini, cepet sana mandi emak udah enggak kuat cium bau badan kamu"
"Masih wangi gini kok dihina bau sih, emak yang kamu lakukan kesaya itu jahat" ucap Regita mendramatisir.
"Cepet sana mandi enggak usah pakai drama"
"Iya iya, dah babay emak emuah" Regita langsung lari masuk ke kamarnya tapi sebelum itu dia sempat mencium pipi emaknya.
"Dasar anak sableng"
Waktu sudah berganti dengan cepat, matahari tergantikan oleh bulan. Dibawah sinar rembulan seorang laki laki tengah duduk menikmati pemandangan yang sangat sadis.
"Maafkan aku jangan bunuh aku, aku mohon tolong hentikan ini" ucap pemuda itu dengan memohon
"Berhenti" laki laki itu menginterupsi. Orang orang yang menyiksa pemuda itu lantas berhenti. Laki laki itu berdiri lalu menghampiri pemuda yang teronggok di lantai.
"Gimana permainannya nikmat kan kamu suka kan?" Laki laki itu berjalan mengelilingi pemuda itu sambil memainkan pisau lipatnya.
"Maafkan kesalahanku, aku cuma ikut ikut aja"
"Sengaja ataupun tidak aku tidak perduli karena kamu juga melakukan kesalahan dan orang yang melakukan kesalahan itu harus mendapatkan balasan setimpal sesuai dengan perbuatannya"
"Tapi kamu bukan tuhan"
"Aku berhak melakukannya walaupun aku bukan tuhan, biarlah tuhan yang membalaskan perbuatanmu di akhirat dan aku yang akan menghukum mu di dunia" laki laki itu mulai mendekatkan wajahnya ke arah pemuda itu.
"KAMU TIDAK BERHAK!!" pemuda itu berteriak agak keras.
"Berisik.... jangan teriak suaramu jelek seperti suara tikus kejepit, diamlah saja umurmu tidak akan panjang lagi jadinya jangan banyak tingkah" laki laki itu mulai menggoreskan pisau lipatnya ke arah wajah pemuda.
"Gimana nikmat kan pisauku menyentuh kulit wajahmu?"
"HENTIKAN INI SAKIT!!" pemuda itu mulai melawan dengan merampas pisau yang menggores wajahnya. Dengan sedikit perlawanan pemuda itu para bodyguard yang bersiaga sedari tadi maju dan menodongkan pistol kearah pemuda.
Sedangkan laki laki itu hanya diam melihat apa yang akan dilakukan oleh seng pemuda.
"Rasakan ini Afkar!!" Teriak pemuda itu sambil melempar pisaunya sampai mengenai wajah Afkar. Sontak saja para bodyguard yang telah bersiaga langsung mengeluarkan timah panas dari pistolnya masing masing.
Dor.....dor...dor (bunyi tembakan yang menggema).
Ya laki laki yang menyiksa pemuda itu adalah Afkar dan pemuda yang disiksa itu adalah salah satu anak buah Brandon.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!