Hai.. Perkenalkan namaku Reyna Celestia, pada tahun 2018 aku mulai memasuki Sekolah Menengah Pertama, tidak ada teman kelasku sebelumnya yang memilih untuk masuk pada sekolah yang sama denganku. Pada saat itu aku adalah anak yang tidak terlalu pintar bergaul, maka yang aku pikirkan saat itu ya... aku akan bersyukur jika mendapat teman, jika tidak aku tidak terlalu begitu memikirkannya, aku hanya ingin menjadi siswi biasa dengan nilai yang cukup bagus.
Senin di pagi hari, aku bersemangat mempersiapkan diriku untuk mengikuti hari pertama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah atau dikenal dengan singkatan MPLS.
"Pagi bi, mama papa udah berangkat ya?" ucapku pada seorang wanita berumur 30an yang menjadi asisten rumah tangga di rumahku, namanya bi Ida. Ia sudah lama menjadi art di rumah ini pada waktu yang lama, aku juga menyayanginya, meskipun mama papa sibuk bekerja, aku tidak merasa kesepian berada di rumah. Tapi mama papa ku orang yang baik kok, aku sangat menyayangi mereka berdua.
"Pagi dek Rey, iya mama papa udah berangkat, sini sarapan bibi udah masakin makanan kesukaan kamu, bibi suruh Pak Elo dulu buat siapin mobil ya" jawab bi Ida. Pak Elo adalah tukang kebun sekaligus sopir di rumahku. Aku mengangguk paham lalu duduk dan memakan sarapan yang di sediakan bibi. Bibi memasak ikan kakap asam manis, itu adalah menu favoritku, aku semakin bersemangat pada hari itu.
Tak lama setelah aku selesai sarapan, akhirnya aku berangkat sekolah. Sesampainya di sana aku menjalankan hariku mengikuti serangkaian acara yang diadakan, mulai dari sambutan-sambutan, lalu berkenalan dengan teman baru, ya... Belum ada yang special saat itu.
...****************...
MPLS diadakan selama 1 minggu, pada hari pertama sampai hari ke 5 tidak ada yang berubah, hari-hari tersebut kujalani begitu saja. Sampai pada hari terakhir MPLS, aku melihat seorang lelaki yang membuat pandangan ku tak bisa lepas darinya. Saat itu ada perasaan senang dan hatiku berkata "Ganteng banget!! Siapa ya namanya? Nanti dia masuk kelas yang mana ya?", tapi perasaan tersebut ku tepis dengan pikiran "Ahh.. Apa apaan aku ini, mungkin hanya kagum sesaat kan, lagipula mana mungkin orang tampan seperti dia mau dekat aku yang biasa saja".
Hari senin berikutnya, itu adalah hari pertamaku menjari seorang siswi SMP. Kami diberitahu bahwa pembagian kelas dilakukan dengan cara kertas absensi yang akan di tempel pada setiap pintu kelas, maka sesampainya disekolah, aku langsung mencari namaku yang ternyata terdapat di kelas 7B. Aku memasuki kelas dan langsung mencari tempat duduk, beruntungnya ada seorang siswi yang aku kenal pada saat MPLS, dia bernama Chelsea Almaira. Langsung saja ku dekati lalu meminta izin padanya untuk duduk sebangku.
"Hai Chelsea.. Masih ingat aku kan??" ucapku padanya. Ia menjawab "Eh, Rey kan?? Aku inget kok hehe", syukurlah dia mengingatku dan juga mengizinkan ku duduk sebangku dengan nya. Chelsea itu baik, dan menurut ku ia juga sangat manis, apalagi bila tersenyum.
Saat itu aku masih banyak diam dan tidak terlalu memperhatikan sekitar, bahkan Chelsea lah yang banyak mengajakku untuk berbicara, ia begitu mudah berkenalan dengan anak-anak di kelas. Tak lama dari situ, ada seseorang yang masuk ke dalam kelas, dia membuat diriku merasa terkejut dan senang menjadi satu. Tau kan siapa maksudku? Benar..itu adalah dia, seorang siswa lelaki yang bisa membuat pandangan ku tak bisa lepas darinya. Melihatnya membuatku tak percaya, padahal aku tak berharap akan bertemu dia pada kelas yang sama. Sungguh, perasaan aneh apa ini? Baru pertama kali aku merasakannya. Aku berpikir, apa kah aku jatuh cinta? Tapi.. Hei!! Apa apaan pikiran dirimu ini Rey, aku saja baru menginjakan kaki di smp, untuk apa memikirkan apalagi merasakan jatuh cinta? Dasar, padahal aku tau namanya saja belum.
Kelas dimulai dengan sebuah perkenalan, dari situ aku tau namanya yaitu Marvin Alvaro. Sial, tau namanya saja membuatku senang, apalagi jika aku bisa dekat dengannya ya?. Ingin sekali aku mendekatinya, ingin sekali aku mengenal lebih jauh tentangnya.
Hari selanjutnya...
Kemarin tidak ada pembelajaran, hanya untuk perkenalan antar teman sekelas saja, asal kalian tau ya! Banyak sekali siswi-siswi yang mendekati Marvin, memang setampan itu sih... Pandangan ku saja sampai tak bisa lepas darinya kan.
Melihat itu aku hanya merasa iri pada mereka, aku juga ingin mendekati Marvin, tapi aku sama sekali tak memiliki keberanian untuk memulainya. Tak hanya siswi di kelasku, bahkan siswi dari kelas lain pun banyak yang mendekati Marvin. Tapi yang kulihat, ia sepertinya tak begitu tertarik untuk berpacaran meskipun banyak yang mendekatinya.
...****************...
Satu bulan, dua bulan, dan tiga bulan pun berlalu, aku selalu berharap untuk bisa satu kelompok dengan nya agar dapat lebih dekat, tapi apa? Sama sekali tidak ada kesempatan! Kalian percaya tidak jika aku sama sekali tak mengobrol dengannya selama ini? Sungguh, aku sama sekali tak memiliki keberanian untuk mendekatinya langsung seperti siswi lain. Ya, walaupun untuk sekarang melihatnya saja sudah menjadi suatu kebahagiaan untukku.
Di bulan ke empat, saat berada di dalam kelas. Aku melihatmu sedang fokus memperhatikan layar handphone, entah kenapa saat itu aku ingin sekali berbicara padamu. Kulihat sekeliling kelas, tidak begitu ramai karna sedang jam istirahat, akhirnya aku pun memberanikan diri untuk mendekat dan bertanya.
"Hei Marvin, fokus banget merhatiin layar hp nya, lagi apa sih?. tanyaku, sangat berdebar saat itu, padahal aku bukan menanyakan hal aneh kan padanya. Lalu ia pun menoleh dan menjawab "eh, lagi nonton anime, kamu tau?". ingin sekali aku berteriak, senang sekali aku bisa berbicara dengannya. "Eh anime?? Apa itu?". Aku memang tidak tau apa itu anime, lalu dia menjelaskan padaku dengan jelas, dan dia lah aku tau, bahwa anime adalah sebuah animasi dari Jepang.
Setelah itu, aku berencana mendekati Marvin, dengan alasan meminta rekomendasi anime untuk ku tonton padahal sebenarnya, itu hanya agar aku bisa berbicara dengannya saja.
Hari-hari berlalu, aku pun semakin dekat dengan Marvin.Dia adalah anak tengil, wibu akut, dan sedikit mesum. Sedikit? Entahlah suatu saat aku pernah meminjam hp nya untuk searching, tak sengaja aku melihat history pencarian nya, ada "nekopoi", itu adalah website dimana dia bisa mencari anime mesum untuk di tonton, dia pernah memberitahukannya padaku:). Yang ku katakan padanya hanyalah "Wahh Marvin", dia langsung sadar dan mengambil hp nya sambil tertawa. Dasar, bisa bisanya aku suka dengan orang seperti ini? Bagaimana jika siswi lain tau sifat asli dia juga ya hahaha.
Oh iya, asalkan kalian tau ternyata aku juga jadi benar-benar menyukai anime! Dasar diriku ini. Di sekolah aku menjadi leluasa untuk mendekatinya, aku bisa banyak berbicara dengannya, bercerita mengenai anime-anime yang ku tonton setelah ia rekomendasikan, dan juga bercanda dengannya. Sungguh, hari-hari yang aku jalani menjadi lebih berwarna, dia membuatku bersemangat untuk pergi ke sekolah. Tapi, tak ada di pikiranku untuk berpacaran dengan nya, lagipula kita masih sangat muda untuk memikirkan hal seperti itu bukan? Untuk sekarang hanya dekat pun sudah cukup membuatku bahagia.
Suatu hari, aku menerima pesan dari Marvin. Aneh, biasanya aku yg mengirimi pesan duluan, meskipun hanya bertanya dan meminta rekomendasi anime saja. Aku membuka pesannya, ternyata ia mengajak ku pergi ke sebuah event anime pada hari minggu. Tentu saja aku menyetujuinya, kapan lagi dia akan mengajak ku pergi bersama kan.
...****************...
Hari minggu pun tiba, membuat ku sangat senang karena akan pergi bersamanya. "Aku harus memakai baju yang mana ya?" pikirku. Ini membingungkan, aku ingin terlihat cantik di depannya, padahal aku sebelumnya bukan seseorang yang terlalu memperhatikan penampilanku. Saking pusing memilih baju, akhirnya aku memutuskan memakai pakaian yang nyaman dan biasa ku pakai untuk bermain.
Kami bertemu di tempat event, aku pergi menggunakan gojek online karena Pak Elo sedang mengantar Mama berbelanja. Sesampainya di sana, sudah ada Marvin menungguku. Aku kira hanya akan berdua saja dengannya, ternyata ada dua orang temannya yang ikut, mereka ada lah Juan dan Yora. Di event, aku lebih banyak mengikuti mereka, yah.. Karena aku belum begitu banyak mengerti mengenai anime. Selama bermain bersama aku pastinya lebih dekat dengan Marvin, maksudku karena dia orang yang mengajak ku dan aku pun tidak begitu akrab dengan temannya kan. Terkadang aku merasakan tatapan yang kurang mengenakan dari Yora, aku rasa dia juga menyukai Marvin sepertiku.
Sekarang jam memperlihatkan pukul 20.17 akhirnya kami memutuskan utuk pulang ke rumah. Sebelum berpisah, aku sempat bertukar kontak dengan Juan dan Yora. Sesampainya di rumah aku mendapatkan pesan dari Yora, yang isinya "Kamu suka Marvin kan? Jangan berpura-pura menyukai anime hanya untuk mendekati nya saja!".
*Deg* hatiku terkejut karna dia ternyata merasakan hal yang sama, aku pun sebelumnya berpikir kalau dia menyukai Marvin bukan?, tapi tetap saja aku kesal karna dia menegurku seperti ini. Aku baru membaca pesannya melalui notifikasi, "apa-apaan dia itu, kita baru saja bertemu dan dia langsung menegurku seperti ini?" pikirku.
"Kenapa kamu mengurusi hal ini? Marvin saja tidak keberatan aku begini? Lagipula aku tidak menyukainya kok, aku dekat dengannya karena aku belum begitu dekat dengan kalian berdua, apa itu salah di matamu?", aku berbohong mengenai perasaanku dan membalas pesannya. Meskipun apa yang dia katakan benar, tapi sekarang aku juga benar-benar menyukai anime, dan apa salahnya aku begini untuk mendekati Marvin. Dia hanya membaca pesan dariku, itu membuatku menjadi lebih kesal.
Aku tidak membicarakan hal ini kepada Marvin, lagian tidak terlalu penting juga. Aku yang selama ini dekat dengan Marvin, menyadari satu hal, bahwa dia tidak terlalu memikirkan hal seperti berpacaran. Mungkin karena ini juga Yora tidak bisa benar-benar mendekati Marvin. Sudah ku katakan, untuk sekarang bisa dekat dengannya saja membuatku bahagia.
Satu tahun berlalu, akhirnya kami pun naik kelas. Di kelas 2 SMP, aku dan dia terpisah karena disekolah ini ada sistem anak setiap kenaikan kelas.
Ingin sekali aku berkata "Dasar sistem sialan, itu hanya memperumit kalian untuk menyusun kembali bukan?".
Tapi ya..aku tidak bisa apa-apa. Setelah pisah kelas aku hanya bisa berharap, bahwa kami akan terus dekat. Dia sekarang berada di kelas 8E, dan aku tetap yaitu 8B.
Kelas di awali lagi dengan sebuah perkenalan, kali ini aku merasa harus mendapatkan teman. Aku mencoba untuk berkenalan dengan siswi yang sedang duduk sendirian, ku dekati dia dan bertanya.
"Hai, udah ada yang duduk disini belum? Kalau belum ada, aku boleh disini gak?".
Dia menoleh ke arahku dan menjawab "Belum ada kok, boleh boleh duduk aja", dia juga tersenyum ramah ke arahku.
Kami berkenalan, namanya adalah Erina. Menurutku dia orang yang cantik dan memiliki senyuman manis dengan kedua lesung pipinya. Awalnya kukira dia belum memiliki teman, ternyata dua orang siswi yang duduk di depan bangku kami adalah teman Erina di kelas sebelumnya.
Aku senang karena bisa berkenalan juga dengan mereka, namanya adalah Sheila dan Vanya. Sheila adalah gadis berkacamata yang menurut pandangan awalku dia orang yang pintar, Vanya adalah gadis extrovert yang sangat ceria, mudah untuk berteman dengannya. Kupikir aku akan cukup memiliki banyak teman karena dekat dengan mereka.
Aku kira mereka hanya bertiga saja, ternyata tidak. Masih ada satu siswi lain di kelas yang berbeda, ia bernama Alina gadis yang menurut ku paling penyabar diantara kita berlima. Tak hanya ada siswi saja di perkumpulan mereka, ada 8 siswa lagi dari kelas yang berbeda-beda.
Ternyata Marvin adalah salah satunya, meskipun ia terbilang jarang untuk berkumpul bersama. Wah, aku sangat senang saat mengetahui hal itu, ternyata aku masih bisa dekat dengannya. Aku pun akhirnya menjadi lebih sering berkumpul bersama mereka di sekolah, bahkan diriku yang jarang bermain, jika bersama mereka pasti aku akan ikut.
Saat bersama mereka, aku menyamaratakan sifatku pada Marvin dan yang lainnya, agar tak ada yang menyadari bahwa aku menyukai Marvin. Namun lama kelamaan, aku menyadari ada sesuatu yang berbeda. Yaitu perlakuan Sheila terhadap Marvin, ku perhatikan sifatnya itu sangat berbeda kepada Marvin. Mungkin karena aku adalah orang baru diantara mereka, ada sesuatu yang tidak ku ketahui, selama ini aku juga tidak tahu Marvin dekat dengan siapa.
"Eh Sheila pacarnya Marvin ya?" aku memberanikan diri untuk bertanya.
"Engga kok, Sheila itu emang suka sama Marvin dari lama, dia emang terang-terangan ngeliatin kalau dia mendekati Marvin. Tapi ya kamu tau sendiri Marvin itu cuek untuk urusan percintaan. Emang kenapa? Kamu suka Marvin ya Hahaha" mereka menjawab dan menjelaskannya padaku.
"Gak lah, aku cuma penasaran saja karna Sheila sangat memperlihatkannya, aneh sekali jika aku tidak menyadarinya bukan?" mereka mengangguk, menandakan percaya dengan apa yang aku katakan. Itu melegakan karena mereka percaya padaku.
Tak hanya Sheila yang dekat dengan Marvin, bisa dibilang aku pun sangat dekat dengannya selama ini, mungkin karena sebelumnya aku sekelas dengan Marvin. Saking dekatnya, banyak siswi-siswi yang mendekatiku hanya karena ingin tau tentang Marvin, sampai-sampai isi WhatsApp ku hanya dipenuhi dengan orang-orang yang menyukainya.
Tak hanya sampai situ saja, banyak juga siswi yang diam-diam mengambil gambar Marvin, mau tau apa yang dia katakan padaku? Dia berkata "Rey, aku takut pergi ke sekolah tau, perempuan itu serem banget ternyata", aku tertawa mendengarnya dia berbicara seperti itu dengan ekspresi yang tak kalah gemas. Ya tidak aneh banyak yang menyukainya, bahkan saat naik kelas, dia di tawari posisi sebagai model untuk foto produk salah satu guru kami, memang setampan itu dia hahaha.
Akhir-akhir ini aku tidak melihat Sheila mendekati Marvin, "apa dia sudah menyerah ya?" Pikirku.
Ternyata, ia tak mendekati Marvin karena sedang dekat dengan siswa lain, siswa itu masih satu perkumpulan dengan kami. Namanya adalah Dewa, menurutku dia tidak kalah tampan dengan Marvin, jadi tidak aneh Sheila bisa menyukainya. Ini cukup membuatku senang, karena akhirnya hanya aku saja yang bisa sangat dekat dengan Marvin.
Suatu hari aku mendapatkan notifikasi line, aku penasaran dan membukanya, karena di line hanyalah group angkatan kami. Itu adalah pesan dari akun yang bernama "Raden", siapa ini? Bahkan aku tidak mengenalnya. Karena penasaran, aku pun membuka pesan tersebut dan membalasnya.
...----------------...
...Raden...
Hai, kenalin aku Raden dari kelas 8C, kamu Reyna yang selalu duduk di depan kelas B bareng Erina kan?
^^^Iya, kok kamu tau? Terus ada apa ya?^^^
Cuma sering lihat aja sih, tau nama kamu dari temen. Gak ada apa-apa kok, cuma mau kenalan aja, boleh?
^^^Ohh gitu..^^^
^^^Boleh kok, salam kenal ya..^^^
Iya, salam kenal ya Na
Eh aku boleh panggil kamu Nana kan?
^^^Boleh, panggil senyamannya kamu aja Den^^^
Oke, na 😁
...----------------...
Tak lama dari situ, aku menjadi lebih dekat dengan Raden, terkadang ia juga ikut berkumpul bersama yang lain. Tenyata dia tau aku dari Rico, anak satu perkumpulan yang ternyata sekelas dengan Raden.
Makin kesini, aku jadi nyaman dekat dengan Raden. Entah dia menyukaiku atau tidak, aku tidak pernah memikirkan itu. Tapi suatu hari akhirnya dia mengatakan perasaannya, dan aku menerima dia. Aneh bukan? kita sudah memikirkan hal seperti ini apalagi untuk berpacaran. Tapi menurutku ini tergantung pada lingkungan, di sekolahku banyak sekali siswa siswi yang sudah berpacaran. Aku pun jadi memiliki pikiran bahwa hal ini adalah hal biasa di SMP.
Raden adalah orang yang romantis dan baik meskipun ia masuk pada perkumpulan anak-anak yang menurutku nakal yang mungkin menurut mereka itu hal yang keren. Selain di sekolah, aku dan dia jarang sekali bertemu, bahkan di sekolah saja tidak terlalu sering karena sebenarnya aku dan dia itu beda perkumpulan. Dia itu perhatian padaku, meskipun ia tidak terlalu memperlihatkannya.
Mungkin kalian bertanya-tanya, mengapa aku menerima Raden padahal aku menyukai orang lain. Aku munafik jika aku mengatakan "aku sudah tidak menyukai Marvin", namun aku juga menyukai Raden, karena selama ini yang memberiku kenyamanan adalah dia. Apalagi dari awal aku dan Marvin itu tak lebih hanyalah sebatas teman.
Aku pikir, ini adalah hal yang salah. Bagaimana menurut kalian? Aku menerima Raden dengan perasaanku yang tak hanya untuknya. Selama berpacaran pun aku selalu memikirkan hal tersebut, dan membuat ku merasa bersalah. Aku mencoba untuk fokus hanya kepada Raden, namun jika aku melihat Marvin entah mengapa rasa itu selalu muncul.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!