" Ma ... Dimana anak ku?" kata Kanaya dengan tetesan air mata yang terus mengalir tanpa diundang dan tidak bisa dihentikan olehnya.
" Anak mu sudah meninggal sayang. Sudahlah sudah saatnya kamu tata kembali hidup kamu. Lupakan semua kenangan buruk yang sudah menimpa kehidupan mu." kata ibu Ratna pada putri tunggalnya itu juga dengan deraian air mata kesedihan.
Kanaya tidak tahu harus sedih atau bahagia mendengar berita bahwa anaknya sudah meninggal dunia , pasalnya dia tidak menginginkan anak itu karena menurut nya anak itu tidak pernah dia harapkan untuk dia dilahirkan di dunia ini. Karena dia juga belum punya suami dan anak itu juga bisa tumbuh di rahimnya karena kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh kekasihnya.
" Sudahlah sayang kamu harus lanjutkan hidup kamu jangan lagi kamu ratapi. Saat ini kamu berhak bahagia dan menentukan nasib Kamu sendiri kedepannya sayang. Kamu harus raih cita - cita kamu sebagai dokter, spesialis anak seperti yang kamu mau. Mama akan dukung apa pun yang kamu inginkan, karena Mama tahu kamu adalah wanita yang sangat baik, cerdas , kuat dan juga mandiri." kata ibu Ratna sambil memeluk tubuh Kanaya yang masih menangis dan pelukan itu adalah cara ibu Ratna untuk memberikan kekuatan pada putri nya.
Setelah beberapa hari akhirnya Kanaya berangkat ke luar negeri melanjutkan studinya. Kanaya tidak menunggu empat puluh hari masa pantang seperti yang biasa dilakukan setiap wanita Indonesia habis melahirkan. Kanaya pergi ke salah satu negara Eropa dan dia memulai studi nya di sana untuk mengambil spesialis Anak.
Sementara ibu Ratna, setelah memberangkatkan Kanaya ke luar negeri dia pergi menjumpai seorang laki-laki dan menyerahkan seorang anak yang baru saja lahir bersama dengan cincin bermata berlian kepada seseorang yang seharusnya bertanggung jawab atas apa yang telah menimpa Kanaya. " Ambil anak dan cincin ini dan rawatlah dia anak kandung kamu dan saya tidak mau merawat nya ... Karena dia terlahir dari perbuatan dosa yang kamu sengaja untuk menjerat putri saya. Semoga kamu puas dan tolong jangan pernah hubungi saya apa pun yang terjadi. Karena saya tidak merasa punya cucu dari perbuatan bejat yang kamu lakukan pada putri saya. Saya pikir kamu sudah paham jadi saya pergi dulu." tegas ibu Ratna pada laki - laki itu.
Lelaki itu mengambil bayi yang diserahkan oleh ibu Ratna kepadanya dan langsung membawa bayi itu ke dalam menggendongnya " Tante dimana Kanaya kenapa dia tidak mau merawat bayi kami?".
" Karena Kanaya tidak mungkin merawatnya bayi ini lagi pula itu bukan bayi kalian tapi bayi kamu sendiri karena kamu yang menginginkan nya. Kanaya ... dia sudah tiada dan sekarang kita tidak perlu lagi saling mengenal, jujur sebenarnya saya sangat membenci kamu dan tidak ingin mengenal kamu tapi karena saya punya tanggung jawab moral akan anak ini maka saya bawa dia ke kamu ... Karena saya tidak tahu harus kemana saya berikan anak ini makanya saya hubungi kamu. Karena kamu adalah iblis yang berwujud manusia yang telah dengan tega menghancurkan masa depan anak saya dan sebagai hukuman biar kamu yang rawat anak ini dan dengan merawat bayi ini maka kamu akan terus dihantui rasa bersalah dan dosa kamu juga akan terkungkung dengan rasa bersalah pada Kanaya karena karena keegoisan kamu Kanaya sekarang sudah tiada." kata ibu Ratna dengan tatapan mata penuh dengan kebencian begitu juga dengan nada suaranya.
" Tapi Tante ... Saya perlu bicara dengan Tante." lelaki itu masih berharap ibu Ratna mau mendengarkan perkataan nya.
" Tidak ada yang perlu dibicarakan, tanggal kelahiran anak itu sudah ada di dalam tas perlengkapannya dan dia belum punya nama terserah kamu mau beri dia nama apa. Kumu bisa cek kapan dia lahir di situ agar kamu bisa merayakan hari kelahiran nya setiap tahunnya dan saya berharap di setiap hari ulang tahunnya kamu akan semakin dihantui rasa bersalah." ibu Ratna lagi - lagi berbicara secara menohok hingga bibir Ario tercekat dan menelan saliva nya dengan susah payah.
" Dimana makam Kanaya Tante, saya mau ziarah ke makam Tolong beri tahu Tante." pinta nya dengan penuh rasa harap dan penyesalan. Jujur sebenarnya dia ingin sekali bertemu dengan Kanaya karena dia ingin bertanggung jawab atas perbuatannya lagi pula dia sangat mencintai Kanaya.
" Tidak perlu aku tidak mau membuat putri ku bersedih melihat kamu menangis di pusara nya, karena baginya kamu adalah sebuah sejarah yang tidak pernah dia harapkan dan diingat." ibu Ratna menangis mengingat perbuatan laki-laki yang sekarang ada di hadapannya dan ibu Ratna berjalan dengan gontai menuju mobil yang sudah setia menunggu nya.
" Aku sangat mencintai Kanaya Tante." teriak Ario pada ibu Ratna agar ibu Ratna mendengar kata kata Ario.
" Kalau kamu mencintai nya tidak mungkin kamu berbuat serendah itu pada putri saya Kanaya. Sudahlah simpan cintamu dan berikan pada wanita yang sama bejat nya dengan dirimu." ibu Ratna berjalan dan meninggalkan sosok lelaki yang paling dia benci dan tidak akan memaafkan kesalahan lelaki yang mengaku mencintai putrinya.
" Tante ... Tante ... Tunggu ... " teriak laki - laki itu dan lelaki itu ingin mengejar ibu Ratna, namun ketika dia ingin mengejarnya. Bayi dalam gendongannya menangis, mungkin karena dia merasa terganggu karena teriakan sang ayah.
" Oek ... Oek ... Oek ..."
Panik gusar itulah yang di rasakan oleh Ario Marino Putra Nugraha saat ini.
" Aduh bagaimana ini ... Dia nangis lagi. Cup ... Cup ... Cup sayang." kata - kata itulah yang mampu dia ucapkan untuk memenangkan sang buah hati. Namun bukannya diam bayi tersebut malah tetap menangis. Setelah berada dalam mobil bayi itu baru diam dan tertidur dengan nyenyak, mungkin karena udara di dalam mobil yang terasa nyaman membuat dia menjadi tenang.
Ario pulang ke rumah Papa dan Mama nya , karena dia tidak mungkin membawa bayi itu ke apartemen. Ario tidak tahu bagaimana cara mengurus seorang bayi, dia butuh bantuan sang Mama.
" Ma ... Mama ... " panggil Ario pada sang Mama.
" Ada apa sayang kok teriak teriak?" jawab Nadia sambil mendekat kearah Ario dan Nadia yang melihat Ario menggendong seorang bayi kaget. " Anak siapa ini Ario apa kamu mencuri nya?"
" Ini Anak aku Ma." jawab Ario tenang dan tegas.
Deg
Nadia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar "Anak kamu?" tanya Nadia tidak percaya kalau Ario membawa anaknya.
" Iya anak aku Ma." jawab Ario tentang.
" Jangan bercanda Ario."
" Iya Ma anak ini anak aku cucu Mama dan Papa." Ario menegaskan lagi pernyataan nya.
" Ya Allah bagaimana bisa kamu punya anak, sementara kamu belum menikah dan tidak punya istri?". tanya Nadia sambil menangis karena dia merasa Ario sudah membohongi dirinya.
" Mama maaf kan Ario Ma." Ario berkata dan menundukkan kepalanya dan tidak sanggup menatap wajah sang Mama.
" Sekarang kamu cerita sama Mama, kenapa kamu bisa punya anak tanpa menikah dan memiliki istri." kata Nadia dengan lembut pada Ario.
" Ario telah menodai kesucian seorang gadis yang sangat Ario cinta ma setelah kami wisuda waktu itu dan gadis itu hamil dan Ario tidak tahu kalau dia hamil sampai Mama nya kembali menghubungi dan menelepon Ario juga ingin bertemu dengan Ario setelah sepuluh bulan Ario tidak pernah bertemu dengan Kanaya. Ibu Ratna mama Kanaya menyerahkan anak Ario kepada Ario. Jujur ma selama ini Ario tidak tahu keberadaan gadis itu karena waktu kejadian itu terjadi Ario ingin bertanggung jawab namun dia menolak dan pergi meninggalkan Ario. Ario juga mencari keberadaan Kanaya tapi ... ketika Ario ke tempat kosnya dia sudah pergi dan Ario tidak tahu dia dimana karena dia mengganti nomor teleponnya Ma."
" Lalu gadis itu mana sekarang kan kamu sudah ketemu dengan ibunya tentunya kamu bisa tanya kenada ibunya?"
" Kata Mama nya di sudah tiada Ma."
" Apa? Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un." ucap Nadia sambil menutup mulutnya.
" Iya Ma dia sudah tiada dari dunia ini dan sekarang anak ini hanya punya kita sebagai keluarga nya Ma ... karena nenek atau ibu dari Kanaya itu tidak mau mengakui anak ini sebagai cucunya. Karena menurut nya anak ini lahir dari korban perkosaan."
" Apa? Jadi kamu mengulang apa yang pernah dilakukan Papa kamu Ario. Ya Allah kenapa jadi begini kenapa ini harus terjadi lagi dengan kamu nak?" batin Nadia karena Nadia tidak mau kalau anaknya tahu apa yang dilakukan oleh sang Papa kepada Mama nya puluhan tahun yang lalu, karena aib suami nya adalah tanggung jawab Nadia untuk menutupinya rapat rapat.
" Sudahlah kalau begitu sekarang kita berikan dia nama."
" Kira kira nama yang cocok untuk bayi ini siapa ya Ma?"
" Nama gadis itu siapa?"
" Kanaya Ma." jawab Ario dengan nada berat mengingat Kanaya sudah tiada setelah melahirkan bayinya.
" Kalau begitu kita kasih dia nama Arka Ario Putra Nugraha gabungan dari nama kamu dan Kanaya." kata Nadia sambil mengendong bayi Arka penuh kasih sayang.
" Iya Ma nama yang bagus aku setuju. Tapi Ma bagaimana dengan Papa? Aku takut Papa marah karena ini Ma." kata Ario cemas dan membayangkan kemarahan sang Papa.
" Papa mu akan mengerti nanti Mama yang beri penjelasan pada Papa Kamu. Kamu tenang saja Papa tidak akan marah tapi mungkin Papa akan kecewa." kata Nadia sambil tersenyum pada sang anak.
Ya bagaimana seorang Marino akan marah karena dia juga sudah melakukan hal yang sama terhadap Nadia. Mungkin ini hukum karena atau konsekuensi yang harus dia terima karena dosa nya di masa lalu. Tapi perasaan kecewa tentu akan Marino rasakan karena kejadian puluhan tahun yang lalu terjadi lagi bedanya dia bertemu dengan Ario setelah tujuh tahun kemudian setelah kejadian itu.
Sementara Ario tahu saat anaknya dilahirkan namun mengetahui ibu atau wanita yang dia cintai sudah tiada.
" Kasihan kamu nak harus menanggung dosa yang pernah Papa mu perbuat." batin Nadia.
" Ma ... Aku pergi dulu Mama jaga baby Ar baik baik." kata Ario sambil tersenyum.
" Kamu mau kemana?" tanya Nadia heran.
" Aku mau membeli kebutuhan baby Ar perlengkapan bayi karena aku ingin menebus dosa aku kepada baby Ar dan Kanaya mam." kata Ario sambil tersenyum sedih karena mengingat dosa dosanya.
Tujuh tahun kemudian ...
Kanaya Tabitha Aulia Rahman seorang dokter spesialis anak yang sangat pintar dan juga ramah pada semua orang. Karir yang bagus dan sukses selalu mengiringi kehidupannya.
Pesonanya sebagai seorang dokter muda dan berbakat banyak dilirik oleh pihak rumah sakit yang ternama, tidak terkecuali rumah sakit Pelita Kasih milik keluarga Nugraha yang terkenal dengan gaji tertinggi dari rumah sakit mana pun di kota X. Tidak sedikit orang yang ingin bekerja di rumah sakit itu.
Saat ini Kanaya Tabitha bekerja dirumah sakit Pelita Kasih sebagi dokter spesialis anak terbaik di rumah sakit itu dengan gaji yang pantas tis.
" Terimakasih dokter Kanaya sudah mau bergabung di rumah sakit kami. Saya tahu, banyak rumah sakit yang menginginkan jasa Anda sebagai tenaga medis di rumah sakit mereka. Karena mereka juga tahu track record anda sebagai seorang dokter anak yang terkenal , sebagai dokter bertangan dingin." kata Marino dengan nada bangga karena pada akhirnya Kanaya mau bekerja di rumah sakitnya.
" Bapak terlalu berlebihan memuji saya, saya memilih rumah sakit ini sebenarnya karena saya pikir rumah sakit ini adalah rumah sakit yang paling dekat dari tempat tinggal saya. Tapi selain itu yang paling penting adalah ... Rumah sakit ini yang paling besar menawarkan honorarium untuk saya hehehe." jawab Kanaya bercanda pada atasan dan sekaligus pemilik rumah sakit itu.
" Ternyata dokter Kanaya ini humoris juga , tidak salah kalau anda menjadi dokter spesialis anak yang notabene harus memiliki hati yang baik , sabar dan juga humoris."
" Iya dong Pak ... Tidak mungkin saya jutek mengahadapi pasien saya , nanti bisa - bisa saya tidak dapat pasien hehehe ... dan nanti bapak pecat saya karena rumah sakitnya menjadi sepi."
" Iya benar sekali. Ok baiklah dokter Kanaya selamat bergabung di rumah sakit Pelita Kasih. Saya tinggal dulu karena saya masih ada urusan lain." pamit Marino ramah.
" Ooh iya Pak silahkan saya juga mulai praktik hari ini jadi saya perlu adaptasi dan bersiap untuk melakukan pelayanan prima seperti sumpah dokter yang pernah saya ucapkan." kata Kanaya tidak kalah ramah.
" Ok baiklah." Marino meninggalkan ruangan itu
...****************...
Ario Putra Marino Nugraha seorang pemuda yang sangat tampan, namun mempunyai sifat buruk yang di turunkan sang ayah pada dirinya yaitu Marino Putra Nugraha. Menghalalkan segala cara demi mendapatkan cintanya. Dia berpikir jika orang yang dicintainya itu dinodai maka akan lebih mudah untuk mendapatkan wanita yang sangat dia cintai itu. Namun kenyataannya berbanding terbalik dengan apa yang dia harapkan semua di luar ekspektasi. Wanita yang dia cintai malah pergi meninggalkan dirinya dan dia tidak tahu kemana wanita itu pergi sampai pada akhirnya dia mendengar dari ibu kandung wanita itu bahwasannya wanita yang dia cintai itu telah pergi untuk selamanya.
Saat ini dia bekerja di perusahaan sang ayah yang bergerak di bidang logistik, karena Ario tidak memilih menjadi dokter dia malah memilih menjadi pengusaha.
Sore ini dia pulang dari kantor dan disambut oleh Arka sang anak yang menjadi bukti cinta nya terhadap gadis yang dia cintai. "Assalamu'alaikum anak Ayah."
"Waalaikumsalam Ayah." Arka lompat ke pelukan sang Ayah.
" Kok bau kecut sih sayang? Belum mandi ya kamu?" tanya Ario ada Arka yang masih berpeluh.
" Iya Yah .. tadi aku main basket sama mang Udin dan bik Atun hehehe. Ayah jangan marah ya?" jawabnya sambil cengengesan karena tahu ayahnya akan marah jadi agar tidak di marahi, dia jujur dan cengengesan pada Ario.
" Ya Ayah tidak akan marah. Tapi lain kali kamu harus ingat ya sayang, kalau sudah waktunya mandi kamu harus mandi ... Jangan main lagi." nasehat Ario untuk Arka.
" Siap komandan." kata Arka seperti seorang prajurit menghormat pada Ario.
" Anak pintar ... Bik Atun tolong siapkan perlengkapan Arka." titah Ario pada bik Atun orang yang sedari dulu menjadi pengasuh nya dan sekarang menjadi pengasuh Arka anaknya.
" Ayah ... Arka sudah besar sudah bisa nyiapin segala sesuatunya untuk Arka mandi." protes bocah itu dengan cemberut karena tidak suka dengan keputusan sang ayah.
" Iya sayang ayah tahu , tapi bik Atun harus pastiin apakah semua sudah benar atau belum. Selebihnya kamu lakukan sendiri ya. Papa tahu Arka sudah besar."
" Ok Ayah... Tapi bik Atun tidak boleh di kamar Arka ya kalau Arka mandi! "
" Iya ... Bik kalau semua sudah selesai di beresin tolong bibi keluar dari kamar Arka ya bik!" kata Ario lembut.
" Baik Mas." jawab bik Atun pada Ario.
" Terimakasih ya Ayah Arka yang baik hati." Arka mencium pipi Ario dengan penuh kasih sayang.
Ario hanya bisa tersenyum "Kanaya jika kamu lihat anak kita kamu pasti bangga, dia tumbuh menjadi anak yang cerdas sama seperti dirimu." monolog Ario sambil menitikkan air mata.
" Ario kamu kenapa?" tanya Nadia pada Ario.
" Ahh tidak ma aku cuma sedih melihat sosok Arka tumbuh tanpa didampingi seorang ibu Ma." kata Ario sambil melihat Nadia yang sedang duduk di samping nya.
" Sayang ... Anak mu tidak kurang kasih sayang seorang ibu. Dia mendapatkan kasih sayang seorang ibu dari Mama."
" Tetap saja beda Ma."
" Kalau begitu kenapa kamu tidak menikah saja dengan wanita yang kamu anggap cocok untuk menjadi ibu bagi Arka."
" Ma ... Ario bukan tidak mau nikah tapi mencari wanita yang baik dan menyayangi Arka setulus hati itu susah. Kalau yang cantik banyak dan lagi pula siapapun tidak bisa menolak pesona Ario." Ario jumawa dan menarik kerah kemeja yang dia kenakan.
" Kamu itu sama seperti Papa kamu sosok sempurna tapi tidak bisa berpaling ke lain hati. "
" Kan like father like son Ma."
" Tapi ... Kamu dan Papa itu berbeda Mama masih hidup sedangkan kamu? Kanaya sudah tiada Ario kamu seharusnya bisa mencari pasangan sekaligus ibu untuk anak kamu Arka." kata Nadia sambil tersenyum mengelus pundak Ario.
" Entah mengapa aku susah sekali untuk jatuh cinta Ma, dan aku juga merasa Kanaya belum meninggal karena aku belum melihat pusaranya." Marino memang belum pernah melihat makam Kanaya dan itulah sebabnya dia kurang yakin bahwa Kanaya sudah tiada.
"Bukan susah sayang tapi kamu belum coba dan yang membuat kamu seperti itu adalah kamu merasa bersalah pada Kanaya , karena akhirnya Kanaya pergi untuk selamanya karena ulah kamu."
" Iya Ma itu benar sekali aku juga merasa itu Ma."
" Ada apa ini apa yang benar?" kata Marino yang baru saja kembali dari kantor.
" Ini Pa anak mu dia nangis melihat Arka tidak mendapatkan kasih sayang seorang ibu dan aku suruh dia nikah dan katanya dia belum bisa buka hatinya." Nadia menjelaskan pada sang suami.
" Ario di rumah sakit kita ada seorang dokter muda spesialis anak dan dia sangat cantik." Marino menggoda sang anak.
" Terus kalau cantik kenapa Pa?"
" Ya kali saja kamu mau hehehe."
" Ma seperti nya Papa akan berubah profesi sebagai Mak comblang ini ma." goda Ario sambil mengerlingkan sebelah matanya pada sang Mama.
" Iya kayaknya ini." timpal Nadia dan membuat suasana semakin rame.
" Papa kan cuma menawarkan saja, tapi ..." kalimat Marino terhenti.
" Tapi apa Pa?" kata Ario dan Nadia secara bersamaan, karena rasa ingin tahu mereka yang sama.
" Sepertinya dokter cantik itu sekarang didekati oleh salah satu dokter muda lainnya." kata Marino dengan nada sedih seolah menyakinkan pada Ario dan Nadia itu benar.
" Ya ampun Papa aku kira apa." Ario dan Nadia sempat berpikir negatif.
" Ya kalian pikir apa?" Marino tersenyum mendengar perkataan anak dan istrinya itu.
" Opa Oma Ayah aku sudah siap mandi dan sudah tampak lebih tampan kan?" kata Arka yang baru datang dari arah kamar.
" Ehh cucu opa sudah wangi."
" Iya dong Opa sudah tidak bau kecut lagi kan Ayah?" Arka berlari dan duduk di pangkuan Ario supaya sang ayah memujinya.
" Iya anak Ayah sudah wangi sekarang jadi ayah yang bau."
" Kalau begitu sekarang ayah yang mandi ... Ayah bau kecut." Arka menutup hidung dan lakukan apa yang dilakukan oleh Ario tadi.
" Iya deh Ayah mandi dulu ya sayang." kata Ario sambil tersenyum.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!