"Lepasin aku brengsek!" Teriak Alda yang kini berada dibawah Kungkungan Diego. Siswa tertampan dan terkaya di sekolahnya.
"Nggak usah munafik! Semua orang juga tahu kalo kamu itu perempuan bayaran. Kamu tenang saja! Aku akan bayar lima kali lipat dari yang mereka berikan." Ucap Diego yang langsung menyerang Alda tanpa ampun.
Diego yang kekurangan perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tua nya selalu melakukan hal-hal negatif, untuk mencapai kepuasan batinnya, sebagai pelarian rasa sakit hatinya terhadap kedua orang tuanya yang tidak pernah memberi kasih sayang dan perhatian pada Diego sejak kecil.
Kedua orang tua Diego sibuk mengurusi bisnis dan usaha, sementara Diego hanya di asuh oleh neneknya yang sudah lama meninggal sejak Diego masih menduduki bangku kelas 3 SD.
Sejak itu Diego hanya sendiri bersama pembantu yang juga tidak begitu menyukai anak-anak.
Akan tetapi soal materi, Diego tidak pernah berkekurangan. Apa yang Diego minta, pasti akan selalu diberikan oleh orang tuanya, selama mereka mampu membelikannya untuk putra semata wayangnya tersebut.
Alda buru-buru mengenakan pakaiannya saat melihat Diego terlelap setelah merenggut kehormatannya. Kemudian, Alda keluar dari kamar Diego dengan mengendap-endap, khawatir akan ada seseorang yang memergokinya.
Alda bisa berada di rumah Diego karna akan mengerjakan tugas sekolah yang dikerjakan bersama Diego dan tiga teman lainnya, yang entah kenapa tidak jadi datang. Hingga akhirnya hal itu dijadikan kesempatan untuk Diego melakukan hal buruk pada Alda.
Sesampainya di rumah, Alda langsung mandi dan membuang pakaiannya ke tempat sampah. Ia masih menangis hancur dan sangat membenci Diego.
Padahal sebelumnya Alda mempunyai sedikit rasa terhadap Diego, dan memaklumi Diego yang terkenal nakal di sekolah. Alda menilai Diego seperti itu karna kurang kasih sayang dari ke dua orang tuanya.
Tapi sekarang perasaan itu musnah, dan yang tersisa hanya rasa benci yang mendalam.
"Alda kamu kenapa?" Tegur Shera, saudara tiri Alda, saat melihat Alda menangis sesenggukan di atas tempat tidurnya yang terlihat sederhana.
Usia Shera seumuran dengan Alda, hanya berbeda dua bulan saja. Walaupun ibunya selalu berbuat tidak adil dan kurang menyukai Alda, tetapi Shera sangat menyayangi dan menghargai Alda selayaknya saudara kandung sendiri.
"Nggak kenapa-kenapa, cuma sedikit pusing saja." Jawab Alda dengan berbohong, karna Alda tidak mau Shera mengetahui yang sudah terjadi. Kemudian Alda berusaha untuk tidak menangis lagi, supaya Shera tidak curiga.
Esoknya di sekolah, Alda memilih menyendiri di perpus, saat teman-temannya asyik menikmati makan di kantin.
Tadi selama jam pelajaran, Alda juga hanya menatap ke arah meja belajarnya dan papan tulis saja, ia tidak mau menengok ke samping ataupun belakang, karna tidak mau melihat wajah laki-laki yang sangat di bencinya.
"Ini uang buat bayar yang kemarin. Aku kasih sepuluh kali lipat, karna ternyata kamu masih perawan, aku pikir kamu seperti yang orang-orang bilang." Ucap Diego yang tiba-tiba muncul dan menyodorkan amplop berisi uang sebanyak sepuluh ikat.
Alda merasakan sesak bukan main, rasanya ia ingin sekali menampar dan memukul Diego sampai babak belur.
Tapi akal sehatnya masih bekerja dengan baik. Ia tidak mau menyulitkan kedua orang tua nya, jika harus berhadapan dengan orang yang berpengaruh di sekolahnya.
"Aku tidak butuh uang kamu. Cukup jangan dekati aku lagi, kalo kamu tidak mau semua orang tahu brengseknya kamu!" Ucap Alda sembari melemparkan amplop tersebut pada dada Diego. Kemudian Alda pergi, karna tidak mau menimbulkan kegaduhan di perpustakaan.
"Sombong sekali dia, miskin saja belagu." Batin Diego merasa kesal diperlakukan seperti itu oleh Alda.
Tapi sepertinya Diego merasa ketagihan. Setiap pelajaran di mulai, Diego selalu melihat ke arah Alda dan membayangkan melakukan bercinta dengan Alda tanpa ada pemaksaan seperti kemarin.
Beberapa hari kemudian, Alda di ajak Ririn main ke rumahnya. Alda yang menganggap Ririn sahabat yang baik, tidak curiga sama sekali. Padahal Ririn akan melakukan hal buruk pada Alda.
"Al, kamu minum dulu ya! Aku tinggal sebentar cari cemilan. Anggap saja rumah sendiri." Ucap Ririn pada Alda sambil menyalakan TV supaya Alda ada hiburan.
"Iya Rin, tapi jangan lama-lama ya! Soalnya aku nggak enak kalo tiba-tiba orang tua kamu pulang." Pesan Alda yang langsung di angguki oleh Ririn.
"Santai aja Al! Ortu aku lagi keluar kota kok." Balas Ririn dengan senyum menenangkan Alda, kemudian segera pergi dan mengunci pintunya dari depan.
Beberapa menit kemudian, setelah Alda menghabiskan setengah dari minumannya. Alda merasakan pusing dan gerah. Semakin lama rasanya semakin tidak karuan. Diego yang sedari tadi mengamati Alda dari balik lemari, segera mendekati Alda.
"Diego." Ucap Alda terkejut, sementara Diego hanya tersenyum dan langsung merangkul bahu Alda.
"Nggak usah kaget, aku disini. Ririn itu sepupu aku, jadi nggak salah kan, aku ada di rumahnya?" Ucap Diego yang langsung mencium bibir Alda dengan lembut.
Kali ini Alda hanya bisa diam menikmati, bahkan kadang-kadang Alda juga mengimbangi ciuman dari Diego. Sebab saat ini Alda lagi dalam pengaruh obat.
Setelah puas saling bercumbu, Diego menuntun Alda untuk masuk ke dalam kamar yang sudah di siapkan. Mereka melakukan hubungan lagi seperti yang di inginkan Diego, yaitu tanpa ada penolakan dari Alda.
"Kamu semakin seksi dan nikmat kalo lagi seperti ini." Ucap Diego sembari mengecup dahi Alda yang berkeringat.
Setelah beberapa kali merasakan kepuasan, akhirnya mereka berdua terlelap. Sebab sudah merasa sangat kelelahan.
Pukul 21.00 WIB. Alda baru terbangun. Ia langsung mengenakan pakaiannya, dan keluar mencari Ririn.
"Eeh Alda, sudah bangun? Kenapa pintunya di kunci? Dari tadi aku ketuk-ketuk nggak dibuka?" Ucap Ririn yang sedang menonton acara TV sambil menikmati camilan. Ririn mengatakan itu seolah tidak tahu apa-apa tentang yang terjadi pada Alda bersama Diego.
Alda yang tadinya ingin marah pada Ririn jadi berubah pikiran dan mengira Ririn memang tidak tahu apa-apa tentang yang terjadi dengan dirinya bersama Diego.
"Maaf ya Rin, kepalaku pusing. Sudah malam, aku pulang dulu ya." Pamit Alda yang kemudian langsung keluar tanpa menunggu jawaban dari Ririn.
Tidak lama kemudian, Diego keluar dan memberi sejumlah uang pada Ririn.
"Dasar gila kamu, untung Alda nggak curiga sama aku." Ucap Ririn sembari menerima uang pemberian dari Diego. Kalo saja Ririn tidak butuh uang itu, Ririn pasti tidak akan mau melakukan apa yang di inginkan Diego.
"Berisik kamu. Jangan lupa langsung kirim video yang di sofa tadi. Aku mau pulang dulu." Ucap Diego yang langsung melangkah keluar.
Diego memarkirkan motornya sedikit jauh dari rumah Ririn, supaya Alda tidak curiga.
Setelah beberapa menit menempuh perjalanan. Diego dikejutkan oleh seseorang yang tiba-tiba berlari didepan motornya yang sedang melintas.
Untungnya Diego mengendarai motor dengan pelan, jadi ia bisa dengan sigap langsung menghentikan motornya.
"Kena kamu." Ucap seorang laki-laki yang berhasil menangkap perempuan yang hampir tertabrak oleh Diego.
Bersambung..
"Lepasin aku! Jangan kurang ajar! Aku akan teriak kalo kamu berani macam-macam!" Teriak seorang perempuan yang ternyata adalah Alda.
"Lepasin dia! berani macam-macam sama pacarku, habis kamu!" Ancam Diego pada penjahat itu.
"Ha ha ha, Jangan ngaku-ngaku! Mana buktinya kalo dia pacar kamu?" Teriak penjahat itu, yang tampak seumuran juga dengan Diego.
Diego langsung mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan foto SS saat dirinya dan Alda bercumbu. Penjahat itu menelan ludahnya dan langsung mendorong Alda ke arah Diego.
"Lain kali di jaga pacarnya! Barang bagus dibiarin kelayapan sendiri malam-malam." Ucap Penjahat itu yang langsung pergi meninggalkan Alda dan Diego.
Diego langsung menarik tangan Alda untuk naik ke atas motornya. Alda yang ketakutan pun hanya menurut saja.
Dalam perjalanan, keduanya hanya diam membisu seperti orang yang tidak saling mengenal satu sama lain.
Diego mengantar Alda sampai di depan rumah Alda. Tanpa mengatakan apapun, Alda langsung turun dan masuk ke dalam rumah yang belum terkunci.
"Darimana saja kamu jam segini baru pulang?" Teriak ibu tiri Alda yang tampak masih sibuk menyiapkan dagangannya untuk dijual besok pagi.
"Maaf Buk, tadi Alda ketiduran di rumah temen, terus pas pulang susah nyari kendaraan." Jawab Alda tanpa berani memandang ke arah wajah ibu tirinya.
Ibu tiri Alda yang tadi sempat mengintip dan mengetahui Alda pulang bersama laki-laki seusia putrinya, langsung menampar Alda sampai Alda jatuh terduduk dilantai.
Shera yang baru keluar dari kamar langsung lari dan menolong Alda.
"Ibu jangan seperti ini! kasian Alda." Ucap Shera sambil membantu Alda untuk bangun.
"Kamu jangan bela dia terus Shera! Apa yang dia lakukan benar-benar tidak pantas. Bagaimana mungkin seorang gadis tidur di rumah teman lelakinya. Perempuan macam apa dia?" Teriak Ibu tiri Alda dengan raut wajah penuh amarah.
Tanpa mengindahkan ucapan Ibunya, Shera langsung mengajak Alda masuk ke dalam kamar. Shera khawatir ibunya akan semakin menyiksa Alda, jika tidak buru-buru dijauhkan.
Apalagi ayah Alda yang juga ayah tiri Shera sedang ada tugas malam di gudang tempatnya bekerja. Ibunya akan semakin bebas melakukan apapun pada Alda.
"Sebenarnya kamu darimana Al? Dari siang aku hubungi kamu, kenapa nggak kamu Jawab?" Ucap Shera sambil menyodorkan segelas air putih untuk Alda.
Alda meneguk minuman pemberian Shera, kemudian ia terdiam sejenak dan tampak sedang memikirkan sesuatu.
"Apa sebaiknya aku cerita saja sama Shera tentang apa yang aku alami saat ini? Cuma Shera yang bisa aku percaya. Tapi aku takut kalo nanti Shera malah marah sama Diego dan melakukan hal-hal yang membuat masalahku jadi semakin rumit." Batin Alda bertanya-tanya dan khawatir keputusannya akan menambah masalah baru.
Di saat Alda terbengong, tiba-tiba ponsel Alda yang ia letakkan diatas meja bergetar dan menampilkan pesan dari Diego.
"Jangan sampai kamu mengadu ke orang-orang kalo tidak mau Video ini menyebar luas!" Ancam Diego melalui pesan yang tak sengaja terbaca oleh Shera.
"Apa yang dilakukan Diego sama kamu Al?Kamu jujur saja jangan takut!" Tanya Shera pada Alda yang masih tampak bengong.
Mendengar nama Diego keluar dari bibir Shera, Alda langsung tersadar dan menatap Shera dengan raut wajah sedih.
"Diego sher." Ucap Alda sambil terisak, kemudian langsung memeluk Shera dalam keadaan masih menangis.
"Kamu di apain sama Diego? Kamu cerita saja!" Pinta Shera kepada Alda.
Alda menceritakan apa yang dialaminya setelah Shera berjanji tidak akan mengatakan hal itu pada siapapun. Alda menceritakan kejadian awal mula saat dirinya berada di rumah Diego hingga tadi saat berada di rumah Ririn. Shera merasa sangat marah dengan apa yang di alami Alda.
"Kamu tenang saja ya Al! Kita harus mencari keadilan. Kita tidak boleh diam saja di perlakukan seperti ini." Ucap Shera sembari mengelus rambut Alda yang masih berada dalam pelukannya.
"Shera, aku mohon jangan sampai orang lain mengetahui tentang masalahku! kamu tahu sendiri kan, Diego itu bukan anak sembarangan. Mereka sangat berkuasa. Tidak semudah itu kita mencari keadilan." Tegas Alda yang sudah tahu persis kehidupan Diego dan keluarganya.
Shera mengangguk paham. Yang di katakan Alda memang benar adanya. Tetapi Shera tetap akan mencari cara supaya bisa membalas perbuatan Diego.
Pada suatu hari saat mengikuti pelajaran olahraga, tiba-tiba Alda pingsan ditengah lapangan. Kebetulan saat itu Diego sedang berada dibelakang Alda, hingga Diego reflek menahan Alda yang hampir terjatuh ke tanah. Pak Bambang guru olah raga, meminta Diego untuk membawa Alda ke dalam ruang UKS.
Setelah petugas UKS memberikan penanganan pada Alda, tidak lama kemudian Alda siuman. Alda terkejut ketika membuka mata, ada Diego di hadapannya.
"Alda masih pusing tidak?" Tanya petugas UKS pada Alda yang masih tampak lemah. Alda hanya mengangguk dan mengatakan sedikit pusing. Kemudian Alda ditanya kapan terakhir datang bulan.
Deg.
Jantung Alda berdetak lebih kencang. Dan seketika itu Alda teringat bahwa jadwal bulanannya sudah lewat seminggu.
"Alda." Tegur petugas UKS sembari menyentuh bahu Alda yang tampak sedih.
Alda tidak mampu menjawab pertanyaan itu dan malah menangis histeris sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Diego yang tadinya santai karna belum paham dengan maksud pertanyaan itu seketika langsung panik dan izin akan kembali ke kelas.
"Ini nggak bisa di biarkan, aku harus cari cara supaya Alda tidak membawa aku dalam masalah ini." Batin Diego merasa belum siap untuk bertanggung jawab atas perbuatannya.
Sekitar satu jam kemudian, Diego di panggil oleh kepala sekolah. Dan saat Diego masuk ke dalam ruang kepala sekolah, tampak Shera dan Alda juga sudah berada di sana. Alda tampak terisak dalam pelukan Shera.
"Diego, apa benar yang Shera dan Alda katakan, bahwa kamu yang telah memperkosa Alda hingga Alda hamil?" Tanya kepala sekolah pada Diego yang sudah duduk menghadap kepala sekolah.
"Maaf pak, lebih tepatnya Alda yang sudah menggoda saya, dan membuat saya khilaf. Kalo memang saya memperkosa dia, tidak mungkin kan dia sesantai ini?" Jawab Diego santai sambil menunjukan Video saat Alda dalam pengaruh obat.
Sebelumnya Diego sudah mempersiapkan semua jawabannya, supaya ia tidak disalahkan atas perlakuan buruknya.
Alda dan Shera tidak terima dan menuntut Diego untuk bertanggung jawab. Akan tetapi Diego menolak untuk bertanggung jawab.
Sedangkan kepala sekolah yang lebih berpihak pada Diego dan tidak mau nama sekolahnya tercoreng langsung mengeluarkan Alda dari sekolah.
Dalam perjalanan pulang, Alda tak henti-hentinya menangis. Sementara Shera, ia hanya bisa menghibur dan menyemangati Alda saja.
Saat keduanya sampai di depan pagar rumah, tiba-tiba ada mobil berhenti. Tampak Diego membuka kaca mobil dan langsung melemparkan amplop berisi uang.
"Itu buat kamu, lebih baik kamu gugurkan saja anak itu! karna sampai kapanpun aku tidak akan bertanggung jawab sama kehamilan kamu." Ucap Diego yang langsung menutup kaca mobil dan menyuruh supir pribadinya untuk segera melajukan mobilnya.
Bersambung..
"Al, lebih baik uang dari Diego kamu simpan saja buat biaya lahiran nanti!" Ucap Sera sambil menyerahkan amplop yang tadi di lempar oleh Diego.
"Apa aku bisa menjadi ibu di usia yang sedini ini ser? Apa nggak sebaiknya anak ini aku gugurkan saja? Aku nggak yakin bisa mengurus dia Sher. Bagaimana nanti kalo hidup dia lebih menderita lagi daripada aku?" Keluh Alda yang merasa belum siap dan tidak yakin bisa menjadi ibu di usia muda.
Mengingat hidupnya yang menderita selama ibunya meninggal, dan selalu ditindas oleh ibu tirinya setelah ayahnya menikah lagi. Alda khawatir jika sampai anaknya kelak akan mengalami nasib yang sama atau malah lebih menyakitkan lagi dari penderitaan Alda.
"Kamu nggak boleh gitu Al! Bagaimanapun dia adalah darah dagingmu. Dia adalah amanah yang harus kamu rawat dan kamu jaga. Kamu harus buktikan pada Diego bahwa kamu adalah wanita yang kuat dan hebat. Buat Diego merasa menyesal karna sudah menyia-nyiakan darah dagingnya." Ucap Shera berusaha menasehati Alda, supaya Alda menjadi wanita yang kuat dan hebat.
"Makasih ya Shera, kamu selalu ada dan menghibur aku. Aku pikir semua saudara tiri itu jahat. Ternyata kamu berbeda dari yang lain." Ucap Alda sembari memeluk saudara tirinya yang sudah seperti saudara kandung bagi Alda.
Dulu awalnya Alda mengira Shera adalah anak yang suka bersikap buruk dan suka bertindak semena mena. Sebab dilihat dari tingkahnya, Shera suka bersikap bar bar.
Tapi setelah beberapa hari tinggal bersama, Alda baru tahu ternyata Shera mempunyai hati yang lembut dan penyayang. Mungkin sifat Shera menurun dari ayahnya.
Tiba-tiba ponsel Alda berdering dan menampilkan nama Ririn yang hendak menghubunginya. Alda langsung mengusap tombol hijau ke atas dan mendengarkan apa yang akan di katakan oleh Ririn.
"Al bisa nggak ketemuan? ada yang ingin aku katakan sama kamu." Ucap Ririn dengan suara lirih.
Belum sempat Alda menjawab, Shera sudah merebut ponsel milik Alda.
"Ngomong langsung saja, tidak usah ketemu! Atau jangan-jangan kamu mau menjebak Alda lagi?" Marah Shera pada Ririn.
Shera merasa geram pada Ririn yang sudah tega menjebak teman sendiri demi uang.
Tiba-tiba panggilan dimatikan oleh Ririn, membuat Shera semakin yakin bahwa Ririn punya niat buruk lagi pada Alda.
"Blokir saja Al nomor dia! Kalo perlu ganti nomor. Aku juga mau keluar dari sekolah itu. Sekolah macam apa yang tidak bisa melindungi korban dan malah membela tersangka." Ucap Shera, merasa kesal.
"Tapi Sher, kamu mau pindah kemana? Dua Minggu lagi ujian lho!"
"Udah santai aja!"
Kemudian, Shera punya ide untuk pindah sekolah di SMP Diponegoro bersama Alda. Di sekolah yang baru, pasti Alda akan di terima karna belum ada yang tahu tentang kehamilan Alda, dan kepala sekolah juga masih memberi kesempatan untuk Alda melanjutkan ujian di sekolah lain.
Dua hari kemudian, akhirnya Shera dan Alda bisa masuk di sekolah yang baru atas bantuan tante Shera. Adik dari almarhum sang ayah. Kedua orang tua Alda dan Shera belum mengetahui perihal kepindahan sekolah Alda dan Shera.
Di sekolah yang baru, Alda bertemu laki-laki yang sangat perhatian dan terlihat menyukai Alda. Wajahnya hampir mirip dengan Diego, tetapi tingkah lakunya sangat bertolak belakang dari Diego.
Pada suatu hari setelah ujian kelulusan berakhir. Alda pulang sendirian tanpa Shera. Sebab hari ini Shera tidak bisa masuk sekolah, karna sedang tidak enak badan.
Dirga yang melihat Alda jalan sendirian, merasa kasihan, dan kemudian memaksa Alda untuk pulang bersamanya.
Dalam perjalanan pulang, Dirga mengajak Alda untuk mampir makan bakso di warung pondok bakso yang sangat diminati para remaja seusia anak remaja seperti mereka.
Dirga terlihat sangat perhatian pada Alda, membuat seseorang yang tidak sengaja melihat mereka berdua merasa marah tanpa ada sebab. Kemudian, saat Dirga izin pergi ke toilet, Diego yang sedari tadi memperhatikan Alda bersama Dirga, langsung menemui Alda.
"Ternyata seperti ini kelakuan kamu. Dasar perempuan murahan. Jangan-jangan cowok itu tadi adalah ayah dari bayi yang sedang kamu kandung saat ini, ngaku kamu!" Maki Diego pada Alda yang tampak terkejut dengan kehadiran Diego.
Alda merasa marah dan tidak terima dengan ucapan dan tuduhan dari Diego, hingga ia reflek langsung menampar Diego.
"Tutup mulut kamu, Diego!" Marah Alda pada Diego yang seenaknya saja menuduh dirinya.
Tanpa mereka berdua sadari, ternyata Dirga sudah berada di belakang mereka dan mendengar apa yang dikatakan oleh Diego.
"Alda, Diego, kalian." Ucap Dirga menatap Alda dan Diego bergantian.
Dirga tidak menyangka ternyata Alda mengenal Diego, dan apa yang dikatakan Diego barusan juga membuat Dirga merasa sangat terkejut dan tidak menyangka.
"Lebih baik jangan dekati Alda lagi!" Ucap Diego yang langsung menarik tangan Alda agar ikut bersamanya.
Dirga hanya bisa melihat kepergian Alda dan Diego tanpa bisa menghalangi. Sebab Dirga merasa mereka berdua mempunyai hubungan yang serius.
"Kamu apa-apa an sih Diego? Maksud kamu apa ngomong seperti itu di depan Dirga?Kamu pengen aku dapet masalah lagi, di sekolah baru ku?" Marah Alda pada Diego saat mereka berdua sudah berada di dalam mobil milik orang tua Diego.
"Aku nggak suka kamu jalan sama Dirga, puas kamu?" Kesal Diego yang entah karna apa ia sangat tidak menyukai Alda jalan sama lelaki lain, apalagi orang itu adalah Dirga. Orang yang sangat dikenalnya. Tapi yang pasti Diego tidak merasa sedang cemburu, sebab ia merasa tidak menyukai Alda sama sekali.
"Kenapa emang? Kamu cemburu?" Tuduh Alda pada Diego.
"Hah, cemburu? Ha ha ha yang bener aja aku cemburu? Siapa kamu? Nggak penting juga. Aku cuma nggak suka kalo kamu sampai mempengaruhi Dirga. Dia itu sepupu aku, orang baik-baik dan tidak selevel sama kamu. Jadi jangan harap, dia bisa jadi korban kamu selanjutnya." Balas Diego mencoba beralasan, karna kebesaran gengsi.
Alda benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan Diego. Kemudian ia memilih diam daripada harus berdebat dengan orang nggak waras seperti Diego.
Setelah sampai di depan rumahnya, Alda turun dan mengucapkan terimakasih pada supir pribadi yang ditugaskan untuk mengantar Diego kemanapun Diego pergi. Alda enggan untuk berbicara pada Diego yang menurutnya sudah gila akut.
Diego memperhatikan Alda yang berjalan masuk ke dalam rumah, kemudian menyuruh supirnya untuk melajukan mobilnya.
Alda mengeluhkan kekesalannya terhadap Diego pada Shera yang keadaannya sudah mulai membaik setelah minum obat pemberian dari dokter. Alda juga memberitahu, kalo ternyata Dirga adalah saudara sepupu Diego.
"Gila, bener-bener nggak nyangka kalo Diego sama Dirga saudaraan. Pantesan ada mirip-miripnya. Tapi Dirga orangnya baik, lembut dan sopan. Sementara Diego, sifatnya bertentangan sama Dirga." Ucap Shera tidak menyangka.
"Tapi aku jadi takut Sher. Tadi Dirga denger waktu Diego ngomongin soal kehamilan aku. Gimana nanti kalo aku nggak bisa ambil ijazah ku?" Keluh Alda, mengingat pengambilan ijazah masih sekitar tiga Minggu lagi.
"Kamu tenang saja! Biar aku yang ngomong sama Dirga." Hibur Shera pada Alda.
"Apa kamu bilang? Kamu hamil? Jadi benar, kamu di keluarin dari sekolah karna kamu hamil?" Teriak Ibu tiri Alda yang tidak sengaja mendengar obrolan kedua putrinya yang sedang berada di dalam kamar.
Ibu tiri Alda yang sempat mendengar kasak kusuk dari para pelanggannya, buru-buru pulang dari berdagang untuk menanyakan kebenaran tentang gosip anak-anaknya. Dan ternyata berita gosip itu benar adanya.
Alda dan Sera tampak terkejut sekaligus ketakutan. Kemudian sang ibu mengambil sapu dan langsung memukuli Alda tanpa ampun. Alda berjongkok di pojokan dan menangis kesakitan tanpa bisa melawan.
Bersambung..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!