HAPPY READING
🌹🌹🌹🌹🌹🌹
"Silahkan masuk Nona"
Dengan ragu dan sedikit gemetar Annisa memasuki rumah mewah dan besar, dengan desain interior yang indah dan elegan. Annisa menatap ruangan megah dengan berbagai furniture itu dengan takjub.
Lima wanita beda usia berseragam pelayan menghampirinya, lalu membungkukkan badan mereka dengan hormat dan senyum ramah.
"Kata Pak Wisnu, Nona akan tinggal dirumah ini, sampai bayi dalam kandungan anda lahir" Pria berusia sekitar 25 tahun dengan pakaian rapi dan bersih, yang barusan mempersilahkannya masuk mulai menjelaskan.
"Mereka adalah pelayan yang ditugaskan untuk melayani anda, selama berada disini" Pria bernama Alan yang tak lain adalah asisten pribadi Wisnu Kurniawan, pria yang sudah menghamili Annisa menunjuk kelima pelayan itu.
"Pak Wisnu juga sudah menyiapkan beberapa bodyguard, yang akan mengawal dan menjaga keselamatan Nona" Asisten Alan menunjuk delapan pria berbadan tinggi dan kekar berpakaian hitam, yang sedari tadi mengekor dibelakangnya.
"Jika nanti Nona ingin makan sesuatu, minta saja pada mereka. Mereka akan melayani anda dengan baik. Jika nanti ada keperluan lainnya, anda bisa menghubungi saya atau pak Wisnu" Pria itu menjelaskan dengan sabar. Annisa hanya bisa mengangguk pasrah tanpa ada sanggahan apapun.
"Kalau begitu, saya permisi" Pungkas asisten Alan yang kemudian berlalu, meninggalkan Annisa bersama para bodyguard dan pelayan dirumah itu.
Sepeninggalnya asisten Alan, kelima pelayan itu mengajak Annisa kekamar barunya.
"Silahkan Nona" Kepala pelayan mempersilahkan Annisa masuk, begitu mereka sampai dalam sebuah kamar mewah dan luas.
Dengan ragu Annisa melangkahkan kakinya kedalam kamar itu. Namun begitu melihat keadaan dalam kamar itu membuatnya tercengang.
Kamar yang didominasi warna putih dan krem, dengan ukuran empat kali lipat lebih besar dari rumahnya dikampung. Dipan dengan kasur empuk yang dilapisi bed cover berwarna putih, lengkap dengan kanopi dinding dan tirai berwarna krem yang cantik.
Atapnya berbentuk lengkung berisi, dengan lampu gantung klasik yang berada tepat ditengah-tengah dipan.
Selama tujuh bulan kedepan dia akan tinggal dirumah itu. Dalam mimpi saja rasanya mustahil dia bisa tinggal ditempat seindah ini.
Annisa memandangi kamar itu dengan takjub, namun ada juga perasaan sedih yang lebih mendominasi. Andai ini adalah rumah suaminya, pasti dia akan sangat bahagia dan nyaman tinggal disini.
Namun sayangnya, ini hanyalah rumah ayah dari bayi yang dikandungnya. Bukan suaminya, karena tidak pernah ada pernikahan antara dia dengan pria itu.
"Nona, ini kamar anda. Semoga anda suka dan merasa nyaman tinggal disini, sampai beberapa bulan kedepan. Jika Nona kurang suka, kami bisa menyiapkan kamar yang lain untuk anda" Ucap kepala pelayan bernama Laksmi dengan suara lembut, ramah dan penuh hormat, yang membuat Annisa tersentak dari lamunannya.
"Tidak usah Bu. Kamar ini sudah cukup kok. Aku pasti akan nyaman tidur disini" Sanggah Annisa hambar.
Bu Laksmi tersenyum lega mendengar jawaban Annisa. "Syukurlah kalau begitu. Oh ya, semua pakaian-pakaian Nona sudah kami masukkan kedalam lemari. Sekarang kami akan menyiapkan makan malam untuk anda"
"Iya, terima kasih" Annisa tersenyum simpul.
Kelima pelayan itu pun berlalu, meninggalkannya sendiri dalam kamar itu. Dengan langkah gontai Annisa berjalan mendekati ranjang. Kemudian dia menghenyakkan pinggulnya diatas ranjang, diatas kasur yang empuk.
Annisa memandangi dan mengelus-elus perutnya yang masih rata. Saat ini dia sedang mengandung dua bulan. Sehingga perutnya belum menonjol.
Sejak kecil dia selalu bermimpi, bahwa suatu saat nanti dia akan menikah, lalu hamil dan melahirkan anak dari suami tercintanya. Bersama suami dan anak-anaknya, dia akan hidup bahagia selamanya. Hingga tua dan menikahkan anak-anaknya kelak hingga memiliki cucu.
Sungguh impian yang rasanya terlalu mustahil untuk digapai oleh orang rendahan seperti dirinya. Terlebih pasca peristiwa kelam yang merenggut kesucian, serta menumbuhkan nyawa baru yang tidak dia inginkan dalam rahimnya.
Annisa kembali teringat akan insiden dua bulan lalu, yang menyisakan trauma berat dalam dirinya.
Flashback on
Annisa Zavina berasal dari keluarga yang kurang berada. Sejak kecil dia tinggal dan dibesarkan di perkampungan kumuh. Ayahnya sudah meninggal saat dia berusia lima belas tahun. Sejak saat itulah ibunya menjadi tulang punggung keluarga yang harus menghidupi dia dan kedua adiknya.
Sebagai anak sulung, Annisa ikut membantu ibunya dalam bekerja mencari uang. Sehari-hari Annisa membantu ibunya mencuci atau menyetrika baju tetangga sekitar. Terkadang mereka membuat kue dan menjajakannya dipasar.
Uang dari semua pekerjaan itu pun lumayan untuk makan dan kebutuhan mereka sehari-hari, meskipun tidak seberapa.
Annisa yang baru saja lulus SMP pun terpaksa putus sekolah, karena ibunya tidak sanggup lagi membiayai pendidikannya. Ditambah ibunya sering sakit-sakitan, dan ada dua adiknya yang masih kecil-kecil dan harus dihidupi juga. Sehingga Annisa harus memahami kondisi ekonomi keluarganya.
Diusianya yang kedua puluh tahun, Annisa memutuskan merantau ke Jakarta, dengan tujuan ingin merubah perekonomian keluarganya supaya lebih baik.
Dia pun berhasil mendapatkan pekerjaan, sebagai salah satu karyawan housekeeping disebuah hotel bintang lima di Jakarta. Dia berpikir ini adalah awal menuju kehidupan yang lebih layak untuk dia dan keluarganya. Namun ternyata, ini adalah awal malapetaka untuk masa depannya.
Selama empat bulan bekerja dihotel itu, semua berjalan dengan lancar. Kegigihan dan kejujuran Annisa dalam bekerja, membuat atasannya terkesan pada kinerja gadis itu. Kepolosan dan kesederhanaannya pun, membuat teman-teman sesama housekeepingnya menyukainya.
Dan dia sendiripun sangat bersyukur karena memiliki penghasilan yang lumayan, dan bisa dia kirimkan untuk ibu dan adik-adiknya setiap bulannya.
Dia berharap semoga bisa terus bekerja dengan nyaman ditempat itu, tanpa bersinggungan dengan siapapun. Karena tujuannya hanya ingin mengangkat derajat keluarganya, sesuai dengan cita-citanya yang ingin membahagiakan ibu dan kedua adiknya.
Namun semua harapan dan cita-citanya hancur akibat insiden satu malam, yang dilakukan oleh pria terhormat namun tidak bertanggung jawab.
"Annisa" Tegur Bu Hana, wanita berusia sekitar tiga puluh tahun yang berprofesi sebagai kepala housekeeping dihotel tempat Annisa bekerja.
Annisa yang sedang berjalan sembari mendorong meja dorong berisi makanan dan minuman pesanan tamu hotel, langsung berhenti saat dia berpapasan dengan atasannya yang menyapanya dengan ramah.
"Eh, iya Bu Hana?" Jawabnya sopan dan penuh hormat.
"Nis, kan sekarang kamu sedang lembur sampai malam. Jadi sekarang saya ingin memberikanmu tugas" Ucap Bu Hana.
"Tugas apa ya Bu?"
"Jadi begini, malam ini hotel kita kedatangan tamu istimewa. Beliau adalah Pak Wisnu Kurniawan, yang akan menempati salah satu kamar president suite yang ada disini. Jadi, saya mempercayakan kebersihan kamar Pak Wisnu padamu"
Annisa mengangguk dengan seulas senyuman menerima tugas itu.
BERSAMBUNG
HAPPY READING
🌹🌹🌹🌹🌹🌹
"Ingat ya Nis, Pak Wisnu itu adalah seorang pengusaha muda yang cukup sukses. Bahkan cabang usahanya ada dibeberapa negara. Beliau juga salah satu pemegang saham terbesar dihotel ini. Jadi saya sangat berharap, jangan sampai kamu melakukan kesalahan yang bisa membuat hotel kita ini terkena imbasnya. Walau itu kesalahan sekecil apapun. Tugasmu adalah layani segala keperluan Pak Wisnu, selama beliau menginap dihotel ini. Kamu mengertikan, maksud saya?" Dengan tutur katanya yang lembut, Bu Hana memperingatkan penuh penekanan.
Annisa kembali mengangguk dengan patuh. "Iya Bu, saya mengerti. Saya akan berusaha untuk melayani Pak Wisnu Kurniawan, dengan sebaik mungkin"
Annisa pun kembali melanjutkan pekerjaannya dengan rajin dan gigih. Membersihkan kamar president suite yang telah dibooking oleh tamu penting yang merupakan pemegang saham terbesar dihotel itu.
Dia sudah bertekad tidak akan melakukan kesalahan saat bekerja. Apalagi ini menyangkut tamu kehormatan. Karena hanya pekerjaan ini satu-satunya sumber penghasilan untuk menghidupi keluarganya didesa.
Dengan cekatan Annisa membersihkan dan merapikan setiap ruangan. Mulai dari kamar tidur, ruang makan, ruang santai dan ruang tamu.
Menurut Bu Hana, Pak Wisnu akan datang saat malam hari. Karena itulah Annisa berusaha menyelesaikan pekerjaannya sebelum orang yang ditunggu tiba.
Annisa mengambil ponselnya untuk melihat jam. Ternyata sudah jam 19.55 WIB. Semoga dia bisa menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu. Dan keinginannya pun terkabul. Beberapa menit kemudian dia berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan apik.
Sebelum keluar dari tempat itu, dia terlebih dulu berlari kekamar mandi untuk buang air kecil, yang sedari tadi ditahan karena ingin menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat waktu.
Beberapa saat setelah Annisa ketoilet, pintu kamar itupun terbuka. Seorang pria tampan berbadan tinggi dan kekar dengan penampilannya yang acak-acakan masuk. Dilihat dari pakaiannya, tampaknya pria itu bukan orang sembarangan.
Namun jika dilihat dari tingkahnya, tampaknya pria itu sedang mabuk berat. Hal itu terlihat jelas dari jalannya yang sempoyongan, tatapannya tidak fokus dan mulutnya pun meracau tidak jelas. Disaat yang sama namun diruangan yang berbeda, Annisa keluar dari toilet.
PRAANK!!!
Karena terburu-buru tangannya tanpa sengaja menyenggol vas bunga dimeja, hingga jatuh berserakan dilantai dan menimbulkan bunyi keras yang membuat Wisnu Kurniawan tersentak.
Pria berusia dua puluh tujuh tahun yang sedang berada dalam pengaruh alkohol itu, berjalan sempoyongan untuk mencari asal suara yang telah mengusiknya. Hingga dia sampai dalam kamar tidur yang telah diperuntukkan untuknya.
Annisa yang sedang berjongkok memunguti serpihan-serpihan vas yang jatuh karena ulahnya terkesiap, saat pintu terbuka dengan keras dari luar. Jantung Annisa berdegup kencang seakan mau keluar dari tempatnya saking terkejutnya gadis itu.
Apalagi melihat pria dengan penampilan berantakan seperti orang mabuk tiba-tiba ada didepannya. Membuatnya sangat takut dan tercekat.
Dengan tubuh bergetar Annisa berdiri untuk menyambut tamu kehormatan yang dimaksud oleh ibu Hana, yang dia yakini orang itu adalah pria yang ada didepannya ini.
"Se-selamat malam Tuan. Sa-saya karyawan housekeeping yang bertugas melayani anda. Saya sungguh minta maaf Tuan. Saya benar-benar tidak sengaja menjatuhkan vas bunga ini. Saya mohon Tuan, tolong jangan laporkan hal ini pa.... " Lirih Annisa terbata-bata sembari mencengkeram kuat-kuat ujung bajunya dengan tangannya yang gemetar.
Belum selesai dia menjelaskan, Wisnu sudah berjalan mendekatinya dan dengan kasar mencengkram bahu Annisa, serta menariknya agar mendekat.
"Tu-tuan. Ap-apa yang anda lakukan?" Tanya Annisa yang semakin gemetar ketakutan, serta merasakan sakit dikedua pundaknya akibat cengkraman lelaki itu.
Terlebih bau alkohol tercium jelas dari mulut pria itu. Membuat perasaannya menjadi tidak enak. Feelingnya mengatakan bahwa hal buruk akan terjadi padanya.
"Memberimu pelajaran berharga, karena sudah berani meninggalkanku demi lelaki bedebah itu" Racau Wisnu menatap Annisa dengan nanar sebelum bibirnya mendarat pada bibir penuh gadis itu.
Sementara tangannya mulai meremas-remas dada sintal Annisa. Membuat Annisa panik, dan berusaha melepaskan dirinya dari tindak pelecehan yang sedang dilakukan oleh lelaki yang berstatus sebagai tamunya itu.
"Euhk!" Dengan menggunakan seluruh tenaganya, Annisa berhasil mendorong Wisnu hingga pria itu terpental jauh darinya.
Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Annisa langsung berlari keluar untuk menyelamatkan diri.
Namun Wisnu tidak semudah itu melepaskannya. Dengan santai dan langkah lebar Wisnu mengikutinya, hingga berhasil menangkapnya saat gadis itu hendak membuka pintu.
"Tuan tolong lepaskan saya! Tolong jangan sakiti saya Tuan!" Seru Annisa dengan isakan tangis mengiba saat Wisnu menarik paksa baju seragamnya agar terbuka.
"Diam kamu wanita jalang! Ini akibatnya karena berani menduakan Wisnu Kurniawan!" Seru Wisnu dengan tatapan penuh amarah seraya mendorong Annisa dengan kasar, hingga gadis itu jatuh tersungkur kelantai beralas karpet.
Kancing bajunya sudah terlepas dan menyembulkan perut serta dadanya yang montok yang masih tertutup kain bentuk kacamata.
"Tuan, saya mohon tolong jangan p*rk*sa saya! Tolong lepaskan saya!" Dengan bulir air mata yang mengalir dan membasahi pipinya yang mulus, Annisa beringsut menjauh dengan posisi masih terduduk dilantai, sembari memohon belas kasihan pria itu agar menghentikan aksi bejatnya yang bisa saja membuatnya kehilangan kesucian.
Namun tangisan dan ucapannya tidak ada gunanya, karena pengaruh alkohol membuat tubuh dan pikiran lelaki itu tidak jernih dan dikuasai nafsu. Yang ingin dilakukannya saat ini hanyalah menyiksa dan menghancurkan wanita dihadapannya ini, untuk membalaskan rasa sakit hatinya.
"Ahhkk!!" Wisnu kembali mencengkeram pundak Annisa, lalu mendorongnya hingga gadis itu terhempas keatas kasur yang empuk.
Annisa menjerit antara takut dan sakit disekujur tubuhnya akibat perlakuan kasar lelaki itu. Wisnu melepaskan pakaian dari tubuhnya yang terasa panas dan bergairah. Kemudian dia membuka paksa pakaian Annisa, hingga tubuh polos gadis itu terpampang didepannya.
Tangisan gadis malang itu pecah. Menangisi masa depannya yang mungkin saja akan hilang dalam hitungan detik.
Wisnu menindih tubuh Annisa. Dia kembali mengecup bibir gadis itu dengan brutal dan penuh luapan emosi. Membuat gadis itu hanya bisa menangis pasrah karena dia sudah kelelahan. Tenaganya sudah habis untuk melawan.
"Kenapa? Kenapa kamu tega mengkhianatiku demi sibrengsek itu?! Apa yang kurang dariku, yang hanya dimiliki oleh sibrengsek itu?! Bukankah selama ini aku selalu memberimu cinta?! Aku selalu menuruti apapun keinginanmu! Selalu memberikan apapun yang kamu minta. Tapi kenapa kamu bisa berpaling pada sibrengsek itu?! Apa yang dia berikan, yang tidak bisa aku berikan hah?! Apa dia bisa memuaskanmu? Dan kamu menganggapku tidak bisa? Baiklah, akan kutunjukkan padamu, kalau aku jauh lebih kuat darinya!!"
Wisnu kembali meracau. Sedangkan bibir dan lidahnya masih terus mencium dan menjilati telinga serta leher Annisa. Dan tangannya pun asik bermain-main pada bagian-bagian sensitif Annisa yang belum pernah disentuh oleh lelaki manapun.
BERSAMBUNG
HAPPY READING
🌹🌹🌹🌹🌹🌹
"Tuan apa yang anda katakan? Aku tidak me...." Lirih Annisa yang masih terus menangis. Dia tidak mengerti apapun yang dikatakan oleh lelaki mabuk yang sedang memperk*s*nya itu. Dia yakin pria itu sedang marah pada orang lain, dan melampiaskannya padanya.
"Ahhhkkkkk!!!" Tiba-tiba Annisa menjerit keras saat milik Wisnu menerobos terowongannya untuk pertama kalinya, hingga membuatnya kesakitan.
💐💐💐💐💐
"Pak. Pak Wisnu" Seru seorang lelaki muda berpakaian rapi dan formal, dengan wajah yang lumayan tampan yang tak lain adalah asisten Alan.
Pria berusia dua puluh lima tahun itu baru itu, baru saja memasuki kamar hotel dengan fasilitas presidential suite tempat bosnya menginap itu.
"Dimana dia? Apa sudah tertidur karena mabuk?" Gumam Alan sembari melangkahkan kakinya perlahan dengan kepala celingukan mencari keberadaan atasannya.
Tadi beberapa menit yang lalu setelah mengantar Wisnu kedepan pintu kamar hotel itu, Alan pergi untuk mengangkat panggilan suara dari klien penting yang seharusnya ditangani oleh sang atasan.
Namun karena pria itu sedang mabuk berat, terpaksa dia yang harus menghendelnya dulu dan meninggalkan atasannya sendirian. Sekarang entah dimana dan apa yang sedang dilakukan lelaki itu.
Alan sendiri tidak mengerti masalah apa yang sedang dihadapi oleh pria yang sudah tiga tahun lebih menjadi bosnya, hingga bisa mabuk-mabukan seperti itu.
Meski selama ini dia sering melihat atasannya mabuk-mabukan, namun dia tidak pernah melihatnya sampai mabuk separah itu. Entah dia sedang bertengkar dengan pacarnya yang berprofesi sebagai model itu atau apa. Alan sendiri kurang paham.
"Ahhhkkkkk!! Hiks hiks!" Tiba-tiba saja Alan dikejutkan oleh suara jeritan dan tangisan wanita.
"Apa yang sedang dilakukan Pak Wisnu?" Gumamnya dengan mata terbelalak. Pikiran-pikiran negatif mulai hinggap dikepalanya. Dia berharap semoga bosnya tidak melakukan hal yang macam-macam karena sedang dalam pengaruh alkohol.
"Pak!" Serunya sambil kembali berjalan mengikuti arah suara yang telah mengejutkannya itu.
Hingga dia sampai dikamar tidur yang sedang menyajikan pemandangan yang membuat tubuhnya tegang dan panas. Dimana dia melihat bosnya sedang berada diatas ranjang, dan meruda paksa seorang wanita yang hanya bisa menjerit dan menangis tanpa bisa melakukan perlawanan. Tubuh keduanya pun dalam keadaan polos tanpa tertutup sehelai benang pun.
"Astaga Pak! Apa yang Bapak lakukan?" Seru Alan sembari berlari mendekati atasannya, dan menariknya agar melepaskan wanita malang itu.
Begitu Wisnu melepaskannya, Annisa langsung menarik selimut tebal dan menutupi tubuh polosnya dengan gemetar. Meski apapun yang dia lakukan tidak akan bisa mengembalikan keperawanannya yang sudah terlanjur direnggut oleh lelaki bi*dab itu.
"Minggir! Beraninya kamu menggangguku!" Wisnu yang masih belum sadar dari pengaruh minuman keras berteriak, dan mendorong Alan dengan penuh amarah. Hingga wajahnya memerah karena pria itu sudah berani mengganggu kesenangannya.
"Pak sadar! Ini saya Alan. Apa yang sudah anda lakukan pada wanita ini?" Seru Alan sembari mengguncang-guncangkan bahu Wisnu, dan menunjuk Annisa yang meringkuk diatas ranjang dengan tatapan kosong dan wajah yang basah oleh cucuran keringat dan air mata.
Wisnu mengerjab-ngerjabkan matanya, dan memijat-mijat kepalanya yang terasa berat. Kemudian dia melihat Alan dengan tatapan bingung.
"Alan?" Wisnu memandangi kesekelilingnya.
"Apa yang terjadi padaku? Dimana pakaianku?" Wisnu mencari-cari pakaiannya saat dia terkejut melihat tubuhnya dalam keadaan **********. Dengan cepat dia memunguti pakaiannya yang tercecer dilantai, dan memakainya dengan malu.
"Pak, seharusnya saya yang bertanya, apa yang sudah Bapak lakukan pada wanita ini? Kenapa dia bisa ada disini?" Desis Alan yang kembali menunjuk Annisa.
Wisnu baru sadar ada orang lain diruangan itu selain dia dan asistennya. Dia memandangi ranjang, dimana ada seorang wanita yang tidak dikenalnya berbaring dengan tubuh bergetar, tatapan kosong dan menutupi tubuhnya dengan selimut.
Wisnu terbelalak melihat wanita itu. Tubuhnya mulai merasa tegang.
"Alan, siapa wanita ini? Ngapain dia disini?" Wisnu mencecar asistennya dengan gelisah. Terlebih saat dia melihat bercak darah yang menodai sprei berwarna putih.
"Pak, itulah yang sedang saya tanyakan. Bapak.... Sudah mem.... Perk*s* wanita ini?" Alan balik bertanya dengan terbata-bata.
Wisnu kembali menatap wanita itu. "Aku? Sudah memperk*s*?" Wisnu berpikir dengan keras. Berusaha mengingat apa yang sudah dia lakukan pada wanita dihadapannya itu.
Samar-samar dia ingat melakukan pemaksaan terhadap Agnes, tunangannya yang telah mencampakkannya demi lelaki lain. Tapi kenapa sekarang bukan Agnes yang ada dihadapannya, melainkan wanita lain yang sama sekali tidak dikenalnya?
"Ya Tuhan. Ternyata dia bukan Agnes?" Lirih Wisnu dengan cemas dan gelisah menyadari dirinya sudah salah orang karena mabuk. Dan ternyata tanpa sadar dia sudah memp*rk*sa seorang gadis yang masih perawan?!
Apa yang harus dilakukannya sekarang?! Dia tidak mau sampai berurusan dengan hukum karena masalah ini!
"ARRGGHHH!!!" Pekik Wisnu dengan keras merutuki kebodohannya sendiri yang sudah salah mengenali orang.
"Dasar bodoh!! Apa yang sudah aku lakukan?!"
PRAANK!!
Saking marahnya dia pada dirinya sendiri, Wisnu sampai menepis semua benda diatas nakas hingga jatuh berserakan dan hancur berkeping-keping dilantai.
Membuat Alan tersentak dan menundukkan wajahnya. Tidak berani bicara apapun lagi, karena takut melihat emosi bosnya yang sedang meluap-luap.
Wisnu memegang pundak Alan dengan frustasi. "Alan, semua ini adalah ketidak sengajaan. Aku sama sekali tidak sadar saat melakukannya! Jadi, hanya kita saja yang tau masalah ini. Aku tidak mau kejadian ini sampai menjadi scandal, yang akan mencoreng nama baikku. Jika kejadian ini sampai diketahui oleh orang lain dan itu semua karena dirimu, maka aku tidak akan pernah memaafkanmu. Aku tidak akan segan-segan memecatmu. Dan aku pastikan, kamu akan diboikot dari perusahaan manapun. Mengerti?" Serunya mengancam asistennya dengan tatapan tajam.
Alan mengangguk dengan takut. "Iy-iya Pak. Saya mengerti. Bapak tenang saja, saya janji akan tutup mulut, dan menjaga rahasia ini" Jawabnya dengan gemetar.
Dia tau atasannya itu bukan orang sembarangan yang akan main-main dengan perkataannya. Karena itulah dia memilih untuk menurut saja, daripada harus menjadi gelandangan dijalanan.
"Bagus kalau kamu mengerti" Wisnu menghela nafas lega karena berhasil mengontrol asistennya. Dia kembali menatap Annisa dengan tatapan tajam. Lalu mengeluarkan kata-kata ancamannya terhadap gadis malang yang sudah dia rusak masa depannya itu.
"Dengar Nona, apapun yang aku lakukan padamu, semua terjadi dialam bawah sadarku. Jadi aku minta padamu, lupakan masalah ini. Anggap tidak pernah terjadi apapun diantara kita. Aku akan membayar berapapun yang kamu inginkan. Tapi jika kamu berani nekat membocorkan masalah ini pada orang lain, atau sampai menempuh jalur hukum, aku pastikan kamu akan kalah. Kamu pasti taukan siapa saya?"
BERSAMBUNG
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!