Pagi itu Dea Prasasti sedang menatap ke arah jendela dengan rintik-rintik hujan, Dea dengan perut yang membuncit besar yang saat ini sedang hamil tua selalu menanti kepulangan sang suami yang berhari-hari tidak pulang.
Dea terus menatap ke arah jendela, Berharap hari itu suaminya datang menjenguknya. Namun Beberapa lama berdiri didekat jendela, Suaminya yang bernama Anton Wijaya seorang TNI yang bertugas di kota tak kunjung datang.
"Apa salah jika aku juga berharap di perlakukan sama dengan isteri pertama kamu mas! Aku memang hanya isteri siri, Namun apa aku nggak berharap mendapat perhatian juga!" Ucap Dea yang masih menatap ke arah jendela.
Suasana hati Dea semakin tak karuan karena sang suami tak kunjung datang sehingga Dea mulai teringat perjalanan hidupnya yang tampak kelabu.
Flashback masa lalu
Ketika Dea menikah dengan Anton, Saat itu kondisi Dea menjanda dengan dua anak. Sebelumnya Dhea pernah menikah dengan Furqon, Pernikahannya dengan Furqon menghasilkan satu putra dan satu putri. Meski sudah memiliki dua orang anak, Dea tidak pernah merasakan bahagia menikah dengan Furqon karena sejak mereka menikah, Sang suami sangat jarang memberinya nafkah yang berupa uang.
Hari itu karena di dapur banyak bahan makanan yang kosong, Sehingga Dea memberanikan diri memberitahukan sang suami.
"Mas, minyak dan beras habis!" Dea berharap Furqon memberinya uang untuk membeli minyak dan beras, Namun Furqon tak menggubris ucapan Dea malah Furqon yang sedikit bicara itu berlalu begitu saja dari Dea.
"Mas mau kemana?" Tanya Dea yang melihat sang suami hendak pergi.
"Aku lapar, mau makan ke rumah ibu!" Dengan santainya Furqon mengatakan seperti itu padahal Dea tidak bisa memasak karena tidak ada beras yang hendak dimasaknya.
"Mas aku juga lapar! Tapi mau masak apa? Beras nggak ada!" Dea terdengar mengeluh.
"Kalau kamu lapar, Sana kamu kerja lah! Kamu jual kue kek apa kek!" Ucap Furqon
Perkataan Furqon itu sangat melukai hati Dea sehingga mulai hari itu apa pun yang terjadi Dea tidak akan meminta apa pun lagi pada suaminya itu.
Setelah itu, Dea pun berjalan ke luar dari rumahnya menuju jalan raya yang ada disana. Sesampainya di jalan raya itu, Dea mendekat ke arah sebuah warung penjual bakso yang ada disana.
"Bu, Apa boleh saya cuci piring disini! Saya sangat butuh pekerjaan bu!" Ucap Dea yang meminta pekerjaan pada pemilik warung bakso sederhana itu.
"Itu ada banyak mangkok kotor, Kamu cuci dibelakang!" Tunjuk Bu Inah yang merupakan pemilik warung bakso itu.
"Baik bu, Saya akan cuci mangkok itu!" Dea sangat bersyukur bisa bekerja di warung bakso itu, Meskipun harus menjadi tukang cuci piring, Bagi Dea Pekerjaannya itu tidaklah hina asalkan Dea dan kedua anaknya bisa makan.
Selesai mencuci mangkok-mangkok kotor yang kian menumpuk, Bu Inah langsung memberikan uang senilai Rp 25.000 pada Dea. Meski jumlah uang itu tak seberapa, Tetapi Dea tetap bersyukur karena bisa membeli makanan untuknya dan kedua anaknya hari itu.
Setelah Dea menyelesaikan pekerjannya, Dea pun segera bergegas pulang. Namun sebelum pulang, Terlebih dahulu Dea membelikan nasi bungkus pada kedua anaknya.
"Pasti Dina dan Leo sudah sangat lapar!" Ucap Dea seraya memegangi nasi bungkus itu.
Seusai membeli nasi bungkus, Dea pun langsung pulang ke rumahnya. Didepan rumah, Terlihat kedua anaknya telah menunggunya.
"Mama, Kemana aja! Dina lapar! Dari tadi Dina sama kakak menunggu mama pulang!" Ucap anak perempuan Dea.
"Maafkan mama sayang, Mama baru selesai kerja!" Jelas Dea pada anaknya itu.
"Mama, Leo lapar! Dari tadi belum makan!" Ucap Leo pada mamanya.
"Ini mama bawakan nasi bungkus untuk kalian makan!" Dea memberikan nasi yang bungkus yang di pegangnya itu pada kedua anaknya.
Setelah itu, Baik Leo maupun Dina langsung makan nasi itu dengan sangat lahap saking laparnya. Dea tidak ikut makan, Wanita yang berparas anggun itu hanya sibuk memperhatikan anak-anaknya yang sedang makan.
"Mama nggak ikut makan!" Ucap Leo yang memperhatikan sang mama hanya menatap mereka yang sedang makan.
"Mama sudah kenyang sayang, Tadi mama udah makan di tempat kerja!"
Sebenarnya Dea sangat lapar di kala itu, Namun melihat kedua anaknya yang sangat lahap makan, Dea tidak tega untuk ikut makan karena pasti nasi itu tidak akan cukup untuk mereka makan sehingga Dea hanya menatap kedua anaknya yang sedang makan.
"Pasti banyak makanan di tempat kerja mama kan! Dina jadi pengen ikut kesana!" Ucap Dina yang membayangkan banyak makanan di tempat kerja sang mama.
"Kan mama baru kerja sehari disana! Nggak enak lah kalau kamu ikut kesana!"
Dea tidak mau jika Dina ikut kesana bukan karena merasa tidak enak pada bosnya, Namun Dea tidak mau melihat Dina sedih jika mengetahui mamanya makan dengan bakso sisa para pelanggan yang tidak habis.
"Ya sudah deh ma, Besok kalau mama sudah lama kerja disana baru Dina ikut!" Ucap Dina.
Ketika Dea sedang sibuk mengobrol bersama kedua anaknya, Tiba-tiba Furqon sang suami pulang.
"Ayah dari mana?" Tanya Leo yang melihat ayahnya pulang.
"Ayah dari rumah nenek," Jelas sang ayah
"Kenapa nggak ajak kita yah! Pasti dirumah nenek banyak makanan!" Leo membayangkan banyak makanan dirumah neneknya.
"Lain kali ya ayah ajak kesana! Sekarang kalian masuk ke dalam dulu, Ayah mau bicara sesuatu sama mama!" Ucap sang ayah pada kedua anaknya.
Setelah itu, Kedua anak itu pun masuk ke dalam kamarnya. Setelah kedua anak itu masuk, Furqon langsung duduk di dekat Dea.
"Kamu tidak masak! Kok anak-anak itu tampak kelaparan!" Furqon menatap ke arah sang isteri.
"Mau masak apa mas, Beras nggak ada minyak nggak ada!" Ucap Dea.
"Kamu bisa kan ngutang di warung dulu beras! Kamu tahu kan kondisiku, Aku ini hanya guru honor yang di gaji tiga bulan sekali!" Furqon tampak meminta pengertian Dea.
"Gampang ya kamu suruh aku ngutang di warung! Sementara kamu kalau lapar pulang ke rumah orang tuamu! Apa kamu nggak pernah memikirkan kami disini bisa makan atau nggak!" Emosi Dea mulai naik.
"Kamu kan bisa minta pekerjaan di warung-warung depan sana! Lagian kamu kan disini menganggur nggak ada pekerjaan lain!" Ucap Furqon dengan santainya.
Setelah itu, Keduanya tampak berselisih paham sampai teriak-teriak sehingga tetangga di sebelahnya itu mendengar pertengkaran mereka.
Selain itu, Kedua anaknya yang tampak sedang nonton tv didalam pun akhirnya keluar mendengar suara perdebatan mereka.
"Mama sama papa kenapa teriak-teriak!" Ucap Leo yang melihat kedua orang tuanya berdebat.
"Leo ajak adik gih main sana! Mama sama ayah belum selesai bicara!" Titah sang ayah pada anak lelakinya itu.
"Tapi ayah, Kalau Leo ajak adik main pasti nanti Dina mau jajan sementara Leo nggak punya uang untuk beli jajan!" Ucap Leo yang tampak sedih.
Mendengar ucapan Leo itu membuat sang ayah menjadi sangat marah, Terlebih Furqon waktu itu tidak memegang uang sepeser pun.
"Kalian ini hanya mikirin uang.......uang dan uang saja!" Teriak Furqon
Leo yang mendengar ucapan ayahnya itu menjadi sangat ketakutan.
"Nggak sepantasnya mas bicara seperti itu pada anak-anak! Mereka nggak tau apa-apa mereka masih sangat kecil!" Ucap Dea pada suaminya itu.
"Diam kamu!" Tangan Furqon hendak melayang ke wajah Dea, Namun tiba-tiba seseorang menahan tangan Furqon yang hendak menampar isterinya itu.
"Berani-beraninya kamu main tangan sama adik saya!" Terdengar ucapan seorang wanita yang tidak lain adalah Ima yang merupakan kakak kandung Dea.
"Kak ima, Maafkan saya tadi enggak sengaja!" Ucap Furqon merasa bersalah.
"Kali ini saya maklumi, Tetapi kalau lain kali kamu masih berbuat seperti ini akan aku laporkan kamu ke pihak berwajib!" Ucap Ima dengan tegasnya.
Kedatangan Ima yang secara tiba-tiba itu membuat Furqon tampak gugup, Setelah itu Furqon pun meninggalkan Dea dan Ima disana.
"Dik, Apa setiap hari Furqon memperlakukanmu dengan buruk?" Tanya Ima pada sang adik
"Nggak kok kak, Baru kali ini dia seperti itu! Mungkin tadi kelepasan karena anak-anak agak bandel!" Dusta Dea pada sang kakak, Dea tak mau jika sang kakak mengetahui perilaku Furqon yang sebenarnya pasti semua keluarga Dea akan memandang Furqon dengan sangat buruk sehingga Dea menyembunyikan sifat buruk Furqon pada kakaknya itu.
"Baguslah kalau Furqon tidak seperti yang kakak pikirkan!" Ucap Ima kembali
"Oh iya, Kakak kesini kok nggak ngabarin aku dulu!"
"Iya, Kakak kesini mau minta izin bawa Dina dan Leo untuk ajak mereka jalan-jalan!"
Ima meminta izin pada Dea untuk membawa kedua anaknya jalan-jalan, Ima sangat menyayangi kedua anak itu. Baginya kedua anak-anak itu lebih dari anak kandungnya, Sebab sudah lama Ima menikah namun tak jua dikarunia seorang anak sehingga kedua anak itu menjadi obat kerinduan Ima yang sangat menginginkan anak.
"Iya, Kakak bawa aja mereka! Tadi mereka pergi main-main kerumah tetangga! Kakak tunggu sebentar ya biar aku panggilkan!"
Leo dan Dina seketika langsung pergi meninggalkan rumah ketika terus menerus melihat kedua orang tuanya beradu mulut. Oleh karena kedua anaknya tidak dirumah sehingga Dea pun terlihat berjalan memanggil kedua anaknya yang sedang bermain tak jauh dari rumahnya. Sesampainya disana hati Dea benar-benar teriris melihat kedua anaknya yang tampak sedang memandangi temannya yang sedang minum es.
"Dina, Leo ayo pulang!" Dea mengajak kedua anaknya itu untuk pulang.
"Kami nggak mau pulang ma! Kami takut pulang, Nanti ayah marah-marah lagi!" Ucap Leo dengan polos.
"Ayah nggak akan marah lagi kok, Apalagi dirumah sekarang ada umi Ima yang mau ajak kalian jalan-jalan!" Dea terdengar membujuk sang anak untuk pulang.
"Ayo kak kita pulang, Pasti umi sudah menunggu dirumah!" Ucap Dina dengan antusias.
Setelah itu, Ketiganya pun terlihat untuk pulang. Sesampainya dirumah Dina langsung berlari memeluk saudara mamanya itu yang dipanggilnya dengan sebutan umi.
"Umi, Kata mama umi mau ajak kami jalan-jalan!" Ucap Dina pada Ima
"Iya sayang, Sana siap-siap gih!"
Setelah itu, Dina dan Leo pun bersiap-siap. Tak lama kemudian, Kedua anak itu terlihat sudah rapi sehingga Ima langsung membawa keduanya untuk jalan-jalan.
Sementara Dea langsung masuk ke kamarnya untuk beristirahat. Namun ketika hendak beristirahat, Tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari arah luar.
Tok......tok.......Suara ketukan pintu tersebut.
Mendengar suara ketukan pintu itu, Dea langsung berjalan membukakan pintu tersebut. Diluar pintu itu, Terlihat seorang wanita berdiri.
"Dea, Masih ingat aku nggak!" Ucap seorang wanita yang berdiri didepan pintu itu.
"Kamu Tuti kan, Teman aku di pondok dulu!" Tebak Dea
"Iya benar," Sahut Tuti
"Kamu sekarang beda ya sama yang dulu!" Dea menatap Tuti dari atas ke bawah yang terlihat sangat berbeda dengan saat mereka masih di pondok pesantren dulu.
"De, Kedatangan aku kesini untuk mengantar undangan reuni ini!" Tuti memberikan sebuah undangan reuni pada Dea
"Astaga.......Gara-gara aku sibuk memperhatikan penampilan kamu, Aku jadi lupa mepersilahkan kamu masuk!" Ucap Dea.
"Nggak apa-apa De, Lagian aku buru-buru sekarang!"
Kemudian, Tuti pun langsung meninggalkan rumah Dea karena ada suatu urusan yang harus ia kerjakan.
*******
Keesokan harinya, Dea kembali bekerja di sebuah warung bakso yang tak jauh dari rumahnya untuk mencuci mangkok kotor yang ada di tempat tersebut.
Ketika sedang sibuk mencuci mangkok-mangkok kotor, Tiba-tiba Dea di panggil oleh pemilik warung bakso itu.
"De, Tolong kesini sebentar!" Teriak sang pemilik warung itu.
"Iya bu," Dea pun langsung berjalan mendekat ke arah bosnya itu.
"De, Tolong bantu ibu disini!" Ucap sang pemilik bakso itu
Ketika Dea sedang melayani para pelanggan tersebut, Tiba-tiba seseorang datang mendekat ke arah Dea.
"Kamu kerja disini De!" Ucap seorang pria tersebut.
"Iya mas," Sahut Dea
"Kamu kerja ditempat saya nggak di bagian administrasi!" Seorang pria itu menawarkan pekerjaan pada Dea.
"Mas serius!" Dea tampak antusias mendengar ucapan pria itu yang tak lain adalah tetangga di sebelah rumahnya.
"Iya, Besok pagi-pagi kamu datang ya di kantor mas!" Ucap pria bernama Erfan tersebut.
"Tapi aku nggak tahu tempat kantor mas!" Kata Dea
"Mana nomor telepon kamu, Nanti mas kirimkan alamatnya!" Erfan meminta nomor ponsel Dea
Setelah itu, Dea pun memberikan nomor ponselnya pada Erfan. Kemudian Dea menyelesaikan tugasnya di warung tersebut terlebih dahulu baru kembali berbicara dengan Erfan dalam waktu sangat lama.
Meski Dea dan Erfan sudah lama bertetangga, Namun keduanya baru kali ini berbicara dan keduanya terlihat sangat akrab bahkan mereka terlihat tertawa lepas disana.
Setelah lama mengobrol dengan Erfan disana, Dea pun memutuskan untuk pulang. Selain itu, Pekerjaan Dea diwarung tersebut pun telah beres sehingga Dea bisa segera pulang.
Sesampainya dirumah, Dea melihat sang suami sedang duduk di teras depan menunggunya pulang.
"Kamu dari mana? Jam segini baru pulang!" Furqon terlihat sangat marah karena Dea pulang malam.
"Tumben kamu nanya aku kemana!" Ucap Dea dengan santainya.
"Aku ini masih suami kamu, Sudah sewajarnya aku bertanya kamu kemana!" Ucap Furqon dengan nada suara tinggi.
"Suami, Tapi nggak pernah kasih nafkah ke istrinya! Apakah itu masih pantas di sebut seorang suami!" Ucap Dea dengan tegas.
Plak........Satu tamparan melayang ke wajah Dea.
"Dasar lelaki kasar! Kamu itu nggak pernah kasih aku uang, Kalau aku nggak kerja aku dan anak-anak mau makan apa!" Ucap Dea seraya memegangi wajahnya yang masih sakit akibat tamparan Furqon.
"Kamu kerja apa sampai malam begini!" Furqon menarik rambut Dea sampai Dea meringis kesakitan.
"Sakit mas.........Tolong lepas!" Dea memohon pada Furqon agar melepaskan rambutnya.
"Aku nggak suka melihat kamu pulang malam-malam! Kamu kan bisa cari pekerjaan lain, Misalnya ambil upah tanam jagung di sawah!" Ucap Furqon dengan posisi masih memegangi rambut Dea.
"Upah tanam jagung nggak akan cukup mas untuk memenuhi kebutuhan dapur, Ditambah lagi uang jajan anak-anak!" Dea terdengar membela diri.
"Kamu ini selalu saja membantah, Dasar isteri tak tahu diri!" Furqon langsung keluar dari rumahnya karena merasa isterinya itu selalu membantahnya. Jika Furqon tetap berada disana, Pria itu bisa saja bertindak lebih kasar lagi pada isterinya karena amarahnya yang sudah tak terkendali.
"Aku lelah, Aku sudah nggak kuat! Aku bisa bertahap sampai dengan sekarang hanya karena kedua anakku!" Terdengar ucapan Dea seraya menangisi nasibnya.
Ketika Dea sedang menangis karena perbuatan suaminya itu, Tiba-tiba ponsel Dea berdering pertanda ada pesan masuk.
"Malam cantik, Besok pagi aku tunggu di kantor ya!" Bunyi pesan dari Erfan itu.
"Iya, Besok aku kesana!" Balas Dea
"Kok balasnya singkat! Boleh aku telepon?" Erfan mengirimkan pesan lagi.
"Jangan mas, Besok aja kita bicara di kantor mas!" Balas Dea kembali
"Ya sudah, Sampai ketemu besok cantik!"
Setelah itu, Dea pun langsung beristirahat karena merasa sangat lelah. Selain Dea lelah bekerja, Batin Dea juga terus menerus disakiti oleh sang suami.
*********
Keesokan paginya Dea tengah bersiap-siap untuk ke kantor Erfan. Ketika tengah bersiap-siap, Tiba-tiba Furqon datang.
"Mau kemana kamu?" Tanya Furqon
"Aku mau kerja mas," Jawab Dea
"Kerja dimana? Kok rapi sekali!" Ujar Furqon
"Nanti juga mas tahu, Aku berangkat dulu mas udah telat!"
Dea pun segera berjalan ke depan rumahnya untuk mencari ojek yang akan mengantarkannya ke kantor Erfan yang terletak di Kota Praya Kabupaten Lombok Tengah NTB.
Sesampainya didepan rumahnya, Dea langsung memanggil pak Budi yang merupakan seorang ojek yang ada di desa tempat tinggalnya.
"Pak Budi, Bisa antarkan saya ke kantor kementrian agama yang ada di praya!" Ucap Dea pada pak Budi
"Bisa, Ayo naik!" Ujar pak Budi
Setelah itu Pak Budi pun langsung mengantarkan Dea ke tempat tujuannya. Jarak dari rumah Dea ke kantor Erfan tidak terlalu jauh sehingga Dea bisa sampai di kantor Erfan dengan cepat.
Beberapa saat kemudian, Dea telah sampai di depan kantor Erfan. Sesampainya Dea disana, Wanita cantik itu langsung mengrimkan pesan pada Erfan kalau Dea sudah berada di luar.
Tak lama setelah itu, Terlihat Erfan keluar menemui Dea.
"Sudah lama disini!" Ucap Erfan
"Nggak terlalu lama kok," Beri tahu Dea
"Ayo masuk ke dalam!" Erfan mempersilahkan Dea untuk masuk.
Setelah masuk ke dalam, Erfan langsung memberi tahu Dea tentang pekerjaannya serta mengajarinya apa saja yang hendak Dea kerjakan.
Semenjak saat itu, Erfan dan Dea menjadi sangat dekat. Kedekatan mereka mengakibatkan tumbuhnya benih-benih cinta antara keduanya, Sampai mereka lupa jika mereka masih punya keluarga masing-masing.
Dea merasa sangat nyaman pada Erfan karena Erfan berbeda dengan suaminya. Dimata Dea, Erfan adalah sosok pria yang pengertian dan bisa memenuhi segala kebutuhannya baik kebutuhan lahir maupun batin yang tak pernah Dea dapatkan dari sang suami.
Suatu ketika, Hubungan mereka mulai tercium oleh Mira yang merupakan isteri Erfan. Mira mulai curiga ketika salah seorang rekan kerja Mira memberitahukan pada Mira bahwa Dea datang ke acara reuni dengan teman SMAnya dulu bersama dengan Erfan. Rekan kerja Mira ini adalah salah satu dari teman seangkatan Dea sewaktu masih duduk di sekolah menengah atas. Semenjak diberi tahu oleh rekan kerja itu, Mira mulai menyelediki kebenaran hubungan Dea dan Erfan.
Suatu hari Mira mengikuti sang suami diam-diam ketika hendak berangkat kerja, Ternyata dugaan Mira benar adanya. Sang suami dari rumah berangkat kerja dengan pakaian yang rapi, Namun kenyataannya Erfan dan Dea malah janjian bertemu di sebuah home stay yang ada di wilayah Suranadi. Begitu terlukanya hati Mira melihat pemandangan tidak mengenakkan itu. Dengan cepat Mira langsung melabrak kedua pasangan tersebut.
"Apa yang mas lakukan bersama perempuan ini!" Tunjuk Mira ke arah Dea.
"Mbak Mira, Tolong maafkan saya!" Dea tampak berlutut memohon maaf pada Mira
"Kamu sangat tega ya melakukan semua ini, Kita ini tetanggaan bahkan rumah kita satu tembok tetapi kamu tega menusuk dari belakang!" Ungkap Mira yang tampak kecewa.
"Mbak, Tolong ampuni saya!" Dea merengek-rengek memohon ampun dari Mira.
"Mir, Dengarkan dulu penjelasan kami!" Celetuk Erfan
"Semuanya sudah jelas mas, Kamu tega menghianati aku! Emang apa kurangnya aku padamu!" Ucap Mira dengan tatapan marah.
"Kamu nggak kurang apa-apa sayang, Aku hanya hilaf!" Dengan santainya Erfan menyatakan hilaf.
"Sekarang pilih, Kamu pilih aku atau dia!" Mira meminta Erfan untuk memilih antara Mira atau Dea.
"Jangan suruh aku memilih sayang, Aku cinta sama kamu sama halnya dengan Dea!" Ucap Erfan tanpa ada rasa bersalah.
"Baik kalau begitu mau kamu, Aku yang akan pergi dari hidupmu!" Ucap Mira.
Setelah itu Mira hendak pergi dari tempat itu, Namun tiba-tiba kepalanya sangat berat sehingga akhirnya.
Bruk........Terdengar suara tubuh Mira jatuh ke lantai.
Melihat sang isteri tiba-tiba pingsan, Erfan langsung mengangkat tubuh sang isteri dan membawanya ke puskesmas terdekat.
Sesampainya di puskesmas yang tak jauh dari tempatnya tadi, Mira langsung ditangani oleh dokter yang ada disana.
Setelah itu, Sang dokter pun langsung memeriksa kondisi Mira. Tak lama setelahnya, Terlihat seorang dokter yang menangani Mira itu keluar dari ruangan tempat Mira dirawat.
"Dokter, Bagaimana kondisi isteri saya?" Tanya Erfan pada dokter itu
"Isteri anda tidak apa-apa, Hanya saja beliau sedang mengandung jadi cepat capeknya!" Jelas sang dokter itu.
"Apa, Mira sedang mengandung!" Erfan terlihat sangat senang mendengar berita kehamilan isterinya itu.
"Iya pak, Tolong jaga isterinya ya pak! Jangan sampai isterinya stress!" Pesan sang dokter.
"Baik dok," Sahut Erfan
"Kalau begitu saya permisi dulu!" Dokter itu pun berlalu dari hadapan Erfan.
Setelah itu Erfan hendak masuk ke dalam ruang perawatan isterinya itu, Namun langkah Erfan terhenti karena Dea menarik tangannya.
"Bisa kita bicara sebentar mas!" Ucap Dea tiba-tiba
"Bicara apa? Saya harus mengecek kondisi Mira!" Ucap Erfan.
"Sebentar saja mas!"
"Baiklah,"
Setelah itu, Keduanya tampak berjalan ke arah luar puskesmas untuk berbicara berdua.
"Mas, Hubungan kita bagaimana kelanjutannya?" Tanya Dea pada Erfan.
"Kamu tahu kan isteri saya sedang mengandung, Jadi nggak mungkinlah saya ceraikan dia! Apalagi selama ini dia yang selalu memberiku uang dengan gajinya termasuk uang yang aku kasih buat kamu itu!" Ungkap Erfan
"Tapi mas, Kita nggak bisa dong seperti ini terus! Aku butuh kepastian mas!" Dea berharap kepastian hubungannya dengan Erfan.
"Kepastian apa yang kamu harapkan! Kamu sendiri saat ini statusnya masih menjadi isteri orang!" Erfan mengingatkan pada Dea bahwa status Dea masih isteri orang.
"Masalah itu akan aku urus mas, Lagian sudah nggak ada lagi yang harus aku pertahankan dengan suamiku hubungan kami sudah renggang!" Ungkap Dea.
"Urus dulu perceraianmu, Nanti setelah urusanmu selesai baru kita bicara kembali! Sekarang aku mau lihat kondisi Mira dulu!" Erfan pun berlalu dari hadapan Dea lalu berjalan ke arah ruang perawatan Mira untuk melihat keadaan Mira.
Seusai berbicara dengan Erfan terlihat Dea pergi kerumah orang tuanya, Entah apa yang Dea pikirkan sehingga Dea tak mau lagi pulang ke rumahnya.
Satu dua hari berada dirumah sang ibu, Keluarga dari pihak ibu hanya diam saja tidak bertanya dengan sesuatu hal yang terjadi dengan rumah tangga Dea. Namun ketika seminggu lebih Dea menetap dirumah sang ibu, Terlihat saudara pihak bapak Dea langsung menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dengan rumah tangga Dea terlebih tak ada satu pun anaknya yang Dea bawa ikut menginap.
"De, Ada hal yang harus ibu dan bibimu sampaikan!" Ucap sang ibu pada Dea.
"Apa itu bu!" Sahut Dea
Setelah itu sang ibu pun mulai menanyakan pada Dea prihal yang terjadi dengan rumah tangganya sehingga Dea menginap berhari-hari seorang diri di rumah sang ibu.
Lalu Dea pun mulai menjelaskan semua keburukan suaminya itu, Terlebih keburukan sang suami yang tak pernah memberikannya uang belanja.
"Nak, Apa tidak bisa kamu bicara baik-baik lagi sama nak Furqon siapa tahu dia akan berubah!" Nasihat sang ibu
"Dia nggak akan bisa berubah bu! Furqon hanya memikirkan dirinya sendiri, Dia nggak pernah memikirkan keluarganya!" Ucap Dea pada ibunya itu.
"Tapi nak Jika kamu sampai berpisah dengan nak Furqon, Apa kamu nggak pikirkan kedua anakmu!" Sang ibu mengingatkan pada Dea bahwa akan ada anak yang menjadi korban jika mereka sampai berpisah.
"Aku sudah pikirkan semuanya bu, Apapun yang terjadi aku tetap akan berpisah dengan mas Furqon! Aku sudah nggak kuat bu!"
Dea bukan ingin berpisah hanya karena perbuatan buruk Furqon, Namun setelah berpisah dengan Furqon nanti Dea bisa bersatu dengan Erfan begitu dipikiran Dea.
Mendengar ucapan Dea itu sang ibu tak bisa berbuat banyak, Sang ibu hanya bisa mendukung apa pun keputusan Dea.
"Baiklah nak kalau itu keputusan kamu!" Ucap sang ibu, Setelah itu sang ibu langsung pergi meninggalkan Dea disana.
Begitu Ibu Dea pergi, Marni selaku bibinya Dea langsung mendekat ke arah Dea.
"De, Benar kamu mau berpisah hanya karena keburukan suamimu itu bukan ada hal yang lain!" Ucap Marni pada Dea.
"Iya bi, Hanya itu alasannya!" Sahut Dea.
"Ya sudah, Mungkin kamu masih belum mau terbuka sama bibi! Nanti kalau kamu butuh teman curhat kamu jangan sungkan-sungkan bicara sama bibi!" Ucap Marni seraya memegangi pundak sang keponakan.
Setelah itu, Marni hendak pergi dari tempat tersebut. Namun ketika hendak pergi, Tiba-tiba Furqon datang kesana.
"Permisi, Boleh saya bertemu dengan Dea!" Ucap Anton pada Ima.
"Dea ada di dalam, Masuk saja!" Ucap
"Mas mau ngapain datang kesini!" Dea terlihat tak suka dengan kedatangan Furqon disana.
"Kamu lupa kalau kamu ini masih isteri sah saya!" Ucap Furqon dengan tegas.
"Sudahlah mas, Mending pulang sana!" Dea terdengar mengusir Furqon.
"De, Jangan seperti itu! Lebih baik sekarang kamu pulang sama aku!" Furqon memohon-mohon agar Dea mau pulang bersamanya.
"Nggak akan, Aku akan tetap disini! Lagian aku mau kita bercerai mas!" Ucap Dea
"De, Kita bicarakan semua ini dengan baik-baik dirumah!" Furqon memelankan suaranya.
"Nggak mas, Sudah nggak ada lagi yang perlu kita bicarakan!" Terdengar ucapan Dea dengan tegas.
"Kamu mau nurut atau nggak! Jangan sampai aku berbuat kasar!" Furqon terlihat menarik tangan Dea.
"Lepaskan!" Teriak Dea
Bi Marni yang tadinya hanya terdiam langsung turun tangan melihat keponakannya itu diperlakukan seperti itu.
"Lepaskan keponakan saya!" Ucap Marni dengan tegas.
"Tidak akan, Dea ini masih isteri sah saya!" Gertak Furqon.
Setelah itu, Furqon langsung menarik tubuh Dea untuk naik ke atas motornya. Ketika Furqon hendak menyalakan mesin motornya, Tiba-tiba di depan gerbang itu tampak banyak orang sudah berkerumunan disana.
"Bisa kita bicara baik-baik di dalam!" Terdengar ucapan sang ketua RT yang mendekat ke arah Furqon.
"Baiklah, " Furqon pun turun dari motornya kemudian masuk ke dalam unutk berbicara dengan keluarga dari pihak Dea.
Sesampainya didalam, Pihak keluarga dari pihak Dea langsung meminta Dea maupun Furqon untuk menjelaskan prihal yang terjadi sebenarnya.
Ketika semuanya sedang berdiskusi solusi pemecahan masalah mereka, Furqon dan Dea malah adu mulut disana.
"Aku nggak akan balik lagi sama kamu!" Aku mau kita tetap cerai!" Dea bersikeras tetap ingin bercerai.
"Aku nggak akan menceraikanmu sampai kapan pun!" Ucap Furqon dengan suara keras.
Perdebatan mereka itu membuat semua anggota keluarga yang ada disana menjadi melongo.
Ketika perdebatan keduanya tampak memanas, Terlihat ketua RT itu pun angkat bicara.
"Tolong hentikan! Kalian ini sudah sama-sama dewasa!" Ucap ketua Rt itu berusaha menghentikan perdebatan mereka.
Setelah keduanya tampak diam, Sang ketua Rt itu pun langsung mengutarakan pendapatnya disana.
"Bagaimana kalau kalian pisah rumah dulu!" Ketua RT itu yang sekaligus merupakan paman dari Dea mengusulkan pada merekan untuk pisah rumah saja untuk beberapa saat setidaknya sampai mereka bisa berpikir jernih.
"Itu nggak akan menyelesaikan masalah!" Kata Furqon
"Masalah ini hanya akan selesai jika kita bercerai!" Ucap Dea secara spontan.
"Baiklah kalau itu mau kamu, Aku akan urus proses perceraian kita! Sampai bertemu di pengadilan nanti!"
Furqon pun tampak pergi meninggalkan tempat itu. Setelah Furqon pergi, Dea pun hendak keluar untuk membeli sesuatu di luar. Namun begitu berada diluar, Para tetangganya itu terdengar sedang sibuk mencibir Dea.
"Aku dengar-dengar Dea akan bercerai ya!" Ucap salah satu tetangga yang sedang bergosip dipinggir jalan.
"Aku dengar sih begitu!" Ucap tetangga yang lain.
"Kalian tahu nggak! Aku dengar-dengar sih Dea itu selingkuh sama tetangga dekat rumahnya!" Celetuk tetangga yang lain lagi.
Dea yang mendengar cibiran tetangganya itu langsung berbalik arah dan mengurungkan niatnya untuk berbelanja ke warung tersebut.
Ketika Dea hendak masuk ke dalam kamarnya, Tiba-tiba sang ibu mendadak tak sadarkan diri.
"Ibu kenapa?" Tanya Dea pada saudara perempuannya yang tengah mengoleskan minyak kayu putih di leher sang ibu.
"Kamu selingkuh sama Erfan!" Ucap Nira secara spontan.
Nira merupakan saudara perempuan Dea yang paling kecil, Dea memiliki dua orang saudara kandung. Ima merupakan kakak kandungnya dan Nira merupakan adik kandung Dea. Mereka bertiga sudah sama-sama berkeluarga.
"Dari mana kamu tahu itu!" Sahut Dea.
"Tadi ibu mendengar itu dari tetangga sehingga tubuhnya menjadi sangat lemas dan berakhir tak sadarkan diri!' Jelas Nira.
"Aku lelah, Aku istirahat dulu!" Bahkan Dea tak menggubris yang dibicarakan sang adik, Dea malah berlalu begitu saja dari adiknya itu.
*********
Hari demi hari pun telah berlalu, Proses perceraian Dea dengan Furqon pun telah selesai. Kini Dea dan Furqon telah resmi bercerai, Keduanya masing-masing mendapatkan masing-masing hak asuh anak. Dea mendapatkan hak asuh Dina dan Furqon mendapatkan hak asuh Leo.
Setelah Dea resmi menyandang status janda, Dea menjadi lebih banyak aktifitas di luar dibandingkan dirumah. Hari itu Dea yang sedang jalan-jalan bersama teman-temannya tiba-tiba bertemu dengan tetangganya dahulu ketika masih menikah dengan Furqon.
"Dea, Wah sekarang beda banget! Makin cantik aja!" Sanjung tetangga Dea itu.
"Ah kamu berlebihan banget!" Sahut Dea.
"Oh iya De, Kamu tahu nggak kalau Leo sekarang menjadi sering melamun! Setiap hari aku lihat dia duduk melamun menghada ke arah gerbang rumahnya!" Beri tahu tetangganya itu. Mendengar itu, Dea langsung terdiam seribu bahasa.
"De, Kamu nggak apa-apa kan!" Ucap seseorang itu yang melihat Dea tiba-tiba terdiam.
"Aku nggak apa-apa! Ya sudah aku balik dulu ya!" Ucap Dea, Lalu Dea langsung memutuskan untuk pulang.
Di tengah perjalanan pulang Dea menjadi tidak tenang, Dea terus memikirkan apa yang diceritakan oleh tetangganya itu.
"Kasihan Leo! Apa aku terlalu egois!" Dea membatin
Beberapa saat kemudian Dea telah sampai di gerbang rumahnya. Ketika Dea hendak membuka gerbang rumahnya tiba-tiba ponsel Dea berbunyi pertanda ada panggilan masuk.
Tut.......tut......panggilan terhubung.
"Sayang, Kamu dimana?" Tanya Erfan dari seberang sana.
"Lagi dirumah," Sahut Dea
"Ketemu yuk! Aku kangen sama kamu!" Terdengar ucapan Erfan dari seberang sana
"Mau ketemu dimana?" Tanya Dea
"Kita ketemu dirumah Nanda, Nanti aku jemput disana!" Ucap Erfan dari seberang sana.
"Oke,"
Setelah itu, Dea langsung berangkat menuju rumah Nanda yang tak jauh dari rumahnya. Nanda merupakan sahabat dekat Dea.
Erfan dan Dea sering janjian bertemu dirumah Nanda, Selain Nanda orangnya baik. Nanda juga sangat bisa diandalkan dalam urusan menyimpan rahasia.
Beberapa saat kemudian Dea telah sampai dirumah Nanda, Sesampainya disana Dea langsung duduk di sebuah tempat duduk dari bambu yang ada dirumah Nanda.
"De, Kapan datang? Kok nggak panggil aku didalam!" Ucap Nanda yang keluar tiba-tiba.
"Iya, Aku kesini masuk titip motor!" Kata Dea
"Wah pasti mau kencan kan sama Erfan kan!" Tebak nanda.
"Iya pasti," Sahut Dea
Tak lama setelah itu Erfan pun datang, Begitu Erfan datang dengan santainya Erfan langsung membaringkan kepalanya di paha Dea.
"Wah.....wah kalau mau mesra mending kalian didalam aja!" Saran Nanda karena kebetulan juga suami Nanda sedang keluar.
"Kamu mengerti aja Nan, Kalau aku lagi pengen!" Kata Erfan.
Setelah itu tampak keduanya langsung masuk ke dalam rumah Nanda. Kamar Nanda itu menjadi saksi pergulatan panas yang terjadi antara keduanya.
Selesai dengan pergulatan panas diatas ranjang itu, Dea tampak meminta kembali kejelasan hubungan mereka.
"Mas, Kapan kita bisa bersatu!" Ucap Dea yang terdengar meminta kejelasan hubungan mereka.
"Sudah berulangkali aku bilang, Aku nggak bisa menceraikan isteri aku!" Kata Erfan
"Bukannya kamu janji akan menikahi aku setelah perceraianku selesai! Mana buktinya mas janji kamu itu!" Dea terus mendorong Erfan untuk memperjelas status di antara mereka.
"begini saja, Bagaimana kalau kita nikah diam-diam tanpa sepengetahuan isteriku!" Saran Erfan.
"Aku nggak mau dimadu mas, Aku ingin menjadi satu-satunya dihatimu!" Dea tampak ingin memiliki Erfan seutuhnya.
"Nggak bisa, Kamu kan tahu kalau aku sangat bergantung pada Mira!" Ucap Erfan.
Dea yang terus meminta kejelasan hubungan mereka dan ingin memiliki Erfan sepenuhnya membuat kepala Erfan menjadi pusing, Lalu terjadilah perdebatan antara keduanya.
"Kamu semakin lama bukannya semakin membuatku nyaman malah membuatku semakin pusing saja!" Bentak Erfan.
"Kalau kamu menceraikan isterimu, Kita tidak akan berdebat seperti ini!" Teriak Dea.
Erfan yang semakin pusing karena Dea, Segera memakai kembali bajunya lalu pergi meninggalkan tempat tersebut.
Setelah kepergian Erfan, Dea langsung menangis dengan sangat keras sampai terdengar dari arah luar. Nanda yang mendengar tangisan itu langsung menghampiri Dea.
"De, Kamu kenapa nangis? Tanya Nanda pada Dea.
"Erfan belum mau menceraikan isterinya!" Ucap Dea
"Oh masalah itu, Seperti aku punya solusi untuk urusan kamu itu!" Nanda menawarkan solusi pada Dea.
"Apa itu!" Dea tampak penasaran
"Kita cari paranormal! Kebetulan ada paranormal hebat yang aku kenal!" Bisik Nanda ditelinga Dea.
"Sudah nggak waras kamu ya! Apa nggak ada solusi lain selain ke paranormal!" Dea tampak kurang setuju dengan usulan Nanda.
"Nggak ada, Ini satu-satunya jalan untuk memisahkan Erfan dengan Mira!" Ucap Nanda.
"Tapi Nan, Bukannya itu syirik ya!" Dea tampak ragu-ragu untuk meminta tolong pada dukun.
"Syirikan mana sama merusak rumah tangga orang!" Ucap Nanda.
"Aku pikir-pikir dulu kalau begitu," Dea masih kurang yakin untuk meminta tolong pada dukun.
"Kelamaan kalau kamu mikir, Lebih baik sekarang kita temui dukun itu!" Ajak Nanda pada Dea.
Awalnya Dea terus menolak ajakan Nanda, Tetapi lama kelamaan akhirnya Dea mengikuti ajakan Nanda untuk meminta tolong pada dukun.
Setelah itu tampak keduanya segera menemui dukun yang dimaksud Nanda itu. Tak lama setelah itu kedua sahabat itu telah sampai dirumah sang dukun tersebut. Sesampainya disana, Nanda dan Dea segera menemui dukun itu.
"Apa yang membawa kalian kesini!" Ucap sang dukun itu.
"Saya ingin menikah dengan kekasih saya, Tetapi dia nggak mau menceraikan isterinya!" Jelas Dea
"Namaku sama kekasih kamu siapa?" Tanya dukun itu.
"Saya Dea dan kekasih saya Erfan," Beri tahu Dea
"Menurut saya, Erfan serius mencintai kamu tetapi dia juga terbius oleh obat dari isterinya!" Jelas dukun tersebut
"Terbius bagaimana ?" Tanya Dea yang tampak bingung dengan perkataan dukun itu.
"Isteri Erfan ini juga main dukun," Ucap dukun itu
"Pantasan aja, Erfan sangat bergantung sama isterinya!" Kata Dea
"Lalu bagaimana caranya memisahkan mereka kalau begitu!"
"Tenang saya, Semprotkan cairan lintah ini ke pakaian yang dikenakan oleh Erfan dengan begitu Erfan akan membenci isterinya!" dukun itu memberikan cairan yang sudah di tiupnya itu.
"Baiklah , Kalau begitu kami permisi dulu!" Dea dan Nanda segera meninggalkan rumah dukun itu.
Setelah dari rumah dukun itu, Dea dan Nanda mampir ke warung makan dulu karena merasa sangat lapar.
"Kita ngapain kesini De!" Ucap Nanda
"Makanlah, aku lapar nih!" Sahut Dea
Sembari menunggu makanan yang dipesan itu, Dea tampak terdiam seribu bahasa.
"Kamu kenapa lagi de!" Ucap Nanda lagi
"Aku kepikiran ucapan dukun itu, Apa ramuan ini akan berhasil! Aku jadi ragu!" Dea tidak yakin dengan apa yang akan dilakukannya itu.
"Coba aja dulu, Lagian kamu belum coba udah menyerah saja!"
"Iya aku coba deh, Tapi bagaimana caranya aku kasih ini ke Erfan!"
"Ya kamu ajaklah Erfan ketemu!"
"Kan, kamu tahu sendiri kalau kami lagi berantem!"
"Baiklah, Kan demi keberhasilan kamu juga!"
"Iya deh,"
Beberapa saat kemudian makanan yang mereka pesan pun telah datang. Setelah itu keduanya tampak menyantap makana khas lombok yang terasa sangat pedas namun terasa lezat di lidah.
Selesai makan, Dea langsung mengantarkan Nanda untuk pulang. Setelah mengantarkan Nanda pulang, Dea pun segera pulang.
Tak lama setelah itu Dea pun telah sampai di depan gerbang rumahnya. Sesampainya dirumah Dea langsung mandi dan tidur saking capeknya.
Keesokan paginya, Dea terbangun. Setelah bangun, Dea merasa sangat lapar sehingga ia langsung membuat nasi goreng untuk sarapan. Ketika sedang membuat nasi goreng, Tiba-tiba Dea teringat sebuah ide untuk membawakan nasi goreng ke kantor Erfan. Ya, Semenjak Mira memergoki Erfan sedang berduaan dengan Dea di sebuah Home Stay, Sejak saat itu Dea berhenti bekerja di kantor Erfan karena gosip perselingkuhan mereka kian menyebar kemana-mana.
Beberapa lama di perjalanan, Akhirnya Ima sampai di tempat kerja Anton. Sesampainya disana, Ima langsung menemui Anton untuk bicara dengannya.
"Kak Ima!" Ucap Anton yang tampak kaget melihat kedatangan Ima disana.
"Ada hal yang perlu saya bicarakan denganmu!" Kata Ima
"Apa itu?" Tanya Anton.
"Tolong pertanggungjawabkan perbuatanmu pada Dea!" Ucap Ima dengan tegasnya.
"Saya nggak mungkin menikahi Dea!"
"Kamu mau lari dari tanggung jawab!"
"Bukan gitu maksud aku!"
"Terus apa namanya kalau nggak lari dari tanggung jawab!"
"Kan kak Ima tau sendiri saya juga punya Isteri, Nanti kalau ketahuan selingkuh terus isteri saya lapor sama atasan bisa dipecat saya!" Ungkap Anton
"Itu resiko kamu, Berani kamu berbuat kamu juga harus berani bertanggung jawab!" Tegas Ima
"Tolong kasih aku dulu kak untuk berfikir!" Anton meminta waktu untuk mencari solusi dari permasalahannya itu.
"Oke, Saya kasih waktu kamu seminggu untuk menyelesaikan semuanya!" Ucap Ima
Setelah itu, Ima pun meninggalkan tempat tersebut. Ima yang tampak kecewa dengan Anton memutuskan untuk langsung pulang. Sesampainya dirumah, Ima langsung menemui keluarganya untuk membahas hal tersebut.
"Bagaimana ma? Apakah Anton setuju menikahi Dea?" Tanya salah satu anggota keluarga Ima.
"Belum, Dia meminta waktu untuk berpikir" Jawab Ima
"Kita tidak bisa diam saja, Kita kerumahnya saja minta pertanggungjawabannya!" Ucap salah satu anggotanya keluarganya lagi.
"Jangan gegabah, Kita tunggu dulu keinginan Anton. Jika dia mengingkarinya baru kita bertindak!"
Namun pihak keluarga Dea tidak mau menunggu lagi terlebih Dea sedang mengandung, Jika nanti Anton terlalu lama mengundur-undur waktu maka akan sangat merugikan bagi Dea karena lambat laun kehamilan Dea pasti akan semakin membesar sehingga anggota keluarga sepakat akan menemui Anton kembali.
Selesai berdiskusi dengan anggota keluarga, Ima bersama anggota keluarga menemui Anton dirumah dinasnya.
Sesampainya mereka dirumah dinas Anton, Mereka semua berteriak memanggil Anton dari arah luar.
"Keluar kamu Anton!" Teriak salah satu anggota keluarga Ima.
Anton yang tampak baru bangun pun keluar mendengar suara teriakan itu.
"Ada apa lagi ini! Bukannkah aku sudah bilang kasih aku waktu dulu!" Ucap Anton meminta pengertian mereka.
"Tidak bisa, Kamu harus nikahi Dea secepatnya!" Ucap Angga yang merupakan sepupu Dea.
"Aku nggak mungkin menikahi Dea, Bisa-bisa aku dipecat dari pekerjaanku!" Kata Anton.
Plak..........Satu tamparan melayang diwajah Anton. Angga yang tidak terima dengan ucapan Anton itu langsung mekayangkan tangannya ke arah wajah Anton.
"Tamparan itu belum cukup untuk mewakili sakit hati Dea karena kamu lari dari tanggung jawab!" Ucap Angga dengan tegas.
"Kamu jangan ikut campur urusanku!" Mata Anton tampak memerah, Kemarahan mulai terlihat di wajah Anton.
"Kalau kamu nggak mau aku ikut campur, Maka pertanggungjawabkan perbuatanmu!" Ucap Angga yang semakin tersulut emosi.
"Kenapa nggak kamu saja yang menikahi Dea!"
Brak........Satu pukulan melayang di wajah Anton.
"Kamu semakin nggak terkendali ya! Kamu nggak tahu aku siapa? Aku bisa saja membuatmu masuk penjara!" Anton tampak mengancam Angga
"Aku tahu kamu seorang TNI, Namun apa orang pengecut sepertimu pantas menyandang gelar itu!" Angga tampak merendahkan Anton.
"Kurang ajar kamu!" Anton hendak menarik tubuh Angga, Namun Ima segera melerai keduanya.
"Sudah.......Sudah!" Teriak Ima
"Sekarang bukan waktu yang tepat untuk berdebat!" Ujar Ima
"Kak Ima bukannya sudah aku bilang beri aku sedikit waktu, Tapi bukannya mematuhi keinginanku tetapi kalian malah datang ramai-ramai kesini! Untung saja anak isteriku lagi tidak disini!" Anton tampak Emosi
"Ini keputusan keluarga, Bukan keputusanku!" Sahut Ima
"Sudahlah, Kalau begini caranya aku nggak akan mau tanggung jawab!" Gertak Anton, Lalu Pria itu terlihat berjalan masuk ke dalam rumahnya. Namun ketika hendak masuk ke dalam rumah, Ucapan Ima mampu menghentikan langkahnya.
"Kamu mau tanggung jawab baik-baik atau mau di laporkan keatasanmu perbuatan kamu!" Ima terdengar mengancam.
"Baik, Saya akan menikahi Dea tetapi hanya secara siri tidak secara negara!" Akhirnya Anton menyerah untuk menikahi Dea.
"Nikah siri pun nggak jadi masalah yang penting kamu nggak lari dari tanggung jawab," Ucap Ima
"Satu hal lagi, Dea tidak boleh meminta lebih dariku!" Ucap Anton
"Iya, Aku akan menjamin Dea nggak akan meminta apa pun!" Ucap Ima.
Setelah menemui kesepakatan, Pada akhirnya saat itu juga Anton dan Dea akan dinikahkan tetapi warga yang ada disekitar rumah Dea tidak mau menjadi saksi pernikahan mereka karena warga itu takut akan jadi masalah di kemudian hari sehingga akhirnya pernikahan mereka di langsungkan di tempat tinggal Ima.
Acara pernikahan keduanya berlangsung dengan konsep sederhana karena pernikahan keduanya yang terbilang dadakan sehingga tidak ada waktu untuk mempersiapkan segalanya.
Setelah ijab kabul selesai, Keduanya pun telah resmi menyandang status suami isteri walaupun pernikahan mereka tidak secara negera hanya dibawah tangan.
Hari itu Dea merasa sangat bahagia bisa menikah dengan Anton walaupun hanya sebatas sebagai isteri siri.
***************
Kembali ke masa sekarang
Disaat Dea tampak melamun mengingat masa lalunya yang pahit seraya menatap rintik-rintik hujan lewat jendela rumahnya, Tiba-tiba terlihat seseorang memeluknya dari arah belakang.
"Mas Anton! Kapan datang?" Tanya Dea seraya menengok ke arah belakang.
.
"Baru aja datang! Kamu sih melamun aja, Sampai nggak sadar suami datang!" Ucap Anton
"Maaf mas, Tadi aku terlalu khusuk menatap rintik hujan dari arah jendela!" Kata Dea.
"Mas malam ini menginap disini kan!" Dea berharap suaminya itu mau menemaninya semalam.
"Nggak bisa sayang, Mas sudah janji untuk menemani Ciko beli tas!" Anton terlanjur janji menemani anaknya dengan Rita (isteri pertamanya) untuk membeli keperluan sekolah.
"Kapan sih mas ada waktu untukku!" Dea tampak mengeluh.
"Sayang, Kamu tolong mengerti posisi kamu sebagai isteri kedua!" Ucap Anton dengan santainya.
"Aku memang isteri kedua kamu mas, Tetapi tiap kamu butuh kehangatan kamu butuh belaian kamu pasti cari aku! Apa kamu ini hanya menganggap aku sebagai pelampiasan nafsumu saja!" Amarah Dea mulai terlihat.
"Aku kan sudah ingatkan sama kamu dulu sebelum kita menikah, Jangan meminta lebih dariku!" Ucap Anton.
"Aku nggak pernah meminta yang lebih, Apa salah jika aku meminta kamu untuk menemaniku disini sekali! Semenjak kita menikah kamu nggak pernah sekali pun menginap disini!" Berontak Dea
"De, Tolong jangan ajak aku berdebat! Aku lagi nggak ingin berdebat! Aku kesini untuk cari ketenangan bukan keributan!" Anton memelankan suaranya.
"Aku nggak akan mulai kalau kamu mau menuruti permintaanku sekali saja!" Kemerahan Dea kian memuncak.
"De, Kamu kenapa sih jadi begini! Tau begini, Aku nggak usah kesini tadi!" Anton yang merasa pusing dengan sikap Dea itu pun langsung pergi meninggalkan Dea disana.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!