NovelToon NovelToon

The Heartbreak

Satu

Tiga tahun silam, hubungan kedua anak adam itu masih baik-baik saja. Sang Tuan yang manja dan Sang Puan yang penuh perhatian. Semuanya terasa sempurna, persahabatan mereka bukan hanya menimbulkan api cemburu diantara orang-orang terdekat namun juga menimbulkan banyak tatapan iri tentang bagaimana bahagianya menjadi seorang Arseus Sajune dan Oretha Eleanore.

Akan tetapi semua hal berubah, tatkala Sajune mulai menaruh rasa pada Sang Puan, rasa obsesi itu menghancurkan segalanya.

Lea bagai boneka hidup yang dipermainkan sesuka hatinya. Tatapan sayang yang dulu tersirat diraut wajah Sajune kini telah hilang diganti obsesi berkepanjangan.

Lea menyadari sesuatu, Sajune hanya menginginkan tubuhnya, Sajune hanya menjadikan ia sebagai pelampiasan semata. Sajune yang dulu telah hilang, dan Lea tak tahu kemana hilangnya siratan sayang seorang Sajune kepada dirinya.

Dan sore ini, diparkiran kampus mereka, perdebatan itu kembali terjadi seperti biasa. "Bisa berhenti deket-deket sama Jiani gak?" Sajune menatap tak suka netra Lea dengan raut penuh kekesalan.

Lea memilih diam sebagai salah satu upaya untuk meminimalisir pertengkaran diantara mereka. Karena dengan pembelaan apapun ia akan tetap salah dimata Sajune, meski kalimat yang ia ucapkan sepenuhnya berisi tentang fakta.

"Kenapa diam aja?"

Lea menggeleng sebagai jawaban, gadis itu lalu menghela nafas kasar dan memalingkan wajah kesamping kanan.

"Apa yang istimewa dari Jiani sih Le? cowok brengsek itu gak pantes deket-deket sama kamu!"

Spontan Lea mencebikkan bibir kesal akan perkataan Sajune. "Brengsek kata lo?"

"Kenapa? kamu gak terima? Apa istimewanya sih cowok sok keren kayak dia?"

"Jiani memang gak istimewa, tapi setidaknya dia tahu bagaimana caranya ngehargain gue sebagai perempuan!"

"Maksud kamu apa?" Sorot mata Sajune berubah, Lea tak tahu bagaimana menjelaskan tentang Sajune. Kadangkala pemuda itu akan bersikap seperti bayi yang kekurangan kasih sayang, lalu sedetik kemudian ia juga akan berubah 360 derajat ketika Lea menyalurkan ketidaknyamanan akan sikap pemuda itu yang seenaknya.

"Berhenti ya June, gue juga butuh ruang yang bebas sebagai seorang remaja yang normal. Kalau lo lupa, Jiani sahabat gue! Sahabat lo juga!"

Sajune menggertakan gigi hendak meraih pergelangan tangan perempuan didepannya dan detik itu juga Lea segera beranjak dari sana.

"Lea!" Teriakan Sajune begitu menggema, Lea semakin mempercepat langkah, mengabaikan tatapan dari orang-orang disana.

Beruntung, kala itu Lea melihat dua orang yang tak asing lagi dimatanya tengah berjalan kearah gerbang kampus. Ia lantas bergegas menghampiri Jiani dan Yasha lalu menyembunyikan diri dibalik punggung dua pemuda itu.

Bukan hanya sekali atau dua kali Lea berlari ketakutan menghampiri Jiani dan Yasha. Keduanya tahu hubungan dirinya dengan Sajune tak lagi sesehat dulu.

Jiani membasahi bibir sembari menaikkan alis melihat Lea bergerak gelisah dengan nafas setengah tercekat. "Kenapa? bertengkar lagi?"

Lea mengangguk dan menyadari tangannya telah ditarik Jiani pergi melangkah menjauhi area kampus.

Namun sayang, belum sempat ketiganya mencapai pintu gerbang, Sajune lebih dulu menghadang mereka. Membuat Lea memijit pelipis dan kembali merapatkan diri pada Jiani sebagai upaya untuk melindungi diri.

"Lepasin Lea, gue belum selesai bicara sama dia!"

Jiani mendelik saat Sajune tiba dihadapannya. "Bicaranya bisa lain kali aja gak June? Ada sesuatu yang mesti kita kerjain buat menuhin tugas Pak Deni nih."

"Alasan yang sama untuk orang yang sama. Lo pikir gue sebodoh itu buat percaya sama omong kosong lo? lagi?"

Mata panda Jiani menyipit, tersenyum seraya menepuk pundak Sajune menenangkan. "Hei Sajune calm down, Lea kali ini lebih butuh gue daripada lo. Jadi daripada lo berakhir mempermalukan diri lo sendiri dihadapan orang-orang, gue saranin pergi dari hadapan kita sekarang!"

Ucapan Jiani amat santai, namun ada nada penekanan didalamnya. Perlahan langkah Sajune mulai mengendur menyisakan tatapan tajam sekaligus menyeramkan bagi Lea, akan tetapi setelahnya ia dapat menghela nafas lega kala Sajune beranjak tanpa kata.

Dan memang benar Jiani dan Yasha adalah salah satu senjata andalan agar Sajune cepat menghilang dari hadapannya.

"Mau ikut kita dulu apa pulang langsung kerumah?" tanya Yasha seraya mensejajarkan langkahnya dengan Lea.

"Kalau gak ngerepotin, diantara lo berdua ada yang bisa anterin gue pulang ke apart gak?" tanya Lea agak sedikit memohon hal tersebut pada Jiani dan Yasha.

Jiani memasang wajah sendu, tak enak hati jika harus menolak permintaan Lea.

"Bukannya gue gak mau nganter lo buat pulang, tapi gue ada janji sama Gris buat pulang bareng. Lo gimana Yash?" Jiani beralih menatap Yasha.

Yasha menggaruk tengkuk tak enak hati. "Gue harus jemput Mama di stasiun, maaf ya Lea."

Lea tersenyum menanggapi keduanya, mencoba menutupi kekecewaannya atas penolakan kedua pemuda itu.

"Gapapa." Lea tersenyum lagi, sembari mendorong tubuh Jiani dan Yasha, menyuruh keduanya untuk segera berlalu pergi meninggalkannya.

Dan sore ini, Lea kembali termenung sendiri dihalte dekat kampus mereka, menatap kepergian Jiani dan Yasha diseberang sana.

Tapi setidaknya ini lebih baik, daripada ia harus kembali memperdebatkan hal-hal yang sama sekali tidak penting bersama Sajune. Setidaknya untuk malam ini ia dapat istirahat dengan tenang.

...■ TBC ■...

...- Arseus Sajune -...

...- Oretha Eleanore -...

...- Jiani -...

...- Yasha -...

Dua

Entah sudah berapa kali malam ini Sajune menelponnya tanpa jeda. Lea membiarkan handphonenya jatuh kekarpet tepat depan meja, sedang ia sibuk memilah dan memilih baju apa yang akan ia pakai untuk pergi bersama dengan ketiga temannya esok hari.

Tak peduli akan apa yang terjadi besok antara ia dan Sajune, memikirkannya saja sudah cukup membuat hati Lea lelah. Terserah Sajune maunya seperti apa, Lea benar-benar pusing menghadapi keegoisan pemuda itu.

Ia lantas mengangkat pandangan saat dirasa ada sosok yang hendak membuka pintu kamar apartementnya cukup kasar.

Kini, sosok itu kembali hadir dengan tatapan mata tajam penuh amarah. Lea mengerlingkan mata malas.

"Kenapa gak jawab telpon aku?" Sajune sudah ada dibalik pintu, perlahan mendekat dan membungkukan diri untuk menghunuskan tatapan setajam elang.

Lea membalas dengan tilikan .sinis. "Gak liat gue lagi apa?"

"Jangan bilang mau pergi lagi sama Jiani?"

"Tuh tau, kalau iya emang kenapa?" tanyanya sedikit angkuh.

"Sampai kapan sih kamu deket-deket sama dia terus? Aku udah bilang jangan Lea, kenapa kamu gak pernah ngerti?"

"Emangnya lo siapa larang-larang gue? Urusin aja pacar lo deh, lo harus inget dia lebih penting daripada gue!"

Sajune masih berdiri didepan Lea, enggan untuk mendudukkan diri ketika amarah masih menguasai. "Kenapa jadi bawa-bawa Angeline?"

"Karena Angeline pacar lo bodoh! dia yang harus jadi urusan lo bukan gue!"

Lea memejamkan mata dan menghembuskan nafas kasar. Lantas sedetik setelahnya ia mendorong tubuh Sajune kearah pintu. "Pergi ya June, Mama sebentar lagi mau kesini."

Sorot mata pemuda didepan Lea itu berubah dalam sekejap. Sajune yang semula dilingkupi amarah dan api cemburu kini sudah berganti menjadi sosok laki-laki manja bak anak kecil yang dilanda haus dan dahaga.

"Maaf Lea." Cicitnya pelan sembari memanyunkan bibir merasa bersalah.

Lea mencoba menahan diri dengan tingkah lelaki didepannya. Sajune selalu seperti ini, rasa gengsi yang tinggi itu selalu bisa Sajune patahkan dengan tingkahnya yang tak dapat Lea prediksi kapan datangnya.

"Aish jangan bertingkah kayak gitu deh! Sana pergi!" Usirnya kembali dengan kedua tangan yang kembali mendorong dada Sajune, mencoba bersikap seolah tak goyah.

Dan Sajune adalah manusia paling keras kepala didunia ini, pemuda itu tak jua menghiraukan usiran Lea.

Ia meneguhkan badannya, tak lupa memberikan perlawanan agar Lea tak semakin jauh membawanya mundur kedaun pintu.

"Aku gak mau Lea, mau tetap disini sama kamu."

Mendengar kembali nada manja milik Sajune, Lea dengan gemas mencubit pinggang Sajune kesal, tak tahan dengan tingkah lelaki didepannya. "Apasih gak usah sok imut kayak gitu!"

"Tapi aku emang imut kan?!"

Lea rasanya ingin muntah melihat Sajune yang kembali berubah menjadi bunglon. Lelaki Koala ini kembali mengambil alih kendali Lea, ia menggenggam tangan gadisnya lembut penuh perasaan, tak seperti apa yang ia lakukan beberapa saat yang lalu.

Perlahan Sajune membawa tubuh Lea kedalam dekapan, tak lupa memberikan kehangatan disana. Satu tangannya bergerak mengusap pucuk kepala Lea penuh sayang, tak membiarkan gadis itu bergerak sedikitpun.

Lea hanya bisa pasrah melihat perlakuan Sajune padanya, bukankah seharusnya ia memberontak atas segala sikap Sajune yang selama ini membuatnya merasa tak aman? lalu mengapa setiap kali lelaki itu bersikap manja dan memeluknya erat, Lea selalu merasa nyaman? Seolah hari ini dan esok adalah miliknya bersama Sajune.

"Mama kamu bisa dicancel dulu dateng kesininya gak? Aku mau ngabisin waktu seharian ini berdua sama kamu."

Masih dalam pelukan Sajune, kepala Lea menyembul keatas dan menggeleng sebagai jawaban. "Boleh lepasin sekarang?" tanyanya lembut sembari menelisik wajah Sajune inci demi inci.

Tak menjawab pertanyaan Lea, Sajune semakin menenggelamkan diri membawa Lea kembali menikmati pelukan mereka sebelum benar-benar mengakhiri pertemuan mereka hari ini.

Lea mengacak surai frustasi kala orang yang ia lihat pertama kali di pagi ini adalah sosok Sajune tepat disofa apartementnya. Pemuda itu tersenyum manis dan membentangkan tangan untuk memberi Lea sebuah pelukan.

Alhasil Lea memundurkan langkah, enggan untuk mendekat mengingat rencana yang telah ia susun bersama Jiani, Yasha dan Teresa harus gagal karena lelaki ini.

"Kenapa mundur? gak mau aku peluk?"

Lea menjawab ketus. "Iya! ngapain kesini sih?"

Tahu-tahu Sajune sudah ada dihadapan Lea, setelahnya ia membawa Lea untuk duduk disofa mencoba menenangkan emosi gadis itu.

"Aku gak mau kamu pergi sama Jiani, jadi sengaja pagi-pagi kesini. Kenapa kamu gak suka?"

Sajune merangkul pundak Lea pelan, sedang Lea mencoba memberikan perlawanan dengan melepaskan diri dan bergerak menjauh risih. "Lepasin, gue risih!"

Sajune cemberut tak suka. "Coba bilang sekali lagi!" pintanya seraya memanyunkan bibir.

Alih-alih menjawab, Lea malah mencubit mulut Sajune gemas. "Mulut lo jangan dimanyun-manyunin terus!"

"Tapi jujur Lea suka kan?"

Tatapan Lea menyinis. "Lo kenapa selalu menafsirkan semua sikap gue seolah gue suka sama lo sih?"

"Karena Lea tuh gengsian orangnya. Kalau suka tuh bilang jangan dipendam!"

"Apa hubungannya Sajune? lo bener-bener ganggu minggu gue yang tenang tahu."

Bukannya tersinggung dengan ucapan Lea, Sajune kembali mendekatkan diri dengan meraih pinggang gadis disampingnya tanpa menghiraukan siratan penolakan yang terpampang jelas.

Lea tentu tak terima, berulang kali ia menarik tangan Sajune agar berhenti mendarat dipinggangnya. Ia memberenggut kesal. "Lepasin! pacar lo bisa marah kalau ngeliat kelakuan lo yang makin aneh tiap hari!"

Sajune tak peduli dengan itu, suasana risih yang semula melingkupi hati Lea seketika berubah tatkala ia dengan sengaja membubuhkan satu kecupan tepat di pipi gadis disampingnya.

Detik itu juga, Sajune berbisik manja. "Sajune sayang Lea."

...♧♧♧...

...New Character:...

...Angeline...

Tiga

Lea bohong, perihal ia yang

sudah berjanji pada Sajune untuk tak pergi kemanapun malam ini. Karena tepat pada pukul sembilan malam, Jiani, Yasha dan Teresa datang kekediamannya berniat untuk menjemputnya pergi.

Sudut bibir Lea terpaksa melengkung gagu melihat bagaimana antusias ketiga orang dihadapannya.

"Kita udah ngerencanain ini dari lama ya Le, jangan bilang enggak bisa lagi deh!"

Lea menggaruk tengkuk bingung. "Bukan ngeles tapi masalahnya-"

Belum sempat melanjutkan ucap, telunjuk Teresa sudah ada didepan mulut Lea, membungkam bibirnya agar berhenti sampai disana.

"Kita sama sekali gak nerima penolakan, lo tuh jangan terlalu nurut sama dia. Heran banget tau gak? gara-gara Sajune sialan nih pertemanan kita jadi pecah kayak gini." Kesal Teresa memukul tangan keudara.

"Tapi kan lo tahu dia kayak gimana, gue gak mau datang-datang dia ngebentak kayak orang gila, enek gue liatnya!"

Yasha yang semula diam akhirnya angkat bicara. "Lo punya kita Le, lo bisa datang kapan aja kalau butuh bantuan."

"Tapi gue gak selamanya bisa bergantung ke kalian. Gue juga tahu diri kali."

Jiani mendengus kasar. "Kenapa enggak? kita udah temenan lama, lo kayak yang baru ketemu gue kemarin aja!"

Lea meringis pelan. "Bukan gitu maksudnya, lo berdua tuh udah punya pacar, gue cukup tahu diri buat gak ganggu kalian setiap saat. Sedangkan Tere juga gak selamanya ada disamping gue."

Teresa menggeleng mendengar ungkapan Lea, seberapapun alasan yang keluar dari mulut gadis dihadapannya ini, Teresa tetap teguh pada keyakinannya, ia akan terus memaksa Lea agar tetap pergi dan kembali menghasut  gadis itu agar memberontak terhadap perintah Sajune.

Ini bukan kali pertama aktifitas Lea yang menyangkut paut tentang Yasha, Teresa terutama Jiani terus dibatasi oleh Sajune. Meski bukan kekasih Lea, cowok itu seolah memegang kendali diri Lea sepenuhnya. Padahal orang-orang juga tahu bahwa Sajune sudah memiliki tambatan hati yang lain dan itu jelas bukan Lea.

Eleanore, begitu dikenal sebagai sosok dengan ruang lingkup pertemanan yang begitu kecil. Ia hanya dekat dengan Jiani, Yasha, Teresa dan Sajune saja, berhubung mereka sudah saling kenal sejak masih duduk dibangku sekolah menengah pertama.

Kelimanya begitu dekat seolah tak ada celah untuk merusak pertemanan mereka. Tak jarang juga ada banyak tatapan cemburu melihat bagaimana harmonisnya hubungan mereka.

Tapi itu dulu, sebelum pertemanan mereka benar-benar hancur hanya karena rasa cemburu Sajune yang selalu menginginkan Lea seakan untuk dirinya seorang.

Menyisakan siratan kebingungan dari Jiani, Yasha dan Teresa tentang perubahan Sajune yang begitu signifikan.

"Gak ada alasan ya cantik, lo harus tetap pergi sama kita." Teresa mengedipkan mata dan mendorong tubuh Lea untuk pergi kedalam kamar.

Lea menatap langit-langit ruangan. Bukan, ini bukan perihal ia yang terlalu menuruti semua keinginan Sajune, tapi ia yang tak ingin mengambil pusing dan menambah masalah, itu saja.

Lea hanya akan memberontak jika Sajune sudah terlampau keterlaluan, selebihnya Lea  pikir yasudah terserah Sajune maunya seperti apa.

Lima belas menit menunggu, Lea sudah siap dengan satu tas sedang berisi baju ganti dan selempang putih berisi lembaran uang, jaga-jaga jika ada hal penting ditengah perjalanan mereka.

"Beneran mau ke kebun teh itu ya?" tanya Lea.

Teresa mengangguk disamping Lea sembari menunggu gadis itu membenarkan tasnya sebelum memasuki lift apartement. "Itu kan mau lo?"

Lea mengangguk antusias setelah itu, melupakan tentang Sajune dan segala hal yang menyangkut tentang lelaki itu.

"Ini tuh kesempatan emas tahu Le, kita gak akan pernah tahu waktu luang itu bisa didapatkan kapan lagi!" tutur Jiani tersenyum sambil menekan tombol lift.

Keempatnya berjalan beriringan ketika sampai dilantai basement. Suasana malam ini begitu sunyi, hanya ada bunyi klakson mobil yang berlalu lalang saling bersahutan dijalan raya.

Lea duduk tepat disamping Teresa, mereka berangkat ketiga jarum jam telah menunjukkan waktu setengah sepuluh malam.

"Kita sampai lusa disana, karena perjalanannya cukup jauh jadi butuh istirahat yang ekstra buat pulang lagi kesini."

Sosok yang barusan berbicara adalah Yasha, ia adalah satu-satunya manusia diantara mereka yang tak banyak berbicara namun menaruh perhatian banyak terhadap keselamatan mereka.

Maka besok menjadi hari yang paling indah bagi Lea, melupakan hiruk pikuk kota adalah salah satu impian yang tak sempat ia capai bersama teman-temannya.

Lea tak memedulikan lagi tentang Sajune yang akan datang dengan gejolak amarahnya lusa nanti, karena disini hanya ada mereka berempat yang tersenyum dan saling berbagi tawa satu sama lain.

Melihat senyum manis yang terbit dari bibir Lea, Teresa mengusap surai gadis disampingnya lembut, penuh kehangatan.

"Bahagia terus ya Le, jangan suka pendam masalah sendiri. Kita ada disini cuma buat Lea."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!