Bab 01. Perang Nuklir Biokimia.
Pada 19 September 2045, satu minggu sebelum perang nuklir biokimia terjadi.
"Shimo, hari ini kamu tidak usah masuk kuliah, Ayah membutuhkan bantuanmu!"
Di pagi hari saat sarapan, suara serak dan tegas dari ayahku sedikit mengejutkan kami; ibu, kakak perempuanku, dan tentunya aku. Pasalnya, ayah sangat disiplin, dan tidak memperbolehkan aku dan kakakku satu hari pun melewatkan mata pelajaran di kampus. Bagi kami bertiga, ayahku hari ini sangat serius dan berbeda dari biasanya.
Ayahku adalah seorang profesor ahli biokimia, fisika dan virus, namanya sudah dikenal di dunia ini. Walaupun beliau orang yang sangat sibuk, tetapi tidak pernah melewatkan kewajibannya sebagai seorang kepala rumah tangga, dan selalu memantau perkembangan aku dan kakak perempuanku.
Yang membuat aku salut kepada ayah, dia tidak pernah membicarakan pekerjaannya saat berada di rumah. Kami tahu ayah orang yang super sibuk, dan jelasnya berbagai macam kendala dalam pekerjaan selalu ada. Tetapi, ayah tidak pernah membicarakannya.
Aku melihat wajah ceria ibuku yang pagi ini menjadi suram karena permintaan ayahku. Dia bertanya sebelum diriku, "apakah ini terkait dengan proyek WZ?"
Aku dan kakakku tidak tahu apa itu Proyek WZ, membuat kami menjadi penasaran dengan apa yang sedang dikerjakan oleh ayah, dan kenapa ibu bisa mengetahuinya?
"Bukan, tetapi ini terkait dengan System Adam!" Jawab ayah tanpa melihat reaksi ibuku yang mengerutkan keningnya.
Aku dan kakak saling bertukar pandangan karena tidak tahu apa yang dibicarakan oleh kedua orang tua kami. Tetapi, mendengar nama System Adam, aku yakin ini terkait dengan teknologi (IT), dan sesuai dengan jurusan mata kuliahku saat ini.
"Proyek apalagi yang Ayah kerjakan? Anak-anak kita sibuk di kampus, janganlah menganggu aktivitas mereka!" Teguran ibuku, yang juga disiplin dalam pendidikan akademi.
Ayahku meletakkan sendok dan garpu di samping piringnya, lalu menatap wajah cantik ibuku. Dia berkata dengan tegas, "proyek ini akan membantunya dalam menyelesaikan skripsi. Luangkan waktu satu hingga dua hari untuk mempelajari System Adam!"
Ayah melihatku dan melanjutkan ucapannya, "setelah ini, kita pergi bersama-sama!"
Ayah kembali makan dan membuat ibuku segan untuk bertanya, dan kami melanjutkan serapan. Kakakku tersenyum tipis melihat ke arahku karena bersama dengan ayah tidak bisa membuat kami bersantai.
Aku hanya menghela napas secara perlahan dan sesegera mungkin menyelesaikan sarapan ini. Tetapi, ayah lebih dahulu menghabiskan makanannya, dia dengan terburu-buru beranjak dari duduknya. Mau tidak mau, aku pun mengikutinya.
"Ibu, aku pergi dulu!" Pamitku.
Lalu seperti biasanya, aku mencium pipi kanan dan kiri ibuku sebelum meninggal kediaman. Setelah itu, aku mencolek pipi kiri kakakku dan kabur sebelum dipukul.
"Awas kau?!"
Ibu dan aku hanya tertawa karena kemarahan kakak. Aku dan ayah meninggal rumah dengan menggunakan mobil. Setelah jauh dari rumah, ayah memberikan sebutir pil.
"Itu vitamin, minumlah."
Tanpa curiga dan khawatir, aku menerima pil yang tidak kuketahui dan segera menelannya tanpa dukungan air putih. Setelah 15 menit, aku merasakan ngantuk berat yang tak tertahankan. Aku pun tidur di kursi tanpa peduli mau dibawa ke mana oleh ayahku.
"Maaf, Ayah melakukan ini demi kebaikanmu! Suatu hari nanti, kamu dapat memperbaiki apa yang telah Ayah ciptakan!"
Entah berapa lama aku tertidur. Terbangun saat merasakan guncangan. Kedua mataku buram, tidak bisa melihat tempatku saat ini. Samar-samar, aku melihat langit-langit lorong dan mencium aroma obat. Aku menduga, saat ini berada di rumah sakit.
Ingin rasanya aku duduk, tetapi seluruh tubuhnya sangat lemas dan kepala pusing. Di sebelah kiriku, samar-samar melihat wajah ayahku yang begitu serius. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku sehingga berada di sini. Yang aku ingat, pil vitamin pemberian ayah yang membuatku seperti ini.
Aku kembali memejamkan mata karena pengaruh pil itu begitu hebat. Aku kembali membuka mata saat merasakan punggung nyeri seperti disayat. Tetapi, kedua mata mengkhianatiku, sulit untuk dibuka.
"Uji coba ini harus berhasil, tidak boleh gagal! Ini menyangkut masa depan Putraku dan dunia ini!"
Aku masih mendengar suara ayahku, tapi tidak tahu dia berbicara dengan siapa. Yang kutahu, posisi tubuhku menghadap ke bawah dan melihat kaki dari beberapa dokter. Aku juga mengenakan masker tabung oksigen.. Kembali aku menutup mata. Aku dibius total dan berada di ruang operasi...
Tetap pada 19 September 2045, dini hari waktu Asia bagian tenggara. Akhirnya, bom nuklir biokimia diluncurkan oleh tiga negara adidaya. Perang dunia ke-3 pun terjadi seperti yang telah diramalkan.
Meledaknya bom nuklir biokimia jelas mengejutkan seluruh dunia. Dampak terbesar dari serangan itu dialami oleh Benua Asia yang menjadi titik pusatnya ledakan.
Dalam waktu semalam, tak terhitung jumlahnya kota-kota dari berbagai negara di Asia luluh lantak. Yang mengejutkan dunia, dampak biokimia itu sangat mengerikan bagi umat manusia, dan menyebar seperti hembusan angin.
Dan, dunia yang indah, kini menjadi dunia apokaliptik; bencana kehancuran dunia dan kiamat. Bumi, kembali ke masa silam...
Entah berapa lama aku terbaring. Saat membuka mata, aku berada di sebuah tabung kaca berukuran besar. Di dalam tabung itu berisi air, dan banyak selang yang tidak kuketahui tertancap di tubuhku.
Kesadaranku belum sepenuhnya pulih, tapi bisa melihat dengan jelas apa yang ada di luar; di luar tabung ini, aku melihat ruangan kosong yang dipenuhi dengan monitor komputer, masih menyala. Tidak ada satupun orang di ruangan ini.
Aku melihat salah satu monitor. Seketika terkejut saat melihat waktunya, aku sudah melewatkan waktu selama lima tahun ini. Karena panik dan berbagai macam pikiran muncul akibat melewatkan waktu selama ini; aku mengkhawatirkan ibu, kakak perempuanku, ayah, dan juga kuliahku.
Aku berusaha untuk melepaskan selang diseluruh tubuhku. Tetapi, aku tidak memiliki tenaga untuk bergerak; benar-benar lemas. Aku berusaha menenangkan diri, kembali melihat tubuhku yang telanjang dan selang aneh ini.
Tiba-tiba muncul layar hologram di depan mataku, dengan jelas aku melihatnya. Lalu muncul suara wanita dan tulisan di layar hologram itu.
[Sistem Adam, telah aktif. Pengunduh ulang Infomasi terbaru, harap menunggu beberapa detik. Setelah pengunduhan selesai, Sistem Adam akan dimatikan ulang]
Jelas aku sangat bingung apa yang dikatakan oleh wanita yang berasal dari layar hologram. Tetapi yang jelas, kata-kata System Adam membuatku teringat perkataan ayah di hari terakhir di meja makan saat itu.
Tidak peduli melihat pengunduhan bergerak dengan cepat, aku kembali untuk keluar dari dalam tabung air. Sayangnya, seluruh otot dan tenaga mengkhianatiku. Dengan terpaksa, aku hanya bisa melihat System Adam dalam proses pemuatan Infomasi terbaru.
"Apakah aku dijadikan sebagai bahan uji coba System Adam oleh ayahku sendiri?" Batinku semakin berkecamuk.
Aku tidak menyangka ayah begitu tega mengorbankan putranya sendiri sebagai bahan uji coba proyek ini. Yang membuatku merasa keanehan, kenapa ibu dan kakak tidak mencari keberadaanku, ke mana mereka?
[System Adam, selesai mengunduh. Sistem akan dimatikan ulang. Tunggu beberapa detik untuk hidup kembali]
Segala pikiran berkecamuk dibuyarkan oleh suara System Adam. Sebelum aku bereaksi, kedua mataku menjadi buram dan kembali tertidur. Sebelum benar-benar memejamkan mata, aku masih sempat melihat air di dalam tabung surut, lalu selang yang menancap di tubuhku terlepas dengan sendirinya.
Aku terbaring lemah di lantai yang dingin. Setelah itu, tidak tahu apa yang terjadi pada diriku...
Di luar angkasa. Sebuah satelit luar angkasa yang bernama Unicorn, ukurannya sangat besar, mampu menampung jutaan jiwa. Telah melayang di luar angkasa selama lebih dari lima tahun ini.
Satelit Unicorn itu berbentuk bundar pipih. Dari tanah di Bumi, satelit itu seperti bulan, berwarna putih keabu-abuan.
Seorang wanita usia 25 tahun berjalan di lorong koridor di dalam Satelit Unicorn; tampak terburu-buru sambil membawa sebuah tablet. Wanita itu masuk ke dalam sebuah ruangan pimpinan tertinggi di Satelit Unicorn.
"Mr. Presiden, ciptaan Profesor Felix menunjukkan sinyal aktif!"
Wanita itu melihat kursi pemimpinnya berputar, memperlihatkan seorang pria tua usia lima puluh tahunan. Pria tua tidak sedikitpun terkejut mendengar laporan asistennya.
"System Adam...! Kerahkan mahkluk-mahkluk bermutasi menuju ke titik sinyal. Dan, kau pilih orang-orang terbaik untuk mengambil sistem itu. Alice, kau pimpinan ekspedisi ini, jangan sampai gagal mendapatkannya! Kau tahu konsekuensinya jika gagal!"
Perintah pria tua itu. Lalu mengulurkan tangan kirinya dengan maksud meminta tablet yang dibawa oleh Alice. Alice memberikan tabletnya kepada Presiden Unicorn.
"Sesuai perintah!"
Alice tidak punya pilihan untuk menolak perintah untuk turun ke Bumi. Dia segera keluar dari ruangan kepresidenan, menuju ke barak militer unicorn. Di sana, Alice memilih orang-orang terbaik yang mampu mengatasi mahkluk-mahkluk bermutasi di Bumi.
Selama ini, mereka sering turun ke Bumi untuk mengasah kemampuan bertahan diri; melawan mahkluk-mahkluk bermutasi yang jumlahnya lebih banyak dari manusia di Bumi.
Bab 02. System Adam.
[Selamat datang di System Adam]
[System telah mengunduh Infomasi terkini. Saya Veronica, yang akan memandu Anda menjalankan misi, dan bertahan hidup di Dunia Apokaliptik]
Aku terbangun saat mendengar suara sistem. Saat membuka mata, aku melihat layar hologram di mataku. Entah layar itu hanya aku yang bisa melihatnya, atau orang lain juga bisa melihatnya, aku tidak tahu.
Tetapi, penampilan layar hologram kini berbeda, sebelum tidak ada seorang wanita di layar itu, hanya ada tulisan enkripsi. Saat ini, ada seorang wanita cantik, seperti nyata manusia wujudnya, usia 20 tahun.
Seperti yang sudah diketahui oleh banyak orang, Enkripsi adalah metode pengubahan bentuk data menjadi sejumlah kode yang sulit diterjemahkan, sehingga data tidak dapat dibaca oleh sembarang pihak. Data yang telah dienkripsi hanya akan dapat dibaca oleh si penerima dengan menggunakan kunci-kunci tertentu. Dan, si penerima itu tentunya adalah aku, System Adam dan Veronica.
Yang membuat aku terheran-heran, aku merasakan tubuhku lebih bertenaga, beda dari biasanya sebelum ada System Adam ini. Aku seperti seorang pria diatas normal.
"Apa yang terjadi denganku? Bagaimana dengan keluargaku?" Tanyaku kepada Veronica sambil berdiri.
Aku menggerakkan tubuh karena merasa kaku, dan baru sadar dalam keadaan telanjang. Pintu tabung kaca terbuka dengan sendirinya. Aku melihat ruangan yang tadinya terang menjadi gelap, hanya ada cahaya redup berasal dari monitor komputer. Semua komputer itu seperti mengalami gangguan.
Aku berjalan keluar, menuju ke arah sebuah koper besar berwarna hijau tua; ada dua koper yang tampak mencurigakan. Tetapi yang menganggu pandangan mataku adalah layar hologram. Aku belum terbiasa dengan keadaanku saat ini.
Aku perhatikan, Veronica tampak berpikir dengan pertanyaanku. Padahal pertanyaanku sangat sederhana.
"Bisakah layar hologram ini dihilangkan? Ini mengangguku!" Pintaku saat berhenti di depan koper besar di lantai di sudut ruangan.
[Sebelum saya menjawab pertanyaan Anda, lebih baik Anda mengetahui apa itu System Adam!]
"Lanjutkan!" Perintahku sambil berjongkok di depan koper.
Ternyata, koper besar ini membutuhkan kunci sandi untuk membukanya. Jelas aku tidak bisa membukanya. Pertama, aku harus menemukan angka sandinya. Tetapi di mana aku menemukan sandinya?
[Koper itu bisa dibuka setelah Anda mengikuti tutorial System Adam. Saya akan memulainya, harap diperhatikan!]
Seakan-akan mengetahui pikiranku, Veronica berbicara. Aku kembali berdiri dan duduk; duduk di kursi di dekatku. Terasa risih duduk dengan tubuh telanjang seperti ini.
Singkat cerita, System Adam adalah sebuah sistem pemandu. Akan membantu diriku menjalani kehidupan saat ini. Sistem ini akan secara otomatis mengupgrade saat pencapaian yang aku jalani terselesaikan.
Ada beberapa poin penting di dalam System Adam ini. Pertama, ada 100 level, yaitu level pengalaman. Semakin tinggi level, maka System Adam akan membuka menu-menu baru yang memberikan kemudahan untukku.
Saat ini, aku masih berada di level 1. Untuk meningkatkan level, aku diharuskan untuk menyelesaikan misi. Salah satunya menjelajahi wilayah-wilayah ini.
Dari penjelasan Veronica, dan juga menunjukkan kehidupan di dunia ini melalui layar hologram, aku jelas sangat terkejut dan bingung. Pasalnya, duniaku saat ini jauh berbeda dari sebelumnya. Saat ini, aku seperti hidup di dunia zombie.
Yang membuatku bingung, apa yang telah terjadi di dunia ini, kenapa jarang sekali adanya manusia?
Yang kulihat, banyak mahkluk-mahkluk aneh berkeliaran bebas, seperti zombie tetapi bukan zombie. Di dalam pikiranku, ke mana militernya, kenapa tidak menanggulangi bencana ini?
Tetapi, aku belum bisa mengeluarkan sebuah pertanyaan ini di otakku, sebab Veronica masih belum selesai menjelaskan System Adam, dan aku harus memperhatikannya terlebih dahulu.
Sambil memperhatikan Veronica berbicara, aku mengepalkan kedua tangan. Karena mengkhawatirkan ibu, ayah dan kakak perempuanku, aku menjadi emosi dan mengebrak meja di hingga terbelah menjadi dua.
Aku jelas terkejut karena mampu membelah meja hanya dengan tangan biasa. Tanganku seperti sebuah besi keras. Aku melihat tanganku tidak sedikitpun tergores, bahkan tidak merasakan sakit sedikitpun.
Jika dahulu, memukul meja sudah pasti kesakitan. Saat ini, aku bukanlah seperti dahulu. Aku menduga, semua ini ada hubungannya dengan System Adam.
[Itu kekuatan pengalaman level 1. Anda lebih unggul dari manusia normal yang tidak pernah mengolah tubuhnya. Walaupun Anda memiliki System Adam, Anda tidak bisa lepas dari yang namanya rasa lapar, haus, dan kesakitan jika tidak bisa menjaga diri. Anda masih membutuhkan makanan, minuman dan obat-obatan untuk bertahan hidup...]
Aku kembali menyimak penjelasan Veronica. Poin penting kedua, untuk mendapatkan alat-alat terbarukan, aku harus menjelaskan setiap misi dari System Adam. Setiap naik level dan menyelesaikan misi, aku akan mendapatkan persenjataan baru yang lebih hebat dari sebelumnya.
Aku tidak tahu apa yang aku dapatkan setelah menyelesaikan tutorial ini. Yang pasti, adanya System Adam dan Veronica jelas sangat membantuku dalam menjalani kehidupan di dunia yang kacau ini.
Jujur saja, aku sendiri tidak pernah memegang senjata, paling sering menggunakan pisau, itupun di saat memasak. Anehnya, aku merasa memiliki pengalaman memegang senjata dan juga menggunakannya.
[Veronica selalu menemani Anda. Bertanyalah tentang apapun mengenai System Adam. Pertanyaan-pertanyaan sebelumnya, akan terbuka dengan sendirinya ketika level pengalaman Anda meningkat]
Saat aku ingin bertanya lebih lanjut mengenai apapun, koper besar itu terbuka dengan sendirinya. Membuktikan bahwa aku telah menyelesaikan tutorial System Adam.
Aku terbelalak melihat koper di sebelah kanan, sebab koper itu berisi senjata laras panjang dan dua buah pistol. Aku tidak tahu jenis apa senjata api itu. Ada juga beberapa kotak peluru untuk kedua senjata itu. Lalu masker tabung penangkal radiasi yang berasal dari nuklir biokimia, ada pula dinamit yang jumlahnya ada tiga buah.
Tanganku gemetaran karena baru pertama kali memiliki senjata api itu. Sungguh hal ini di luar ekspektasiku. Aku pikir, koper besar itu berisi pakaian dan dokumen-dokumen penting.
[Itu hadiah setelah menyelesaikan tutorial. Setiap kali Anda naik level pengalaman, hadiahnya juga selalu berbeda, lebih baik dari sebelumnya. Waktunya untuk keluar dari laboratorium basemen ini untuk meningkatkan level System Adam. Misi utama ada tiga. Pertama, mencari kebenaran akan semua kejadian ini. Kedua, perjalanan pulang. Ketiga, menanggulangi wabah di dunia ini...]
Di saat aku akan mengambil persenjataan di dalam koper, Veronica kembali berbicara mengenai tugas yang harus kuselesaikan. Selain misi utama yang akan meningkatkan level pengalaman jauh lebih cepat, ada juga submisi. Dan, aku menganggap submisi ini adalah tugas harian, sebab menyelesaikan misi utama sangatlah lama dan penuh perjuangan.
Pikirku, daripada membuang waktu untuk menyelesaikan misi utama, sambil jalan menyelesaikan misi harian untuk meningkatkan level pengalaman. Dari Veronica, aku mengetahui banyak hal tentang System Adam ini, dan juga kehidupan di dunia saat ini.
Jika dahulu sebelum pasca apokaliptik, jumlah manusia mencapai miliaran. Namun kini, jumlah manusia tidak lebih dari sepuluh persennya. Ironisnya, mahkluk-mahkluk bermutasi yang kini mendominasi dunia ini, jumlah mencapai miliaran dan tersebar di seluruh dunia ini, lebih banyak dari manusia sebelum bencana kehancuran ini.
Mengetahui semua ini, aku berpikir, apakah aku bisa menemukan keluargaku yang entah sekarang ada di mana? Mencari kebenaran akan kejadian ini! Apakah aku bisa menyelesaikan misi utama ini?
Tetapi, walaupun aku tahu sulitnya kehidupan di zaman apokaliptik ini, demi menemukan keluargaku, aku bertekad untuk menerobos semua rintangan yang menghalangiku.
Aku melihat koper kedua berisi satu set pakaian militer; berwarna hijau gelap, lengkap dengan sarung tangan, sepatu, tas ransel, makanan kaleng dan juga minuman. Ada satu jubah berwarna hitam yang panjangnya mencapai tumit kaki, dan itu adalah jubah anti radiasi.
Aku mengenakan pakaian militer itu, ukurannya sangat sesuai dengan tubuhku. Setelah itu, aku mengambil semua senjata; dua pistol aku selipkan di pinggang kanan dan kiriku.
Aku merasa seperti seorang tentara, padahal baru pertama kali ini memegang senjata. Tetapi, aku merasa bisa menggunakan semua ini walaupun belum pernah. Aku meyakini semua ini karena System Adam.
"Ibu, kakak, ayah... Aku pasti menemukan kalian! Tunggu, aku pasti akan datang!"
Saat ini, aku penuh semangat tinggi, walaupun tidak tahu di mana mereka. Aku melihat jendela ruangan untuk memastikan apakah di luar ruangan ini aman. Di luar, aku melihat lorong panjang; di sisi kanan kirinya banyak ruangan-ruangan yang tertutup.
[Jelajahi setiap ruangan di dalam laboratorium basemen ini. Anda akan menemukan sesuatu yang bermanfaat untuk bertahan hidup. Jika beruntung, Anda akan menemukan senjata dan makanan. Yang harus Anda ketahui, senjata dan makanan lebih berharga dari nyawa, bahkan biskuit kadaluarsa jauh lebih berharga daripada nyawa manusia. Selamat berjuang di Dunia Apokaliptik. Saya Veronica akan selalu menemani Anda.]
Aku menarik napas dalam-dalam setelah mendengar suara Veronica. Dengan tangan gemetaran, aku menekan tombol pembuka pintu ruangan ini. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi setelah keluar dari tempat ini.
Apakah akan disambut oleh mahkluk-mahkluk bermutasi di dalam laboratorium basemen ini, aku tidak tahu?
Bab 03. Proyek WZ.
Baru saja aku membuka pintu, aku melihat beberapa orang berjalan ke arahku dengan cara aneh dari lorong di sebelah kiriku; mereka sempoyongan, mengenakan pakaian serba putih. Dari tubuh mereka mengeluarkan warna hijau. Aku meyakini mereka adalah para dokter dan juga ilmuwan yang terkena virus yang belum diketahui jenisnya.
Lalu, aku melihat layar hologram yang menampilkan status lawanku; orang-orang itu adalah zombie beracun. Di dalam Dunia Apokaliptik ini, zombie-zombie ini tergolong lemah, tetapi racunnya yang berwarna hijau itu sangatlah berbahaya jika terhirup.
Untungnya, aku mengenakan masker tabung sehingga tidak khawatir akan menghirup asap beracun yang keluar dari zombie itu. Aku buru-buru mengeluarkan dua pistol sebelum mereka mendekat. Tetapi, saat aku menekan pelatuknya, suaranya terdengar dan membuat para zombie itu berlari cepat ke arahku.
"Arghhh...!!"
Aku terkejut karena mereka bisa berlari cepat sambil mengeluarkan suara yang mengerikan. Spontan aku menebak mereka secara membabi-buta. Mereka berjatuhan, tetapi kembali terbangun.
Aku teringat dengan semua permainan sebelum bencana ini, di mana para zombie akan mati jika kepalanya ditembak. Sebelum mereka mendekat, aku mengarahkan pistol ke kepala mereka. Tetapi, amunisi telah habis.
"Sialan?!"
Aku mengumpat karena kehabisan peluru karena sebelumnya menembak secara membabi-buta. Aku baru sadar jika sebuah peluru lebih berharga dari nyawa manusia.
Aku semakin panik saat zombie-zombie berdatangan dari arah lorong kananku. Aku masih memiliki senjata laras panjang, tetapi kurang efektif jika digunakan dalam jarak dekat seperti ini, sebab jenis senjata ini adalah jarak jauh (sniper).
Tidak ingin mati, aku kembali masuk ke dalam ruangan, dan menutup pintunya. Aku menahan pintu dengan tubuhku karena didorong oleh para zombie. Mereka berkumpul di depan ruangan ini, berusaha untuk memecahkan kaca dengan memukulinya.
"Veronica, apa yang harus aku lakukan?"
[Pintu ini bisa bertahan selama 10 menit. Pergunakan waktu untuk menjelajahi ruang operasi ini. Anda telah naik level dua setelah membunuh empat zombie. Selamat!]
Aku tidak begitu senang karena naik level, sebab waktu sepuluh menit bagiku sangat singkat untuk bertahan hidup. Aku melihat koper senjata terbuka dengan sendirinya.
Melihat isinya, aku menjadi bersemangat karena mendapatkan hadiah naik level berupa amunisi pistol; mendapatkan dua kotak peluru. Buru-buru aku mengisi ulang pistol.
Setelah selesai, aku melihat ke arah belakang tabung kaca yang menjadi tempatku tertidur selama ini, di mana ada sebuah ruangan dengan pintu besi. Aku tidak mengamati seluruh ruangan ini sehingga sebelumnya tidak mengetahuinya.
Tetapi, sebelum masuk ke ruang itu, aku menjelajahi ruangan operasi ini, berharap menemukan sesuatu untuk melawan mereka. Setelah mencari ke seluruh ruangan ini, aku tidak menemukan sesuatu yang berharga, hanya ada berkas laporan mengenai perkembanganku selama pemulihan pasca operasi System Adam.
Aku sedikit marah karena operasi System Adam atas perintah ayahku. Jika aku menemukan ayahku, pasti akan bertanya kepadanya. Sebelum aku masuk ke dalam ruangan pintu besi, aku melihat sebuah kotak kecil bertuliskan D-WZ
Tulisan itu kembali mengingatkanku akan pembicaraan antara ibu dan ayahku tentang proyek WZ saat sarapan pagi pada waktu itu, lima tahun yang lalu.
Karena penasaran dengan isi kotak tersebut, aku membukanya. Sayangnya kosong, hanya ada spon pelindung. Melihat bentuk spon pelindung, kotak ini berisi satu set jarum suntik.
Pyarr...
Aku kaget karena jendela kaca dipecahkan oleh para zombie. Aku kembali mengeluarkan dua pistol sebelum mereka merangkak masuk. Karena pengalaman sebelumnya, aku langsung menembak kepala mereka dengan mudah.
Sungguh disayangkan posisi mereka yang tidak menguntungkan harus menggunakan pistol; para mayat zombie itu menumpuk di jendela kaca yang pecah.
Ternyata, senjata pedang dan sejenisnya lebih efektif untuk menghancurkan kepala mereka di saat posisi seperti ini. Tetapi, aku tidak memiliki pilihan lain selain menggunakan pistol ini.
Karena pintu kaca itu terhalang oleh mayat zombie, zombie-zombie yang masih hidup kesulitan untuk masuk, tetapi itu tidak akan bisa bertahan lama.
Aku mendekati pintu besi, dan melihat kotak tombol akses untuk membukanya. Aku tidak tahu kodenya. Aku melihat tulisan pada daun pintu besi yang tertutup oleh darah. Sungguh anehnya jika sebelumnya ada pertarungan. Aku mengusap darah kering itu. Aku mengerutkan kening saat membacanya.
"Profesor Felix!"
Profesor Felix adalah nama ayahku, dan pastinya ruangan pintu besi ini miliknya. Aku berharap di dalamnya menemukan jawaban yang aku butuhkan untuk mengungkapkan kejadian dan mengetahui kebenaran ini.
Aku menekan angka pada tombol di pintu akses, menekan angka kelahiran ayahku. Tetapi kodenya salah. Aku menggunakan kode lain, yaitu menggunakan angka kelahiran ibuku. Hasilnya juga sama, kode salah.
Untuk ketiga kalinya, aku berniat untuk menggunakan kode angka kelahiranku. Tetapi, para zombie berhasil mendobrak pintu ruangan operasi ini. Dengan kepanikan ekstrim, aku menebak mereka dengan pistol di tangan kiriku, dan tangan kanan menekan tombol akses dengan gemetaran.
Jujur saja, aku baru pertama kali membunuh orang, jelas aku panik dan juga gemetaran seperti ini. Aku juga tidak bisa berbuat apa-apa selain membunuh mereka demi bertahan hidup.
Akhirnya pintu terbuka. Tetapi, salah satu zombie mencakar wajahku sehingga masker tabung terlepas. Kuku-kukunya menyayat kulit wajahku sehingga mengeluarkan darah. Aku menebak kepalanya, lalu memberondong para zombie yang mendekatiku dengan peluru.
Aku tidak peduli dengan luka di wajahku. Aku bergerak mundur masuk ke dalam ruangan pintu besi milik ayahku sambil tetap menembak para zombie itu. Aku bahkan tidak mempedulikan notifikasi dari System Adam.
Sambil menembak, aku menendang tombol penutup pintu besi karena kedua tanganku sibuk menembak mereka. Tetapi, pintu itu terhalang oleh tubuh mayat zombie.
Asap hijau racun zombie jelas masuk ke dalam hidungku karena tidak masker tabung terlepas. Tapi aku tidak peduli. Aku berusaha keras untuk mendorong mayat zombie agar tidak menghalangi pintu besi; aku menggunakan kaki kiri untuk mendorongnya.
"Ahhhh...!?"
Aku berteriak kesakitan saat tanganku digigit oleh zombie. Spontan aku menggunakan pistol untuk memukul kepala zombie yang mengigit tanganku. Pintu besi akhirnya tertutup. Tetapi, aku terluka cukup serius.
Aku merasakan tubuhku melemahkan akibat gigitan zombie dan menghirup racunnya. Aku terduduk lemah dengan bersandar di pintu besi. Kesadaranku perlahan mulai memudar.
Aku melihat ruangan milik ayahku ini berisikan banyak senjata, dan ada satu meja kerja miliknya. Aku tidak senang melihat banyaknya senjata itu, sebab aku sudah terinfeksi.
Sebelum kesadaranku benar-benar menghilang, aku melihat sebuah benda berbentuk manusia robot, aku tidak tahu benda apa itu. Sebelum aku pingsan, aku teringat dengan wajah ibu dan kakak perempuanku. Wajah mereka membuatku berusaha untuk tidak pingsan.
"Aku... harus hidup!!"
Aku merangkak mendekati robot itu, berharap menemukan sesuatu yang bisa memulihkan kondisiku sebelum tewas. Tetapi, sekuat apapun tenaga dan sebesar apapun semangatku, tubuhku semakin lemah dan lemas. Aku pun tersungkur tepat di depan robot itu.
"Ma-af!!" Ucapku untuk terakhir kalinya karena tidak bisa menemukan keluargaku.
[System Adam naik level. Injektor robot memulihkan kondisi inang...]
Aku sempat mendengar suara Veronica untuk terakhir kalinya.
Injektor robot itu mengeluarkan puluhan selang berwarna hitam. Lalu ujung selang tajam seperti jarum infus itu menancap di leher belakangku, kedua pergelangan tangan juga tertancap oleh selang injektor robot, bahkan seluruh tulang belakang juga tertancap selang injektor robot.
Di dalam kondisi pingsan, aku melihat kenangan sewaktu kecil saat bersamaan dengan ibu dan kakakku, aku sangat bahagia. Aku tidak peduli apakah akan menjadi seperti zombie. Tapi, aku masih merasakan nyeri pada punggungku walaupun dalam keadaan pingsan...
"Apa cita-citamu saat dewasa nanti?"
Seorang wanita dewasa bertanya kepada si Shimo kecil, dan wanita itu adalah ibuku.
"Aku ingin menjadi seorang tentara!"
"Hei, kata ayah, kita harus menjadi dokter atau ilmuwan. Tentara itu tidak berguna!"
Aku jelas tidak terima dengan perkataan kakakku. Aku merasa tentara itu sangat dibutuhkan oleh banyak orang, tidak hanya profesi dokter saja.
"Ahhhh...!!" Aku berteriak kesakitan sebelum membalas perkataan kakak perempuanku.
Kepalaku tiba-tiba pusing, seluruh tubuhku perlahan mulai berubah warna kebiruan. Aku melihat ibu dan kakakku menjadi panik. Ibu segera menggendongku dan membawa masuk ke dalam rumah.
Aku melihat kakakku menangis karena kondisiku. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku. Yang kutahu, ibu membawaku ke dalam kamarku, lalu segera mengambil jarum suntik. Aku lihat kotak jarum itu bertuliskan D-WZ...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!