NovelToon NovelToon

Kesalahan Di Awal Jumpa

Calon Mantu

Pagi ini Cahaya bangun lebih awal sekali. karena hari ini hari pertama masuk kuliah. Jadi ia semangat sekali. Dia menaiki angkot saja. Sebab ia belum tahu situasi lokasi daerah sini. karena ia hanya indekos yang baru di antar mama papanya kemaren

Walau ia sudah di beri fasilitas oleh orang tuanya sebuah motor metik. Tapi untuk beberapa hari ini ia naik angkot dulu. biar lebih hapal lokasi. itu alasannya.

Suasana yang harusnya sepi di pagi ini tapi malah rame oleh kerumunan orang di perempatan jalan. Cahaya memperhatikan situasi. " Ada apa ya pak?" Tanya Cahaya pada sopir angkot yang ia naiki.

"Kayaknya ada kecelakaan non." Jawab Pak Sopir yang sudah kenal situasi.

cahaya tidak memikirkan, kalau ia akan terlambat di hari pertama kuliahnya, karena rasa sosial yang ia miliki semenjak di latih sewaktu ia ikut anggota pramuka dan sosial bakti di sma nya dulu.

Cahaya pun turun dan membayar ongkos. Ia pun mendekati kerumunan. Alangkah kagetnya ia. orang rame hanya menonton tanpa sedikitpun ingin membantu wanita yang terluka di depannya.

cahaya tidak memikirkan, kalau ia akan terlambat di hari pertama kuliahnya, karena rasa sosial yang ia miliki semenjak di latih sewaktu ia ikut anggota pramuka dan sosial bakti di sma nya dulu. Dan juga didikan orang tuanya.

cahaya mendekati wanita yang seusia bunda nya itu. " apakah tante sendiri saja? " tanyanya.

" Ya nak." jawab wanita itu sambil meringis. Dan melihat gadis cantik yang membantunya.

" Tante ke napa sampai keserempet..? " tanya cahaya merasa khawatir.

"Tadi Tante keserempet motor, saat menyebrang ke minimarket depan. tapi orang nya sudah pergi." jawab wanita itu.

"Oh....! kalau begitu, kita pesan taxi ya Tan. biar saya antar ke rumah sakit." ucap cahaya.dia pun menyetop sebuah taxi yang kebetulan lewat.

"Ayok  Tan saya bantu." ucapnya sambil memapah wanita itu.

sampai di dalam mobil cahaya memberitahu pak sopir. " pak kita ke rumah sakit terdekat ya. karena darurat saya harap lebih cepat dan hati-hati" ucapnya tegas.

Sang sopir mengangguk, sementara  wanita itu terkagum dengan sikap seorang gadis yang duduk di sampingnya. " Nak. namanya siapa? dan mau kemana? " tanya si wanita.

"Oh nama saya Cahaya Tan. Saya rencana mau kuliah, ini hari pertama Saya masuk, Tante namanya siapa? " tanyanya  balik.

" Panggil saya Velisha. kamu kuliah dimana? kamu pasti telat dong bantuin Tante.? " tanya wanita itu yang bernama Velisha.

"Ah. nggak apa Tan". Paling kena hukum.he..he..." ucapnya sambil terkekeh. mengingat kalau nanti pasti kena hukuman.

"Waduh. kamu hukum gara-gara Tante. kamu gadis cantik dan berhati baik....  dan.. " belum selesai tante Velisha bicara. mereka sudah sampai di sebuah Klinik yang cukup besar.

"Di sini aja nggak apa non.?" Tanya sopir taxi.

"Oh. nggak apa pak. Di sini aja. tunggu sebentar ya pak. saya cari bantuan dulu." Jawab Cahaya akan turun.

" oh ya maaf tante, apa ada nomor yang bisa saya hubungi.? " tanyanya sopan melihat Klinik 24 jam tersebut

" Ada.  catat ya nak. " Velisha pun memberikan nomor seseorang. dan di catat oleh cahaya di handphonenya. dan menghubunginya nanti saat Velisha sudah di tangani pihak klinik.

"Tunggu sebentar ya tan, saya cari pertolongan dulu."  cahaya turun dari taxi dan langsung ke ruang UGD.

tak lama datang beberapa perawat membawa   breaker dorong. perawat dengan cekatan membawa Tante Velisha keruang UGD.

Cahaya mendekati sang sopir" Berapa pak? " tanyanya  pada Pak sopir.

"Oh. Non sudah di bayar sama Ibuk tadi, malah lebih Non. makasih ya Non." Ucap Pak sopir.

" Oh sama-sama ya Pak."  Cahaya pun menuju ke ruang UGD.

cahaya sudah berapa kali mencoba menghubungi nomor yang diberikan Tante Velisha.

"Aduh kenapa nggak di angkat telponnya, padahal aktif. kalau begitu biar pihak klinik saja yang beritahu." ucapnya berbicara sendiri..Cahaya langsung ke ruang administrasi.

"Maaf mbak. Saya mau kuliah, ini hari pertama Saya, nanti Saya kembali lagi ya mbak. ini nomor Saya, jika ada perlu hubungi Saya ya mbak." ucap cahaya  pada petugas rumah sakit itu.

"Iya dek." ucap perawat sopan.

"Mbak, biaya administrasi nya berapa ya. biar nanti Saya usahakan." tanya Cahaya sopan.

"Hm....nanti aja ya dek. katanya sudah telat, biar kami tangani pasiennya dan tentu memberikan pelayanan yang terbaik di Klinik ini." jawab perawat tersebut sungkan.

Cahaya keluar dari Klinik setelah pamitan, ia berjalan cepat, sepanjang perjalanan ia bingung, kenapa aneh ya. biasanya pihak Klinik nggak mau memberikan pelayanan, jika belum ada uang panjar. ini diberi pelayanan yang terbaik lagi. aduh.  berapa biayanya... ah aku pusing. .. " Cahaya berbicara sendiri.

ia pun akhirnya sampai di kampus. namun  teman-temannya sudah memulai ospek nya. ia terlambat satu jam dan siap  terima konsekuensi nya.

"Hai kamu, sepertinya baru datang. apa kampus ini punya nenek moyangmu, hingga dengan santainya datang terlambat." Ucap seorang laki-laki yang menunjuknya.

Abiyan merupakan salah seorang dosen yang  yang merupakan pembina ospek. jadi ia yang bertanggungjawab dengan mahasiswa baru di kampus ini.

"Maaf pak, saya tadinya .....o..... " ucapan Cahaya di potong telak oleh Abiyan.

"Ah sudah. ini baru hari pertama, kamu sudah bertingkah, dasar anak manja. Saya tidak bisa terima alasanmu, sekarang kamu  skuat jump 30  kali." hardiknya ketus.

Cahaya tidak bisa membantah, ia meletakkan tasnya. dan melakukan skuat jump sebanyak 30 kali.

Awalnya cahaya tidak apa-apa, namun karena tadi pagi ia hanya sarapan roti dan minum teh,  karena takut terlambat, ditambah lagi pikiran nya bercabang memikirkan biaya Klinik. Jadi ia tidak fokus.

Ia hampir ambruk, namun di bantu seorang gadis yang sama juga ospek dengannya. yang kebetulan minta tanda tangan yang diperintah kakak panitia lain.

" Terimakasih." Ucap Cahaya lirih.

" Sama-sama, nama saya Ghina. kamu siapa? " Tanya gadis itu.

" Nama Saya Cahaya." jawabnya sopan.

kebetulan sang dosen sedang menerima telpon dari seseorang.

" Hallo ini siapa." tanya Abiyan ketus.

"Oh, apakah ini  nomornya Abiyan anaknya pak Hendra? " tanya seseorang di balik telpon.

" Iya. ada apa ya. ini kan nomor Klinik AV" Abiyan penasaran.

"Benar Pak..!  kebetulan ibu Velisha tadi keserempet motor di jalan. dan di bawa seorang gadis ke sini. apa Pak Abiyan nya bisa datang.? " tanya perawat.

"Oh tentu sus, Papa lagi di luar negeri jadi hanya Saya saja yang bisa dihubungi. apakah mama tidak apa-apa..? Saya akan langsung ke sana." ucapnya. Abiyan pun menutup telponnya sebelum  perawat menjawab. Karena ia sangat khawatir sekali dengan mamanya. Wanita yang ia cintai di dunia ini.

Abiyan melihat ke arah gadis yang sedang ia hukum karena terlambat satu jam. "eh kamu. lanjutkan dengan yang lain ya, Saya mau ke Klinik lihat mama Saya yang keserempet motor." ucap Abiyan keceplosan.

Cahaya mengangguk, tapi ia juga merasa aneh.Tapi ia baru menduga.

Abiyan berlalu, setelah berbicara dengan pembina yang lain.Abiyan melajukan mobilnya cukup kencang, hatinya gelisah. takut mamanya kenapa-napa.

Tak lama ia pun sampai di Klinik. mamanya sudah di ruang rawat vip. karena Klinik ini milik kakeknya. ia diminta untuk menggantikan kakeknya. tapi ia tidak mau. ia tidak mengambil jurusan kedokteran, namun mengambil jurusan geologi. dia pecinta alam. dan senang mendaki gunung. hingga ia memilih sebagai dosen yang membuat kakeknya sedih.

"Mama..! Mama kenapa  bisa diserempet motor? sekarang bagaimana keadaan mama? "Tanya Abiyan panjang lebar mencium mamanya.

"Ih anak kebiasaan. bukan beri salam, malah ceramah sampai di sini. ini mama kamu bukan mahasiswa atau teman gunung mu itu." Ucap Velisha kesal.

"Eh iya Ma. maaf.. habis Aku tadi sempat panik, dikabari begitu." jawab Abiyan membela diri.

"Tadi mama di bantu seorang gadis cantik sekali, mama senang kalau ia jadi mantu mama." ucap Velisha senang.

"Ma.. Aku ini masih belum kepikiran untuk menikah secepat itu.  mama ngomong menantu terus. lagian baru pertama kali  ketemu dia." jawab Abiyan tidak suka.

"Walaupun pertama bertemu, kesan pertama nya buat Mama suka, apalagi dia cantik, sopan dan baik hati...." ucapan Velisha terputus. karena ada suster  yang mau memberikan obat.

"Sus. mama  kapan pulangnya. apa kondisi mama baik-baik saja.? " Tanya Abiyan serius.

"Oh. siang ini Nyonya pulang pak. Nyonya hanya mengalami luka lecet saja." jawab suster itu dengan sopan.

Para pegawai Klinik, dokter dan suster sudah tahu siapa pemilik dan keluarganya. hanya pegawai baru saja yang belum tau. jadi mereka sangat sungkan dengannya.

"Kamu kayak Papamu, berlebihan, kan mama hanya luka lecet sedikit saja. kamu jangan beritahu Papa ya. kasihan Papa lagi sibuk." ucap Velisha memohon.

"Lihat nanti Ma." jawab Abiyan cuek.

Ia duduk di kursi yang di sediakan, ia melihat handphonenya. ada panggilan tak terjawab beberapa kali. tapi nomor yang tidak di kenalnya.

Ia pun berusaha menelpon, tapi tidak ada jawaban." ah siapa sih yang usil. " kesalnya. akhirnya Abiyan mendekati Mamanya lagi.

"Mama tu mau kemana? kok sampai serempet motor?. Apa mama tau plat nomornya? " tanya Abiyan menyelidik.

'Nggak tau, tadi tuh mama sudah hati-hati. sudah lihat kanan kiri. eh tau-taunya mama sudah keserempet saja. untung ada gadis cantik, mungkin ia bidadari yang di utus jadi mantu Mama." ucap Velisha menggoda.

"Ma. nanti tiba waktunya Mama punya mantu, Mama tungguin aja waktunya." ucap Abiyan bosan mendengar cerita Mamanya.

"Ya deh. tapi nanti Mama kenalkan dia ya, Namanya Cahaya. kamu pasti suka... " ucap Velisha berharap.

Velisha asyik saja bercerita tentang gadis yang menolongnya. Abiyan sampai bosan mendengarnya. Namun ia tidak bisa berkutik.

Fakta

Begitulah. Velisha selalu menanyakan Abiyan kapan punya istri setidaknya punya pacar, karena anaknya sudah berumur 30 tahun. Laki-laki yang matang untuk suatu pernikahan.Velisha sering kesepian ditinggal sendiri. Kadang ia ikut suaminya. Namun ia bosan kalau tempat yang dituju itu-itu saja.

Diperjalanan pulang Abiyan fokus memabawa mobil mengantar mamanya. " Ma.. Mama serius tidak ingat plat motornya, setidaknya warnanya." Tanya Abiyan serius.

" Ih kamu kenapa ya nak, mama kan sudah bilang dari tadi. Mama nggak ingat, kan suasananya tiba-tiba masih pagi lagi. Tapi mama yang ingat dia itu cewek cantik. Tapi lebih cantik Arisha sih mama kok jadi kangen ketemu dia ya.? " "Tanya Velisha spontan.

" Ma... Jangan aneh-aneh deh. Masak kangen sama anak orang yang baru pertama kali bertemu. Sama anak sendiri di cuekin.! " Kesal Abiyan.

" Ih.. Anak mama setiap hari ketemu, bawelnya.. Jadi mama jadi bosan malah.. " Ungkap Velisha cecengesan.

Abiyan geleng-geleng kepala dengan sikap mamanya yang masih sering manja, bukan hanya pada papanya saja. Mamanya juga sering manja padanya, mungkin karena Mama sering sendiri, Makanya manja kalau pas ketemu.

" Ma.. Kalau Mama mau, minggu depan. Kita rencana ada amal bakhti ke panti asuhan. Kalau Mama mau ikut nggak apa-apa, biar Mama punya kegiatan. Jadi Donatur mungkin." Saran Abiyan.

" Wah.. Bagus itu. Mama mau. Mama bosan dengan teman-teman Mama yang sok kaya, sok cantik itu. Nggak natural.! " Kesal Mamanya.

Emang benar sih, teman Velisha itu bermulut manis. Dari dulu Velisha suka apa adanya saja.blak-blakan. Makanya Papanya cinta mati.

" Emang Mama masih berhubungan dengan mereka? " Tanya Abiyan

" Yah mau gimana, tapi paling hanya yang satu bulan aja, dianggap  sombong pula nanti, Mama bilang aja. Kalau Mama sering ikut Papa. Bosan dengar cerita mereka. Harta melulu." Cerita Velisha kesal.

" Ya udah, ikut kami saja. Biar hidup Mama berwarna." Abiyan menghibur Mamanya yang sudah jengkel dengan teman sosialita nya.

Sementara Cahaya dan teman barunya Ghina semakin akrab. Padahal mereka pertama bertemu. Begitulah Cahaya. Dia mudah sekali berteman, mungkin karena ia sering terjun di bakhti sosial.

Abiyan kembali ke kampus, karena kegiatan hari ini belum selesai.

" Oh ya adik-adik semua.  Diingatkan lagi ya. Besok tidak ada lagi yang telat. Ingat ini masa pengenalan diri kalian, dengan kampus, lingkungan baru kalian. Jadi harus disiplin." Ucap seseorang yang Cahaya kenal.

" Ia kak..." Jawab semuanya serentak.

" Sepertinya aku pernah bertemu dan tak asing lagi dengan pria yang bicara tadi, siapa ya? " Tanya Cahaya dalam hati.

" Hai kamu yang terlambat tadi, sini.! " Ucap seseorang yang membuyarkan lamunannya.

"Cahaya kamu di panggil tuh.! " Ghina di sebelahnya menyikut lengannya. Dia baru sadar kalau ia yang di panggil.

" Oh ya yang lain boleh bubar, kembali besok tepat waktu." Ucap kakak ketua tegas.

Sampai kampus. Ia menemui ketua Ospek Karena ia merasa tanggung jawab dengan tugasnya sebagai Pembina.

Cahaya yang di panggil pun maju ke depan menemui ketua. Namun di sampingnya ada dosen yang memarahinya tadi.

" Saya harap. Besok kamu tidak boleh lagi terlambat, dan jangan suka membantah." Abiyan kesal dengan Cahaya yang menurutnya suka membantah.

Laki-laki yang memberikan pengumuman tadi melihat gadis yang dimarahi Dosen nya sekaligus sepupunya.

"Cahaya...! " Ucap Adelio terkejut.

"Kak Lio.. Pantas saja tadi tak asing lagi suara kakak, gimana kabarnya Kak? " Tanya Cahaya yang antusias dengan Lio dan tidak ingat dengan Dosen yang di depannya..

"Baik. Kamu ambil jurusa apa, kamu pasti dapat beasiswa lagi masuk sini kan? " Tanya Lio semangat.

Karena ia tidak meragukan kemampuan Cahaya di waktu SMA dulu. Lio sangat kenal dengan Cahaya, selain dia gadis pintar, yang selalu dapat peringkat satu di tahunnya. Ia juga baik hati dan suka membantu, dan mereka juga sama kegiatannya..

Karena pengalaman itulah, Lio menyarankan untuk membuat acara bakhti sosial ke sebuah  panti yang sering mereka kunjungi semasa SMA.

"Hei.. . Kakak bisa aja. Kan cuma itu jalan satu-satunya aku bisa kuliah kak. Kakak kan tahu itu dari dulu." Ucap Cahaya merendah.

Abiyan yang mendengar percakapan mereka yang begitu akrab membuat Abiyan kesal. Dia di cuekin. Padahal ia kan tadi mau menegur Gadis yang telat dan tak disiplin. Karena kesal Abiyan teringat dengan nama yang di sebut Mamanya..

"Apakah ia gadis yang di cerita kan Mama." Gumamnya.

Abiyan mencoba menelpon nomor yang tak dikenaknya tadi. "Kalau benar ia. Pasti nomor ini dari dia." Bisiknya dalam hati. Satu kali tidak ada reaksi. Sampai tiga kali. Tetap tidak ada reaksi. Abiyan kesal sendiri.Akhirnya ia berlalu dari hadapan mereka dari pada jadi nyamuk.

" Oh ya. Kamu pulang sendiri Ca.? " Tanya Lio serius.

"Ya biasa kak." Jawab Cahaya santai.

"Kalau begitu aku antar pulang ya, tapi kakak kumpul dulu dengan teman-teman. Tunggu ya." Harap Lio.

'Ah nggak usah kak, ntar pikiran kakak nggak fokus. Nanti kena marah tuh sama Dosen kakak yang songong itu." Tunjuk Cahaya dengan mulutnya pada Abiyan yang belum terlalu jauh dari mereka.

Abiyan yang mendengarnya, ia yang di omongin berubah balik badan. " Apa yang kamu bilang? Songong? Di sini kamu itu memang salah, apa ada teman kamu yang telat setelah kamu?.  Jadi jangan asal ngomong saja, katain orang songong. Awas kalau besok kamu masih telat. Saya beri hukuman yang lebih dari tadi." Abiyan kesal dan berlalu begitu saja setelah ngomelin Cahaya. Lio dan Cahaya yang mendengar Omelan Abiyan melongo. Namun Cahaya tidak peduli.

" Ya udah kak. Aku pulang dulu kak..Bay.. " Cahaya tidak menggubris panggilan Lio lagi. Ia terus berlari kecil ke halte di depan kampus.

" Hai kamu cewek centil. Kamu jangan coba-coba gangguin cowok gue ya.! " Hardik seseorang yang diatas mobil sport depan halte.

"Cowok. Maaf saya nggak kenal." Jawab Cahaya cuek.

"Itu.. Kamu nggak boleh dekatin Pak Abiyan.. Dia kekasih saya." Ucap seorang gadis cantik yang sedang duduk di depan kemudi.

"Oh.. Dosen songong itu. Ambil aja. Saya nggak sudi tuh dengan cowok kayak gitu, kellhatan memang cocok." Ucap Cahaya berlalu naik ke angkot yang berhenti di depannya.

"Sial.. Awas ya... Gadis kere.. " Rutuk Gadis yang bernama Arabela.

"Udah Bel. Tadi kan ia bilang.. Nggak suka. Berarti kamu masih aman." Ucap gadis yang di sampingnya.

"Aman. Gimana kalau ia ganggu gebetan lu Lio itu, apa kamu bilang aman.? " Sinis Bela kesal.

"Ya nggak lah. Mana aku mau, aku kan idolahnya sejak masuk kuliah ini." Ucap Febi teman Bela.

Di kampus Abiyan masih kesal dengan sikap Mahasiswa yang baru pertama kali dilihatnya, tapi sudah buat ia jengkel.

"Pak Dosen. Kok wajahnya di tekuk begitu, bagaimana keadaan tante, Katanya tadi di serempet motor.? " Tanya Lio.

"Oh Allhamdulilah baik, mama cuman lecet sedikit di siku dan lututnya. Dan sudah kembali ke rumah. Oh ya kok kamu keliatan akrab sekali dengan cewek resek tadi.? " Tanya Abiyan penasaran.

"Apakah kakak penasaran karena suka. Atau karena kesal.? " Tanya Lio menggoda.

"Ih siapa yang penasaran. Nggak penting. Sudah kita lanjutin persiapan besok. Tuh Bela dan Febi kemana? Kan sudah bilang kemaren setiap selesai acara kita kumpul untuk persiapan besok." Ucap Abiyan makin kesal.

"Kangen ya sama saya Pak." Tanya seseorang di balik pintu.

Abiyan melihat sejenak dan kembali berpaling tidak menanggapi omongan Bela. Setiap hari Bela selalu tebar pesona, namun Abiyan cuek saja. Bahkan ia merasa jengah bila di dekatnya.

Bela yang selalu ingin mepet terus. Membuat panitia Ospek hanya tersenyum diam, takut kena semprot sang Dosen yang lagi nggak mut.

" Karena sudah lengkap. Baiknya kita lanjutkan brifing kita hari ini, ceritakan keluhan yang kalian temui selama perjalanan ospek hari ini. karena besok ada kegiatan yang lebih seru. Oh ya sesuai rencana kita selesai Ospek jumat depan. Sabtunya kita lanjut ke panti dan  lanjut kemping sehari acara penutupan yang diadakan di desa dekat panti tersebut. Oh ya Lio. Kamu yakin kita tidak perlu lihat lokasi sebelum acaranya. Biar nggak kecewa.? " Tanya Abiyan serius.

" Kalau menurut saya sih nggak perlu. Karena panti itu setiap tahun kami kunjungi waktu  SMA dulu. Begitu juga lapangan nya sering kami gunakan untuk kemping,  dekat  lapangan itu ada sawah, sungai. Jadi aman lah." Jawab Lio serius.

"Apa.? Sawah. Sungai... Iii pasti becek dan banyak binatang licin itu.. Aku nggak setuju." Sanggah Bela.

"Begini, siapa saja yang tidak setuju. Angkat tangan. Karena saya tidak mau keputusan ini hanya saya dan Lio saja." Ucap Abiyan tegas.

Semua panitia setuju. Kecuali Bela dan Febi. Tapi akhirnya mereka berdua terpaksa setuju. Walau nggak suka dan jijik.

"Jadi jelas ya, suara terbanyak itu yang kita ambil. Oh ya dalam kegiatan ini nyokap saya ikut. Untuk kegiatan amal anak panti, jika ada diantara orang tuanya yang ikut amal. Boleh juga. Tapi daftarkan dulu ya. Agar nanti tidak ada kekurangan makanan kita nanti." Ucap Abiyan  wibawa.

"Wah kalau mamanya pujaanku ikut, gue bujuk mami dong ikut! Biar dekat dengan mamanya bebebku." Bisik Bela pada Febi.

"Kalau begitu. Gue bilang mama juga deh, biar ada teman gitu mami lu. " Bisikan Febi balik.

"Eh kalian berdua. Kebiasaan.! Orang lagi bicara cengengesan. Ganggu saja.! " Hardik Abiyan yang tak Terima.

"Maaf Bapak Dosen pangeran pujaan ku" Bela merayu Abiyan dengan mesranya.

Teman-teman yang lain tertawa melihat wajah Abiyan yang memerah. "Kamu. jika untuk mengganggu saya, baiknya besok kamu berhenti saja jadi panitia. Saya tak butuh kamu yang manja itu." Hardik  Abiyan yang juga menghentikan tawa temanya.

Bela merasa terhina di perlakukan  begitu. Ia berdiri dan pergi tanpa permisi. Yang juga dikuti Febi.

"Mulai hari ini, Biar kan saja mereka berdua. Hadir atau tidak, tidak akan berpengaruh pada keputusan kita nanti. Saya tidak suka kehadirannya,  Jika mereka berdua benar berhenti, kita gant, hanya akan mengganggu suasana saja. Lagian kalian tau kan, mereka berdua tidak setuju dengan kegiatan akhir kita. Untuk apa bawa orang tak guna. " Ucap Abiyan menutup pertemuan. Akhirnya mereka pun bubar.

"Hai bro. Jangan beitu kasar dengan cewek. Nanti malah cinta! " Ledek Lio. Lio adalah sepupu Abiyan.

"Siapa yang suka dengan gadis manja yang arogan itu." Jawab Abiyan cuek.

Adelio sangat kenal dengan sikap sepupunya yang cuek dan dingin dengan cewek. Dulu kabarnya Abiyan pernah jatuh cinta semasa SMA dengan seorang gadis. Tapi berakhir di selingkuhi karena alasan Abiyan jarang apelin dia.

Semenjak itulah, dia anti dengan dengan cewek. Dan tidak suka dengan cewek manja.

"Kalau gadis  yang tadi gimana? " Pancing Lio menggoda.

"Cahaya yang cerewet  itu? " Ucap Abiyan spontan.

"Nah. Baru pertama bertemu saja, Kakak sudah ingat namanya, Jangan-jangan kakak sepupu ku ini, akhirnya luluh juga benteng es nya." Ledek Lio.

Dia sebenarnya kurang setuju jika Abiyan dekat dengan Cahaya karena dari dulu Lio suka dengannya. Namun Cahaya tidak pernah mau dan di larang pacaran. Itu alasannya saat di tolak dulu.

"Kalau suka dia, baiknya langsung nikahin. Dia tuh nggak mau pacaran, dosa katanya."Lio menjelaskan.

"Maksudmu? Berati kamu pernah nembak dia. Dan dia nolak?.. Ha... Ha... Aku nggak ngira. Ternyta cowok leboy kayak lu di tolak cewek. " Abiyan menertawai sepupu nya.

"Yah! Seperti aku bilang tadi, Cahaya nggak pernah pacaran. Orangtua nya religius. Walau kehidupan mereka sederhana  namun orangnya taat. Dan selalu peka dengan kehidupan orang lain." Cerita Lio.

"Sepertinya saudara ku ini banyak tau tentang tuh cewek. Kenapa nggak lu pinang aja langsung.? " Tanya Abiyan penasaran.

"Cahaya bukan gadis gampangan. Dia itu hidup sederhana, dia gigih dan tidak mau mengurus hal- hal berbau cinta. Aku mengenal panti dan lingkungan desanya karena dia. Dia banyak cerita tentang sejarah panti, yang dulunya di awali oleh neneknya sendiri. Nenek Cahaya tuh orang kaya. Tapi karena ke egoan dan serakah sang pamannya, panti itu di jual setelah neneknya meninggal semua sawah dan harta nya di gadaikan. Karena pamannya seorang pemabuk." Cerita Lio panjang lebar.

"Semenjak itulah. Ayah bundanya tinggal di kota A. Karena tak ingin melihat peninggalan orang tuanya yang telah habis. Ayahnya sebagai buruh di sebuah Showroom. Dan bundanya sebagai guru honor di sebuah yayasan. Milik panti yang sekarang di minta untuk mengurusnya. Di rumah milik TK itulah mereka tinggal. Namun Cahaya kabarnya ngekos dekat kampus ini. Ia selalu membanggakan orang tuanya, dan selalu dapat rengking satu dan berprestasi dapat beasiswa." Lanjut Lio.

Abiyan terkesan mendengar cerita saudaranya itu. " Hm. gadis spesial." Ucapnya dalam hati.

"Gimana bro tertarik nggak? " Tanya Lio mengedipkan matanya.

"Kamu sudah banyak kenal dia, kenapa nggak kamu dekatin dia lagi.? " Tanya Abiyan penasaran.

"Kakak  bilang aku nggak coba? Sering...! Bahkan tadi aku tawarin antar pulang. Masih menolak dengan caranya yang halus!  sepertinya aku bukan tipe dia. Mana tau Kakak: itu tipenya dia. Aku bahagia kalau ia jadi ipar gue. Daripada di embat orang lain, aku tak rela. " Harap Lio.

Abiyan termangu mendengar cerita dan ungkapan perasaan saudara nya. Selama ini Lio nggak pernah kecewa dengan cewek. Karena ia sering ganti-ganti cewek. Beda dengannya tidak pernah mau pacaran setelah di khianati dulu..

# jangan lupa laki dan komentarnya. Terimakasih telah tinggalkan jejak.

Di Cuekin

Pulang dari kampus, Abiyan masih terpikir dengan cerita sepupu nya. " Nanti aku tanya mama dulu deh. Apa ciri-ciri gadis yang menolongnya. Atau kapan perlu aku akan kerjasama tanpa sepengetahuan mama." Ucap Abiyan pada dirinya sendiri.

Sampai di rumah Abiyan langsung menemui mamanya. " Ma.. Gimana kesehatan nya sekarang? " Tanya Abiyan basa basi. Mamanya menoleh melihat ekspresi anaknya yang lain dari biasanya. Pasti ada maunya.

"Allhamdulillah baik. Kamu belum ucap salam kok lansung beri pertanyaan. Mama jadi curiga!" Ledek mamanya.

"Yah. Maaf, Assalamualaikum mama ku cantik.... " Ucap Abiyan memeluk mamanya.

"Waalaikumsalam. Kamu ada apa sih? Apa Ada yang  Mama bisa bantu.? " Tanya Mamanya penuh selidik,ia tahu sekali karakter anaknya.

"Mama mah gitu, bersikap baik susah. Bersikap cuek juga susah. Aku bingung deh sama Mama." Rajuk Abiyan manja walau sudah usia matang seperti itu, ia masih manja pada Mamanya.

"Hai. Makanya cari istri biar bisa bermanja-manja dengan istri mu nanti." Saran Mamanya. Velisha jadi keki dengan sikap anaknya.

" Ma...Apa benar mama nggak kenal. sama gadis yang tolongin mama.? Masa ada cewek cantik sekarang mau bantuin orang tak di kenalnya. Bahkan kata Mama dia rela telat masuk kuliah. Padahal hari itu hari pertamanya masuk.! " Tanya Abiyan.

"Mama nggak kenal dia... Bahkan mama baru pertama kali lihat dia. Dia langsung mendatangi mama. Dan bertanya. Tante keadaannya baik-baik saja. Apa tante punya saudara yang bisa di hubungi..? Gaya bicaranya sama persis cerewet nya kayak kamu.' ucap Mamanya tersenyum.

"Oh.. " Jawab Abiyan singkat.

"Kok cuman oh? " Tanya Mamanya balik.

"Apa Mama ada memberikan nomorku padanya? Terus Namanya siapa?" Tanya Abiyan.

"Hm Iya.. .Namanya Cahaya. Sepertinya anak mama mulai tertarik nih." Ucap Mamanya menggoda.

Abiyan menarik nafas dalam-dalam. Jika bicara sama Mamanya selalu ekstra sabar, apalagi masalah cewek.

'Bukan begitu ma. Karena sebelum aku dapat telpon dari rumah sakit. Aku dapat panggilan tak terjawab beberapa kali. Cuman tidak ku angkat. Karena waktu itu, Hendpon ku  di saku dan ku matikan nadanya. Tak lama aku mendapati seorang mahasiswi baru telat dengan terengah-engah, ya aku marahin dan aku hukum." Ucap Abiyan menjelaskan.

"Apa? Jadi kamu hukum calon mantu Mama. Waduh.. Pasti pertemuan pertama kalian buat dia ilfil. Susah deh kamu dekatin dia." Ucap Mamanya mematahkan semangat anaknya. ia ingin melihat ekspresi anaknya yang kaku dengan cewek.

"Loh kok Mama ngmong gitu? Apa dia kuliah di kampus tempat aku juga? Jadi kalau begitu dia terlambat satu jam karena bantuin Mama? " Tanya Abiyan baru memahami situasi.

"Ia. Siapa nama gadis itu? " Tanya Velisha balik.

" Cahaya Putri Yolanda.. " Jawab Abiyan cepat.

Velisha berpikir sejenak. Ia lupa menanyakan nama lengkapnya. Tapi nama depannya kan Cahaya. Pikir Velisha.

"Nah... Benar kan dugaan mama. Kamu kenapa nggak nanya dulu. Dia kan telat karena bantu Mama, kenapa langsung main hukum?"  Tanya Velisha kesal.

Velisha pergi meninggalkan anaknya yang sedang bingung. Terus mengambil hendpon nya. Velisha menghubungi  seseorang dengan panik.

Lama Velisha menghubungi seseorang. Tapi tidak ada jawaban karena nomor yang ia tuju sedang sibuk menghubungi seseorang. Akhirnya Velisha pasrah. Dan pergi ke kamarnya.

Sementara Cahaya yang langsung pulang ke kosnya. Saat ia mau memasak dapat telpon dari bundanya. Biasanya dia bantu bundanya memasak. Karena itu ia pandai memasak.

"Sayang. Bagaimana suasana kampusnya. Enak.?" Tanya bundanya.

"Allhamdulilah bund, tapi aku tadi telat bund." Jawab Cahaya santai.

Bundanya kaget, karena Cahaya pagi sekali berangkat ke kampus. Karena takut telat. Itu infonya pagi siap subuh tadi.

"Telat kenapa nak. Tadi berangkat nya kan pagi.? " Tanya bunda nya cemas.

"Itu bund. Tadi aku bantuin seorang wanita yang seusia bunda keserempet motor" Jawab Cahaya menjelaskan.

"Oh. Terus gimana orangnya?. Nggak kenapa nak? " Tanya Bunda Cahaya terkejut.

"Nggak terlalu parah sih bund. Oh ya maaf bund, aku telepon dulu ya bund, takutnya keluarga nya belum datang menjenguknya., aku tadi janji jenguk ia kembali kampus. sampai lupa" Ucap Cahaya dan memutuskan telpon dengan bundanya.

'Ya. Selesaikan lah dulu nak." Ucap bunda.

Cahaya menelpon nomor Velisha yang ia dapat tadi. Ingin mengetahui kondisi wanita tersebut yang bernama Velisha.

Dan baru saja ia mau buka kontak. di sana ada panggilan tak terjawab dari dua nomor.

Satu nomor yang tak di kenalnya, satu nomor dari nomor tante yang di tolong nya. Cahaya mencoba menelpon tante yang di tolongnya, takut kenapa-napa.

Cukup lama panggilannya di Terima. " Hallo Assalamu'alaikum tante. Apa kabar? " Tanya Cahaya langsung.

"Waalaikumsalam.  .ooo kabar baik juga sayang, Alhamdulillah Tante sudah sehat. Tante kangen sama kamu. Tante ganti ya ke PC.! " Ucap Tante Velisha.

" Boleh tante." Ucap Cahaya sopan. Ia juga ingin melihat kondisi Wanita tersebut.

Velisha merobah panggilan ke PC. " Hm. Sepertinya Tante tidak di rumah sakit lagi.? " Tanya Cahaya melihat di belakang Velisha.

"Iya. Tante sudah di rumah. Tante kan cuman lecet saja." Ucap Velisha ramah.

Cahaya merasa bersalah. Melupakan tante yang di tolongnya tadi untuk menjenguk. Atau mungkin keluarga nya datang. Pikirnya.

"Maaf ya Tan. Saya lupa jenguk Tante tadi. Habis acara kampus padat, lagian Dosen pembinanya songong sih. Aku jadi malas.." Ucap Cahaya memberitahu.

"Songong? " Tanya Velisha menyelidik.

" Ya gitulah Tante. Saya sih memang salah, telat datang. Tapi kan nggak langsung di ceramahin gitu juga kali kan Tan. Kalau di hukum sih nggak masalah udah resiko. " Jawabnya  jujur.

"Siapa orangnya. Ini ya orangnya biar Tante cubit dia." Kata Tante Velisha melihatkan Abiyan yang sedang duduk santai di depan TV. Ia keluar kamar menemui Abiyan saat panggilan di alihkan.

Cahaya tertegun. Dia tidak tahu, kalau orang yang di katakan songong itu, adalah Anak Tante Velisha yang cantik.. Cahaya memindahkan kameranya ke arah lain. Saat Velisha melihatkan Abiyan.

' Hallo  sayang. Ini ya  orangnya. Biar Tante jewel dia ya. Ternyata anak nakal ini songong ya di kampus." Ucap Velisha menjewel telinga Abiyan.Abiyan terkejut, kenapa mamanya menjewel nya. Apa salahnya

"Mama. Apaan sih. Kok aku di jewel Ma." Ucap Abiyan menggosok telinganya yang sudah merah.

"Cahaya kamu masih dengar Tante.?" Tanya Velisha yang tidak melihat Cahaya di layar handphone.

"Maaf Tante, tadi saya ke kamar kecil sebentar. Kalau Tante sudah sehat. Lain kali saja ya Tante kita lanjutkan obrolan. Saya mau masak."Ucapnya  undur diri dengan sopan. Karena ia kaget melihat Dosen yang ia caci tadi malah anak dari Tante.

"Oh iya sayang. Lain kali kita ketemu ya. Nanti kita atur waktunya." Harap Velisha.

"Ya Tan, sudah dulu Tan Assalamualaikum." Ucapnya  sopan.

"Waalaikumsalam salam sayang." Velisha menutup hendpon nya.Cahaya  mengambil nafas dalam-dalam.

"Untung saja aku menghindar. Ternyata cowok songong itu anak tante Velisha. Aku nggak nyangka.." Ucap Cahaya bergidik ngeri.

" Eh bunda. Nggak siapa-siapa bund. Oh ya bund kita lanjutkan buat kue nya." Ucapnya  menghindar.

Selama Ospek berlangsung, beberapa hari ini, Cahaya mencoba menghindar dari tatapan Abiyan. Sebaliknya Abiyan mencari-cari gadis itu diantara mahasiswa yang baru. Hatinya mulai gelisah. Semenjak kejadian itu, entah kenapa ia sangat penasaran dengan gadis yang bernama Cahaya.

"Lio, Kok beberapa hari ini saya nggak lihat tuh cewek.? " Tanya Abiyan pelan pada sepupu nya.

"Hm... Ternyata ada yang kangen nih.? " Sindir  Lio. Abiyan memukul lengan Lio cukup keras.

"Bisa pelan nggak. Awas lu.! " Ancam Abiyan kesal.

"Ha.. Ha.. Santai bro. Tak ada yang tahu. " Bisik Lio pada sepupunya.  Abiyan melengus kesal. Dengan sikap Lio yang menggodanya seperti anak remaja yang baru jatuh cinta.

"Apa perlu aku bantu.? " Tanya Lio menggoda lagi.

Abiyan melototkan matanya. Lio terkekeh. Lio kira Abiyan melototi nya. Tapi melihat ada gadis yang di belakangnya, Gadis yang beberapa hari ia cari.

*Hai kak. Tadi bunda titip ini. Kemaren aku ceritain kakak. Kalau kakak itu satu kampus dengan ku, jadi bunda titip ini ke kakak." Cahaya menyerah kan sebuah kotak kecil untuk Lio. Tanpa melihat ke yang lain.

"Oh ini khusus untuk aku, atau boleh aku bagi dengan Dosen kita yang songong ini." Goda Lio.

Cahaya hanya menoleh sebentar dan Abiyan pun pura-pura melihat ke arah lain. Keduanya salah tingkah. Lio yang melihat sikap ke duanya merasa bahagia. " Ternyata benar , tipe cowok yang kamu suka seperti ini." Bisik Lio pada Cahaya yang mendapat pukulan.

Tipe cowok di sukai Cahaya ada pada saudaranya. Walau mereka saling jaim. Tapi sepertinya ada sinyal." Apaan sih kak. udah aku pamit ya." Ucap Cahaya yang akan berlari menjauhi mereka.

" Ya udah. Kalau begitu titip salam ku pada bunda ya. Dan sampaikan pada bunda ucapan terimakasih ku." Lio menepuk bahu Cahaya yang akan menjauh.. Cahaya hanya mengangkat jempol tanpa menoleh.

" Oh iya kak. Tapi bagusnya besok langsung aja bilang ke bunda. Kebetulan bunda juga ikut dan perlu ke panti. Saya Permisi ya kak." Cahaya  berlalu tanpa melihat Abiyan.

Sementara Abiyan hanya melongo, bingung sendiri.. Kenapa dia grogi dengan tuh cewek.

"Hai bro. Kenapa bengong. Nanti kesambet." Ucap Lio mengagetkan Abiyan.

"Apaan sih. Siapa yang bengong, Aku kan nggak di ajak ngomong. Ngapain ikut. Tuh urusan kalian." Jawab Abiyan ketus menutupi groginya.

"Jangan menutupinya dari ku bro. Ada sinyal dari tatapan mata kalian." Bisikan Lio dan tertawa berlari meninggalkan Abiyan yang keki. Abiyan melempar Lio dengan kerikil. Lio menghindarinya. Sambil tertawa meledek.

Sementara Cahaya pulang ke rumah bundanya. Karena harus bantu bundanya buat kue. Untuk acara besok. kue yang di buat  lebih banyak dari biasanya.

Kue tradisional yang menjadi favorit Cahaya, Seperti  Kue Lemper. Kue Dadar gulung . Risoles dan lainnya. Mereka sibuk sampai larut malam.

Paginya Cahaya  dan ayahnya juga ikut bantu mengepak. Memasukan nya ke dalam kotak. Mereka bekerjasama sambil bercanda.

"Bund. Ayah senang. Kalau kita juga bisa bantu panti. Walau hanya melalui makanan ini." Ucap ayah senang.

"Iya yah. Dua hari yang lalu bunda sudah telpon buk Yayasan dan juga buk Panti. Kalau tidak usah sibuk siapkan Snack. Biar air meneral saja di siapkan. Agar buk panti tidak repot.

Tapi..! ibuk Yayasan  senang malah beliau yang biaya  ini semuanya. Padahal bunda sudah tolak habis-habisan. Tapi buk Yayasan mengantar langsung paginya." Terang bunda panjang lebar.

"Yah nggak apa lah bund. Toh kita masih beramal. Melalui  tenaga. Ya kan nak? " Tanya Ayah pada Cahaya.

" Ia bund, kata ayah memang benar. Mungkin karena tujuan kita baik, jadi di beri aja jalan. Nikmati ajalah bund.  Aku siap-siap dulu yah, bund. Takut telat" Ucapnya berlalu.

" Ya." Jawab ayah bunda nya serentak.

Setelah Cahaya siap berpakaian. Terdengar suara klakson mobil di luar. Cahaya heran. Dia nggak ada janji dan juga tidak pesan taxi atau apalah.

Ia pergi keluar melihat  Seseorang yang dia kenal  turun dari mobil. " Kak Lio."  Ucapnya  tidak percaya.

"Hai cantik Assalamualaikum." Lio mendekati   gadis yang di depannya dengan tatapan bingung..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!