NovelToon NovelToon

Pria Yang Hatinya Membeku Mencoba Untuk Bahagia.

Chapter 00

“Hey siapa dia?”

“Kita tidak pernah melihatnya kan ?”

“Mungkin,.. murid pindahan!”

“Ayo minta ID line dia.”

Semua orang berbisik melihat seorang pria yang sedang berjalan di lorong sekolah. Dengan tinggi sekitar 180 cm dengan model rambut pendek terlihat sangat keren dan memukai banyak wanita disekitarnya.

Dia adalah Axel raditya, jika mereka semua tau kalau ternyata pria itu dirinya, semua orang pasti akan lebih terkejut dari reaksi yang sekarang mereka tunjukan.

Tentu saja karena dia terkenal di sekolah dengan julukan “pria yang akan selalu membatu orang lain.” entah itu ejekan atau pujian julukan itu sudah sangat populer di SMA bintang. rambut poni menutupi mata, punggung yang sedikit membungkuk, dengan pakaian rapih. dia terlihat seperti orang culun, biasa-biasa saja.

“Axel aku belum mengerjakan PR bantu dong!”

“Tentu!”

Hampir setiap hari Axel menerima tawaran untuk membantu orang-orang disekitarnya mengerjakan tugas sekolah, dia tidak pernah sama sekali menolak.

Tetapi Axel yang sedang berjalan di lorong sekolah saat ini benar-benar terlihat 100% berbeda dari biasa. Dia tidak membungkukan badannya, berdiri dengan tegak sambil membawa tas dengan tangan kanannya yang di letakan di bahu kanan.

Semakin dekat dengan kelasnya kerumunan semakin berisik, para gadis semakin histeris melihat ketampanannya.

Tapi satu hal yang mereka tidak sadari, entah mungkin karena tidak dilihat dari dekat. Axel sama sekali tidak mengeluarkan ekspresi, wajah datar dengan mata seperti ikan mati yang sama sekali tidak memancarkan cahaya.

Semua orang melihatnya memasuki kelas 2 A, seluruh murid yang berada di dalam kelas terkejut dengan axel yang masuk ke dalam kelas.

“Eh.. siapa dia ?”

“Murid pindahan,… mungkin!”

mereka saling berbisik dan berbicara satu sama lain.

axel tidak memperdulikan mereka, lalu berjalan menuju kursi paling belakang, dia meletakan tasnya di atas meja menarik kursinya lalu duduk.

“HA….?”

“Eh…?”

“Bukannya itu tempat duduk Axel?”

“Apa mungkin itu dia?”

“Engga.. Engga… ma.. mana mungkin dia!”

“Pasti murid pindahan, dia tidak tahu harus duduk dimana!”

Para murid terkejut mengutarakan pendapat mereka.

Axel tidak peduli sama sekali dengan reaksi mereka, dia hanya diam menatap ke atas.

Saat semua orang sedang sibuk berbagi pendapat. Tiba-tiba salah satu gadis menghampirinya dengan senyum indah dan memukai semua orang.

“Hai Axel!”

Gadis itu berdiri di sampingnya lalu axel menoleh ke arahnya.

“Sudah ku duga kamu axel, tidak mungkin aku bisa salah mengenalimu!.”

Gadis itu bernama Amalia grizelle, dia adalah salah satu dari madona di SMA Bintang, tidak ada orang yang tidak mengetahui dirinya, dengan rambut panjang serta paras yang sangat cantik, dia menjadi salah satu model terkenal di usianya saat ini.

“Ehh…?””

“Serius?”

“Bohongkan!”

“OI oi oi bercandakan?”

Seluruh kelas menjadi semakin histeris, karena ada satu fakta yang mereka tahu bahkan seluruh sekolah mengetahuinya, meskipun tidak ada yang berani membicarakannya. Kalau Amalia sudah berpacaran dengan Axel dari mereka kelas 2 SMP.

“Ada apa dengan penampilanmu itu axel ?”

Sambil melipatkan kedua tangan dan membusungkan dadanya Amalia berbicara dengan senyuman.

“Apakah ini debut musim panas?, penampilanmu  berubah 100%!”

Axel hanya dia menatap gadis di hadapannya mengoceh sesuka hatinya.

“Apakah ini demi mendapatkan hatiku ?”

“Haaaaaa…”

Axel berdiri lalu menatap gadis dihadapannya.

“Ada perlu apa ?”

“Eh…?”

Tanpa ekspresi dan suara yang sangat dingin dia berbicara, tidak hanya Amalia tetapi seluruh orang yang melihat itu sangat terkejut lalu kegaduhan di kelas hening seketika.

“Jika kamu tidak ada urusan lain.. silahkan pergi!”

“E.. Eh??”

“.….”

“Axel ini aku loh?”

“.….”

“.….”

dia hanya menatap dingin kearah Amalia seluruh kelas fokus kepada mereka.

“Axel ada apa dengan mu?”

Awalnya amalia berbicara dengan percaya diri, tetapi sekarang dapat di dengar kalau dia sedikit gugup dengan respon axel.

“Apa mungkin kamu marah ?”

Tidak ada yang menyadarinya tetapi Amalia berbicara sambil menyembunyikan keterkejutannya. Kedua tangannya terlihat bergetar sembari tersenyum masam.

“Tidak!”

“Tapi sikapmu itu!”

“Ah.. maaf!”

Axel mengangkat sedikit kepalanya ke atas terlihat seperti orang yang sedang mengejek orang yang berada dihadapannya lalu berbicara dengan dingin.

“Aku hanya tidak ingin berbicara dengan gadis yang berselingkuh dengan sahabatnya sendiri!”

“.….”

Amalia terdiam karena terkejut dengan orang yang berdiri dihadapannya, ia tidak pernah melihat pria di depannya seperti ini, biasanya Axel akan tersenyum rendah kepada Amalia, apapun yang ia lakukan pasti akan di maafkan entah tidak peduli apapun yang terjadi.

Tapi saat ini senyum itu hilang, dengan wajah datar serta suara dingin yang dikeluarkan, gadis itu sangat terkejut.

“Bentar ini tid-.”

“Aku tidak percaya kalau Amalia seperti itu!”

Salah satu gadis berbicara dengan keras dan memotong Amalia yang hendak berbicara.

“Berarti, rumor sebelum libur itu benar?”

“Rumor yang bilang kalau Amalia berpacaran dengan Brian ?”

“Terlalu jahat bukan ?”

“.…..”

“Meskipun axel terlihat seperti itu dia sangat baik, sayang sekali.”

”Benar!”

“Terlalu… keterlaluan!”

”Benar kata ibuku jangan melihat orang dari luarnya saja!”

Percakapan demi percakapan terus berlanjut, tidak seperti pertama axel datang yang hanya berbisik satu sama lain, seluruh murid di kelas 2 A berbicara dengan keras sembari menatap kearah Amalia.

Amalia yang melihat seluruh orang memandanginya menjadi panik, ia sama sekali tidak berani berbicara. Suasana di sekitarnya semakin gelap seluruh tubuhnya bergetar keringat dingin mulai bercucuran. Lalu ia berbalik dan berlari keluar kelas sembari menyembunyikan wajahnya.

Chapter 1. awal mula

Langit mulai berwarna oren , terlihat beberapa siswa sedang melakukan kegiatan klub sepulang sekolah, ada yang bermain basket, voli dan ada juga yang sedang berdiskusi di lorong. Sekolah akan di tutup pukul 18.00, jadi hanya siswa yang memiliki kegiatan saja yang masih tinggal di sekolah.

Di perpustakaan sekolah juga  hanya tersisa 5 orang.

Seorang pria terlihat sedang mencatat, wajahnya penuh dengan kegembiraan. Dia melihat ke arah jam.

“Oh.. sepertinya sudah waktunya!”

Aku sangat penasaran dengan apa yang ingin dikatakan Amalia kepadaku. Sambil mengingat apa yang dikatakan pacarnya saat makan siang tadi.

“Axel nanti sore jam 5 temui aku di kelas 2 F ya, jangan terlambat loh!”

Tidak seperti biasanya Amalia dengan wajah penuh semangat mendatangiku, apa ada hal yang baik sedang terjadi ?.

Karena hari ini adalah hari terakhir sekolah, dan besok mulai libur, apakah dia akan mengajak aku berkencan?.

dengan wajah penuh semangat axel membereskan buku lalu memasukannya ke dalam tas. Lalu berjalan keluar dari perpustakaan sambil bersenandung.

dia berjalan melihat ke arah siswa yang sedang bermain basket, beberapa siswa juga terlihat sedang beristirahat di lorong sambil mengelap keringat mereka.

“Hei xel mau kemana ?”

“ah.. aku ada janji dengan Amalia!”

Salah satu siswa bertanya sambil memegang air minum di tangan kirinya.

“sial kamu benar-benar membuatku iri!”

Dengan nada bercanda orang itu berbicara lalu meminum air yang tersisa di botol.

“kalau gitu semangat latihan nya!”

“ya!”

Axel berjalan menuju kelas f yang tidak jauh dari sana, ia membuka pintu di sana terlihat ada 5 orang pria dan 3 wanita yang sedang bercanda bersama.

“oh akhirnya kamu datang!”

Salah satu dari mereka adalah Amalia yang merupakan pacar Axel saat ini. Dia di sebut sebagai gadis paling cantik di sekolah, karena kecantikannya juga dia berkerja sebagai model untuk majalah remaja yang memperlihatkan fashion gadis seumurannya.

“Yo.. Axel akhirnya kamu datang!”

Di sebelah Amalia terlihat salah satu pria berjalan ke arahnya.

Dia adalah Brian mereka sudah kenal sejak SMP dan menjadi teman dekat 1 sama lain.

“Maaf apakah aku terlambat?”

Dengan canggung dia berbicara lalu menatap semua orang.

Kenapa banyak sekali orang ?, kupikir Amalia ingin berbicara denganku.

Dengan gelisah dia memandangi orang-orang di depannya.

 aku sering melihat mereka karena selalu bersama amalia.

“Bagaimana kalau kita langsung ke intinya ?”

Amalia berbicara dengan nada serius lalu semua orang di kelas itu terdiam tersenyum.

Axel yang tidak mengerti apa yang sedang terjadi gugup melihat amalia berjalan kearahnya secara perlahan.

“Sebenar ada yang ingin aku katakan padamu sejak lama!”

“Y.. ya.. A.. Apa itu ?”

Suasana menjadi sangat aneh, hatiku menjadi sangat gelisah saat amalia berbicara di depanku dengan penuh pecaya diri.

“Sebenarnya..”

gadis itu tiba-tiba menolah kearah Brian, lelaki itu berdiri di sebelah lalu merangkul bahunya.

“Kami sudah berpacaran sejak tahun kemarin!”

Mendengar perkataannya, Untuk Sesaat tubuh Axel membeku.

“HAA?…”

Mataku terbuka lebar mendengar perkataanya, ku pikir kupingku salah mendengar sesuatu, dengan sanggat gugup aku mulai bertanya kembali.

“A.. apa yang kamu bilang ?”

“Sudah kubilang… kalau aku dan brian sudah berkencan sejak kelas 2 SMA!”

Brian yang berdiri di sampingnya tersenyum dengan wajah kemenangan.

mendengar perkataan itu aku menundukan kepalaku, berharap perkataan yang pertama di dengar salah, tapi ternyata tidak, aku benar-benar tidak ingin mengakui kenyataan di depanku dan berusaha menyangkalnya.

“jadi aku ingin mengatakan kalau, aku ingin putus dengamu Axel!”

Amalia melingkarkan tangan kananya kearah Brian, dia berbicara dengan nada mengejek.

Entah kenapa badanku terasa sangat lemas, aku memegangi dadaku yang mulai terasa sakit.

“Hahaha..”

Teman-teman amalia juga mulai tertawa dan berbicara dengan nada mengejek.

Tapi axel tidak bisa mendengar itu.

“I.. itu bohongkan ?”

“Kenapa aku harus berbohong, benar kan Brian ?”

“ya.”

Entah kenapa saat mendengar perkataan itu aku mendengar sesuatu di dalam diriku mulai retak perlahan.

“kita adalah teman kan brian ?”

“ya, oleh karena itu aku akan membuat amalia bahagia!”

Pria itu berbicara dengan dengan penuh percaya diri tanpa rasa bersalah sama sekali.

Craakk…

Retakan di dalam diri Axel mulai terdengar lagi dan semakin membersar.

“Jadi selamat tinggal Axel.”

Kedua orang itu berjalan perlahan mendekati teman-temannya yang sedang tertawa menonton dari belakang, meninggalkan axel yang kepalanya tertunduk.

Tanganku mengeluarkan banyak keringat dingin. aku bahkan tidak bisa mendengar apapun lagi setelah amalia mengatakan selamat tinggal. Seolah-olah dunia membeku.

“Hey dia masih berdiam disana loh.”

“benar jika itu aku aku akan lari dan menangis.”

“hahaha.”

Tawaan serta ejekan terus menerus mereka lontarkan.

Tanpa menolah kearah mereka Axel langsung berlari kearah pintu masuk.

Di depan pintu masuk dia menabrak seseorang lalu terjatuh, dan berguling ke depan. Badan sangat terasa sakit terutama bahu yang menabrak orang itu dengan keras, tetapi Axel langsung bangun dan berlari tanpa meminta maaf kepada orang yang di tabrak.

Jika dirinya yang biasa, dia pasti akan langsung meminta maaf, tapi pikirannya saat ini sedang kacau,

Benar-benar tidak dapat memikirkan apapun lagi.

****

Sembari berlari tanpa tujuan beberapa ingatan dengan amalia muncul kembali.

Saat mereka sedang berkencan dan bercanda bersama.

“Kenapa ?”

Aku sudah kenal amalia sejak kecil, dia selalu berada di sampingku, bahkan saat orang tuaku meninggal karena kecelakaan, dia bilang kalau dirinya tidak akan mati dan akan selalu menemaniku, tapi sekarang apa ?.

Sejak saat itu kami mulai semakin dekat, jadi aku berpikir tidak apa-apa, jika Amalia ada di sampingku apapun yang aku hadapi, aku akan terus hidup dan bersamanya.

Orang-orang di sekitar menatap kearah Axel yang terus berjalan dan menabrak beberapa orang, dia hanya berlari dengan kepala tertunduk.

“ke..na..pa?”

Banyak sekali pertanyaan yang muncul di hadapanku, aku selalu melakukan apapun yang Amalia serta teman-teman di sekitarku memintanya. Dengan pemikiran seperti itu aku berpikir hal-hal baik akan datang kepadaku, jadi aku menjalaninya dengan senyuman.

“Tapi sekarang ?”

Entah kenapa langit tiba-tiba perlahan mulai menitikan air hujan, axel perlahan melambakan langkahnya dan menatap kelangit.

“HAHAHAHA..”

dia tertawa tetapi matanya tidak memperlihatkan itu, dia tertawa di tengah jalan dan beberapa orang memperhatikannya.

“Ada apa dengan anak itu?”

“Entah lah.”

“HAHAHAHAHAHAHAHAHHA.”

Axel terus tertawa tanpa henti dan menatap kelangit.

CRAAK… Craak…

Suara retakan mulai terdengar lagi.

Craaang!..

Suara itu semakin membersar dan Axel dapat mendengar kalau sesuatu di dalam dirinya pecah. Jadi dia mulai tertawa dengan sangat keras, air mata mulai keluar, tetapi karena air hujan dan rambut mengalangi matanya, orang-orang di sekitarnya tidak menyadari itu, menyangka kalau dia gila karena tertawa tidak jelas.

“hey.. apa yang terjadi itu menakutkan.”

“Haruskah kita memanggil polisi ?”

Orang-orang mulai memperhatikan axel, mereka merasa takut dengan tingkahnya.

“HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAH.”

“Ku pikir aku bisa hidup hanya dengan amalia setelah orang utaku meninggal, aku bahkan tidak pernah memikirkan hal ini akan terjadi.”

Tanpa memperdulikan sekitarnya axel berbicara sembari tertawa seperti yang kesurupan.

“HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAH.”

Aku tidak pernah berpikir brian juga akan melakukan itu, saat kelas 2 smp dia satu-satunya orang yang menganggapku sebagai teman, kami semakin menjadi dekat, bahkan aku menceritakan kisah tentang orang tuaku dan dia bersimpati, lalu kami bertiga menjadi teman baik, dia bahkan selalu berbicara kalau aku dan amalia adalah pasangan yang cocok.

Jadi apakah ucapan itu semua bohong ?, ah begitu ya.

Jika di pikir lebih jauh, sepertinya dari awal amalia, brian serta orang-orang di sekitarku hanya memanfaatku saja.

Orang-orang mulai sangat gelisah melihat tingkah lakunya, bahkan ada orang yang sudah mengangkat smartphone dan menekan tombol darurat, tetapi axel tidak memperhatikan sekitarnya lalu berjalan perlahan.

mengingat ketika orang-orang datang kepadaku berbondong-bondong meminta bantuan tugas sekolah atau hal lainya. itu mengingatkan bahkan mereka jarang sekali berterima kasih.

Poni yang menutupi mata, seluruh pakaian yang ia kenakan serta tasnya basah karena hujan. Axel sudah tidak tertawa dan suasananya tiba-tiba menjadi sunyi.

“Ayo pulang !”

setelah mengatakan itu dia berjalan kembali dengan wajah tanpa ekspresi.

chapter 2. masalalu

Bahkan sampai detik ini momen saat orang tuaku tertabrak oleh mobil masih sangat membekas di benakku.

Keluargaku adalah keluarga biasa saja, kita hidup harmonis serta saling menyayangi satu sama lain.

hari itu adalah hari ulang tahunku, dengan sangat egois aku menginginkan sebuah mainan robot yang sedang populer di siaran TV.

Ayahku bilang kalau saat ini dia sedang tidak memiliki uang dan akan membelikannya nanti, tetapi aku merengek menangis lalu berlari keluar dan berbicara kejam kepada orang tuaku.

“AKU BENCI KALIAN!”

Sampai detik ini aku sangat menyesali tindakan kekanak-kanakan yang ku lakukan saat kecil, dan selalu berdoa kalau itu hanya mimpi.

Axel yang masih sekolah dasar pergi ke taman karena tidak tau tempat lain untuk melarikan diri.

Disana terlihat ada banyak sekali anak-anak serta orang tua mereka yang bermain bersama.

Dengan iri dia memandangi mereka.

Langit perlahan mulai gelap, tetapi aku sangat tidak ingin kembali karena sangat marah kepada ayahku yang tidak ingin membelikan mainan itu.

Axel duduk di ayunan sambil menahan tangis, melihat Orang-orang di taman mulai kembali ke rumah mereka, perlahan-lahan menjadi sepi hanya menyisakan dirinya sendiri.

langit semakin gelap, aku pun menjadi takut lalu perlahan bangkit dan berjalan keluar dari taman. Karena tidak tahu harus kemana, akhirnya ku putuskan untuk kembali ke rumah.

Saat mau menyebrang jalan tiba-tiba dari kejauhan terlihat 2 sosok siluet hitam yang berlari mendekat kearahku.

“AXEL!”

“AKHIRNYA KETEMU!”

Itu adalah orang tua axel, mereka terlihat sangat lelah, seluruh tubuhnya di penuhi dengan keringat. Mereka berhenti di tengah jalan, terlihat ekspresi lega di wajah mereka.

Melihat itu aku juga tahu kalau kedua orang tuaku sangat menyayangiku, seketika aku berpikir untuk meminta maaf, dan menyesali semua hal yang aku lakukan tadi. Aku berlari kearah keduanya ingin memeluk mereka dengan erat.

ayah serta ibuku juga membukukan tubuh mereka, dengan wajah tersenyum, seolah-olah mereka sangat merasa lega karena sudah menemukanku.

BRAAAAKKKKKK…..

Sebelum axel menyentuh mereka, tepat di depan kedua matanya dia melihat kedua orang tuanya tertabrak oleh truk yang melewat.

Mendengar suara yang sangat keras, orang orang di sekitar taman mulai menoleh, mencari tahu apa yang terjadi.

Orang tuaku sudah tidak berada di depanku.

Aku menoleh ke kanan dan melihat ibu serta ayahku tergeletak di jalanan.

“I..ibu”

Aku berjalan mendekati keduanya.

“AYAH!”

Darah keluar dari tubuh mereka

keringat dingin mulai keluar dari seluruh tubuhnya, dia berlari kearah keduanya sambil menangis.

“AYAH .. IBU”

Axel terus menerus memanggil keduanya tetapi tidak ada tanggapan.

Saat dia sedang menggoyangkan tubuh ibunya dari belakang seseorang datang menangkapnya menutupi mata .

“APA YANG KAU LAKUKAN LEPASKAN!”

Dengan sekuat tenaga aku memberontak tetapi tidak terjadi sesuatu yang berarti.

“Hentikan nak jangan lihat!”

aku tidak dapat melihat apapun, hanya terdengar beberapa percakapan orang-orang disekitar.

“Maaf tapi lebih baik untuk tidak melihat ini!”

“Seseorang cepat panggil ambulan!”

“Huaaaaa!”

Dengan keras dia menangis, memberontak sekuat tenaga.

“Apa ini anak dari kedua orang itu!”

Perlahan-lahan tubuhku mulai terasa lemas, aku tidak mampu bergerak lagi lalu menutup mataku.

Hanya sampai di situlah semua hal yang aku ingat.

Hal yang terjadi berikutnya aku berdiri melihat kedua orang tuaku sedang di makamkan. Semua orang yang hadir menggunakan pakaian hitam.

Suasana sangat sepi, hanya terdengar tangisan beberapa orang.

Aku dapat melihat kakek serta nenek dari pihak ibu menangis di dekat ibuku.

aku hanya diam berdiri melihat ke sana tanpa bergerak sama sekali.

****

Sudah hampir 4 bulan berlalu sejak kedua orang tuaku meninggal, aku tinggal bersama kakek dan nenek dari pihak ibu, sikap nenek kepadaku sangat baik dan perhatian dia selalu menanyakan apa yang aku inginkan, berbeda dengan kakek yang selalu marah tanpa alasan saat menatap wajahku.

Sejak saat itu axel menjadi pendiam, dia jarang sekali berbicara.

Saat malam hari dia sering menangis di kamar saat memikirkan kejadian itu.

Awalnya teman-teman di sekolah berusaha menghibur, tetapi axel diam tidak menjawab sama sekali, mereka yang mendapatkan mencoba menghibur tetapi mendapatkan respown negatif darinya menyerah dan perlahan mulai menjauh.

Dalam sekejap dia menjadi sendirian, tidak ada yang peduli lagi.

Saat istirahat sekolah axel hanya melihat teman-temannya yang berbincang satu sama lain.

Brak!..

Tiba-tiba seorang gadis memukul meja tempatnya duduk.

“Axel sampai kapan kamu akan terus seperti ini ?”

Gadis itu adalah amalia, orang tuang mereka sangat dekat, mereka bilang sudah kenal sejak lama, oleh karena itu keduanya juga sudah menjadi kenalan.

“.……”

“Hei!”

Amalia terlihat kesal dan memukul bahu axel dengan tangan kanannya.

“Sudah ku bilang sampai kapan kamu akan seperti ini ?”

Teman-teman sekelas mulai memperhatikan kami, mereka saling berbisik satu sama lain.

“aku tau kamu bersedih, tapi apakah orang tua mu ingin melihatmu sedih seperti ini ?”

Gadis itu terus mengoceh, mendengarnya aku semakin kesal. Tau apa anak ini ? dia bahkan tidak merasakan sedih yang aku rasakan.

“Dari pada terus bersedih ayo kita bermain!”

Dengan senyuman di wajahnya sambil menjulurkan tangan kanan ke arah axel.

Melihat itu entah kenapa tiba-tiba aku merasa kesal lalu berdiri dan mendorongnya dengan keras hingga terjatuh.

“KAMU TAU APA ?”

Aku tau dia tidak bermaksud buruk, dan berusaha menghiburku seperti teman-teman lainnya. Tetapi entah kenapa aku sangat kesal.

“Sialan…. kamu malah mendorongku!”

Amalia yang terjatuh merasakan sakit di lengannya, dengan wajah sangat kesal dia berdiri lalu menjambak rambutku.

Aku yang kesal juga mulai melakukan hal yang sama.

“Hey!”

“yang di belakang hentikan!”

“Seseorang panggilkan guru!”

Beberapa murid berlari ke arah keduanya mulai memisahkan mereka. Ketua kelas berlari ke ruang guru.

“KAMU.. KAMU BAHKAN SAMPAI SEKARANG MASIH BISA BERCANDA TAWA DENGAN KELUARGAMU. BISA-BISANYA!”

2 orang menahanku dari belakang tetapi aku yang sangat kesal berteriak kearah amalia.

“KAU BAHKAN TIDAK MERASAKAN APA YANG AKU RASAKAN, JADI DIAM SAJA!”

Dengan teriakanku sekitar menjadi hening.

“LEPASKAN!”

Hanya amalia dengan wajah penuh amarah berusaha melepaskan genggaman teman-temannya.

“AKU TIDAK AKAN TAHU KALAU KAMU TIDAK MEMBERITAHUKU!”

Dia berhasil melepaskan genggaman temannya lalu berlari sekuat tenaga ke arah Axel.

Mereka terjatuh bersama, termasuk kedua orang yang memegangi tubuh axel.

Amalia tanpa ampun langsung memukuli tubuhnya dengan kedua tangan.

“BUKAN KAH KITA BERTEMAN, OLEH KARENA ITU BERITAHU AKU!”

Saat dia berbicara terdengar suaranya seakan-akan dia akan menangis.

“KITA BAHKAN SUDAH KENAL SEJAK KITA MASIH BAYI”

Pukulannya perlahan mulai melambat, dapat di lihat kedua matanya mengeluarkan air mata.

“AKU SUDAH BERUSAHA MENGHIBURMU TAPI KAU SELALU MENJAUH SEOLAH TIDAK PEDULI.”

Mendengar keributan orang-orang mulai berkumpul.

Amalia berhenti memukul, dia berbicara dengan wajah penuh dengan air mata.

“BUKAN HANYA AKU, TAPI HAMPIR SELURUH ORANG DI KELAS KITA BERUSAHA MENGHIBURMU, TAPI BERTINDAK SEOLAH TIDAK TERJADI APA-APA , HANYA DIAM TANPA MEMPERDULIKAN KAMI!”

“KEMBALIKAN!”

Gadis itu mulai memukul kearah wajahku kembali, aku yang melihat itu tidak bisa berbuat apa-apa hanya pasrah, tubuhku sudah sangat lemas bahkan tidak mampu membalas.

“KEMBALIKAN KEMBALIKAN KEMBALIKAN KEMBALIKAN KEMBALIKAN KEMBALIKAN KEMBALIKAN KEMBALIKAN KEMBALIKAN KEMBALIKAN KEMBALIKAN KEMBALIKAN KEMBALIKAN KEMBALIKAN KEMBALIKAN “

Beberapa orang berusaha menghentikan Amalia yang sedang mengamuk tetapi percuma saja.

“KEMBALIKAN  AXEL YANG SELALU TERSENYUM KEPADAKU!”

Mendengar itu entah kenapa hatiku terasa sakit, air mata perlahan mulai mengalir tanpa ku sadari.

Bahkan saat orangtuaku di makamkan, aku tidak meneteskan air mata sama sekali. Tetapi melihat amalia entah kenapa sesuatu di dalam diriku mulai merasakan sesuatu.

“KEMBALIKAN TEMANKU AXEL YANG SELALU BERCANDA BERSAMA KAMI!”

Semua orang hanya diam menatap ke arah amalia, gadis itu berhenti memukul lalu menutupi wajahnya dengan kedua tangan lalu mulai menangis.

Melihat itu aku juga mulai menangis dengan keras.

Terlihat teman-teman dari kelas kami bingung harus berbuat apa.

Amalia yang melihat Axel menangis lalu memeluknya.

Dari arah pintu guru berlari dengan panik ke arah mereka lalu memisahkan keduanya yang sedang menangis.

****

Beberapa teman yang memisahkan mereka menjelaskan kepada guru apa yang terjadi, saat ini hanya Axel yang berbaring di ruang UKS sendirian menatap atap tanpa memikirkan apapun.

Aku mendengar percakapan yang mereka lakukan di ruangan sebelah meski samar, tapi aku tidak memperdulikan itu.

Mengingat kembali wajah amalia yang menangis, aku tahu dia menangis untukku.

perlahan Axel menutup matanya dan tertidur.

****

Sepulang sekolah Axel masih berbaring di UKS, guru datang menanyakan bagaimana keadaannya.

“Aku baik-baik saja!”

“Aku senang mendengarnya!”

dari arah pintu dia dapat melihat beberapa orang berdiri di sana, diantara mereka terdapat amalia yang wajahnya sangat merah, dapat di lihat bahwa dia masih menangis.

“Hey, kalian cepat masuk kesini!”

Mereka datang masuk perlahan-lahan.

“MAAFKAN KAMI!”

setelah masuk ke dalam guru melototi mereka, lalu entah kenapa mereka malah meminta maaf kepadanya, dapat di lihat kalau Axel tidak mengeri sama sekali.

“Axel mohon maafkan mereka, terutama amalia, mereka hanya ingin kembali bermain bersamamu!”

Aku tidak tahu kenapa teman-teman yang lain meminta maaf, tetapi melihat suasananya, sepertinya mereka tidak ingin amalia melakukan itu sendirian jadi semua orang datang bersama-sama.

“Tidak apa-apa, sebaiknya aku yang meminta maaf!”

Axel bangkit dari tempat tidur lalu membungkukan kepala.

Setelah itu guru menyuruh kami bersalaman satu sama lain, dan mulai kembali menjadi teman, sejak saat itu keberadaan amalia di haku menjadi sangat besar, bahkan aku sendiri tidak dapat menyadari nya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!