NovelToon NovelToon

Perjalanan Wulan

1. Pindah Server

Tuk.

Bunyi ketukan meja memecah keheningan di ruangan seorang gadis yang tampak begitu pusing mengurusi sesuatu. “Niat amat mau korupsi!” kesal Wulan, ya dia Wulan gadis 19 tahun yang mati akibat bencana alam longsor menewaskan seluruh keluarganya termasuk dirinya, dan …. Dirinya malah berpindah server segala lagi.

“Althan?” Panggil Wulan, menatap pengawal pribadinya yang cukup tampan, tetapi dirinya bukan gadis yang tergila-gila akan lelaki tampan yang sampai mana dirinya harus berteriak dalam hati ‘’tampannya, rahimku anget mas! WTF bro?

“Menghadap nona,”

Wulan melirik sekilas. “Kirimkan semua surat undangan untuk para tikus-tikus ini, untuk menghadapku!” tukas Wulan dirinya harus lebih tegas kali ini, karena apa? Tubuh yang ditempatinya kali ini adalah miliknya mulai sekarang, dan maka dari itu dirinya harus membuat wilayah Duke Almod mendiang ayahnya harus sejahtera seperti dahulu agar rakyat wilayah selatan ini harus makmur dan sejahtera, supaya gelar Duke pada dirinya tidak dicabut oleh pihak istana.

“Baik nona. Izin mengundurkan diri hamba.”

Sudah sebulan lebih dirinya di sini dan cukup untuk mengamati dunia aneh ini, dan dengan giat Wulan belajar mempelajari tentang hukum dan peraturan dunia kekaisaran yang kini dipegang oleh seorang bernama yang mulia kaisar Jayden Cole Ramashon pria 39 tahun tersebut yang kini memiliki seorang permaisuri bernama Zellenia Cole De Varmix dan memiliki dua selir.

Dan tempat wilayah yang Athenia pegangan sekarang adalah wilayah atas kepemimpinan raja Damian Scolion De Varmix kakak permaisuri kekaisaran Bathelia.

“Dahlia, besok kumpulkan semua pengurus kastil ini, jam tujuh semuanya sudah ada di sini, jika tidak kalian akan kena akibatnya!” desis Wulan atau Athenia nama sang raga yang kini jiwanya entah berfliker entah kemana.

“Hal apa yang ini anda sampaikan nona?” tanya balik pelayan tersebut, ingatkan nonanya ini begitu bodoh, sehingga banyak para pelayan yang semena-mena bahkan ada yang berani mencuri perhiasan sang nona dengan lancang.

“Kau bertanya padaku? Ingatkan bahwa kau adalah pelayan jadi tak pantas untukmu bertanya seperti itu pada majikanmu, mengerti?” geram Wulan dengan nada menyeramkan, mereka pikir dirinya Athenia asli yang muda sekali terpedaya akan kelakuan busuk mereka yang suka seenaknya di kastil miliknya ini

Dahlia melirik takut, nonanya begitu menyeramkan, sepertinya ini hal yang berbahaya. “Maafkan saya nona, saya sudah lancang bertanya seperti itu.”

Wulan pergi dengan dikawal oleh kedua prajuritnya untuk berkeliling di kastil yang lumayan besar bahkan sebagian besar ada yang tak terawat, mengingat pekerja di kastilnya hanya memakan gaji buta saja. Wulan mampir ke barak pertahanan banyak para ksatria dan prajurit yang tengah berlatih, Wulan jadi ingin mengasah kemampuan bela dirinya dan belajar berpedang dan menunggangi kuda, mengingat ini jaman kekaisaran dan tak jauh dari penjahat dan peperangan.

“Salam nona.” Salam mereka pada sang duchess.

Wulan mengangguk menatap mereka satu persatu, mulai dari atribut yang mereka gunakan dan semua senjata yang sudah nampak sangat jelek tak layak pakai, Wulan jadi meringis ngeri akibat dari semua dana yang di korupsi oleh para Baron dan knight, yang di mana untuk rakyat wilayah selatan dan dana untuk para prajurit habis di ludes oleh mereka.

“Tumben sekali nona manja itu datang berkunjung ke sini?” bisik salah satu prajurit.

“Sudahlah, kita harus berlatih,”

“Hah …. Aku pusing, bagaimana jika terjadi perang dadakan, sedangkan kita seperti ini, tidak punya banyak persiapan, nona benar-benar keterlaluan!” sungutnya.

Sang kepala jendral yang sudah lama mengabdi pada Duke terdahulu mengepalkan tangannya, kepemimpinan yang dipimpin oleh duchess Athenia begitu buruk, bahkan sang raja akan menurunkan takhta duchess Athenia menjadi Baron karena tidak becus.

.

.

Keesokan paginya semua para pelayan sudah berkumpul. “Langsung saja, kalian semua sudah tidak bekerja lagi di sini, dan ini upah kalian masing-masing!”

Para pelayan melotot tidak terima. “Tapi kenapa nona? Apakah kami melakukan kesalahan sehingga harus dikeluarkan?” tanya seseorang.

Wulan mengangkat alisnya remeh, apa-apaan pertanyaan konyol itu. “Kau bertanya kepadaku? Harusnya pelayan rendah sepertimu harus memiliki ingatan yang bagus agar bisa berpikir dan mengingat dengan jelas!” tegas Wulan menyindir telak.

Para pelayan tersebut hanya bisa menunduk. “Tapi jika kami dikeluarkan memangnya, siapa yang mau bekerja dengan nona bodoh sepertimu!?” sungut salah satu pelayan menatap remeh pada Wulan.

“Saya punya uang dan kekuasaan, siapa yang akan menolak? Apalagi dengan sifat manusia yang tak bisa jauh dengan yang namanya uang! Untuk mencari kacung tidaklah muda selagi saya punya uang dan kekuasaan, justru pelayan bodoh seperti kalian siapa yang akan mau menerima!” tukas Wulan memukul telak mereka.

“Althan, siapkan kereta kuda, kita pergi, kalian para prajurit usir mereka, dan cari semua pelayan yang bisa diandalkan dan patuh!” tegas Wulan, dirinya akan merombak habis semua wilayah selatan yang di pimpinannya ini, dulu dia boleh miskin sekarang dirinya sudah punya kuasa jadi mari bermain bisnis di negeri fantasi ini.

Pertemuan dengan para Baron akan diadakan nanti malam, untuk sekarang Wulan akan pergi ke toko penjual baju zirah untuk para prajuritnya, beserta dia akan memesan beberapa senjata untuk mereka, nanti sisanya biar sang jendral yang akan mengurus, Wulan akan berfokus untuk mengembalikan dana wilayah selatan yang telah dikorupsi sedikit demi sedikit.

“Nona, untuk apa semua ini?” tanya Althan menatap aneh nonanya.

“Kau tidak bodoh Althan.” Sergah Wulan. “Nanti sehabis pertemuan dengan para tikus-tikus itu, kau suruh jendral Gariel untuk menemuiku!”

“Baiklah nona, kita akan kemana lagi nona?” tanya Althan duduk di dalam kereta bersama atasnya, sebenarnya ini sedikit canggung tetapi karena paksaan dari nonanya, ya dirinya menurut saja, untuk menghemat tenaga.

2. Waw.

Seperti halnya kepala daerah atau kepala kampung, kini para Baron dan Viscount beserta Knight yang kini sudah datang ke kediaman sang duchess yang tiba-tiba sekali mengundang mereka.

“Ada apa dengan duchess bodoh itu? Mengganggu malam nikmat ku saja!” dengus salah satu Viscount yang kini mengusap jenggot panjangnya.

“Entahlah, menyebalkan sekali memang!” sahut mereka lalu masuk ke sebuah ruangan, mereka berenam sudah disambut dengan wajah datar tanpa ekspresi milik duchess Athenia atau si Wulan.

Tanpa memberi rasa hormat mereka langsung duduk di kursi masing-masing menatap malas pada duchess Athenia. Sehingga decakan kesal terdengar cukup keras. “Apakah begini cara orang rendahan bertemu dengan sang penguasa?” sindir Wulan membuka lembaran kertas coklat tempat laporan yang sudah dirinya dapatkan.

“Ada apa nona memanggil kami ke sini? Mengganggu sekali!” desisnya di akhir kalimat.

“Ada apa? Apakah anda keberatan dipanggil ke sini Viscount Deriel?” tanya Wulan.

“Sangat nona, anda begitu mengganggu waktu saya!” dengusnya dengan berani, mereka tidak takut dengan duchess muda ini, memangnya duchess muda ini bisa apa?

Wulan mengangguk singkat. “Baiklah jika begitu. Althan serahkan surat yang sudah saya siapkan, suruh mereka semua menandatanganinya!?” titahnya menatap mereka dengan pandangan remeh.

Mereka berenam tanpa membaca surat tersebut langsung saja menandatanganinya dengan malas. “Kena kau tikus-tikus sialan!” batin Wulan menyeringai sadis.

“Mulai besok posisi kalian bukan lagi seorang Baron, Knight ataupun Viscount karena kalian sudah setuju untuk keluar dari semua ini,” senyum Wulan menunjukkan kertas tersebut. “Kalian tidak bisa membantah sebab stempel Kerajaan sudah tertempel di sini!” Senyum Wulan begitu jahat lalu pergi meninggalkan mereka berenam. “Satu lagi, setiap penghasilan kalian akan di setor ke dalam keuangan wilayah untuk melunasi hutang kalian selama ini!” Seringai Wulan.

Brak ….

“Apa-apaan ini duchess, anda begitu lancang telah menipu kami! Apa kau ingin mati di tangan yang mulia raja karena telah berani menipu dan mempermainkan kami seperti ini, hah!” teriak seorang Baron menatap tajam duchess Athenia yang hanya tersenyum remeh lalu pergi dengan beberapa pengawalnya.

Mereka berenam menggeram begitu kesal sebab sudah di tipu oleh bocah ingusan itu, mereka tak menyangka akan seperti ini, bisa-bisa miskin mendadak.

“Sialan!”

.

.

Wulan pergi menemui jenderal Gariel yang kini sudah menunggunya di dalam ruang kerja miliknya. “Salam duchess!” Salam jendral Gariel begitu hormat kepadanya, tetapi bukan berarti dirinya gila hormat, terkadang itu bentuk sindirannya untuk orang yang tak tau malu, istilah anjing menjilat tuannya sendiri.

“Salam juga untukmu jendral Gariel.” Tukas Wulan. “Saya memanggil anda ke sini untuk urusan ini jendral,” tutur Wulan menyerahkan sebuah kertas yang sudah tertulis rapi oleh Wulan sendiri. “Anda tinggal mengaturnya setelah semuanya sudah datang, mulai saat ini kau jangan sungkan untuk mengatakan sesuatu jika ada yang kurang di kastil ini, sebab mulai sekarang saya akan mengambil alih semuanya!” tukas Wulan panjang lebar yang di tatap terkejut oleh jendral Gariel.

Jendral Gariel sedikit tidak percaya dengan anak sahabatnya ini, yang dulunya begitu bodoh sehingga banyak kerugian yang telah dibuatnya. Namun sekarang duchess muda yang itu kini seolah berubah seratus persen.

“Kapan anda memesan semua ini duchess? Maaf jika saya merepotkan anda,” sesal jendral Gariel sebab telah merepotkan sang duchess.

“Anda tidak perlu tau jendral, anda hanya tinggal mengurusnya saja, dan satu lagi besok para pelayan baru akan masuk, saya minta tolong dengan salah satu prajurit mu untuk menyeleksi mereka, agar kualitas di kastil ini tidak suram seperti dahulu!” pungkas Wulan meminum tehnya.

“Baik duchess, jika begitu saya izin untuk berpamitan!?” jawab sang jendral lalu bangkit dan pergi tak lupa berpamitan juga dengan keponakannya yang menjadi pengawal pribadi duchess yang tak lain si Althan.

Setelah dirasa semuanya beres, Wulan kembali memeriksa peta wilayah selatan yang kini di urusnya, total ada enam desa dengan sembilan ratus penduduk dari masing-masing desa. “Sebelah Utara gunung Putih Liwh yang begitu cantik namun tak terurus.” Gumamnya lalu melihat ke sebelah barat yang hanya diisi pegunungan tandus dan beralih ke selatan yang kini di isi oleh pantai yang cukup indah namun tercemar oleh mereka yang tak bisa menjaga lingkungan.

Beralih ke timur ada sebuah sungai yang mengalir dari gunung Putih Liwh ke timur sehingga mencipta air terjun yang begitu tinggi, sebab di wilayah Utara dan Timur bisa di bilang pegunungan tinggi dan curam namun begitu indah. “Bodoh jika tak memanfaatkan semua ini, sulit jika tak mau berusaha, selagi bisa kenapa enggak!” Gunanya menatap penuh rencana pada peta tersebut, dia akan menjadikan wilayah ini paling populer dan terkenal, dia akan membuka pusat bisnis dan industri di wilayahnya ini.

Wulan sudah banyak mendapatkan surat laporan dari masyarakat yang mengeluh atas kepemimpinannya yang tak becus, maka dari itu dirinya akan merubahnya mulai sekarang.

.

.

“Pangeran anda mendapatkan panggilan dari yang mulia raja?” Ucap seorang pengawal.

Pangeran tersebut bangkit dari duduknya lalu pergi keruangan ayahandanya. “Salam ayahanda dewa dan dewi selalu memberkati.”

“Sudah-sudah bangunlah anakku,” titah sang raja tersenyum dengan wajah yang sedikit keriput di makan usia. “Ayah hanya ingin berbicara sedikit denganmu anakku,” tukas sang raja menatap sendu ke arah pangeran yang sebentar lagi akan diLantik menjadi putra mahkota.

“Saya tau ayahanda tidak suka berbelit-belit untuk mencari topik pembicaraan, jadi …?” tutur sang pangeran yang sudah mengetahui watak sang ayahanda.

Sang raja tersenyum culas menanggapi perkataan sang anak. “Baiklah-baiklah, ayah hanya ingin menyampaikan langsung bahwa sebelum hari pelantikan mu tiba, ayah akan mengirimmu ke wilayah selatan, sebab di sana sudah terjadi banyak perubahan semenjak kematian sang Duke Erasmus, jadi ayah mengutusmu untuk membantu anaknya di sana.”

Hansel pria tampan itu menyerngit tidak suka. “Kenapa tidak orang lain saja ayahanda?” tolak Hansel, dirinya begitu malas untuk datang ke wilayah kumuh tersebut, satu tahun terakhir dirinya ke sana keadaan benar-benar kacau semenjak meninggalnya sang Duke tersebut.

“Ayah hanya ingin melihat kinerja mu sebelum kau diLantik untuk memegang satu wilayah anakku.” Jawab sang raja tersenyum lalu pergi dari ruangan tersebut.

Hansel mendesis kesal.

3. Ke Selatan

Keesokan harinya Wulan mendapatkan surat dari istana bahwa sang pangeran akan datang berkunjung untuk membantunya mengurus wilayah selatan untuk beberapa Minggu. “Jadi?” dengus Wulan.

“Kalian bereskan kamar tamu, sang pangeran akan menginap di sini untuk beberapa Minggu!” titah Wulan menaruh surat tersebut, pelayan baru sudah di dapatkannya mereka sudah bekerja dengan bagus, bahkan Wulan mempercantik kastil tersebut mulai dari halaman belakang yang kini dalam proses pertumbuhan sayuran dan pohon buah lainnya, dirinya harus benar-benar mulai dari nol untuk meraih kesuksesan yang nyata.

Hari ini pun Wulan sudah mengeluarkan kebijakan baru di wilayahnya, yakni lingkungan bersih, mengingat di kota tersebut banyak sekali sampah dan kotoran yang terbuang asal membuatnya mual saat berkunjung,

Masyarakat sempat menolak dengan kebijakan baru yang di buat Wulan tetapi setelah Wulan mengiming-imingi mereka dengan berjanji akan mengangkat perekonomian mereka agar kembali stabil seperti dahulu kala, sempat tidak percaya juga ‘duchess bodoh sepertimu bisa apa!

Tetapi dengan ketangguhannya Wulan berhasil mengambil kembali hati rakyat bahkan Wulan telah menjelaskan dana wilayah telah di tilap habis oleh kepala Baron dan Viscount.

Wulan datang berkunjung ke balai desa dengan sepuluh prajurit yang mengawal dirinya beserta tiga pelayan yang membawa sesuatu. “Salam duchess, saya sungguh terkejut duchess datang berkunjung pagi-pagi sekali.” Senyum sang kepala Knight yang kini sudah diganti olehnya.

“Salam, saya datang berkunjung, untuk berpartisipasi pada rakyat yang ada di sini, jadi kamu bertugas untuk mengumpulkan mereka semua untuk datang ke sini.”

Sang kepala Knight tersebut mengangguk setuju, lebih baik langsung mengiyakan daripada bertanya membuang waktu.

Wulan memerintahkan mereka yang ada di sana untuk melihat dapur di balai desa, Wulan berencana harus merebut habis hati rakyatnya jika ingin maju dan sukses besar. Mereka datang berbondong-bondong berdiri menatap Wulan yang kini berdiri di depan mereka.

“Salam untuk para rakyatku, maaf jika sudah menyita waktu emas kalian, untuk datang ke sini untuk menemuiku!” ucap Wulan begitu manis membuat sebagian rakyat merasa tak enak, karena apa? Hanya duchess mereka yang berani meminta maaf pada rakyatnya bahkan sampai membungkuk hormat.

Ya tuhan keajaiban apa ini? Meskipun mereka sedikit kesal dengan masa kepemimpinan sang duchess yang membuat perekonomian mereka merosot tajam.

“Tak apa duchess, kami tidak merasa seperti itu.” Ucap salah satu warga merasa sungkan. Baik sekali.

Wulan tersenyum lembut bak dewi. “Sekali lagi saya meminta maaf yang sebesar-besarnya, karena atas kepemimpinan saya yang tak becus kalian harus menanggung kerugian yang banyak, maka dengan itu saya akan mengajak kalian untuk menuju wilayah emas yang akan kita bangun mulai sekarang, jadi dengan begitu kita akan mulai dari dasarnya, tetapi sebelum kita membahas itu apakah kalian mau membantuku untuk memasak sesuatu?” tanya Wulan melihat keterdiaman mereka yang saling melirik satu sama lain. Sehingga beberapa menit mereka pun setuju, bahkan Wulan berbaur dengan remaja desa tersebut tanpa jijik karena kebanyakan jaman sekarang memandang kasta.

Mereka yang membantu berpikir sang duchess hanya akan menjadi penonton dan menyuruh-nyuruh mereka, tetapi nyatanya sang duchess ikut membantu, bahkan juru masaknya pun dia seorang mulai dari memasukkan kayu ke tungku mengambil air, astaga duchessnya ini sangat mengagumkan sekali. Wulan berencana membuat sup untuk mereka Sop Kimlo

Wortel, buah kentang potong kotak, daun bawang, iris kasar, seledri, iris halus, dua liter kaldu ayam kampung, dua jempol jahe geprek, 1/2 bw bombay iris. Karena keterbatasan Wulan menyiapkan seadanya saja, jadi semakin terobsesi untuk membuat kecap asin dan segala macam.

Meski begitu para warga yang datang begitu antusias dengan masakan sang duchess, hey rakyat mana yang tak antusias jika seseorang berkasta tinggi rela memasak untuk mereka yang hanya rakya jelata.

.

.

Setelah selesai melakukan makan bersama mereka akhirnya masuk ke balai desa sebab hari semakin terik, di dalam sana Wulan menjelaskan visi misinya untuk para warga dan warga yang berada di sana tak sungkan untuk bertanya pada Wulan sebab pembawaan Wulan yang begitu lembut dan tak mudah tersulut emosi atas cibiran warga yang masih tak suka.

“Ibarat kata kita harus bekerja sama untuk menuju wilayah emas, aku hanya akan membimbing kalian dan membantu kalian untuk berjaya supaya perekonomian kita kembali bangkit dan mengalahkan wilayah lain, kalian punya sawah? Gunakan untuk menanam hal yang berguna, seperti padi, gandum, buah-buahan, untuk bahan obat-obatan kalian akan di tanggung untuk sementara ini, jika ada yang memilki bakat kerajinan segera daftarkan diri ke kastil sebab seminggu lagi saya akan membuka lowongan pekerja bagi kalian yang berbakat apapun itu, mari kita bangkit bersama!” teriak Wulan di sambut antusiasme oleh para warga yang berada di sana.

Sebelum pulang, Wulan membagikan mereka bibit gandum, padi dan lainnya untuk mereka, pengelolaan mereka akan di awasi oleh para prajurit untuk memastikan para warga tersebut dan untuk mencegah hal-hal yang tak di inginkan.

Walaupun di sebut sebagai wilayah selatan, tetapi wilayah tersebut cukup subur dan cocok untuk bertani dan menanam segala macam hal.

“Huh, melelahkan sekali!” gumam Wulan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, para pelayan merasa heran sebab ada seorang duchess muda mandi sendiri, karena kebanyakan para bangsawan selalu di mandikan oleh pelayanan bahkan di pakaikan kangcut sekalipun.

“Sialan geli banget Cok, sampe segitunya!” dengus Wulan geli. “Amit-amit!”

Beberapa menit kemudian. “Duchess, makan malam anda sudah siap!?” panggil seorang pelayan yang cukup muda.

Wulan keluar dengan gaun yang cukup cantik dan simpel berwarna putih gelap sangat cocok dengan tubuh ramping dan mulusnya. Sesampainya di ruang makan Wulan langsung duduk menatap mereka yang berdiri menunggunya. “Menyebalkan sekali jika harus makan semua ini sendirian!” batinnya kesal. “Kalian semua, duduklah, mulai saat ini kalian ikut makan bersamaku!” titah Wulan membuat mereka terbelalak terkejut.

“Ta–tapi duchess kami merasa tidak pantas untuk duduk satu meja dengan anda,” ungkap pelayan tersebut menunduk takut.

“Ya maka dari itu, buanglah rasa tidak pantas itu, dan duduk mari makan bersamaku, kalian jangan takut seperti itu, ayo cepat aku sudah keburu lapar!” ucap Wulan mendengus sebal.

Mereka saling melirik satu sama lain merasa gugup, dan pada akhirnya dengan takut-takut mereka duduk, sesudah duduk pun mereka masih sungkan untuk mengambil nasi dan ikut makan. Lagi dan lagi Wulan menghela nafas pelan ‘’jaman kerajaan ini begitu merepotkan, beruntungnya aku lahir tahun dua ribu bukan Masehi!

“Apa perlu aku mengambilkan kalian nasi?” tanya Wulan dengan suara lembut.

“Tidak usah duchess, seharusnya kami yang melaynimu bukan anda, maaf duchess.”

Pada akhirnya mereka makan walaupun dengan banyak drama, dan makanan sisa yang masih layak Wulan menyuruh mereka untuk tidak membuangnya, mengingat di kastil ini bukan hanya dirinya dan mereka yang makan tapi ada banyak orang juga.

Selesai makan Wulan pergi keruangan kerja bekas ayahnya dahulu. Althan masuk setelah memberi salam. “Lapor duchess, ini hasil surat yang anda minta, mereka setuju,” ucap Althan memberikan sebuah surat.

Yap Wulan mengajukan surat ke pihak istana kemarin sore untuk meminta izin memecat keenam kepala desa tersebut dan yah hasilnya di terima. “Bagus, Althan siapkan sepuluh prajurit besok kita akan pergi ke selatan?” ucap Wulan.

“Maaf bertanya duchess, tetapi untuk apa kita ke selatan?” tanyanya penasaran setahunya di selatan adalah tempat yang begitu kumuh dan pantai yang begitu banyak sampah membuat para nelayan kehilangan ikan mereka akibat pencemaran limbah sampah yang menumpuk.

“Kau akan tahu besok, dan lagi, kita sepertinya akan lama di sana, tolong konfirmasikan data ini untuk kepala pelayan untuk menyeleksi para pendaftar kerajinan yang akan datang Minggu depan.” Jelas Wulan.

“Baik duchess.”

Althan begitu bersyukur atas berubahnya sikap sang duchess yang dulunya bodoh kini begitu terobsesi akan sesuatu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!