NovelToon NovelToon

Dara, Mengubah Takdir

BAB 1 DUNIA BARU DARA

TOLOONG !!

"Apa yang kalian lakukan padaku !! DASAR BIADAB !! "

Aarrrgghhh~ !!

Hosh~ hosh~ hosh~

Seorang gadis menjerit kencang seiring kedua netranya yang membelalak ketakutan. Kejadian sial yang dia alami sungguh menyisakan luka yang mendalam, bukan hanya raga tapi juga batin nya.

Dara Svaroski adalah nama wanita itu, wanita berusia 32 tahun yang baru saja menikmati malam sebagai pengantin baru justru terbakar hidup hidup di dalam sebuah bangunan yang menjadi rumah nya.

Dara yang membuka mata nya kembali terkejut,

 "Aku masih hidup ?" gumamnya sendiri kala mendapati sebuah ruangan berwarna serba putih dengan aroma khas obat obatan.

Dengan panik Dara memindai penampilan tubuhnya yang kini mengenakan baju pasien,

 aku sungguh masih hidup~

"Pasien sudah bangun, cepat panggil dokter !!" ucap seorang pria yang berada di satu ruangan yang sama.

Situasi yang aneh membuat Dara mengerjapkan mata berkali kali lantaran ingatan terakhir nya adalah saat diri nya sengaja di kurung di dalam sebuah ruangan lalu di bakar oleh Dante, sang suami.

"Aku dimana.." lirih Dara berucap membuat pria yang tampak beberapa tahun lebih tua dari nya mendekati ranjang pasien dan berkata,

"Syukurlah kamu sudah sadar, siapa namamu nona ?" ucap pria itu terdengar lembut.

Kedua netra mereka bertaut, seolah mencoba menelisik siapa satu sama lain~

"Kamu yang siapa ? Bagaimana bisa aku ada di tempat ini ?" pertanyaan Pria matang itu di balas pertanyaan balik oleh Dara.

"Apa kamu tidak mengingat sesuatu , heumm ? Kamu tiba tiba muncul saat mobil ku melaju cukup cepat . Sepertinya kamu sengaja menubrukkan diri. Apa kamu mau bunuh diri ?!" suara pria itu terdengar tegas meski bernada lirih.

Kecelakaan ? Menabrakkan diri ? Apaa yang sebenarnya terjadi !!!

"A.. Aku.. Aku tidak tahu~" celetuk Dara bersamaan dengan tim dokter yang memasuki ruangan.

"Ijinkan kami melakukan pemeriksaan terhadap pasien. Silakan tunggu di luar tuan." ucap seorang dokter wanita berusia paruh baya.

"Oke.." Pria yang menemani sejak awal pasien di rawat pun meninggalkan ruangan dengan sekali menoleh pada pasien.

Pria itu adalah William Gulvend, atau sering disebut Tuan muda Will yang merupakan seorang CEO perusahaan terbesar di negara Rusia.

Sebelumnya..

Secara tidak sengaja mobil yang sedang membawa diri William ke perusahaan mengalami sebuah insiden di mana, seorang gadis tiba tiba muncul dan tertabrak hingga mengeluarkan banyak darah dari kepala yang membentur aspal.

"Astaga, apa yang terjadi John ?!!" pekik tuan muda Will lantaran kepalanya membentur jendela mobil saat Sang asisten memutar setir tiba tiba.

"Kita menabrak seseorang tuan. Saya akan periksa dahulu. Anda tetap lah di dalam mobil." pamit sang asisten John dengan sopan menahan panik.

Asisten John memastikan jika korban masih bernafas meski mengalami benturan keras. Para pengguna jalan raya lain pun turut berkerumun, mereka memastikan si pelaku bertanggung jawab.

"Kami akan bertanggung jawab dengan membawa korban ke rumah sakit. Kalian bisa membubarkan diri !" ucap tegas asisten John yang melihat kerumunan pengguna jalan semakin ramai.

"Tidak bisa bung. Kami akan pergi setelah memastikan ambulance datang dan korban di bawa dengan aman ke rumah sakit. Aku dan beberapa pengendara lain akan mengikuti mobil mu. " ucap salah seorang pengendara yang memiliki empati besar atas insiden tersebut.

Seringnya terjadi kecelakan tabrak lari membuat banyak orang was was dan merasa perlu lebih memperhatikan sesama pengguna jalan.

"Aku sudah telpon ambulance. Mereka akan tiba dalam beberapa menit !" seru salah seorang lainnya.

Asisten John tidak bisa berkutik, dirinya bahkan sudah berkata sanggup. Tapi para pengguna jalan lain tidak mudah percaya.

Akhirnya korban di bawa ke rumah sakit menggunakan mobil ambulance. Dalam waktu singkat korban segera di tangani oleh tim dokter khusus yang terkejut kala mengetahui siapa nama dibalik penanggung jawab pasien.

Rumah sakit tersebut adalah milik keluarga Gulvend. Sebagai penanggung jawab , tuan muda Will meminta perawatan terbaik untuk pasien. Setelah semua kondusif para pengantar pun merasa lega dan meninggalkan rumah sakit.

Kini..

 Tim dokter sudah selesai melakukan pemeriksaan atas pasien yang bernama Dara, sesuai dengan nama yang tercantum di kartu identitas.

"Kita bicara di ruangan ku, mari.." ucap sang dokter kepada William yang sejak tadi menunggui di depan ruangan.

"Katakan padaku, bagaimana kondisinya ?" tanya Will begitu berada di dalam ruangan dokter.

"Benturan keras di kepala pasien membuat nya mengalami gegar otak ringan. Aku sudah menyuntikkan obat namun sayangnya.." dokter Glee menjeda ucapan nya.

"Sayangnya kenapa ? Bisa kah tidak bertele tele !" ucap tuan muda Will penasaran.

"Pasien mengalami amnesia. Dia tidak bisa mengingat banyak hal untuk jangka waktu tertentu. Kami sudah menghubungi anggota keluarga lewat ponsel pasien tapi mereka mengatakan jika saat ini sedang di luar negeri .Tidak seorang pun yang akan datang menjemput nya. Yang ingin aku katakan adalah, apa anda akan membiarkan pasien dirawat disini sampai ada keluarga nya yang menjemput ?" ucapan dokter Glee membuat William menghela nafasnya singkat.

"Membiarkan dia tinggal di rumah sakit tidak akan membantu apapun. Kalian hanya akan memberikan obat tanpa bisa mengembalikan ingatan nya dengan cepat. Biar aku pikirkan dahulu, nanti aku akan beritahu keputusan ku." kata tuan muda Will yang kemudian bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan ruangan dokter Glee begitu saja.

William kembali ke kamar pasien dan menemukan Dara tampak kebingungan mencari sesuatu.

"Butuh bantuan apa ?" tanya Will sopan , dia masuk begitu saja sehingga membuat Dara terjingkat kaget.

"Cincin. Dimana cincinku ?" ucap Dara yang ternyata mencari cincin pernikahan nya.

Seingat Dara, tidak sekalipun dia melepas cincin dari jari manis nya.

Malam itu Dara bertengkar hebat dengan sang suami saat mengetahui rencana busuk nya yang mengincar harta keluarga Svaroski.

Dara sakit hati lantaran di tipu habis habisan selama bertahun tahun sejak perkenalan, tunangan hingga akhirnya menikah dan ingin melakukan pembatalan pernikahan.

"Kamu tidak akan bisa Dara !! Karena kamu hanya akan keluar dari rumah ini dalam wujud mayat ! Hahaha~ !!"dengan lantangnya Dante mengancam Dara sang istri yang ingin kabur .

Dante tidak mau proses pengambil alihan harta keluarga svaroski gagal karena Dara. Sudah bertahun tahun lamanya Dante menjalankan rencana dengan ibu tiri Dara.

Kini rencananya sudah berjalan sembilan puluh persen, dan tidak ada yang bisa menghentikan.

"Kamu pria paling brengsek yang pernah aku temui Dante, KAMU BAJINGAN SIAL !!!!"

Teriak Dara marah bercampur frustrasi saat Dante dengan cepat mengunci ruangan lalu dengan sengaja membakar rumah dan kabur begitu saja.

Dara menangis pilu meratapi nasib sialnya selama bertahun tahun, "Hiks.. Kenapa tidak sedikit pun aku bisa merasakan kebahagiaan ? Kenapa semua orang mendekat padaku hanya karena mengincar harta keluarga ku ? Ayah.. Hiks.. Dara harus bagaimana yah.."

Dara menangis sesegukan sambil duduk bersandar lemah di balik pintu yang terkunci hingga dengan cepat kepulan asap mengepung tubuhnya.

"Jika boleh tahu, seperti apa cincin mu ? Biar aku bantu cari ?" ucap tuan muda William menawarkan bantuan.

"Sebuah cincin pernikahan, seperti bentuk cincin pada umumnya. Aku tidak boleh kehilangan benda itu." kata Dara tanpa menoleh dan tetap mencari.

"Aku sendiri yang akan melempar cincin sialan itu ke wajah Dante !! Aaarrgghh siall !!!

BAB 2 HUTANG BUDI

"Sepertinya dia mengalami gangguan ingatan yang cukup parah. Astaga.." gumam William yang masih bersikap sopan.

Tatapan pria tampan itu seakan iba dan semakin menambah rasa bersalah lantaran menduga ini terjadi karena dirinya.

" Aku akan minta tolong petugas untuk mencarinya. Namun sebelum itu ada hal yang ingin aku katakan, mari kita duduk nona.."

William menuntun Dara supaya mau duduk dan berbicara empat mata. Meski enggan awalnya namun Dara tidak menolak hingga kini keduanya duduk berhadapan.

"Aku sudah hubungi keluargamu. Mereka sedang berada di luar negeri, apa kamu keberatan jika tinggal sendirian di rumah sakit ?" tanya William dengan nada suara yang terdengar sopan.

"Keluarga apa maksudmu tuan ? Aku ini yatim piatu." Dara heran kenapa pria di hadapan nya mengira dia masih punya keluarga sedangkan sang ayah satu satunya telah meninggal satu tahun yang lalu.

Ibu Dara sendiri sudah meninggal puluhan tahun yang lalu, beberapa hari setelah melahirkan dirinya.

"Seorang pria bernama Walter mengangkat panggilan telpon pihak rumah sakit, bukan kah dia ayahmu ?" ucap William.

Seketika Dara kembali membelalak, Bagaimana bisa~

"Ayahku sudah meninggal setahun yang lalu. Jangan bicara omong kosong tuan !" Dara menganggap pria di hadapannya membual, dia tidak suka jika ada orang yang membicarakan mendiang ayahnya.

"Sebentar.. Namamu adalah Dara Svaroski. Seorang mahasiswi universitas RY berusia 22 tahun. Kamu tinggal bersama keluargamu, Walter Svaroski adalah ayahmu. Megan adalah nama ibu sambungmu. Dan kamu memiliki seorang adik laki laki bernama Jerome. Benar kan ?" kata William menjelaskan sesuatu berharap Dara bisa mengingat sesuatu.

"Itu benar tuan. Tapi asal kamu tahu, informasi yang kamu sampaikan itu data lama. Sekarang usiaku 32 tahun dan aku sudah menikah. Ayahku sudah meninggal setahun yang lalu jadi tolong, jangan bicarakan beliau lagi !" ucap Dara tegas, dirinya masih merasa yakin jika saat ini pria di hadapan nya sedang mengigau.

Aku ini wanita dewasa, bukan gadis ingusan berusia 22 tahun !!

William mengerinyitkan kening nya , merasa jika situasi ini akan menjadi lebih sulit jika Dara dibiarkan tinggal di rumah sakit sendirian.

"Apa maksudmu nona, lihatlah sekarang tahun berapa !" perintah William yang menunjuk ke arah kalender yang menggantung di salah satu sudut ruangan.

Dara mengikuti arah jari telunjuk William , dan betapa terkejutnya saat melihat angka tahun yang tertera pada kalender.

"APAA ??!!!"

"Bukankah ini seharusnya tahun 2024 ? Kenapa bisa jadi 2014 ? Apa aku bermimpi ?!!"

Batin Dara berkecamuk hebat, dia bingung apa yang sedang berlaku atas dirinya ? Berkali kali Dara menepuk kedua pipi nya berharap ini hanya mimpi namun sayangnya rasa sakit membuat semuanya terasa sangat jelas, ini bukan mimpi.

"Tahun 2014.." lirih suara Dara membuat tuan muda Will ikut mendekat dan kembali meyakinkan sesuatu.

"Ya, sekarang adalah tahun 2014. Apa kamu bisa mengingat sesuatu tentang dirimu di tahun ini Dara ?" suara tuan muda William terdengar nyaring di dekat daun telinga Dara.

"2014, aku masih sekolah di salah satu perguruan tinggi. Ayahku masih hidup dan..."

Dara tidak melanjutkan kalimatnya, isi pikirannya saling bertubrukan hingga berdenyut hebat, pusing sekali~

"Aawwsshh ahh sakit sekali~" Dara meremas kepalanya dan hampir saja terjatuh seandainya William tidak menangkap tubuhnya tepat waktu.

"Istirahatlah dulu, kondisimu belum stabil.." William membantu Dara kembali berbaring di atas ranjang.

William merasa iba kala melihat sorot mata kosong di wajah Dara yang cantik .Dengan sabar William menunggui Dara hingga perlahan tidak terdengar suara ,

"Dia tertidur ? haish~ bisa bisanya.." lirih William mengucap saat menemukan Dara terlelap dengan nafas teratur.

Entah mengapa, namun Jantung William merasakan sebuah getaran saat pertama kali melihat Dara yang terbaring di ranjang pasien.

Ada yang menarik dengan gadis itu dan ya, William tidak boleh melewatkan kesempatan untuk bisa mengenal sosok Dara lebih dekat.

Kemudian,

William menghubungi asisten John, dia meminta agar John menyiapkan sebuah rumah untuk Dara.

William merasa harus bertanggung jawab atas kondisi Dara, setidaknya sampai keluarga nya kembali ke tanah air.

Hari sudah berganti malam dan saat ini Perawat sedang memberikan obat untuk Dara yang baru saja menyelesaikan makan malam.

"Jika anda membutuhkan sesuatu, cukup tekan tombol yang ada di dekat ranjang, nona. Perawat akan segera kemari kurang dari tiga puluh detik." ucap si perawat penuh senyum hormat dan sopan.

"Ahh iya, baiklah. Maaf karena sudah merepotkan." kata Dara tak kalah sopan.

Setelah perawat itu pergi, Dara melirik William yang masih tidak beranjak dari duduknya di sebuah sofa empuk di dekat jendela.

Kenapa pria itu ada disini terus sih !!

Eghem~

"Tuan maaf, bisa kah aku meminta tolong sesuatu hal ?"

"Katakan, apa yang kamu inginkan heumm ?"

William tiba tiba saja sudah duduk ditepi ranjang, dekat sekali jaraknya dengan Dara yang terbaring usai minum obat.

"Ehmm ini tentang ponselku. Bisakah aku mendapatkan ponsel dan barang barangku yang lain ?" ucap Dara kali ini terdengar lembut.

"Aku akan minta pihak rumah sakit untuk menyiapkan semuanya. Dan satu hal lagi, aku yang akan bertanggung jawab atas dirimu. Minimal sampai keluargamu kembali dari luar negeri." senyum William tipis namun terasa tajam.

"Eh.. Tidak harus seperti itu . Aku bisa menjaga diriku sendiri kok. Aku akan pulang ke rumah ku saja." Dara merasa tidak enak hati jika sampai merepotkan lebih dari ini.

"Aku akan ijinkan kamu pulang kerumahmu, jika kamu bisa mengganti biaya rumah sakit. Apa kamu tahu berapa total biaya perawatanmu, nona Dara ?"

Perkataan William terdengar semakin menyudutkan Dara yang saat ini pastilah tidak memiliki uang sepeser pun.

"Aku akan ganti, berapa sih memangnya ? " Dara bertekad harus pulang ke rumah nya, jadi mungkin Dara akan meminta bantuan beberapa kenalannya di kampus .

Aku akan minta bantuan Cyeril. Dia kan kaya.

Sayangnya..

Jumlah tagihan biaya rumah sakit selama perawatan terlalu besar, jika di rupiahkan maka akan lebih dari ratusan juta .

Glek~

Hal ini membuat Dara seolah terjebak dalam situasi yang mengharuskan dirinya menurut pada William sang penolong.

Selama tiga hari perawatan kini akhirnya Dara di ijinkan untuk meninggalkan rumah sakit. Tapi sebelum pergi dokter Glee berpesan agar pasien melakukan kontrol kesehatan dua minggu sekali.

"Kami akan menunggu kunjungan anda dua minggu dari sekarang, sampai jumpa nona Dara." Dokter Glee menjabat tangan Dara saat berpisah di lobi depan rumah sakit.

"Terima kasih untuk semuanya. Maaf karena sudah banyak merepotkan."

Asisten John membukakan pintu belakang mobil dan mempersilakan Dara untuk masuk, " Silakan nona~"

"Thanks." ucap singkat Dara saat masuk ke dalam mobil.

Di dalam mobil sudah ada William yang sedari tadi menunggui Dara yang berpamitan dengan dokternya.

"Kita pergi sekarang John !" ucap William tegas dan singkat.

Tidak ada reaksi pembicaraan diantara keduanya. William tampak diam tanpa ekspresi, sedangkan Dara merasa sungkan karena kini menjadi beban orang lain.

Dara menatap ke arah luar jendela , sengaja dia menjaga jarak dan tidak ingin sok akrab dengan pria matang bernama William.

"Aku harus secepatnya mendapatkan uang agar bisa terbebas dari pria ini. Aku yakin dia pasti punya niat terselubung padaku. Persis seperti orang orang itu.."

BAB 3 PERSIAPAN MAKAN MALAM

Mobil mewah berwarna hitam itu melaju dengan kecepatan sedang, membelah keramaian jalanan ibu kota yang memasuki jam sibuk.

 Saat ini waktu menunjukkan pukul delapan pagi.

Kurang dari dua jam mereka tempuh dan sekarang mobil sudah sampai di sebuah kawasan hunian mewah. Tepatnya di salah satu perumahan elit di tengah kota.

"Mulai sekarang kamu tinggal di rumah ini. Ayo kita masuk.." ajak William begitu membuka pintu utama rumah besar.

"Ini sungguh berlebihan.." gumam Dara yang merasa sungkan dan kini hanya bisa mengikuti langkah kaki William dalam diam.

William menunjukkan sebuah kamar yang akan menjadi ruangan pribadi Dara. Segala keperluan Dara sudah disiapkan, tanpa terkecuali.

"Ini kamarmu, Dara. Semua yang kamu butuhkan ada di sini. Sekarang istirahatlah karena aku harus kembali bekerja. Kita akan bertemu lagi saat makan malam. See you.." ucap William yang berpamitan meninggalkan Dara di dalam kamar nya.

"Oke~ tuan William." jawab Dara singkat.

Ekspresinya datar sekali ~

Huft~

Dara menghela lega nafasnya seiring tubuhnya yang ambruk diatas kasur.

"Apakah boleh hidup kembali tapi menjadi beban orang lain~" gumam Dara pelan sambil menatap langit langit kamar.

Pikiran Dara kembali menerawang tentang tahun 2014. Jika benar ini adalah kehidupan kedua Dara dalam satu dekade terakhir, maka itu artinya~

"Apa Takdir sedang memberi kesempatan kedua bagiku untuk memperbaiki semua kesialan di kehidupan sebelumnya ? Lalu apakah.."

Dara mulai larut dalam mengumpulkan kembali keping keping memory era 2014, agar bisa menyiapkan rencana untuk perjalanan hidup kedua nya.

"Darimana aku harus mulai ? Ayah meninggal karena penyakit yang dibuat oleh Megan. Dengan sengaja Megan meracuni ayah selama bertahun tahun. Cih~ Mungkin kah aku bisa menggagalkan rencana jahat Megan sekarang ?"

Dara mengetuk ngetuk dagu nya dengan jari telunjuk, saat ini dia tengah berdiri bersedekap tangan di sisi jendela yang menghadap ke arah luar halaman rumah besar.

Otaknya tampak fokus berpikir, Jika racun yang diberikan Megan kepada ayah adalah racun yang bereaksi dalam jangka panjang. Mungkin aku bisa menemukan penawarnya, dan saat ini aku memiliki kesempatan besar untuk menyelamatkan ayah. Tapi keberadaan dokter itu sangat sulit di temukan. Bahkan sejak kematian ayah hingga aku meninggal masih belum bisa menemukan dokter jenius itu, huft~ bagaimana ini ? Darimana aku harus memulai ?

Jemari lentik Dara semakin intens mengetuk dagu nya, dia benar benar harus berpikir keras agar tidak bertindak ceroboh.

"Baiklah.. Pertama tama mari kita selidiki tentang tuan William yang tampaknya bukan orang sembarangan." Dara mengangguk yakin lalu beranjak dari sisi jendela untuk mencari benda pipih di dalam tas.

Sebuah ponsel yang begitu berharga bagi Dara, karena masih tersimpan foto kenangan mendiang ibu saat menggendong dirinya sewaktu bayi.

Foto keluarga kecil yang menjadi layar wallpaper ponselnya membuat Dara merasakan haru yang menyesakkan dada, Melihat bagaimana kedua orang tuanya tersenyum begitu bahagia beberapa hari setelah dia lahir ke dunia.

Pasangan suami istri yang mendekap penuh kasih sayang bayi perempuan mereka satu satunya, satu satunya foto keluarga asli Dara yang lengkap.

Dara mulai memainkan ponselnya untuk berseluncur di dunia sosial media, jemarinya lincah mengetik nama Willian Gulvend dan beberapa saat kemudian,

"Banyak sekali artikel tentang pria itu, artikel yang menjelaskan tentang sepak terjang pewaris perusahaan Gu yang menduduki top global perusahaan terbaik. Banyak sekali prestasi nya tapi kenapa tidak satu pun aku menemukan informasi pribadi nya ? Aneh.."

Dara terus bergumam sembari memeriksa setiap artikel resmi tentang pria penyelamatnya. Menit berganti menit hingga berubah menjadi jam, sudah berjam jam Dara larut dalam dunia maya hingga tak terasa hari sudah sore.

Tok~ tok~ tok~

Suara pintu kamar di ketuk dari luar, Dara menyimpan ponselnya sebelum beranjak untuk membuka kan pintu.

"Nona Dara.. Selamat sore, perkenalkan nama saya Meri. Saya adalah pelayan yang ditugaskan untuk melayani anda selama anda tinggal di rumah ini." Meri si pelayan membungkuk sopan memberi salam hormat kepada Dara.

"Ahh haii, nice to meet you Meri." ucap singkat Dara yang merasa canggung.

Seumur hidup nya , baru kali ini Dara diperlakukan begitu baik layaknya tuan putri. Dalam kehidupan sebelumnya, Dara hanyalah wanita yang cupu dan selalu di rendahkan oleh ibu tiri nya.

Di rumah, saat Ayah bekerja, Dara di perlakukan layaknya pembantu. Dia harus melakukan pekerjaan pelayan seperti membersihkan rumah, memasak dan sebagainya.

Sebagai imbalan, Megan si ibu tiri akan memberikan jatah makan dua kali sehari serta uang saku yang nilai nya jauh dibawah cukup.

Sejak kecil Dara di didik untuk menjadi wanita rendahan yang mudah dikendalikan Megan. Tekanan mental itu membuat Dara tumbuh menjadi wanita cupu yang sering di bully di sekolah bahkan kampus.

Saat sudah berhasil meraih gelar sarjana dan di terima di perusahaan ternama pun ,derajat Dara masih setara pelayan. Saat di rumah, Megan akan mengatur semuanya, keuangan Dara diatur dengan alasan untuk masa depan.

Megan memperlakukan Dara sangat tidak adil, semua perhatian dan kasih sayang hanya tertuju kepada sang adik Jerome.

Jerome yang selisih usianya terpaut 5 tahun dari Dara selalu mendapatkan prioritas utama layaknya anak kesayangan presdir.

Hanya Jerome yang selalu diajak jika orang tuanya melakukan perjalanan bisnis, sementara Dara tetap di rumah dengan beban tanggung jawab layaknya pembantu.

"Tuan muda menugaskan saya untuk membantu menyiapkan penampilan anda untuk malam ini. Mari nona.." Ajak Meri membawa Dara menuju ke sebuah ruangan lain rumah.

"Eh.. Mau di bawa kemana aku ? Aku bisa menyiapkan diriku sendiri Meri. Tidak perlu memperlakukan aku berlebihan begini~"

"Perintah tuan muda adalah amanat yang harus saya pertanggung jawabkan nona Dara. Jika saya melakukan kesalahan pasti akan di hukum." ucap Meri sambil tersenyum sopan.

"Maaf~" hanya kata maaf yang bisa Dara ucapkan.

Dara sangat mengerti bagaimana posisi Meri~

Saat ini Dara sudah berada di sebuah ruangan yang mirip seperti ruang salon dan spa pribadi.

Meri dan beberapa pelayan lain membantu Dara memakai lulur, masker hingga pijat refleksi

Ini terlalu berlebihan !!!

Sekitar dua setengah jam lamanya Dara melakukan perawatan tubuh , setelah itu Meri juga menyiapkan gaun untuk dipakai Dara.

"Bukan kah ini terlalu mewah untuk makan malam di rumah ? " Dara membelalak kala menatap sebuah gaun malam yang begitu mewah.

Berwarna hitam dengan taburan berlian , Dara tidak berani mengenakan gaun semahal itu . Berkali kali menolak namun gagal, Meri memohon dengan sangat agar Dara menurut atau dia akan di hukum.

"Pakai lah nona, saya mohon. Jika anda tidak mau maka nanti saya dan pelayan lain akan dihukum oleh tuan muda." wajah Meri tampak memelas.

"Tapi.. Di kamarku ada banyak pakaian rumah. Tidak harus gaun semahal ini kan ?" Dara masih merasa enggan .

Cuma makan di rumah kenapa aku harus bersiap seperti mau makan malam di restoran mewah ??!!!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!