NovelToon NovelToon

Jodoh Kedua Dari Wasiat Suamiku

Jodoh Wasiat-01

Pagi itu, udara begitu terasa menghujam dingin ketika Lucas terbaring lemah di ranjang. Wajahnya tampak pucat dan nafasnya tersengal-sengal.

Aisyah, sang istri dan adiknya, Galih saling berpandangan cemas. Reza dan Rezi, anak-anak mereka, duduk termenung di sudut kamar, takut melihat kondisi ayah mereka.

Tanpa membuang waktu lagi mereka segera membawa Lucas ke rumah sakit dengan mobil pribadi. Galih mengebut setir dengan penuh kecemasan, sedangkan Aisyah mencoba menenangkan suara tangisan Reza dan Rezi yang semakin keras.

Tiba di rumah sakit, Lucas langsung dilarikan ke ruang UGD dengan menggunakan hospital bed. Beberapa perawat dan dokter bergegas memberikan pertolongan. Aisyah mengambil telepon genggamnya dan menghubungi ibu mereka untuk memberitahu kondisi Lucas yang semakin memburuk.

Tangisan Aisyah pun pecah di ujung telepon, membuat sang ibu juga menangis sejadi-jadinya. Di ruang UGD, dokter berusaha keras melakukan segala upaya untuk memulihkan kondisi Lucas. Tetapi, alat monitor jantung yang terpasang di dada Lucas menunjukkan denyut jantung yang semakin melemah.

Wajah dokter terlihat muram, seolah menyiratkan bahwa keadaan Lucas terlihat mustahil untuk pulih. Aisyah dan keluarga duduk di luar ruangan, menunggu dengan harapan yang semakin tipis. Tangan Aisyah gemetar ketika menggenggam tangan kedua anaknya. Mereka semua bersama-sama berdoa untuk keselamatan Lucas, meskipun hati mereka tenggelam dalam keputusasaan.

Lucas menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengatakan sesuatu pada Aisyah, istrinya yang cantik.

Matanya berkaca-kaca saat dia mulai berbicara, "Aisyah, aku ingin menyampaikan sesuatu yang sangat penting padamu." Aisyah menatap Lucas dengan kekhawatiran.

"Ada apa, Sayang? Apakah ada yang salah?" Lucas menggenggam tangan Aisyah erat-erat.

"Aku ingin meninggalkan sebuah wasiat kepadamu, Sayang. Ini adalah keinginan terakhirku dan aku berharap kamu bisa menerimanya dan menjalankannya." Aisyah mencoba menenangkan suaminya.

"Tenang saja, Sayang. Apapun keinginanmu, aku akan mencoba menerima dan menjalankannya.

Mendengar itu, Lucas memberanikan diri mengungkapkan isi hatinya.

"Aisyah, jika aku pergi lebih dulu darimu, aku ingin kamu menikah lagi dengan Galih."

Mendengar itu, Aisyah sontak terkejut. Begitu juga dengan Galih yang kebetulan mendengar pembicaraan itu.

"A-Apa? Mengapa aku harus menikah dengan Galih?" tanya Aisyah dengan nada yang sedikit meninggi.

Lucas menjelaskan dengan suara bergetar, "Galih adalah adikku yang paling ku percayai dan aku tahu dia akan selalu menjagamu, Aisyah. Aku percaya padanya, dan aku ingin kamu bahagia walaupun aku sudah tidak ada di sisimu." Mendengar alasan itu, Aisyah dan Galih sama-sama menangis.

Mereka merasa bingung dan syok dengan keputusan yang diambil Lucas, tetapi mereka tahu bahwa Lucas sangat mencintai Aisyah dan hanya ingin yang terbaik untuk istrinya tersebut.

"Tidak! Aku menolak! Aku takkan menikah dengan Galih. Aku hanya menginginkan kamu, Mas. Aku hanya ingin kamu hidup dan kita bersama-sama menunggu anak ini lahir. Kamu lupa? Jika kamu masih punya tanggung jawab untuk menunggunya lahir. Jangan meninggalkan aku kedua kali di saat aku hamil, Mas. Kamu tahu aku takkan bisa sekuat dulu jika kamu pergi lagi,"Aisyah menggenggam kerah kemeja putih yang dikenakan Lucas dan Aisyah menangis di atas dada sang suami.

Suara tangisan Lucas pun tak kalah keras dari Aisyah. Lucas mengusap pelan kepala sang istri yang masih berbalut dengan hijab. Galih mematung berdiri di samping ranjang pasien milik kakaknya. Handphone Galih bergetar pria itu mengabaikannya. Tak ada hal lain yang lebih penting selain menunggu dan melihat sang kakak untuk saat -saat terakhir seperti ini.

"Sayang, dengar! Kamu tak bisa menolaknya. Hanya Galih yang bisa mendonorkan darah untuk Rezi. Hanya Galih yang memiliki ikatan lebih dekat dengan anak-anak. Ku mohon,"Lucas menggenggam kedua tangan Aisyah dan memohon penuh iba. Ummi Hanum baru saja tiba dan langsung masuk. Reza dan Rezi menghampiri ummi Hanum dan berhamburan memeluk wanita tua itu. Ummi Hanum tahu, apa yang dia lihat saat ini sungguh menyakitkan. Anak dan cucunya menangis dan itu tak biasanya. Dia dapat menebak jika sesuatu telah terjadi.

"Ibu...."Lucas mengangkat tangannya untuk pertama kali dia memanggil wanita tua itu dengan panggilan yang begitu lembut. Hal itu pun membuat Ummi Hanum meneteskan air mata sembari bergerak berjalan mendekati ranjang pasien milik Lucas.

"Menantuku, apa yang terjadi? Ibu di sini. Apa keinginanmu katakan saja! Aku akan memenuhinya untukmu,"ucap Ummi Hanum memegang tangan Lucas. Aisyah berdiri di samping Ummi Hanum dengan dada yang begitu sesak dan kepala berdenyut hebat. Masih memikirkan ucapan Lucas tadi.

"Aku hanya ingin menitipkan anak dan istriku. Aku ingin ibu merestui hubungan Aisyah dan Galih,"genggaman tangan Ummi Hanum terlepas yang membuat Lucas menghentikan ucapannya.

"Apa maksud kamu?! Permainan apa yang sedang kamu mainkan?! Kamu ingin mencampakkan anakku lagi?!"tanya Ummi Hanum dengan nada yang tinggi. Meskipun dia tahu ucapannya ini bukan yang dimaksud oleh Lucas. Tetapi, Ummi Hanum menolak untuk percaya jika menantunya itu benar-benar akan pergi untuk selamanya.

"Bukan begitu, Bu. Jika ibu mau marah silakan Lucas tak akan membenci, Ibu. Tetapi, untuk kali ini izinkan Lucas pergi dengan tenang. Ibu, Aku hanya ingin menitipkan satu wasiat untuk ibu dan Aisyah. Jika 40 hari ku telah berlalu. Nikahkan, Galih dan Aisyah, Ibu. Inilah permintaan terakhir ku ibu," Lucas berkata dengah suara yang pelan. Seakan sangat sulit baginya untuk mengucapkan kata-kata itu.

"Mas!"pekik Aisyah sembari menutup mulutnya yang tak percaya jika suami tercintanya tega mengatakan hal itu.

"Apa yang kamu katakan, Lucas! Istrimu sedang mengandung dan kamu menginginkan pernikahan Aisyah dengan Galih?"Ummi Hanum berkata sembari menahan isak tangisnya berbicara dengan Lucas.

"Aku tahu. Tetapi, aku ingin Aisyah dan Galih menikah setelah aku tiada. Mereka bisa melanjutkan hidup yang bahagia. Aku tahu, Galih mencintai Aisyah. Setelah empat puluh hari kepergian ku atau menunggu anak itu lahir mereka bisa memenuhi wasiat ku ibu. Ibu ku mohon ... kali ini saja izinkan aku pergi dengan tenang,"Lucas masih memohon. Sedangkan, Galih masih mematung di tempat itu begitu juga dengan Aisyah yang syok. Kedua anak mereka masih menangis dengan tersedu-sedu meskipun tak begitu paham apa yang terjadi dengan kedua orang tua mereka.

Dan pada akhirnya wasiat pernikahan itu disetujui oleh Aisyah dan Galih, bahkan Ummi Hanum sekalipun. Meskipun Galih tak setuju tetapi apa yang bisa Galih lakukan untuk kakaknya terakhir kali. Jika saat ini Galih bisa menukar nyawanya dengan Lucas maka akan dia lakukan. Aisyah berulang kali mengatakan kepada Galih untuk tak setuju tetapi alasan yang Galih berikan kepada Aisyah membuat Aisyah putus asa.

Wajah Lucas yang penuh perjuangan tersenyum lemah ketika Galih, mengucapkan janji akan menikahi janda kakaknya, setelah 40 hari kematian Lucas atau menunggu anak yang di kandung Aisyah lahir.

Namun, Lucas memberi semangat pada Galih lewat tatapan matanya yang penuh harap. Galih menghela napas, mengumpulkan keberanian untuk mengatakan janji itu begitu lantang di depan Lucas yang terbaring lemah.

Setelah mendengar janji Galih, tangan Lucas yang menggenggam erat tangan Aisyah perlahan terlepas. Aisyah sadar dengan keadaan Lucas yang semakin lemah. Air mata Aisyah berlinang, tetapi dia berusaha untuk tetap tersenyum demi suaminya. Lucas menatap Aisyah dengan penuh cinta, lalu perlahan menutup matanya. Suasana menjadi hening, dan tangisan pun pecah di dalam ruangan itu.

Ummi Hanum, yang sejak tadi menunggu di luar ruangan lalu tiba-tiba mendengar tangisan Aisyah yang keras dia langsung memeluk kedua cucunya dengan erat dan air matanya tak bisa berhenti untuk turun membasahi pipi yang sudah mulai berkerut. Ummi Hanum tahu, jika Lucas telah pergi untuk meninggalkan mereka semua, dan kini hanya tinggal wasiat yang harus Aisyah ataupun Galih penuhi di kemudian hari.

______

Hallo, semuanya ini novel baru author ya mohon dukungannya🙏 jangan lupa subscribe ya, tinggal like dan komen,❤️

Jodoh Wasiat-02

Langit di pemakaman dipenuhi dengan awan mendung, menciptakan suasana suram dan muram yang seolah memenuhi hati setiap orang yang hadir. Aisyah, dengan mata sembab dan air mata yang tak henti-hentinya mengalir, berdiri di sisi makam suaminya, Lucas.

Tangisannya terdengar pilu, mencerminkan rasa sakit yang sangat dalam yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Reza dan Rezi, anak-anak mereka yang masih kecil, berdiri di sisi Aisyah, menangis dengan suara lirih yang mencubit hati.

Wajah mereka yang polos dan bingung menunjukkan bahwa mereka belum sepenuhnya memahami kehilangan yang mereka alami, tetapi mereka tahu bahwa sang ayah tidak akan kembali lagi. Di antara kerumunan orang yang datang memberikan penghormatan terakhir, Galih berdiri, merasa tidak berdaya.

Galih mengamati Aisyah dari kejauhan, ingin memberikan dukungan dan menghiburnya, tetapi dia tidak berani mendekati, menghormati rasa duka yang belum bisa diterima oleh wanita yang saat ini Lucas titipkan kepadanya. Angin yang berhembus lembut membawa aroma bunga dan tanah basah, menciptakan atmosfer yang menyayat hati, seolah menggambarkan betapa sakitnya kehilangan orang yang kita cintai selama ini telah pergi selamanya dari dunia ini.

Galih mengambil alih kedua keponakannya. Sedangkan, Ummi Hanum merangkul Aisyah dan membawa wanita itu untuk pergi meninggalkan makam tersebut.

Langkah Aisyah terhenti, saat dia berdiri di tepi makam suaminya yang baru saja ditutup. Udara pagi yang sejuk menyelimuti sekitar, memberikan kesan hening yang terasa menusuk hingga ke lubuk hati yang paling dalam.

Di atas gundukan tanah merah yang basah, tampak bunga-bunga segar bertebaran, menciptakan perpaduan warna yang mencolok di antara kehijauan rumput yang ada di sekelilingnya. Aroma basah tanah dan bunga-bunga yang baru saja disiram air mengambang di udara, menciptakan suasana yang melankolis.

Di sepanjang jalan setapak yang mengelilingi kuburan, beberapa orang berjalan dengan langkah gontai, memperlihatkan rasa duka yang tergambar jelas di wajah mereka.

Daun-daun yang gugur berguguran dari pohon yang tumbuh di sisi jalan, mengikuti alunan angin yang berhembus perlahan. Sementara itu, Aisyah merasa seperti terjebak dalam kehampaan yang tiada akhir. Kepalanya terasa berat, jantungnya berdetak cepat, dan matanya berkaca-kaca.

Dia menatap tanah merah yang basah itu dengan taburan bunga di atas untuk terakhir kali, mencoba mencari kekuatan untuk melangkah pergi dan menghadapi dunia yang tampaknya begitu kejam dan menakutkan.

"Ayo, Nak. Kita pulang! Ikhlaskan suamimu,"ucap Ummi Hanum pelan. Aisyah langsung memeluk Ummi Hanum dan tanpa terasa Aisyah merasakan kepalanya berdenyut hebat sehingga membuatnya tak sadarkan diri.

"Galih, Nak. Tolong, Ummi!"Wanita paruh baya ini berteriak kepada calon menantunya yang hampir tiba di mobil. Pria itu menoleh dan melihat Aisyah yang tak sadarkan diri. Galih berlari dengan cepat untuk menolong Aisyah.

"Apa yang terjadi, Bu?"Galih bertanya setelah membantu membawa Aisyah dalam gendongannya.

"Sepertinya Aisyah sangat syok,"jawab Ummi Hanum dan kemudian meminta Galih untuk membawakan Aisyah masuk ke dalam mobil.

Reza dan Rezi nampak diam memperhatikan tubuh Aisyah dalam keadaan tak sadarkan diri. Ummi Hanum, meminta Galih untuk membawa kembali Aisyah ke rumahnya lebih dulu. Melihat kondisi Aisyah yang buruk, Ummi Hanum khawatir itu akan berpengaruh pada janinnya yang berusia enam bulan.

Tiba di kediaman Abah Mansur rumah orang tua, Aisyah. Galih langsung membawa tubuh Aisyah masuk ke dalam kamar dan membaringkannya di atas ranjang milik Aisyah. Ummi Hanum, membantu menyelimuti tubuh sang anak. Galih berdiri dengan raut wajah yang khawatir. Lalu, pandangannya menangkap sebuah bingkai foto milik Aisyah dan Lucas, hal itu membuat tangan Galih terkepal. Bukan hanya kehilangan kakaknya kini Galih juga harus merelakan calon istri yang sudah dinanti-nantinya untuk dinikahi demi sebuah wasiat yang Lucas tinggalkan untuknya.

"Ummi tinggal sebentar,"ucap wanita tua itu dan berlalu pergi meninggalkan kamar Aisyah. Galih, berdiri dan diam membisu masih fokus menatap foto tersebut hingga tak sadar handphonenya sudah berdering beberapa kali setelah dia tiba di kediaman orang tua Aisyah.

"Om, kamu perlu mengangkat panggilannya,"seru Reza yang baru saja masuk ke dalam kamar Aisyah. Teguran itu membuat Galih sadar dan segera merogoh handphone dan melihat panggilan tersebut dari Nayra, wanita yang dijanjikan akan dinikahi oleh Galih dalam waktu dekat ini.

Galih mematikan panggilan itu, sembari menatap ke arah foto milik Lucas dan Aisyah yang terpajang di dinding kamar Aisyah. Galih menyimpan kembali handphone itu dan berlalu pergi meninggalkan kamar tersebut.

"Nak, Galih. Mau ke mana kamu?"tanya Ummi Hanum, saat melihat Galih meninggalkan kamar Aisyah. Tetapi, Galih mengabaikan pertanyaan tersebut. Di sini yang sakit bukan hanya Aisyah tetapi Galih juga, seakan hidup dan takdir selalu mencoba mempermainkannya.

Galih turun dari mobilnya, tepat di jembatan Ancol.

"Aaah!"teriak Galih dengan keras tak peduli tatapan dan pandangan orang terhadapnya saat ini. Galih sedang meluapkan emosi dan juga perasaannya terhadap alam.

Malam itu, langkah Galih terasa berat memasuki rumah kakaknya, Lucas. Sejak kepergian Lucas, rumah yang dulu begitu ramai kini terasa sunyi dan sepi. Setiap sudutnya membawa kenangan akan kebersamaan mereka bersama sang kakak.

Galih menghela napas panjang, merasakan kehilangan yang begitu dalam. Hatinya terasa teriris saat mengenang kepergian Lucas yang begitu cepat dan mendalam.

Dia pun memutuskan untuk masuk ke ruang kerja Lucas, tempat di mana Lucas sering menghabiskan waktu. Di ruangan itu, Galih menemukan sebuah amplop coklat yang terselip di antara tumpukan kertas. Amplop itu terlihat usang dan berdebu, seolah sudah lama tersimpan di sana. Dengan perasaan penasaran, Galih membuka amplop tersebut dan menemukan sebuah surat wasiat.

Wasiat itu ditujukan untuk Galih dan Aisyah, mantan istri Lucas yang akan menjadi istri Galih nantinya. Mereka akan menikah setelah 40 hari kematian Lucas tetapi rasa penasaran Galih semakin menjadi saat membaca isi wasiat tersebut. Isi wasiat itu mengejutkan Galih. Selama ini, Lucas ternyata telah menyimpan rahasia yang tidak pernah dia ungkapkan kepada Galih maupun Aisyah. Rahasia tentang penyakitnya yang tak kunjung sembuh, sehingga Lucas memiliki waktu untuk menyiapkan surat wasiat untuk istri dan anak-anaknya.

Di dalam wasiat itu, Lucas meminta Aisyah dan Galih untuk menjalani kehidupan baru mereka setelah menikah nanti dan meminta mereka untuk tinggal di London. Di sana, Lucas sudah menyiapkan sebuah rumah dan juga sebuah perusahaan milik Lucas atas nama Aisyah. Hal itu, Lucas lakukan untuk membuat semua orang melupakannya dan menjalani kehidupan mereka dengan tenang. Bahkan, Lucas meninggalkan dua lembar kertas surat pindahan sekolah untuk Reza dan Rezi. Ternyata, Lucas telah menyiapkan semua itu sebelum dia pergi, Lucas telah menunjukkan kasih sayangnya terhadap anak dan istrinya di dalam surat wasiat tersebut.

Namun, siapa sangka. Ketika surat wasiat itu tiba di tangan Aisyah. Wanita itu menangis sejadi-jadinya. Karena, rumah yang Lucas maksud adalah tempat tinggal mereka di London ketika bulan madu kedua. Bagaimana bisa Aisyah akan tinggal di sana sedangkan kenangan terakhirnya dengan Lucas ada di sana. Akankah, Aisyah akan menerima itu semua? Atau Aisyah harus bisa menerima takdirnya kembali seperti sebelumnya pasrah pada keadaan?

Tidak ada pilihan lain. Selain menuruti semua keinginan sang suami. Aisyah terpaksa meninggalkan Indonesia dan pergi ke London bersama dengan kedua anaknya serta adik iparnya yang akan menjadi suaminya nanti. Ummi Hanum, hanya bisa memberikan restu atas apa yang saat ini akan dijalani oleh putrinya.

____

Tinggalkan like dan koment ya ❤️

Jodoh Wasiat-03

Sepekan sudah berlalu sejak kematian Lucas, suami Aisyah yang tercinta. Aisyah, Galih dan kedua anak mereka, Reza dan Rezi, bersiap untuk meninggalkan Indonesia dan terbang menuju London guna memulai kehidupan baru. Ini semua adalah hasil dari wasiat yang Lucas tinggalkan untuk mereka, sesuai dengan permintaan terakhir Lucas sebelum menghembuskan napas terakhirnya. Aisyah masih merasa berat untuk meninggalkan kenangan bersama suaminya yang telah tiada.

Namun, demi menghormati keinginan Lucas, dia harus menerima kenyataan bahwa kini dia harus bisa berusaha menerima Galih sebagai calon suami keduanya. Terbayang wajah suami terdahulunya di setiap sudut rumah, Aisyah berusaha untuk tetap tegar dan melanjutkan hidup bersama Galih dan anak-anaknya nanti.

Pagi itu, mereka semua bersiap-siap untuk berangkat ke bandara. Aisyah merapikan barang-barang terakhir yang akan dibawa, sementara Galih mengurus tiket pesawat dan akomodasi di London. Kesedihan juga terpancar dari raut wajah Reza dan Rezi saat mereka ingin meninggalkan kamar yang dulu pernah membuat mereka bahagia di sana. Kamar yang penuh kenangan dengan Lucas dan juga Aisyah.

Di bandara, Aisyah menitikkan air mata saat melihat suasana di sekitar sana. Bandara yang sama yang pernah dia kunjungi bersama dengan Lucas dulu. Sampai saat ini Aisyah belum bisa mengucapkan selamat tinggal kepada Lucas meskipun dia akan pergi ke London. Karena, London juga adalah tempat yang penuh kenangan dengan suaminya dulu, Lucas.

Tiba di London....

Aisyah bersama dengan Galih dan kedua anaknya baru saja tiba di kediaman Hosea yang ada di London. Galih memegang kedua tangan keponakannya dan menuntun dua bocah itu masuk ke dalam rumah. Sedangkan, Aisyah sudah pergi lebih dulu ke pintu utama dan kedatangan mereka di sambut oleh tukang kebun serta seorang pelayan yang merawat dan selalu menjaga rumah tersebut.

Pintu utama terbuka lebar. Aisyah melihat ke seluruh tempat itu dengan perasaan yang begitu sedih seakan menganggu setiap pandangannya ke arah sudut rumah. Dari arah anak tangga terlihat bayangan sang suami yang berdiri menatapnya dengan senyuman dan membuka lebar kedua tangannya. Aisyah tertegun dan mendekat, tetapi sosok lain muncul dari belakang Aisyah dan berlari memeluk Lucas dengan erat serta tawaan keduanya terdengar begitu keras yang cukup menganggu penglihatan dan juga pandangan Aisyah.

Sesaat kemudian, ketika Aisyah tiba di anak tangga itu. Sosok bayangan kenangan Aisyah dan Lucas sirna begitu saja dari pandangannya yang membuat air mata Aisyah kembali menetes. Galih bersama dengan kedua keponakannya berdiri di ambang pintu dan melihat ke arah Aisyah dengan tatapan bingung. Tetapi, tak membuatnya mendekat. Karena, Galih tahu batasannya.

Aisyah menaiki satu persatu anak tangga itu hingga dia tiba di lantai atas. Aisyah berdiri di depan kamar Lucas dan dirinya. Kamar yang begitu banyak kenangan honeymoon mereka berdua. Aisyah membuka pintu kamar itu dan dia kembali melihat sosok Lucas yang berdiri di depan jendela kamar dengan kemeja putih membelakangi Aisyah. Ketika Aisyah melangkah masuk dan kakinya melangkah pelan suara itu menarik perhatian Lucas, pria itu menoleh dan tersenyum ke arah Aisyah.

Aisyah menyentuh wajah Lucas dengan lembut, tangannya gemetar dan air mata terus mengalir yang membasahi wajah cantiknya. Dari arah pintu kamar, Galih kembali melihat Aisyah dengan tatapan penuh arti. Dia melihat Aisyah yang memeluk jendela kamar tersebut yang membuat Reza bertanya.

"Om, apa yang terjadi? Kenapa Bunda memeluk jendela?"

"Ssst! Bunda kalian sedang menikmati suasana di sini,"jawab Galih dengan senyuman yang dipaksa. Lalu, mengajak dua bocah itu ke kamar mereka. Kamar yang ada di sebelah kamar Aisyah.

Setelah menempatkan Reza dan Rezi di kamarnya. Galih keluar dari kamar tersebut dan pergi untuk melihat Aisyah. Galih berdiri di ambang pintu menatap wanita berbalut gamis dan hijab dengan warna senada. Perempuan itu duduk di sisi ranjang sembari memeluk sebuah foto yang ada di dadanya. Galih tahu, jika foto itu sudah pasti milik Lucas, suaminya dari Aisyah yang baru saja meninggal satu Minggu yang lalu.

Galih menarik pintu kamar tersebut dan menutupnya kembali tak ingin mengusik Aisyah.

"Ah, Bibi. Ada apa?"tanya Galih, saat melihat pelayan rumah Hosea datang menemuinya.

"Tuan, di luar ada Tuan Charlie yang datang untuk menemui, Anda."

"Baik, Saya akan segera turun, Bi. Sampaikan kepadanya untuk menunggu sebentar,"

Pelayan itu mengangguk dan berlalu pergi meninggalkan Galih di depan kamar Aisyah. Pria itu sekali lagi menatap pintu kamar Aisyah yang sudah tertutup. Lalu, bergegas pergi untuk menemui Charlie di lantai dasar. Tiba di ruang tamu, Galih melihat seorang pria dengan kaca mata kerjanya dan duduk dengan tenang. Secangkir kopi berada di depannya.

"Tuan Charlie,"sapa Galih dengan ramah. Pria itu langsung berdiri dan menyambut kedatangan Galih dengan sopan.

"Silakan duduk!"Galih meminta Charlie untuk duduk kembali. Lalu, Charlie mengangguk pelan dan kembali pada tempat duduknya.

"Selamat datang di kota ini, Tuan. Akhirnya, kita bisa bertemu di sini,"ujar Charlie, seraya mengeluarkan beberapa map yang ada di dalam tas kerjanya, lalu meletakkannya di atas meja sofa. Galih mengerutkan kening dan melihat setiap gerak-gerik Charlie dari dekat.

"Ini adalah berkas perusahaan Ford Otosan. Anda perlu melihatnya sebelum Anda bertanda tangan,"Charlie berkata sembari memberikan sebuah pena kepada Galih. Lalu, Galih melihat nama Aisyah tertera sebagai CEO. Itu artinya, Lucas ingin Aisyah mengambil alih perusahaan itu. Pantesan saja, Lucas ingin mengalihkan perusahaan Hosea di Indonesia untuk di kembangkan oleh orang lain.

"Aku sebagai Direktur?"Galih bertanya. Charlie mengangguk. Galih langsung bertanda tangan meskipun tak ingin terlibat dengan Aisyah dalam satu perusahaan.Tetapi, Galih yakin ini adalah rencana yang diatur oleh Lucas dengan sempurna. Lucas ingin mendekatkan Aisyah kembali dengan Galih. Meskipun, Galih sendiri sadar hati itu tak bisa dipaksakan. Galih sudah menukarkan handphonenya sejak dia tiba di kota itu sehingga Nayra saat ini begitu sulit untuk menghubungi Galih. Pria ini pergi tanpa meninggalkan pesan apapun kepada Nayra.

Sementara itu, Nayra terus mencoba menghubungi nomor Galih meskipun tak terhubung dan itu sudah berulang kali dan membuat Nayra frustrasi.

"Apa yang salah? Kamu akan mengambil S2 mu atau tidak?"Ibu Nayra terus bertanya. Ibu Nayra ingin dia melanjutkan S2. Tetapi, Nayra ingin menikah segera apalagi telah memberi janji dan harapan untuk Galih.

"Nay, ini sudah seminggu sejak kita mendengar berita kematian Tuan Lucas. Tetapi, saat itu kita lagi di Negeri Jiran. Tidak bisa datang dan lagi pula tidak mungkin karena persoalan ini Galih marah dan membatalkan pernikahan kalian,"Ibunya terus berbicara yang membuat Nayra semakin pusing. Lalu, berita pagi itu mengejutkan Nayra dan ibunya. Berita tentang pengalihan perusahaan Hosea atas nama orang lain. Meskipun, masih di bawah wewenang keluarga Hosea tetapi saat ini CEO bukan lagi Lucas ataupun penggantinya Galih. Melainkan orang lain yang tak Nayra kenal.

Nayra, terduduk lemas saat melihat berita itu. Tidak ada berita yang mengabarkan kemana pergi dan di mana saat ini Galih dan istri Lucas berada. Karena, mereka telah meminta pihak tersebut untuk tak mengekspos kepergian mereka ke publik. Nayra menangis dengan tersedu-sedu saat mengetahui jika Galih sudah pergi meninggalkan Indonesia bersama dengan Aisyah dan kedua keponakannya.

Nayra, menatap sang ibu. Dengan tekad yang bulat akhrinya Nayra memutuskan untuk melanjutkan S2-nya untuk melupakan Galih dan kenangan serta kisah cintanya dengan Galih yang tak berujung.

_________

Jangan lupa like dan komentar ya🙏

ayo semangat lagi ini baru awal bab 🥺🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!