NovelToon NovelToon

Istri Kedua

Bab Satu

Hari ini tepat satu tahun pernikahan Syifa dan Harris. Dia telah membuat kejutan dengan menyiapkan makan malam dengan menu kesukaan sang suami.

Syifa tadi sengaja belanja dan memasak lebih banyak dari biasanya. Dia ingin membuat kejutan bagi sang suami.

Tepat jam delapan malam, Harris pulang kerja. Dua bulan belakangan ini dia memang sering lembur. Syifa tak pernah menanyakan atau curiga dengan suaminya itu.

Saat terdengar bunyi pintu di buka, Syifa bergegas membukanya. Dia tersenyum semringah melihat suaminya.

"Selamat malam, Sayang," ucap Harris. Dia mengecup dahi sang istri.

Harris masuk dan langsung menuju dapur. Dia begitu takjub melihat banyaknya menu makanan di atas meja. Dia lalu tersenyum pada sang istri.

"Banyak banget makanannya, Sayang! Siapa yang ulang tahun?" tanya Harris.

Belum sempat Syifa menjawab. Terdengar dering ponsel suaminya. Dia lalu sedikit menjauh untuk mengangkatnya.

Dua bulan belakangan ini Harris selalu saja menjauh jika menerima telepon. Selama ini Syifa tak menanggapi. Tapi kali ini dia sedikit curiga karena Harris menerima sambungan telepon itu dengan tersenyum.

Setelah lima menit bicara, dia lalu mematikan sambungan telepon. Harris mendekati sang istri. Menunduk dan mengecup perut buncit istrinya.

"Maafkan ayah, Sayang. Malam ini ayah harus pergi lagi. Ayah tak bisa temani kamu dan Bunda. Ayah harus lembur. Semua demi masa depanmu," ucap Harris.

Syifa yang mendengar ucapan Harris menjadi terkejut. Baru saja pulang, pria itu sudah harus pergi lagi. Padahal dia ingin merayakan anniversary pernikahan mereka yang pertama.

"Apa Mas akan pergi lagi?" tanya Syifa dengan nada lemah karena kecewa.

"Maafkan aku, Syifa. Ada kerjaan mendadak yang harus selesaikan," jawab Harris.

"Apa Mas tak bisa meluangkan sedikit waktu untuk makan malam dulu? Apa Mas tak ingat ini hari apa?" tanya Syifa.

Kembali ponsel Mas Harris berdering. Dia melihat sekilas ke layar. Setelah itu kembali memasukan ke saku celana.

"Maaf, Sayang. Aku harus segera pergi," ucap Harris. Dia lalu mengecup dahi sang istri. Setelah itu melangkah pergi.

Syifa hanya bisa memandangi kepergian sang suami tanpa bisa mencegahnya. Air mata jatuh membasahi pipi tanpa bisa dia cegah. Dua bulan sudah, dia merasa perubahan sikap Mas Harris.

Dengan langkah pelan Syifa berjalan menuju sofa di ruang keluarga. Dia tak bisa membendung rasa kecewanya.

"Apakah ada wanita lain di hati Mas Harris?" tanya Syifa dalam hatinya.

Syifa teringat saat Mas Harris melamar dirinya dengan sang ibu. Dia awalnya ragu untuk menikahi duda itu. Ya, Mas Harris adalah seorang duda. Dia berpisah dengan istri pertamanya karena sang istri lebih memilih karir sebagai model dan tak ingin hamil. Sedangkan pria itu menginginkan keturunan.

Melihat ibunya yang telah sakit-sakitan dan menginginkan dia menikah, akhirnya Syifa menerima lamaran pria itu. Seminggu setelah menikah, ibunya meninggal.

Harris seorang pengusaha terkenal. Sebagai wanita dari kalangan ekonomi bawah, terkadang Syifa merasa minder. Apa lagi suaminya hampir tak pernah mengajak dia jalan bareng. Sering dia bertanya dalam hati, apakah sang suami malu jalan dengannya?

Syifa masuk ke kamar dan tangisnya pecah. Setahun menikah dengan Harris, pria itu memang selalu memberikan perhatian. Hanya saja untuk jalan keluar rumah, tak pernah mereka lakukan.

Syifa masuk ke kamar mandi dan mengambil wudhu. Dia lalu mengambil Al Qur'an dan membacanya. Hingga jam sepuluh malam menunggu, tak ada kabar dari suaminya. Wanita itu akhirnya melaksanakan salat malam. Kembali tangisnya pecah saat mengucapkan doa.

"Peluklah aku Ya Allah. Hilangkan rasa takutku. Rasa sedihku dan jadikanlah aku orang yang ikhlas menerima ketentuan-Mu dalam apa pun keadaan."

Setelah berdoa, Syifa naik ke ranjang. Mencoba menghubungi ponsel sang suami, tapi tak aktif. Hal itu membuat dirinya makin kuatir dan takut. Dia takut ada wanita lain di hati sang suami.

***

Di tempat lain, Harris sedang duduk di sofa. Seorang wanita meletakan kepalanya di atas paha pria itu. Dia lalu mengusap rambutnya. Mereka baru saja selesai memadu cinta.

"Harris, kamu menginap di sini saja ya? Aku pasti tak akan bisa tidur. Kamu tak lupa'kan dengan kebiasaan aku kalau lagi sakit? Aku tak akan bisa tidur kalau tak kamu peluk," ucap Nadia.

Ya, dia adalah Nadia. Mantan istri pertama Harris. Mereka kembali menjalin hubungan sejak dua bulan lalu.

Harris dan Nadia yang telah bercerai selama dua tahun, kembali bertemu saat pria itu membutuhkan seorang model untuk promosikan produk perusahaannya.

Sejak hari itu, Harris mulai berhubungan kembali dengan mantan istrinya itu. Pesona kecantikan Nadia mampu membuat dia kembali ke pelukan sang wanita. Dia lupa telah memiliki istri lain di rumah.

"Kita sudah tak ada ikatan apa pun, Nadia. Bagaimana mungkin aku menginap di sini? Aku takut ada yang melihat," ucap Harris.

Mereka berdua memang telah berhubungan sangat jauh. Harris dan Nadia telah melakukan hubungan badan walau tidak ada ikatan pernikahan lagi saat keluar kota sebulan yang lalu.

"Kalau begitu kita menikah saja secepatnya. Aku sekarang sudah siap hamil, Harris," jawab Nadia.

"Aku sudah memiliki istri, Nadia. Dia sedang mengandung anakku," balas Harris.

Harris jadi teringat Syifa. Wanita yang dikenalnya saat ke luar kota untuk mengembangkan usahanya.

Gadis itu hanyalah seorang penjaga warung makan. Dengan pendidikan yang hanya tamatan sekolah menengah. Sikapnya yang santun dan ramah, membuat Harris menyukainya. Dia lalu melamarnya.

Nadia bangun dari tidurnya. Dia memandangi wajah Harris dengan cemberut.

"Mana yang lebih kamu cintai, aku apa dia?" tanya Nadia.

Harris memandangi wajah Nadia tanpa kedip. Wanita itu masih tampak sangat cantik. Setiap pria pasti ingin memiliki dirinya. Jika di bawa kemanapun pasti akan membuat bangga. Gayanya modis.

"Jangan meminta aku memilih, Nadia!" jawab Harris.

"Kalau kamu tak mau memilih, lebih baik kita akhiri hubungan ini. Kamu hanya ingin bermesraan denganku saja tanpa ada ikatan. Aku juga wanita, Harris. Aku butuh kepastian. Apa kamu pikir aku ini hanya pemuas napsumu saja!"

Harris mengusap wajahnya kasar dan menarik rambutnya dengan frustasi. Bagaimana bisa dia memutuskan hubungan dengan Nadia. Dua bulan berhubungan lagi, dia merasa sangat bahagia. Hidupnya terasa berwarna.

"Sebelum kamu bisa memutuskan antara aku atau dia yang kamu pilih, kita tak usah bertemu lagi!" ucap Nadia.

Nadia lalu masuk ke kamar dan menguncinya. Dia ingin tahu sejauh mana pria itu ingin kembali padanya.

...----------------...

Selamat Pagi. Mama datang dengan novel terbaru. Mama harap membacanya setiap update ya. Mama ingin kesuksesan novel Salahkah Aku Turun Ranjang akan menular ke novel ini.

Mohon dukungannya. Terima kasih. Lope-lope sekebon jeruk. 😍😍😍

Bab Dua

Harris mengusap wajahnya dengan kasar. Dia tentu saja tak ingin kehilangan cinta Nadia lagi. Pria itu telah mengatakan pada kedua orang tuanya tentang keinginan dirinya untuk menikah lagi dengan sang mantan istri.

Kedua orang tua Harris awalnya tentu saja tak setuju karena mengingat saat ini Syifa sedang mengandung cucu mereka. Namun, putranya mencoba meyakinkan jika Nadia juga akan segera memberikan keturunan.

Harris berjalan mendekati pintu kamar. Dia mengetuknya berulang kali sambil memanggil nama Nadia, tapi wanita itu tetap diam membisu.

Harris terpaksa bercerai dengan wanita itu karena tak mengizinkan dia ke luar negeri untuk shooting sinetron dan menjadi model. Tidak ada masalah lain di antara mereka. Satu lagi yang menjadi pemicu retaknya rumah tangga mereka karena Nadia tak ingin mengandung, takut bodynya menjadi tak bagus.

"Baiklah, Nadia. Aku akan segera mengatakan tentang hubungan ini dengan Syifa. Tapi aku minta waktumu. Aku harus menunggu waktu yang tepat. Kamu tahu'kan, saat ini Syifa sedang mengandung darah dagingku," ucap Harris dengan suara sedikit tinggi agar wanita itu dapat mendengarnya.

Setelah dia pikirkan, akhirnya Harris memilih Nadia, dan akan menceraikan Syifa segera. Dia akan tetap bertanggung jawab dengan buah hatinya. Rumah yang mereka tempati saat ini akan diberikan untuk sang istri.

Dia akan memberikan nafkah sesuai kebutuhan sang istri dan anaknya nanti. Dia tahu, Syifa tak memiliki siapa-siapa lagi. Hanya dirinya tempat wanita itu bersandar.

Sebenarnya Harris sudah mulai mencintai sang istri. Syifa, wanita penurut yang membuat dia merasa sangat dihargai. Sisi egonya meninggi.

Nadia lalu membuka pintu kamar. Wajahnya masih tampak cemberut. Dia lalu menarik tangan Harris agar masuk ke kamar.

"Aku mau kamu malam ini tidur di sini sebagai bukti keseriusan," ucap Nadia.

"Nadia, aku takut ada yang melihat. Aku saat ini masih suami sahnya Syifa," jawab Harris.

"Apa ada yang tahu siapa istrimu saat ini? Setahuku, kamu tak pernah membawa dia ke pertemuan atau keluar rumah berdua," balas Nadia. Dia memeluk lengan Harris dan mengajaknya duduk di tepi ranjang.

Harris menarik napas dalam. Apa yang dikatakan Nadia memang benar adanya. Setahun pernikahannya dengan Syifa, tapi dia tak pernah mengajak istrinya itu datang ke pertemuan atau membawa dia jalan.

Syifa tidak pernah protes. Dia selalu saja menerima apa pun keputusan dari pria itu. Apa lagi kota ini sungguh asing baginya yang berasal dari desa.

Atas bujuk rayu Nadia, akhirnya Harris menginap juga di apartemen wanita itu. Di rumah, Syifa yang terbangun tengah malam melihat ke samping. Berharap suaminya telah berbaring. Dia menarik napas dalam menyadari jika pria itu masih belum pulang.

Syifa bangun dan berjalan menuju kamar mandi. Mengambil air wudhu. Dia akan melakukan solat malam untuk menenangkan pikiran.

Setelah melaksanakan solat, Syifa kembali berbaring. Melihat ke dinding, jam telah menunjukan pukul tiga pagi.

Harris mengusap wajahnya dengan kasar. Dia tentu saja tak ingin kehilangan cinta Nadia lagi. Pria itu telah mengatakan pada kedua orang tuanya tentang keinginan dirinya untuk menikah lagi dengan sang mantan istri.

Kedua orang tua Harris awalnya tentu saja tak setuju karena mengingat saat ini Syifa sedang mengandung cucu mereka. Namun, putranya mencoba meyakinkan jika Nadia juga akan segera memberikan keturunan.

Syifa tidak pernah protes. Dia selalu saja menerima apa pun keputusan dari pria itu. Apa lagi kota ini sungguh asing baginya yang berasal dari desa.

Atas bujuk rayu Nadia, akhirnya Harris menginap juga di apartemen wanita itu. Di rumah, Syifa yang terbangun tengah malam melihat ke samping. Berharap suaminya telah berbaring. Dia menarik napas dalam menyadari jika pria itu masih belum pulang.

Syifa bangun dan berjalan menuju kamar mandi. Mengambil air wudhu. Dia akan melakukan solat malam untuk menenangkan pikiran.

Setelah melaksanakan solat, Syifa kembali berbaring. Melihat ke dinding, jam telah menunjukan pukul tiga pagi.

Sekarang aku mengerti ... Ternyata aku tidak selamanya menjadi yang berharga di hidupmu. Ada kalanya aku tidak lagi berarti. Kehadiranku tidak lagi di cari. Aku pernah di beri sayap untuk terbang. Dan akhirnya dipatahkan. Pernah juga diistimewakan, tapi sekarang tidak sedikit pun diprioritaskan. Terima kasih, Mas. Sekarang aku sadar bahwa payung hanya dipegang erat saat hujan dan akan dilepaskan ketika pelangi datang.

Di apartemen Nadia, wanita itu tampak sangat bahagia. Dia yakin Harris masih bisa dikuasai.

"Akhirnya aku bisa merebut hatimu kembali. Aku harus bisa menyingkirkan wanita kampung itu dari kehidupan kamu. Jika saja kamu tidak sukses, masih Harris yang dulu, tentu aku tak akan mau kembali padamu," gumam Nadia dalam hatinya sambil menatap wajah Haris yang masih terlelap. Mungkin kelelahan karena pertempuran mereka tadi malam.

Nadia berjalan menuju kamar mandi. Membersihkan tubuhnya dan berdandan secantik mungkin dan memakai baju seksi. Itu semua untuk menarik perhatian sang pria. Dia lalu keluar kamar dan membuatkan sarapan roti bakar untuk mantan suaminya itu.

Harris mengusap matanya. Melihat ke arah jam di dinding. Betapa terkejutnya saat melihat jarum jam yang telah menunjukan pukul enam pagi. Dia langsung bangun dan memakai bajunya.

"Pasti Syifa sangat kuatir. Aku lupa mengabarinya jika tak bisa pulang. Kenapa aku bisa ketiduran begini?" ucap Harris dalam hatinya.

Setelah berpakaian rapi, Harris berjalan cepat keluar kamar. Dia melihat Nadia di dapur. Dihampiri mantan istrinya itu.

"Aku harus segera pulang," ucap Harris.

Tanpa menunggu jawaban dari sang mantan istri, Harris berjalan cepat keluar dari apartemen. Nadia tampak mengeram tak suka atas sikap pria itu.

Harris menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia lalu mengaktifkan ponselnya yang tadi malam sengaja Nadia matikan. Pria itu tak membantah apa pun yang dilakukan sang mantan istri. Baru saja menyala, ada pemberitahuan yang masuk. Harris membacanya.

"Astaga, kenapa aku bisa lupa. Jadi Syifa masak banyak kemarin malam untuk merayakan anniversary pernikahan kami yang pertama," ucap Harris pada diri sendiri.

Harris menarik rambutnya frustasi. Dia menyesali kebodohannya. Sebelum sampai rumah, dia mampir ke toko bunga.

"Semoga Syifa mengerti. Bukankah selama ini dia selalu memahami dan menerima apa saja yang aku lakukan," gumam Harris dalam hatinya.

...----------------...

Bab Tiga

Harris membuka pintu rumah. Dia memang memiliki satu kunci agar saat dia pulang lembur tak perlu membangunkan sang istri.

Memasuki rumah, dia merasakan suasana yang sunyi. Tak biasanya Syifa belum bangun. Dia selalu menyiapkan sarapan setiap habis solat subuh.

Harris langsung menuju kamar dan tak melihat keberadaan sang istri. Dia lalu berjalan ke dapur, tapi tak juga dapat ditemui sang istri.

Mata Harris tertuju ke tong sampah. Ada kue tar dan berbagai makanan berada di dalamnya. Itu pasti semua makanan yang sengaja Syifa siapkan untuk memperingati anniversary pernikahan mereka yang pertama.

Syifa biasanya tak pernah membuang makanan. Harris mencoba menciumnya, dan semua ternyata basi.

"Pasti Syifa masih menunggu kedatanganku hingga pagi tadi. Aku juga lupa mengabari jika tak bisa pulang," gumam Harris pada dirinya sendiri.

Harris mencoba menghubungi ponsel sang istri. Terdengar suara dari meja ruang keluarga. Pasti Syifa meninggalkan atau lupa membawa gawainya itu. Pria itu lalu memilih duduk di sofa ruang keluarga sambil menunggu kedatangan sang istri.

Setengah jam menunggu terdengar suara mesin motor berhenti di depan rumah. Harris lalu mengintip. Dia melihat istrinya turun dari ojek motor itu.

Sebelum Syifa membuka pintu, Harris yang melakukan terlebih dahulu. Wanita itu terkejut melihat sang suami yang berdiri di balik pintu.

"Mas Harris ... sudah pulang, Mas?" tanya Syifa.

Istrinya itu langsung menuju kamar dan menghiraukan kehadiran sang suami. Syifa meletakan barang belanjaan ke atas meja dan mengambil peralatan masak.

Harris mengikuti dari belakang. Dia mendekati sang istri. Memeluk pinggangnya dari belakang.

"Maaf, aku lupa mengabari jika aku lembur hingga pagi," ucap Harris. Dia lalu mengecup pipi sang istri.

Syifa tak menjawab ucapan suaminya. Dia justru melepaskan pelukan pria itu. Biasanya dia akan senang diperlakukan begitu. Dia akan tetap memasak dengan tangan suami di pinggang. Namun, sekarang dia merasa pelukan sang suami sudah tak istimewa lagi.

Harris melepaskan pelukannya dan memandangi sang istri. Syifa seolah tak tahu. Dia masih terus memasak.

"Mas, kalau lapar pesan saja sarapannya dulu. Aku pikir kamu tak akan pulang sepagi ini. Makanya tak ada siapkan sarapan," ucap Syifa.

"Apa kamu marah? Sekali lagi maafkan aku, Syifa. Aku lupa mengatakan jika lembur hingga pagi," ucap Harris, mengulangi lagi permintaan maafnya.

"Tak apa, Mas. Mungkin mulai hari ini aku harus siapkan diriku untuk hal seperti ini. Mungkin aku memang tak penting bagimu," balas Syifa.

"Syifa, aku mengaku salah. Maafkan aku, karena lupa jika tadi malam anniversary pernikahan kita. Oh ya, aku sudah siapkan hadiah sebenarnya. Tapi karena rapat membuat aku lupa. Kamu tunggu sebentar," ucap Harris.

Harris memang telah mempersiapkan hadiah untuk Syifa sejak satu minggu lalu. Entah kenapa dia bisa lupa, hanya karena seorang Nadia. Dia mengambil di dalam mobil, bunga dan seperangkat perhiasan yang dia beli.

"Happy anniversary, Syifa," ucap Harris dengan suara lemah.

Harris menarik napas dalam. Tepat satu tahun pernikahannya dengan Syifa, dan dia telah memutuskan akan menceraikan wanita itu dalam waktu dekat. Hanya menunggu waktu yang tepat.

Syifa menerima hadiah itu, dan saat dia ingin memeluk sang suami, matanya memandangi leher sang suami yang dihiasi banyak tanda merah. Wanita itu mundur dan mengurungkan niatnya. Dia terduduk di kursi makan. Badannya terasa lemah.

"Mas, mandilah dulu. Biar aku pesankan sarapan," ucap Syifa.

Dia menebak jika sang suami belum melakukan mandi wajib setelah berhubungan dengan seorang wanita. Tercium bau parfum wanita dari tubuh Harris.

"Baiklah, Sayang," balas Harris. Dia maju ingin mengecup pipi sang istri, tapi Syifa mundur.

"Mas, bau. Mandi dulu, baru boleh cium," jawab Syifa.

Harris tersenyum, dan hanya mengacak rambut istrinya. Syifa memang membuka jilbabnya jika mereka hanya berdua di rumah.

Harris membuka bajunya. Saat dia bercermin, tampak tanda merah di leher. Dia menarik napas dalam. Teringat apa yang dia lakukan satu bulan terakhir ini dengan Nadia. Mereka seperti masih saat suami istri. Dia lalu mencium bau parfum mantan istrinya di tubuhnya.

"Apakah Syifa menolak saat aku menciumnya karena dia melihat tanda merah di leherku dan mencium bau parfum di tubuhku?" tanya Harris pada dirinya sendiri.

Syifa masuk ke kamar, dia ingin menyediakan pakaian untuk suaminya. Ponsel Harris berdering, awalnya dia tak mengacuhkan. Namun, akhirnya dia meraihnya dan melihat siapa yang menghubungi. Tertulis nama mantan terindah di layar ponsel.

Syifa lalu mengangkatnya. Dia ingin tahu apa yang diinginkan wanita itu. Dari gambar profil, terlihat seorang wanita cantik. Dia pernah mendengar jika mantan istri suaminya seorang model. Namun, selama ini wanita itu tak pernah ingin tahu bagaimana wajahnya.

"Harris, kapan kamu ke sini lagi. Hari ini libur'kan? Kita menginap di villa saja, yuk?" ucap wanita itu.

Syifa memegang dadanya yang terasa sesak mendengar ucapan wanita itu. Berarti benar jika sang suami telah berzina, atau mereka telah menikah, pikirnya.

"Harris, kamu dengar'kan? Atau kamu ragu lagi? Kamu takut istri kampungan kamu itu marah? Jika dia marah, ceraikan saja langsung. Bukankah kamu akan menceraikan dia juga," ucap Nadia lagi. Ya, wanita yang menghubungi Harris saat ini adalah mantan istrinya itu.

"Maaf, Mas Harris sedang mandi. Nanti saya sampaikan pesan anda," jawab Syifa.

Syifa lalu mematikan sambungan telepon itu. Dia tak ingin mendengar apa pun lagi. Sakit sekali rasanya saat wanita itu mengatakan jika suaminya akan menceritakan dirinya.

Harris yang baru selesai mandi, melihat sang istri langsung tersenyum. Mendekatinya dan mengecup pipinya. Diakui Syifa, pria itu sangat baik dan perhatian sehingga tak butuh waktu lama bagi dirinya memberikan hati seutuhnya.

"Sekarang aku sudah wangi, tak ada alasan menolak ciuman dariku," ucap Harris dengan tersenyum. Syifa membalas senyuman sang suami.

"Mas, maaf. Tadi aku lancang mengangkat teleponmu. Karena berdering terus," ucap Syifa.

"Kenapa harus minta maaf hanya karena masalah sepele itu," jawab Harris.

"Tadi ada seseorang menghubungi kamu, dengan nama "mantan terindah". Dia mengajak kamu menginap di villa, Mas" ucap Syifa. Dia berusaha mengucapkan setiap kata dengan penuh penekanan.

...----------------...

Bonus Visual

Syifa

Harris

Nadia

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!