Ini kisah ringan tentang persahabatan empat remaja. yang dibumbui dengan banyak rasa. Billy One Wijaya, Laura Hananto, Abraham Nicholas, dan tentunya yang menjadi pemeran utama dari kisah ini Naina Elok Abdullah.
"Nay, kok Kak Kak Billy sama Kak Nicho lama banget. sih? pegal aku menengok ke lantai atas terus". Memang wajar jika Laura pegal. Karena nyatanya mereka tengah menunggu sahabat yang tidak lain juga kakak kelas mereka itu dari semenjak bell pulang sekolah berbunyi setengah jam lalu.
"Sabar, Lala. palingan juga Bang Billy sama Mas Nicho pacar kamu yang ganteng itu baru dikerubungi para ciwi-ciwi buat minta foto. Secara gitu, mereka hari ini berhasil menang tanding basketnya lawan SMA Bakti". Berbeda dengan Laura yang jenuh karena menunggu justru Naina tengah menikmati menyapa para teman-temannya sembari sesekali membuat guyonan yang membuat orang disekitarnya tertawa.
"Telor, telor apa yang sangar dan ditakuti orang-orang?", tanya Naina sembari berdiri di depan pintu kelas dengan teman-teman kelasnya yang duduk di lantai mengelilinginya. "Telur Dinosaurus", jawab Nadine sahabatnya dikelas. "Salah", bantah Naina dengan wajah isengnya.
"Telur Bapakmu,Nay. hahahaaa", jawab Dira diiringan tawa menggema teman lainya. "Udah salah, jorok lagi pikiranya". Naina menatap Dira sambil melototkan matanya yang sipit.
"terus jawabanya apa dong?". Demo teman-teman Naina yang sudah tidak sabaran.
"Jawabannya adalah telur asin. hihi". "kok telur asin sih?", tanya mereka protes. "Ya soalnya telur asin ada tatonya. premannya para telur gitu loh. hahaha". Naina tertawa sendiri disaat teman-temanya menunjukkan wajah datarnya. 1...2...3... kini rambut dan pakaian Naina sudah berantakan karena diserbu teman-temanya yang gemas kepadanya.
"Naina Elok Abdullah. Buruaannnnn!!!". Naina dan teman-temanya kaget karena suaranya sudah seperti komando upacara menyiapkan pasukanya. sedangkan disana wajah Billy yang tampan sudah memerah karena sebenarnya dari beberapa menit lalu sudah memanggil Naina dengan suara normal namun justru tak terdengar oleh Naina yang tengah melakukan stand up comedy didepan teman-temanya. Sebenarnya bukan hanya Billy, tapi juga Laura dan Nicho juga ada disana menikmati lelucon Naina yang seperti jokes bapak-bapak sembari berpegangan tangan. Atau lebih tepatnya Laura yang memegang tangan Nicho terlebih dahulu.
"Iya abangku, saudaraku, anak paling gantengnya budheku. sabar dikit kenapa sih? kan bisa manggil Naina baik-baik. Naina yang lembut ini kaget lhoh kalau dengar suara menggelegar seperti itu", kata Naina yang memang sedikit alay sembari merapikan pakaiannya dan melakukan tos persahabatan dengan taman-temanya.
"Cuih.. lembut dari mananya? mungkin sama pantat sapi juga masih lembut pantat sapi". Billy bukanya mengalah malah memulai genderang perang.
"Ohh ya Ampun. berarti Abangku yang tampan ini suka mengelus pantat sapi ternyata. Kasihan sekali, makanya buruan lulus terus nikah. Biar yang dielus itu pipi istrinya, bukan pantat Sapi". Naina yang juga tak mau kalah semakin semangat membuat Billy jengkel.
"Sudah. stop! kalian ini sesama saudara sepupu nggak dirumah, nggak disekolah berantem mulu ih. Aku aduin ke Opa kalian baru tau rasa ntar. Palingan cuma disuruh bersihin kandang kambing Opa yang di Bogor". Laura melerai mereka dengan ancaman paling ampuh. Siapa lagi yang paling ditakuti Naina dan Billy kalau bukan Opa Abbas.
Memang alurnya selalu seperti ini. Naina dan Billy adu kekuatan. dan Laura yang menjadi penengah. Sedangkan Nicho hanya menjadi pengamat diantara mereka. Sembari sesekali dibuat bingung dan ikut pusing dengan karakter Naina yang menyebalkan tapi lucu menurutnya itu. Karena sebagai anak tunggal, sebenarnya Nicho juga ingin dekat dan merasakan memiliki adik seperti Naina. hanya saja dunia Naina terlalu luas sehingga tidak pernah mendatangi Nicho yang sering kesulitan untuk memulai berhubungan baik dengan seseorang. Selain itu, adanya Billy dan Laura juga menjadikan alasan kenapa tidak ada kedekatan secara pribadi antara dia dan Naina. Begitulah kenyataanya. Semenjak Nicho pindah ke Jakarta 3 tahun lalu dan mereka berempat terlihat kompak dan selalu bersama. Tapi Nicho dan Naina memang tidak memiliki kedekatan personal.
Mau tidak mau, pada akhirnya mereka berempat berjalan bersama menuju tempat parkir. Pemandangan yang sering kali dianggap hiburan dan ditatap takjub oleh hampir sebagian besar siswa-siswi di SMA Tunas Bangsa. Dua siswi Populer di Kelas X. Laura yang terkenal karena kecantikanya. Wajah Campuran Spanyol Indonesia. sekaligus beberapa akhir ini semakin populer karena berpacaran dengan Nicho, sahabat juga pacarnya. Anak kelas XII ketua tim basket yang terkenal pintar, dingin dan misterius tapi ketampanannya digadang mirip Cha-Eun woo. Sedangkan Billy, siswa kelas XI sang Ketua OSIS yang tampan dengan pesonanya yang sering dimirip-miripkan dengan Khalifah Nafsih yang pernah viral di sosial media. dan tentunya yang semakin membuat mereka terlihat sempurna adalah Naina. Si gadis periang, cantik, cerdas dan sangat ramah tanpa membeda-bedakan kasta. Kata orang sih, secara fisik. dia adalah Ella Gross nya Indonesia.
Sesampainya di Tempat parkir sekolah motor mereka beriringan keluar. Naina yang dibonceng oleh Billy dan Laura yang dibonceng oleh Nicho. formasi itu berubah setelah Laura Dan Nicho berpacaran. karena sebelumnya Laura selalu diantar jemput oleh Naina. sedangkan Nicho dan Billy menggunakan motor mereka masing-masing. Meskipun mereka anak orang kaya. tapi mereka dilatih disiplin sesuai dengan peraturan Sekolah.
Sabtu Pagi. Jam Kayu dipergelangan tangan Naina menunjukan pukul 05.20 WIB. Tas Ransel, beberapa kotak kardus berisi hadiah, juga beberapa kontainer makanan isi donat buatan mamanya sudah siap dimasukan ke dalam mobil.
"Ma, Naina berangkat dulu ya. Dan Makasih ya, Ma. Untuk donat endulita yang sudah mama siapkan untuk mereka. Pasti anak-anak suka. Apalagi topping dengan gambar yang lucu dan warna-warni". Naina mengecup tangan Mamanya dan mengecup pipi serta berpelukan hangat.
"Mama yang makasih sama kamu sayang. karena sudah menjadi anak bungsu Mama Papa yang hebat. Prestasimu di Sekolah tentu membuat Mama Papa bangga. Tapi karakter serta kepedulianmu kepada lingkunganmu, terutama mereka yang membutuhkan lebih membuat Mama Papa bangga dan sangat bersyukur." Beberapa saat mereka masih saling berpelukan hingga klakson mobil pun berbunyi.
Thinnn...Thinnn....
"Sudah cukup ya para bidadariku mesra-mesranya. nanti kalau kelamaan yang ada Naina telat. Dan takutnya donat yang gambar senyum kelihatan gigi tadi lama-lama giginya ompong. gara-gara kelamaan mringis. hehe". Dari sini kita tahu jika guyonan receh Naina diturunkan dari Papa Ali.
"Whahahahaaaa, lucu banget". Mulut Naina tertawa tapi ekspresi datarnya terlihat menyebalkan bagi sang Papa.
"Yaudah yah mamaku yang cantik. Naina berangkat dulu. Assalamu'alaikum". Terlihat senyum manis yang selalu menjadi penyejuk hati orang tuanya pun tak lupa selalu diperlihatkan.
.
.
Bogor, Pukul 10.00 WIB
Naina sudah sampai sedari tadi. Hanya saja ia dan teamnya tengah mempersiapkan semua dengan teliti. Komunitas yang mereka bangun bersama dengan nama "Komunitas Tawa Anak Bangsa" kini sudah berusia satu tahun. Dari awalnya yang hanya beranggotakan tujuh orang pendiri. Sekarang sudah ada 25 anggota tetap dan ada puluhan volunteer yang membantu setiap kegiatan mereka.
Satu tahun berjalan dan hari ini mereka mengajak anak didik mereka yaitu anak-anak putus sekolah baik yang hanya dirumah maupun yang menjadi pekerja jalanan untuk menikmati piknik bersama. Jumlah anak didik mereka sekitar 80 orang dari berbagai jenjang usia.
"Bunda Naina, Echa mau diambilin balon yang warna pink itu", seru anak manis berbando dan memakai baju serba pink itu. Echa terlihat sangat cantik dan menggemaskan, tidak seperti biasanya. Karena untuk acara hari ini mereka semua sudah memakai pakaian, sepatu dan tas baru yang sudah dipersiapkan panitia dari seminggu yang lalu.
"Sebentar ya Echa sayang. Ehm.. kalau warna lainya saja bagaimana? karena balon yang warna pink dipohon itu terlalu tinggi sayang. Bunda tidak sampai kalau mengambilnya". Naina merayu Echa sembari melihat kanan kiri barangkali ada alat yang bisa dipakai untuk mengambilnya.
"Nggak mau, bunda. Echa maunya yang pink", rengek Echa yang sekarang matanya sudah mulai berkaca-kaca.
"Bunda Naina. Aya juga mau yang pink itu. Balon pinknya bagus bunda. Aya juga suka". Belum selesai mencari solusi untuk mengambil satu balon pink. untuk Echa. Sekarang Aya si balita imut berumur empat tahun itu juga mau minta balon warna pink. Jangan kaget juga kalau hampir semua anak yang lebih muda dari Naina memanggilnya Bunda. Karena memang pembawaan Naina yang menyenangkan, hangat dan selalu mau diajak bermain adalah sebab dari itu semua. Mereka menjadikan Naina menjadi Bunda dari mereka. Bahkan mereka ataupun Naina sampai lupa siapa yang memulai panggilan itu.
"Kakak Echa dan Adek Aya mau balon yang mana? Sini biar Om Pamungkas ambilkan". Pamungkas, salah satu volunteer yang berprofesi sebagai Mahasiswa Kedokteran memang sudah hampir tiga bulan ini aktif mengikuti kegiatan sosial ini. Banyak yang bilang jika Naina adalah salah satu alasan kenapa Pamungkas semakin bersemangat bergabung dengan Komunitas Tawa Anak Bangsa.
"Mau yang warna pink, Om" jawab para anak cantik itu bersamaan. karena terlalu antusiasnya melihat Pamungkas menaiki tangga untuk mengambil balon warna pink. Tangan-tangan mungil itu menarik baju Naina dari sebelah kanan dan kiri. Walaupun badan mereka masih kecil. Tapi berat Naina yang juga tidak seberapa ikut tertarik juga ke kanan dan ke kiri. Wajah panik Naina tertangkap oleh Pamungkas dan membuatnya tertawa dari atas pohon sana.
"Kenapa sih kak ketawa kaya gitu? Emang ada yang lucu?" Mata Naina mendelik menatap Pamungkas sementara para bocah kecil tadi sudah berlarian setelah mengecup pipi Naina sebagai bentuk terimakasih untuknya dan Pamungkas.
"Habisnya kamu lucu, Nay. Masa sama Echa dan Aya bisa ketarik gitu. Padahal kan mereka masih kecil. Mana wajah panik kamu gemesin lagi", ungkap Pamungkas sembari berjalan beriringan dengan Naina menuju tempat berkumpul panitia.
"Ya kalau gemesin sih emang udah dari dulu kali kak. Makanya takut kalau ada audisi diapers bayi. takut di rekrut jadi modelnya. hihi". Seperti biasa, Inilah Naina dengan segala guyonan-nya.
Cantik, Cerdas, Menyenangkan dan menginspirasi. siapa yang tidak mudah jatuh cinta dengan gadis muda satu ini jika ia telah mengenalnya secara dekat.
Ditempat lain. Billy kini tengah berlatih bersama beberapa para pembimbingnya guna mempersiapkan dirinya setelah lulus SMA akan mencoba bergabung bersama pasukan Militer Indonesia. Semenjak mengikuti ekstrakurikuler PASKIBRA di Sekolahnya dan beberapa kali diajak oleh Naina untuk menjadi volunteer dalam kegiatan amal Komunitasnya. Jiwa sosial Billy semakin tinggi dan menjadikan cita-citanya untuk berjuang dan bermanfaat untuk orang lain.
Sedangkan dua remaja lainya yaitu Nicho dan Laura saat ini tengah berada di sebuah Mall Ibukota. Seperti beberapa remaja lainya. Mereka menghabiskan waktu dengan berbelanja, makan di tempat favorite. Lalu dilanjutkan menonton film yang sedang tayang di Bioskop.
"Kak? Kita nonton film genre romance saja ya. kata teman sekelasku kemarin bagus", kata Laura sembari menunjuk salah satu poster film yang tengah viral saat ini.
"Ehm. bagaimana jika film action saja, Laura". tawar Nicho yang sebenernya enggan menonton film romantis karena pasti didalamnya akan banyak pasangan mesum yang mesra-mesraan. Walaupun Nicho pun sebenarnya bisa melakukan hal itu dengan Laura. Tapi nyatanya ia enggan. Bahkan saat Laura memintanya untuk masing-masing memiliki panggilan khusus saja ia menolak. Entahlah mungkin karena itu bagi Nicho terlalu berlebihan atau ada alasan lainya.
"Baiklah kak. Kali ini Laura masih setuju dengan kakak. Tapi diacara ngedate selanjutnya. Kakak harus mengikuti kemauan Laura ya?". Laura memperlihatkan wajah imut dan sedih dalam waktu bersamaan. Sebenarnya Laura sebal karena sudah hampir 2 bulan berpacaran. Dan hampir setiap akhir pekan mereka melakukan hal rutin ini tapi Nicho selalu menolak untuk melihat film bergenre romance. Selain menolak film romantis. Perlakuan Nicho sendiri juga jauh dari kata romantis.
.
Rumah Nicho. Pukul 19.30 WIB
Naina keluar dari kamar tamu Nicho karena baru saja menumpang sholat Isya disana. Dimanapun dan bagaimanapun keadaannya. Naina tidak pernah meninggalkan kewajibannya untuk sholat lima waktu. Meskipun ia belum berhijab saat ini. Tapi niatan untuk hal itu sangatlah ada. Mukena kecil selalu mengisi tasnya dan dibawa kemanapun Naina pergi.
"Tan.terimakasih ya untuk kamar tamunya. Naina sudah selesai sholat". Naina melihat Mami Nicho yang ada didapur dan mendatanginya untuk mengucapkan terimakasih.
"Sama-sama anak sholehah. Tante kagum sama kamu. meskipun Naina masih muda. Tapi Naina tidak pernah meninggalkan kewajiban Naina", kata Mami Nicho sembari mengelus kepala Naina lembut.
"Terimakasih tan. Tante masak apa tan? aromanya begitu menggoda iman dan takwa Naina tan. hihi". Jawab Naina sembari cekikikan guna mengalihkan pujian Mami Nicho. Karena sebenarnya Naina tidak nyaman jika dipuji oleh siapapun. Kecuali dipuji oleh dirinya sendiri. Itupun ia lakukan hanya sebagai bentuk candaan dengan orang lain.
"Tante masak tumis cumi asin, Nay. Ini kesukaan Nicho dan Papinya. Naina mau coba?". Mama Nicho sudah mempersiapkan satu cumi dalam sendok kecil untuk dicicipi Naina.
"Mau tan. Naina mau coba. Soalnya Mama Naina jarang masak seafood. Papa kurang suka", ujar Naina sambil memasukan satu sendok cumi ke mulutnya.
"Ini Enak banget tan. Tapi kayanya lebih enak kalau ditambah sepiring nasi putih hangat deh tan. hehe". Naina nyengir setelah menyelesaikan mengunyah cumi asin itu.
"Halah! Naina modus mam. Bilang saja kalau laper nay. Apa jangan-jangan bukan sekedar laper. Tapi emang doyan." Nicho terkekeh sembari tanganya tidak tahan mengacak-acak rambut Naina karena gemas setelah melihat beberapa saat interaksi Naina dengan Maminya.
"Ih. Mas Nicho kenapa sih? orang emang enak masakan Tante Diana. Apalagi ditambah nasi hangat memang cocok. Karena kalau cuminya saja mana kenyang? Gara-gara Mas Nicho tiba-tiba datang nih. Naina jadi lupa rasa cuminya tadi kaya apa." Naina terlihat modus supaya bisa mencicipinya lagi.
"Naina mau mau coba satu lagi ya tante." Kini satu sendok cumi sudah kembali pindah dari alat penggorengan Mami Nicho ke sendok kecil Naina. Tidak lupa Mami Diana pun kembali merapikan rambut Naina yang tadi sempat diacak-acak anaknya.
"Modus banget sih Nay. Mana ada lupa rasa makanan dalam waktu kurang dari tiga menit. Coba sini kamu suapin Mas Nicho pakai sendokmu itu. Mas Nicho juga jadi lupa masakan Mami seenak apa." Nicho sudah membuka mulutnya tidak sabaran menunggu cumi yang akan disuapin Naina kepadanya.
"Ini Aaa' dulu bayi besarnya Tante Diana". Naina terkekeh kecil setelah menyuapi Nicho dengan cumi. tadi.
"Huh Hah! Pedes mam! Naina iseng banget sih. Ini kenapa dikasih potongan cabe setannya segala. Kan Mas Nicho makanya tanpa nasi." Kini Nicho sudah meneguk air dingin yang ada kulkas.
"Tuh kan. Mas Nicho juga modus tan. Pengen makan cumi sama nasi putih juga. hahahaha." Naina tertawa puas diatas penderitaan Nicho. Sebenarnya potongan cabe yang Naina ambil tadi kecil. Hanya saja memang terasa karena hanya dimakan dengan satu ekor cumi asin yang ukurannya sedang. Karena merasa diisengin Naina. Nicho pun menjewer kecil telinga Naina yang tentunya tidak akan memberikan rasa sakit.
"Sudah...sudah...! Kalian ini malah sama-sama iseng ih! sana ambil piring! terus ambil nasi putih. Sekalian bawa empat piring untuk Laura dan Billy juga." Sebenarnya Mami Diana menyukai keributan kecil yang lucu itu. Sebagai Ibu dengan anak satu. Dapur yang biasanya tenang menjadi ramai oleh keributan Nicho dan Naina. Bahkan tanpa mereka sadari. Mami Diana sebenarnya cukup kaget dan bahagia dengan sikap Nicho yang terlihat apa adanya dan manja ketika bersama Naina tadi. Hanya saja Mami Diana ingat jika ditaman belakang ada Laura dan Billy yang menunggu mereka.
Memang perlu diakui. Interaksi seperti ini sangat jarang terjadi antara Naina dengan Nicho. Karena memang Nicho tidak pernah jahil kepada Naina jika ada Billy. Karena Billy lah yang mendominasi pertengkaran dengan Naina. Sedangkan jika ada orang lain meskipun Laura kekasihnya sendiri. Nicho akan tetap menjadi Nicho yang terlihat irit bicara dan misterius. Bukan dibuat-buat atau jaga image. Hanya saja memang malas dan tidak ada niat untuk berperilaku seperti yang dilakukan kepada Naina tadi.
Halaman yang luas dengan bermacam bunga disana. Serta ada gazebo kayu ditengahnya. Empat remaja tanggung itu kini tengah menikmati kue lapis buatan Mami Diana, setelah sebelumnya nasi hangat dengan lauk tumis cumi sudah ludes dengan cepatnya.
"Guys. coba deh lihat! ada pesawat terbang melintas diatas kita", teriak Billy sengaja heboh kepada lainya.
Seketika tiga sekawan lainya menengok ke atas langit itu. Dan memang ada pesawat terbang yang sedang melintas. Tapi kalau dipikir-pikir apa istimewanya? Rumah mereka kan di Jakarta dan tentunya lalu lalang transportasi udara itu sudah biasa. Setelah beberapa saat mereka semua berfikir. Kini mereka serempak melihat ke arah Billy yang tengah memakan lahap satu potong kue lapis terakhir.
"Astagfirullah. Bang Billyyyyyyyyy? Huaaaaa." Naina tiba-tiba tantrum karena melihat saudaranya itu.
"Kenapa sih Nay? kamu kenapa? Ada yang sakit?" Laura panik melihat satu-satunya sahabat perempuannya teriak histeris.
"Naina kenapa? hey? kenapa tiba-tiba nangis?" Nicho pun juga dibuat bingung karena sekarang memang sudah ada beberapa tetes air mata yang keluar dari mata Naina.
Naina hanya menggelengkan kepalanya sambil menunduk. Ia kesal sekali sampai hal sepele itu membuatnya menangis.
"Kenapa adikku sayang? Abang harus bantu Naina apa?". Billy pura-pura peduli padahal kenyataannya Billy tau penyebab Naina menangis. Karena hal ini sudah sering terjadi didepan matanya. Bahkan tak jarang, Billy sendirilah pelakunya.
"Bang Billy nggak usah pura-pura peduli deh. Kan Bang Billy tau apa penyebabnya? Aktingnya kurang oke. nggak cocok jadi pemeran Po di film Teletubbies." Naina melotot sembari menyingkirkan tangan Billy yang Ada dibahunya.
"Ya Ampun, Naina. jadi karena itu kamu nangis. haha hahaha." Laura yang kini paham permasalahannya justru tertawa terbahak sembari mencubit kecil pipi Naina. Mereka semua dengan ekspresi masing-masing tanpa peduli Nicho yang kebingungan menatap ke arah mereka satu persatu.
"Jadi Naina itu nangis karena kue lapisnya dimakan Billy, kak. Naina memang biasa seperti itu kalau ada makanan atau benda yang seharusnya miliknya tapi diambil paksa oleh orang lain. hihi." Kini Laura menjelaskan tentang apa yang terjadi sebenernya, setelah melihat wajah bingung kekasih tampannya itu tentunya.
"Oh God! Naina, nanti Mas Nicho minta Mami buatin lagi untuk Naina ya! Sudah nggak usah menangis. Mami pasti dengan senang hati buatin lagi." Nicho kini menenangkan gadis yang sudah surut air matanya itu. sebenarnya ia ingin sekali mengacak gemas rambut Naina karena itu terlihat sangat menggemaskan dimatanya. Tapi niat itu ia urungkan.
"Makasih ya, Mas Nicho. Habisnya Naina sebel sama Bang Billy. Tadi tuh ya, waktu kue lapisnya datang. Sudah Naina hitung dan jumlahnya ada dua belas potong. Kan harusnya pas kalau dibagi empat. Tapi setelah Naina kembali dari toilet tadi. Kuenya sisa satu potong. Padahal Naina baru makan dua potong, Mas." Adu Naina panjang lebar kepada Nicho. Dan disambut tawa bahak dari Nicho, Laura dan Billy. Karena meskipun hal itu sudah beberapa kali terjadi. mereka kadang masih merasa aneh dengan sikap Naina dengan semboyan "sama rata, sama rasanya" yang menjadikan ia sering menghitung jumlah makanan saat makan bersama.
Apalagi jika yang ada dihadapanya itu segala bentuk makanan dengan rasa pandan. Tentunya Naina semakin posesif dengan makanan itu.
.
.
Jam menunjukkan pukul 22.30. Sudah waktunya mereka pulang. Sebenarnya hanya sisa Naina dan Billy sebagai tamu Nicho malam ini. karena dari satu jam lalu, Laura sudah ijin pulang terlebih dahulu. Karena katanya ada acara kumpul keluarga di rumah kakeknya.
"Nay. kamu pesan ojek online aja lah! Abang capek banget nih kalau harus antar kamu yang beda arah kalau startnya dari rumah Nicho ini." Billy sudah menuju motornya. Bukan bermaksud tega kepada Naina. Tapi memang kalau dari rumah Nicho. Rumah mereka jadi beda arah. Berbeda jika start nya dari Sekolah mereka. Apalagi aktivitas latihan fisik Billy seharian ini. Begitu menguras tenaganya.
"Ya udah deng, Bang. Kalau gitu Naina pesan dari sekarang. Tapi tunggu dulu. takutnya nggak ada pengemudi yang mau." Naina bukan anak manja yang harus diantar orang lain kesana kemari. Hanya saja angin sudah menunjukkan akan turunnya hujan. dan beberapa menit lalu ada rintik yang sudah jatuh. biasanya menemukan pengemudi dimalam yang akan hujan memang sedikit sulit.
"Bil. Lo balik duluan aja. Biar gue yang anter Naina pake mobil. Mau hujan juga soalnya", tawar Nicho pada Billy. Yang tentunya itu memang adalah solusi terbaik.
"No, Mas. Jangan. Naina nggak mau ah! Nggak ada Laura soalnya. takut nanti kalau Laura tahu jadi salah paham." Naina jelas menolak mentah ide Nicho itu. Karena meskipun Naina belum pernah pacaran. Tapi ia berfikir jika Laura bisa sakit hati karena salah paham. meskipun hanya sekedar mengantar Naina pulang.
"Nay? kamu ingat nggak saat Aku Dan Laura ingin memiliki hubungan khusus? Kan kami berdua sudah ijin kalian dan ada janji kita untuk tidak akan merubah sikap atau membatasi interaksi setelah kami berpacaran. Jadi please ya! Jangan nolak. Ini demi keselamatan kamu juga." Entah kenapa pembicaraan ini justru malah menjadi serius.
Pada kenyataannya memang itulah ketakutan Nicho sebelum dirinya dan Laura berpacaran. Takut ada yang menjaga jarak. Walaupun sebenarnya hal itu dulu Nicho khususkan untuk Laura dan Billy. Karena pada awalnya Laura dan Billy sangatlah dekat. Dan untuk dirinya dan Naina, ia merasa statusnya dengan Laura tidak akan berpengaruh. Karena memang mereka jarang berinteraksi berdua saja. Tapi tanpa mereka tahu. Sepertinya mulai hari ini dan kedepannya. akan banyak hal yang menjadikan mereka sering menghabiskan waktu bukan hanya bersama dalam artian berempat. Tapi juga mereka hanya berdua.
Seperti malam ini. Setelah berdiskusi sedikit panjang. dan Nicho sempat menghubungi Laura untuk meminta izin mengantar Naina. Mereka sekarang hanya berdua. Mobil yang mereka tumpangi sudah melaju lima menit yang lalu.
Jarak rumah mereka sebenarnya tidak terlalu jauh. Tapi ya inilah Jakarta dan kemacetannya. Apalagi ini malam Minggu. Waktu yang ditempuh harus lebih lama daripada biasanya.
"Mas Nicho, Naina puter lagu ya di mobil. soalnya biar nggak ngantuk, Mas." Naina tentunya harus izin terlebih dahulu dengan empunya mobil ini. Sembari satu aplikasi musik sudah ia siapkan. bahkan lagunya pun sudah Naina pilih.
"Iya Nay, puter aja. Tapi kalau Naina capek, ya tidur aja, Nay." Nicho melihat Naina yang kini tengah mengotak-atik layar monitor di mobil Nicho.
🎶 na... nana..nana nana. na... nana.. nana nana
ku awali hariku dengan mendo'akanmu, agar kau selalu sehat dan bahagia disana... 🎶
Lagu jadul dari band Sheila On 7 menjadi list pertama yang sering Naina putar. Bukan karena lagu itu related dengannya. Tapi karena memang asyik dan Naina sangat menyukai Sheila On 7.
Tidak lama semenjak lagu dimulai. Kini Naina sudah menyumbangkan suaranya dengan tangan ke atas lalu diayunkan ke kanan kiri layaknya ia sedang melihat konser musik langsung. Nicho yang melihatnya pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum. Ia bingung jika teryata Naina banyak sekali kelakuannya.
"Mas Nicho tahu lagu ini nggak?" tanya Naina yang kini tengah memegang Handphone nya dan menjadikannya mic palsu.
"Tau lah Nay. Mas Nicho juga suka sama Sheila On7. dari jaman SD malah", jawabnya jujur. Karena memang sebenarnya lagu-lagu di band ini adalah satu andalannya dan team band nya untuk latihan ketika jaman SMP dulu. Tapi itu dulu, sewaktu Ia belum pindah ke Jakarta.
"Baiklah pemirsa semuanya. Disamping kanan saya ada penyanyi tampan asal Yogyakarta. Mari kita sambut dengan lempar koin merah. eh maksudnya mari kita sambut dengan tepuk tangan yang meriah. Ini dia Abraham Nicholas." setelah menjadi penyanyi. Sekarang Naina cosplay menjadi MC ala-ala dengan mic handphone ditangannya. Kemudian Ia arahkan mic palsunya itu ke arah Nicho. Dan entah kesambet apa, justru Nicho dengan senang hati melanjutkan lirik lagu tersebut yang jelas hafal diluar kepalanya.
"kenapa berhenti, Mas?" tanya Naina ketika mobil Nicho berhenti di seberang minimarket. Naina bingung. karena Nicho hanya hanya menatap di Minimarket tapi tidak turun dari mobilnya.
"Nggak apa-apa, nay. Tadi Mama nitip dibeliin gorengan disana. tapi ternyata sudah tutup", jawab Nicho kembali melajukan mobilnya. Bahkan Ia kembali bernyayi bersama dengan penyanyi yang suaranya ada di speaker mobilnya.
Bukan hanya lagu Pemuja Rahasia. Tapi lagu SO7 Lainya masih bergema di mobil itu. dan sempat ditutup dengan duet lagu barat we don't talk anymore nya Charlie dan Selena. hampir satu jam perjalanan mereka gunakan dengan carpool karaoke. Hal yang biasa dilakukan Naina bersama para sahabatnya dikelas dan keluarganya. Tapi ini ternyata adalah pengalaman pertama bagi Nicho. Biasanya ia hanya mendengarkan musik. Tapi kali ini ia ikut berkaraoke bahkan beberapa kali tangannya ketularan Naina, dengan gaya-gaya ala nonton konser.
"Mas Nicho terimakasih ya. sudah antar Naina. Nanti Naina kasih bintang lima deh. kalau bisa malah tambah Bulannya satu. Karena sudah mengantar Naina dengan cepat, tepat dan selamat sampai rumah. heheee." Sudah seperti biasanya. Naina memang suka bercanda.
"Beneran ya. Mas Nicho tunggu bintang limanya. Terus tip-nya mana dong? biasanya kan dapat uang tip". Nicho pun tak mau ketinggalan membalas candaan Naina.
"Ih. Mas Nicho nggak ikhlas ya. kalau kasih bintang lima mah gampang, mas. Kalau kasih uang tip Mas Nicho, pasti lebih mahal daripada ongkosnya." Wajah Naina yang tadi tertawa mengejek sekarang sudah berubah ekspresi menjadi kesal. Meskipun aslinya ia tidak kesal. Tapi ya begitulah. Raut wajah Naina begitu ekspresif.
"Ya udah. Tip nya lain kali traktir bakso di gang depan rumah tadi deh. Rame, kayanya enak tuh". Nicho ternyata tidak bercanda dengan uang tip itu. Bukan masalah uangnya. Tapi karena ia seneng mengejek anak gadis orang ini.
"Iya deh iya. kapan-kapan Naina traktir. Kalau cuma bakso depan mah enteng, nanti Naina minta uang Papa. Heheee. Tapi tunggu Laura sama Bang Billy pada bisa ya", kata Naina yang sudah berdiri memegang kaca jendela mobil yang terbuka dari luar. sedangkan Nicho duduk manis dibalik kemudinya.
"Nggak ah. rugi dong! Orang Mas Nicho yang anter kok mereka yang ikut ditraktir. Kan Mas Nicho udah kerja,Nay. Salah sendiri tadi Billy nggak mau antar."
Terlihat bercanda memang, tapi didalamnya ada sesuatu hal yang tidak bercanda. Setelah interaksi mereka tadi, membuat Nicho ingin dekat dengan Naina dan hanya berdua saja. Kalau dipikir kenapa alasannya. Mungkin ia menikmati peran menjadi seorang kakak yang memiliki adik menyenangkan seperti Naina.
"Hemmm... Nggak janji deh Mas kalau itu. Dipikir sambil jalan saja ya. Soalnya kalau berhenti disini, nggak jalan-jalan nanti yang ada kita dicariin Mama Naina sama Tante Diana. haha." Begitu renyah candaan Naina, sampai tawa Nicho pun terlihat aneh.
.
.
📩 Abraham Nicholas
-Mana bintang limanya? kok drivernya sudah sampai rumah tapi bintang limanya belum ada ya? :P -
"Drivernya penuntut ya. beneran ditagih lhoh.
⭐⭐⭐⭐⭐
sudah ya, pak. Catatan untuk pengemudi : kecepatan dan keamanan oke. ditambah bisa denger live music dengan suara merdu. Pokoknya sukses selalu, pak!
📩 Abraham Nicholas
-Hehe. Terima kasih ya, dek. untung bintang limanya. selamat malam dan mimpi indah untuk adek penumpang special malam ini. -
Naina yange membaca pesan dari Nicho agak sedikit bingung. Dari apa yang dia lihat ketika berempat dan dari curhatan sahabatnya, yaitu Laura. Nicho adalah laki-laki irit bicara dan jarang bercanda. Tali malam ini saat mengantarnya pulang dan pesan yang dikirimkan untuknya. Nicho menjadi sosok yang beda.
Lelah dengan aktivitas hari ini. Setelah membersihkan tubuh Naina sudah tidak sanggup berfikir dan tidak sanggup membalas pesan dari Nicho.
Berbeda dengan Nicho yang ada dikamarnya. Ia merasa aneh karena dirinya baik-baik saja. Padahal seharusnya dengan apa yang dilihatnya saat perjalanan tadi, normalnya seorang laki-laki akan marah dan kecewa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!