NovelToon NovelToon

Noil Dan Flint Si Pemberani

Sidang Hutan Yang ke 1340

Jika kalian mau keluar rumah, berjalan ke arah selatan, meninggalkan perkotaan, menyusuri jalan setapak pedesaan, menerobos padang ilalang tinggi yang tingginya bisa membuat kepalamu menghilang, melewati 'pohon sendiri' jangan sekali-kali mencoba untuk berhenti di 'pohon sendiri' karena pohon itu berhantu, teruslah ke selatan mengikuti arus kecil sungai berliku hingga ke tikungan ke lima puluh satu lalu berbelok lah sedikit, kemudian berjalan lagi hingga kaki kalian menemui tanah yg berwarna merah, kering dan berbatu. Saat kalian mendengar bunyi bor yang berisik, suara besi yang dipukul, roda yg menggelinding, dan bertemu dengan sebuah tebing yang tinggi (tebing batas) berarti kalian sudah sampai di Hutan Selatan.

Hutan Selatan sangatlah tua lebih tua dari kakek dari kakek kakekmu, tak ada lagi yang menarik dari Hutan Selatan, yang tersisa dari hutan selatan hanya tanah kering, tunggul-tunggul pohon, lubang tambang emas yang menganga seperti mulut raksasa, para penambang yang berwajah kotor dan truk-truk besar yang bisa melindas mu kalau kamu berjalan sambil melamun. Para binatang di Hutan Selatan yang tersisa bersembunyi dari manusia, menyelamatkan diri ke sebuah lembah di ujung hutan, sebuah lembah yang dikutuk, di lembah ini buah-buahannya terasa pahit, airnya kotor dan bau, pohon-pohonnya menghitam, kurus dan tampak sekarat, mereka menamainya dengan lembah hantu, dan saat cerita ini ditulis para binatang sedang mengadakan sidang hutan yang ke 1340.

Tak ada bunyi uhu uhu dari kawanan burung hantu di sidang hutan selatan kali ini, para burung hantu sedang batuk dan pilek. Noil, si singa juga kehilangan batu tinggi tempat para raja hutan biasanya berdiri, alih -alih dia berdiri di atas kubangan lumpur, dengan banyak ikan kecil aneh di dalam lumpur yang suka menggigiti keempat kakinya dan banyak lalat besar yang mengganggu di atas kepalanya.

Noil berdiri di depan semua binatang Hutan Selatan yang berkumpul di Lembah Hantu dan mulai bercerita.

"Semalam, saat aku tidak bisa tidur karena bunyi bor yang berisik, aku duduk memikirkan bagaimana cara menghentikan manusia melubangi hutan kita. Aku sudah di luar gua berjam-jam, lalu tiba-tiba saja sebuah jawaban jatuh dari langit."

Noil mengangkat plat besi yang di kalung di lehernya dan menunjukkannya pada binatang lain yang hadir di sana.

Noil berkata, "Ini benar-benar jatuh menimpa kepalaku."

Seekor rubah segera melompat dan menggigit platnya.

Noil terheran-heran sambil menahan plat di mulutnya. "Stuf, kamu sedang apa?"

Stuf terus menancapkan gigi nya di plat besi dengan erat. Dia berkata, "Mungkin ini bisa dimakan?"

"Ini undangan Stuf bukan makanan," kata Noil.

Stuf yang kelaparan tidak menyerah "Jika digigit kecil-kecil akan masuk ke tenggorokan."

Noil harus menggunakan kaki depannya untuk menyingkirkan Stuf dari undangan. Stuf terlempar sejauh tiga meter tapi segera bangun dan akan melompat lagi jika saja Nyonya Frut tidak menghalanginya.

"Menyingkir lah Stuf, sebelum aku mematuk mu," kata Nyonya Frut.

Stuf meringkuk, sekali lihat semua binatang tahu kalau Nyonya Frut, seekor gagak yang pemarah, Nyonya Frut berjalan ke depan lalu mendongak pada Noil.

Nyonya Frut berkata, "Berikan undangannya padaku!"

Noil mengerutkan keningnya, dia khawatir Nyonya Frut akan sama gilanya dengan Stuf.

Nyonya Frut berkata pada Noil. "Tenang saja aku tidak akan memakannya, aku tidak seputus asa itu."

Hanya sedikit binatang di Hutan Selatan yang bisa membaca tulisan binatang, Nyonya Frut salah satu binatang yang melek huruf cakar kaki binatang. Nyonya Frut mendekatkan paruhnya di plat besi dan membaca goresan cakar binatang di plat dengan suara keras.

"Kepada semua binatang yang tertindas, berkumpul lah di Palltasi 43 kota manusia, kita akan melakukan pembalasan, pemberontakan, menghentikan kekacauan yg terjadi, menyelamatkan hutan dunia milik kita, Lopp ketua geng pemberontak!"

Setelah membaca tulisan di plat, Nyonya Frut melirik Noil dengan tatapan bertanya-tanya.

"Ada apa?" tanya Noil.

Nyonya Frut berkata, "Serius ini jatuh dari langit?"

Noil mengangguk dengan sangat yakin. "Tentu saja, kenapa memangnya?"

Nyonya Frut mendekatkan kepalanya pada telinga Noil dan berbisik. "Setahuku yang jatuh dari atas sana itu hanya kotoran burung."

Noil sama sekali tidak terpengaruh dengan hinaan Nyonya Frut.

Noil berkata pada Nyonya Frut, "Setahuku kau harus kembali ke tempatmu"

Nyonya Frut menghela nafas tidak senang dan berbalik dengan perasaan kesal.

"Dan dilarang mengumpat nyonya Frut, oh ya ampun ini sudah dua kali kau mengumpat," kata Noil.

Noil mencari binatang lain yang tidak akan banyak memprotes kebijakannya, jadi dia menghampiri Berd, badak bercula yang kehilangan culanya.

Noil bertanya pada Berd, "Apa kau tahu apa artinya ini?"

Berd menggeleng.

Noil menatap lekat Berd dan menjelaskannya dengan menggebu-gebu dan dengan suara yang nyaring agar bisa di dengar semua binatang yang lain.

"Ini adalah harapan kawan, ada pergerakan di luar sana, sesuatu yang hebat sedang terjadi, semua binatang di dunia sedang berkumpul untuk melawan manusia, aku akan ke kota manusia dan meminta bantuan."

"Ii ... ii ... ia o ... o ... oke!" kata Berd, karena kehilangan culanya dia menjadi gagap.

"Aku mungkin akan membawakan cula untukmu kudengar mereka menempelkan cula badak di dinding-dinding rumah," seru Noil merayu Berd.

"Ii ... ii ... itu ba ... ba ... bagus!" kata Berd.

"A ... a ... aku bi ... bi ... bisa me ... me ... mengikatnya de ... de .. dengan ro ... ro ... rotan di ... di ... ke ... ke ... kepalaku."

"Ide bagus, itu akan segera jadi trend terbaru," seru Noil.

Kakek Frank, seekor serigala muncul dari kerumunan, berjalan dengan sangat pelan dan ringkih, Kakek Frank sangat tua dan suka menggerutu, jika Nyonya Frut sudah menakutkan maka Kakek Frank lebih buruk lagi.

Noil memasang kuda-kuda bersiap-siap mendapatkan omelan.

Seketika kakek Frank mengeram dan berkata, "Gayamu seolah-olah kau pergi berlibur."

"Aku tidak berlibur," kata Noil.

"Membual saja terus nak," bentak Kakek Frank, "memangnya apa yang akan kau lakukan sesampainya di sana? bagaimana caramu menemukan Palltasi 43, jangan bilang kalau kau akan mengetuk pintu rumah mereka satu persatu!"

"Aku akan memikirkannya nanti, kau tahu berjalan sambil berpikir," kata Noil, tersenyum seramah mungkin, usaha yang sia-sia.

Kakek Frank menatap Noil dari ujung Surai hingga ujung cakarnya.

"Memangnya kau bisa berpikir! Kau tahu apa akibatnya jika manusia melihatmu,"

Noil merendahkan suaranya. "Bisakah kau tidak membuat ini jadi cerita yang menakutkan."

Kakek Frank menolak permintaan Noil.

"Jika manusia di kota melihatmu, riwayatmu akan tamat!"

Sebuah suara muncul dari dalam kerumunan. "Dia bisa menyamar."

"Ya aku bisa menyamar!" kata Noil bersyukur pada bantuan yang tidak dia lihat dari mana datangnya.

"Me ... me ... menjadi, ku ...ku ... kucing ru ... ru ... rumahan mi ... mi ... misalnya," kata Berd menyela.

Noil berkata sambil memelototi Berd. "Terima kasih sarannya Berd, tapi bisakah kau duduk diam saja."

Mendengarnya Kakek Frank mendengus geli, dia mencondongkan kepalanya hampir menempelkan hidungnya pada hidung Noil.

Kakek Frank berkata, "Lalu bagaimana caramu pergi ke kota manusia? bagaimana agar kamu sampai ke tebing batas tanpa diketahui pekerja tambang?"

"Lewat jalur kabut di utara, jika kita hati-hati, kita tidak akan terlihat," kata satu suara dari kawanan burung gagak yang bertengger di pohon-pohon hitam.

"Ya, aku akan lewat sana!" kata Noil.

"Apa kau pernah ke sana?" tanya Kakek Frank.

Noil belum pernah ke jalur kabut tapi dia tetap ingin pergi.

"Aku akan menemukan jalannya," seru Noil.

Kakek Frank melihat Noil dengan sudut matanya.

"Apa kau yakin?"

Noil tidak yakin, dia punya bakat nyasar dia bahkan bisa nyasar meskipun di jalan yang lurus.

Kakek Frank mencoba menakuti Noil.

"Jalannya memutar, berliku dan butuh beberapa hari untuk bisa sampai, bahkan burung elang pun bisa tersesat di jalur kabut," seru Kakek Frank.

Noil menelan ludah tapi dia kemudian berkata, "Aku bisa mengajak yang lain untuk memandu ku."

"Ide bagus," kakek Frank menyeringai, "kita lihat apa ada binatang lain yang cukup konyol untuk mau membantumu."

"Tentu saja," kata Noil lalu dia mengitari pandangannya, berharap ada satu kaki depan yang terangkat, belalai yang melambai, atau sayap yang teracung. Tapi, semua binatang terdiam. Sebagian binatang tiba-tiba saja menunduk menatap kuku kaki mereka yang kotor, sebagian yang lainnya pura-pura memandangi langit, tinggal di lembah hantu yang dikutuk sama sekali tidak menyenangkan tapi pergi ke kota manusia sama seperti mencari mati. Semua binatang terdiam, keheningan muncul menyelimuti Rapat Hutan Selatan, keheningan yang membuat Noil patah hati.

Flint Si Pemberani

"Sepertinya kau menemui jalan buntu,” seru kakek Frank terkekeh, "kau tidak punya teman, tidak ada binatang yang terlalu bodoh atau terlalu pemberani di hutan selatan."   

'Pemberani', kata itu membuat Noil teringat satu nama, dia langsung memandangi seekor gajah besar yang berdiri di ujung kerumunan, Noil tersenyum padanya.

Mendapat lirikan dari Noil, si gajah menjadi gugup.

"Eh aku?" kata Tom, "kupikir aku terlalu besar untuk menyamar menjadi kucing rumahan, lagipula aku tak punya terlalu punya banyak bulu untuk menyamar."

"Bukan, kau Tom!" kata Noil, "mundur lah."

"Maksudmu dia?" kata Tom.

Tom merasa lega dengan belalainya dia menunjuk seekor kambing muda yang kurus kering, dengan wajah pucat dan bertanduk kecil.

Tom berkata, "Flint berdirilah, Noil mencari mu."

Flint bergedik, sejak awal Flint punya firasat buruk, bahwa dia akan mendapatkan masalah. Tapi, Flint tak mungkin menghindari sidang hutan ini, setelah semua hal yang dia ceritakan kepada semua binatang, keberhasilannya melarikan diri dari dunia manusia, semua omong kosongnya saat dia meloncat pagar setinggi sepuluh meter, ketika dia meloloskan diri dari kepungan manusia yang berusaha mengejarnya, waktu dia menyeberangi belasan kilometer sungai dengan hanya berbekal satu papan di badannya, melewatkan malam-malam berikutnya melewati perkebunan tanpa makan dan minum, dan menghabiskan berhari-hari bersembunyi di dalam goa hingga akhirnya dia menemukan cara untuk mencapai Hutan Selatan yaitu dengan membuat rakit dari kayu dan mengayuhnya seperti yang pernah dia lihat dilakukan para manusia saat menjelajahi samudera. Semua kisah bohong yang terlalu berlebihan itu membuat para binatang lainnya menyebut Flint dengan sebutan 'Flint si pemberani'. 

Dengan semua kebohongan itu Flint Si Pemberani tak mungkin tidak datang di sidang yang membahas keselamatan hutan selatan. Semua tetangganya akan menggosipkan Flint sepanjang tahun jika dia tidak menongolkan hidung dan tanduknya di sidang hutan. Ketika Flint memutuskan untuk berangkat pagi itu, Flint pikir jika dia bersembunyi di balik tubuh gajah yang besar dia bisa tak terlihat dan binatang lainnya khususnya Noil takkan terlalu memperhatikannya.

Ketika semua binatang menoleh padanya, Flint berdiri dari posisi meringkuknya dengan wajah pucat. Sementara Noil meloncat-loncat dengan girang. 

"Dia pernah!" seru Noil sambil menunjuk Flint, "dia bahkan pernah tinggal di kota manusia, itu sempurna, ya ampun sesaat tadi aku pasti hilang ingatan, aku lupa kalau kita punya Flint! Flint si pemberani, maafkan aku Flint karena melupakanmu dari tadi, kau pasti kecewa, kenapa juga aku berharap pada Si Besar Tearing yang suka makan, maafkan aku Tearing tapi kamu terlalu gemuk, kau harus mencontoh Flint, lihat dia ...."

Noil memperhatikan Flint, dia mencari dari ujung kaki hingga ujung tanduk, sesuatu yang bisa dibanggakan dari kambing kurus itu tapi Noil tidak bisa menemukannya jadi Noil hanya berkata, "Lihat dia... dia...? dia Flint si pemberani!"

Di hari-hari yang lalu Flint pasti sangat suka di puji-puji seperti itu, tapi tidak saat ini, berbagai kenangan gelap saat dia di dunia manusia menggelayuti pikiran Flint, bekerja siang dan malam, anak-anak yang suka mencambuknya, plat besi panas yang mereka tempelkan di keempat kakinya, cap nama peternakan di pantatnya. Flint tak ingin mengalami semua keburukan itu lagi. Flint tak peduli jika semua orang akan mengejeknya setelah ini, dia lebih mementingkan keselamatan hidupnya sekarang.

"Oke baiklah!" kata Flint lega karena akhirnya bisa bersuara, "aku mengaku, aku bukan Flint si Pemberani, tidak ada yang namanya Flint si Pemberani, semuanya itu hanyalah bualan, aku hanya mengarangnya, aku mengarang cerita soal melompat pagar setinggi sepuluh meter atau merakit kapal dan lainnya dan lainnya, itu semua bohong! Aku membohongi kalian, dan salah kalian karena telah mempercayainya." 

Flint berhenti untuk melirik kambing kecil di sampingnya dan berkata, "Berhentilah menangis nak."

Kambing kecil itu tidak bisa berhenti menangis, selama ini dia adalah fans nomer satu Flint si Pemberani, dia menggambar seluruh dinding kamarnya dengan gambar Flint si pemberani.

Kambing kecil itu terisak-isak dan berseru, "Bagaimana dengan cerita menaiki pohon, bergelantungan lalu melompat turun dengan bergaya?"

"Itu juga," kata Flint, "dan berhentilah mencobanya di rumah, kakimu bisa patah!"

"Tapi, kau Flint si pemberani! jika kau tak melompati pagar mereka," kata Noil, "bagaimana kau bisa kabur?"

Flint menatap ujung kakinya, semuanya sudah terlanjur terbongkar, tak ada gunanya lagi jika dia menutupi sesuatu.

Flint berseru dengan suara pelan dan malu, "Aku masuk kedalam kubangan lumpur babi, merayap di bawah pagar."

Ketika Flint menunggu semua orang menertawainya, Kakek Frank malah berkata, "Itu cara yang licik."

"Cerdas dan licik!" kata Noil hampir mengatakannya sambil tertawa, "kau jenius Flint, hampir tak terpikirkan olehku, buat apa kita susah-susah meloncat ke atas, kalau kita bisa lewat bawah."

Noil melompat dengan kecepatan yang tak terduga, tiba-tiba saja dia sudah melingkarkan salah satu kaki depannya dengan kuat ke leher Flint. 

Noil berkata sambil tersenyum licik pada Flint.

"Jadi bagaimana kawan, kau akan ikut aku kan?"

Flint ingin mengatakan 'Tidak!' tapi ketika dia hendak mengatakannya, Noil lebih dulu melingkarkan kaki depannya ke leher Flint, menekannya, mencekiknya sehingga yang keluar dari mulut Flint hanya suara embikan, tapi itupun juga jelas artinya bukan 'Ia'.

Setelah melepaskan kuncian nya dari leher Flint, Noil berjalan ke depan kerumunan dan mengumumkan kepada semua binatang bahwa: Flint secara sukarela mengajukan diri untuk menemaninya. 

Noil melambaikan kaki depan nya dan berkata, "Kemari Flint, berdirilah di sampingku."

Tak ada lagi yang bisa dilakukan Flint, dia tak mungkin lari, jadi dia melangkahkan kakinya dengan berat menghampiri Noil.

Kakek Frank berseru ketika Flint berjalan melewatinya.

"Ucapkan selamat tinggal pada yang lainnya, kau mungkin takkan kembali dengan selamat."

Flint sambil menunduk berseru lesu. "Selamat tinggal semuanya."

Flint berdiri disamping Noil dan Noil menyikutnya. "Ayo kawan, katakan sesuatu."

"Katakan apa?" kata Flint.

"Apa saja, sesuatu yang hebat!" kata Noil.

"Hebat," kata Flint dengan malas.

Dan semua binatang bergemuruh senang menyambut kata 'Hebat!'

Ketika, Flint sedang meratapi nasibnya. Sekawanan tupai menyahut dari dalam kerumunan, "Aku punya sekarung apel lembah hantu kalian bisa membawanya untuk bekal."

"Sejak kapan lembah hantu punya apel?" tanya Noil.

"Itu apel eksperimen ilmiah, hasil percobaan silang dari beberapa batang pohon mati, Bory si jenius yang menemukannya," kata tupai.

"Bukankah Bory itu sudah tidak waras?" kata Nyonya Frut.

"Bory menemukannya sebelum dia jadi gila," kata Coky.

Tapi, tupai lain di dekat Coky menyikutnya dan meralat perkataan Coky.  

"Bory menemukannya seminggu setelah dia jadi gila," kata tupai yang lainnya.

"Itu terdengar menakutkan" kata Noil.

"Jadi kau mau atau tidak?" kata Coky.

"Tapi Noil tak menyukai apel," kata Tom, "dia menyukai daging!"

"Da ... da ... daging ka ... ka ... kambing mi ... mi ... misalnya," kata Berd.

"Semua itu tak kuperlukan," kata Noil, "aku sudah membawa bekal bersamaku."

Noil melirik Flint dan menyeringai buas.

Flint bergedik ngeri, meskipun Noil kemudian mengatakan bahwa bekal yang dia bawa adalah keberanian dan semangat. Flint tak bisa menghilangkan pikiran buruk di kepalanya. Perjalanan akan butuh berhari-hari, bagaimanapun juga mereka butuh makan, ada banyak rumput dan daun yang bisa Flint makan, tapi bagaimana dengan Noil, seperti kata Berd, Noil memang hanya menyukai daging, terutama daging kambing.

"Tunggu sebentar," kata Flint, "kami akan membawanya, kacang atau apel-apel apa saja!"

"Tapi aku tak menyukai apel," kata Noil.

"Masa sulit seperti sekarang tidak boleh pilih-pilih makanan," kata Flint, "semua yang tumbuh di lembah hantu memang rasanya pahit tapi buah-buahan tetap saja buah-buahan, daripada tidak ada makanan sama sekali."

"Bukan masalah rasanya," kata Noil, "hanya saja aku tidak biasa makan buah."

"Kau harus belajar, kalau perlu kau belajar makan krikil seperti keluarga Ragel (keluarga ayam)," Flint memekik putus asa.

"Kalian bisa membawa persediaan terakhir pisang kita," kata sebuah suara dari kawanan monyet.

"Aku tidak tahu kalau di lembah hantu bisa tumbuh pohon pisang?" kata Noil.

Salah satu monyet berkata, "Tidak mirip pisang, rasanya juga lebih mirip kulit kayu tapi lebih baik daripada makan kulit kayu sungguhan."

"Kalian boleh menyimpan pisang aneh itu," kata Noil menggeleng.

"Kami akan membawanya!" kata Flint frustasi.

"Semua itu akan memberatkan kita," seru Noil.

Flint hampir dengan berteriak berkata, "Aku akan membawa semuanya di punggungku!"

Perjalanan Dimulai

Keesokan harinya, waktu dimana para burung mulai terbang mencari makanan, Noil dan Flint berangkat dengan ucapan selamat jalan dari para binatang dan cepatlah kembali sebelum rumah tempat kalian kembali sudah tidak ada lagi, dan dengan tumpukan makanan di punggung Flint yang membuat punggungnya seolah tongkat bengkok.

Kakek Frank mengantar Noil dan Flint hingga ke tepi lembah hantu.

Kakek Frank menatap Flint dan Noil bergantian dengan tatapan cemas.

Kakek Frank menghela nafas berat. Dia berkata, "Kalian bukan pasangan yang meyakinkan."

"Kalau kau mau bertukar tempat aku akan dengan senang hati," kata Flint.

Flint sudah bergaya akan menjatuhkan buntalan di punggungnya.

Kakek Frank mengangkat satu kaki depannya. "Dengan kakiku yang sudah tua ini, lebih baik aku menjaga lembah hantu."

"Ya itu alasan yang bagus, seandainya aku bisa memikirkan alasan seperti itu kemarin," kata Flint dengan nada lemas.

 Seperti kebanyakan kakek-kakek, Kakek Frank menceramahi Noil dan Flint beberapa lama, menempelkan telapak kaki kanannya di dahi Noil dan Flint. Kakek Frank mendoakan Noil dan Flint lalu kemudian dia meninggalkan mereka berdua dalam perjalanan panjang menyelamatkan Hutan Selatan, rumah mereka.

"Sudah kubilang kau tak perlu membawa semua itu," kata Noil menunjuk gundukan makanan yang diikat di punggung Flint membuat jalannya menjadi terasa berat.

"Aku tetap akan membawanya," kata Flint bersikeras.

"Ia oke," kata Noil tak acuh, sambil berjalan, dia berkali-kali menoleh untuk melihat leher Flint.

"Mengapa kau melakukannya?" kata Flint. Dia tak bisa menyembunyikan rasa kesalnya.

"Melakukan apa?" tanya Noil.

"Menggantung penunjuk jalan kita di leherku," kata Flint.

Sebelum mereka berangkat elang gunung menggambar penunjuk arah buat mereka di atas empat lembar daun poplar, yang menunjukkan ke arah mana saja mereka harus pergi setiap harinya. 

"Kenapa memangnya?" tanya Noil.

"Karena itu membuatku merasa tak nyaman!" kata Flint.

"Aku hanya ingin memastikan kalau arah kita benar."

"Kita hanya harus berjalan lurus kearah matahari sepanjang hari ini," kata Flint, "tak perlu melihat leherku seolah-olah ...."

"Seolah-olah apa?" kata Noil, "seolah-olah itu akan enak dijadikan leher kambing rebus?"

Flint menoleh dengan kecepatan cahaya.

"Apa kau memikirkannya?" seru Flint.

Noil tertawa menyebalkan.

Noil berkata, "Apa kau takut, kau pasti merasa takut, kau takut kalau-kalau aku akan memakan mu."

Memang itulah yang ada di pikiran Flint, tapi dia tidak mau mengatakannya.

Flint berkata dengan angkuh. "Aku tidak takut padamu, aku cukup atletis, dan lariku sangat kencang."

Noil menatap Flint yang jauh dari kata atletis dan mendengus geli.

Noil memberitahu Flint. "Kurasa aku bisa mengejar mu dengan satu kaki terikat dan satu mata tertutup."

Flint berkedik ngeri jika dia bisa kabur, dia akan kabur sekarang juga. Di dalam kepala kecil Flint, dia mulai memikirkan cara untuk kabur, mungkin saat Noil tertidur.

Tapi, Noil bisa menebaknya dengan mudah. "Kurasa aku masih bisa mengejar mu sambil tidur."

"Lihat saja nanti," kata Flint kesal.

Noil tertawa.

Noil berkata, "Tenang saja, aku takkan memakan mu, aku sudah biasa makan ikan, kupikir lama-lama aku akan berubah menjadi singa laut karena terlalu sering makan ikan, kita hanya perlu mencari sungai."

"Kita sudah di sungai," kata Flint.

Noil menatap krikil-krikil di bawah kakinya, batu-batu kali dan cekungan panjang yang berkelok-kelok di depan matanya.

Noil berkata, "Sejak kapan sungainya kering?"

"Sejak mereka membuat bendungan yang di sana itu," seru Flint sambil menunjuk ke balik bukit di kejauhan.

"Bendungan apa?" 

"Memangnya kau belum tahu?" kata Flint.

"Tidak tahu," kata Noil.

Flint berhenti, dan mengamati wajah tidak tahu Noil dengan penuh selidik. "Apa kau pernah ke sini sebelumnya?"

Noil menggeleng.

"Apa kau pernah ke bukit batu?"

Noil menggeleng lagi, wajah seramnya berubah menjadi culun, mulut bagian bawahnya turun ke bawah dia menganga tidak tahu apa-apa.

"Kalau danau biru di utara?"

Flint mencoba lagi, dulu danau biru di Utara adalah tempat para binatang berkumpul mencari pasangan. Semua binatang di Hutan Selatan pernah pergi ke danau biru kecuali kau bukan binatang.

"Pernah waktu masih kecil dulu," kata Noil.

Flint bertanya lagi untuk yang terakhir kali. "Seberapa jauh kau pernah meninggalkan wilayahmu?"

Noil menatap langit dan mencoba mengingatnya. Sejak kecil Noil sudah kesulitan untuk mengingat nama tempat, menghafal belokan dan tikungan. Setiap kali Noil keluar terlalu jauh dari wilayahnya dia pasti nyasar dan kesulitan untuk kembali.

"Ini yang terjauh," seru Noil memberitahu.

"Cukup!" kata Flint mengerang, " mulai sekarang aku yang berjalan di depan dan kau di belakang."

"Ia oke," kata Noil.

Flint berjalan di depan, beberapa langkah dia berhenti lalu berbalik lagi ke Noil, Flint mengambil kesempatan yang ada untuk bisa mengatur sesuka hati dan membuat perjalanan lebih menyenangkan buatnya.

"Sebaiknya kita membuat peraturan," seru Flint dengan nada congkak, "peraturan pertama aku yang memimpin perjalanan ini."

"Baiklah Flint, kau yang memimpin," kata Noil.

"Bagus!" Flint berjalan, berhenti lalu berbalik lagi untuk menatap Noil, "aturan kedua adalah tidak ada lagi omongan soal leher kambing rebus."

"Ok baiklah tidak ada leher kambing rebus," kata Noil.

Demi menyenangkan hati Flint, Noil bertingkah seolah dia hilang ingatan.

Noil berkata, "Kambing rebus itu makanan apa? aku tidak pernah mengenalnya."

Flint mencoba mempertegas kedudukannya. Dia berseru, "Jelas sekali kau tidak tau apa-apa, kau tidak akan bisa selamat berjalan sepuluh langkah lebih jauh dari ini tanpaku, jadi demi keselamatan kita berdua kau harus nurut padaku, bisa dibilang nasibmu ada di tandukku"

"Apa kau punya peraturan lagi?" tanya Noil.

Noil mulai kesal karena perjalanan terus berhenti karena mulut Flint tidak bisa berhenti mengoceh.

Flint berkata, "Tidak untuk saat ini, tapi nanti akan kupikirkan lagi."

"Bisakah kita berjalan lagi?"

"Baiklah," kata Flint.

Flint tidak berbalik lagi tapi dia tetap bicara sambil berjalan.

"Kukatakan sekali lagi," kata Flint, "jika aku menyuruhmu menunduk maka kau harus menunduk, jika aku bilang sembunyi dalam semak-semak berarti sembunyi dalam semak-semak, jika aku suruh belok kanan, belok kanan!, kalau aku bilang berhenti bernafas, berhenti bernafas! Aku yang memutuskan semuanya!"

Hari itu Noil menyadari satu hal, bahwa perjalanan tidak hanya akan sangat jauh dan berbahaya tapi juga akan sangat berisik, hampir sepanjang waktu Flint tidak bisa berhenti bicara, dan selalu ada saja yang dia ceritakan, saat tidur siang pun dia mengigau. Ketika harus menerobos padang rumput yang berduri, Flint menunjukkan pada Noil bahwa seekor kambing bahkan bisa memekik dan mengomel sekaligus menjerit kesakitan dalam waktu yang bersamaan, Noil mulai berpikir keputusannya untuk membawa Flint sebagai penunjuk jalan mungkin sebuah kesalahan.

Saat hampir sore, langkah kaki Noil dan Flint membawa mereka di jalur kabut, mereka menatapnya dan mengerti mengapa tidak ada manusia yang akan lewat sana, tidak juga binatang, mungkin hanya para hantu tidak punya kerjaan yang iseng melalui jalur kabut, dan para burung gagak hitam yang suka bicara dengan hantu adalah salah satunya juga.

Ketika si burung gagak hitam crok-iek'uiet (Jika kalian ingin tahu kenapa nama burung gagak hitam selalu aneh dan susah diucapkan kalian bisa tanyakan sendiri kepada para burung gagak di Hutan Selatan, karena belum ada catatan ilmiah yang menjelaskan tentang nama-nama burung gagak hitam). Jadi, saat crok-iek'uiet mengatakan tentang jalur kabut, Noil dan Flint mengira itu hanya kabut tipis di atas gunung saat pagi hari, sayangnya mereka keliru. Noil melihat kabut tebal di depannya dan tidak ada apa-apa lagi selain kabut yang membentang di dataran yang kosong, seperti tirai putih berlapis-lapis yang menghalangi pandangan. Melihat kabur di depannya, Flint segera saja melakukan kebiasaannya: Mengeluh!

 "Astaga, aku tidak bisa melihat apa-apa!" keluh Flint.

"Tenang saja aku masih bisa melihat beberapa kaki ke depan," kata Noil.

Flint masih belum puas, dia tetap mengomel. Dia berseru, "Ya tenang saja! satu-satunya binatang disini yang bisa melihat adalah yang tidak bisa membedakan mana kanan dan mana kiri, itu bagus sekali!" 

Noil menunjuk ke dalam kabut dan dia berkata, "Aku seperti melihat sekelebat bayangan hitam di sana." 

Flint yang tidak suka dengan cerita horor segera melirik Noil dengan tajam.

 Noil menyeringai.

Noil berseru, "Mungkin hanya batang pohon, jadi apa yang akan kita lakukan?" 

"Apa yang akan kita lakukan," kata Flint pura-pura tidak tahu.

Tapi, sebenarnya Flint tahu yang akan dia lakukan. Flint menjatuhkan bantalan di punggungnya di tanah dan duduk melipat keempat kakinya.    

"Kurasa sudah waktunya untuk makan malam," kata Flint mengumumkan.

Flint mengambil buah dari dalam karung, bentuk buahnya aneh, kecil bewarna merah tua berlubang-lubang dengan bintik-bintik hitam dan hijau dan sedikit berbulu tipis.

Noil merasa perlu untuk menanyakannya lagi. Dia berkata, "Yakin itu apel?"

"Kau hanya perlu membayangkan kalau ini apel maka akan terasa seperti apel," kata Flint.

"Apa kau tidak kapok?"

Noil mengingatkan Flint tentang kejadian pisang lembah hantu di siang hari. 

Memakan pisang lembah hantu kulitnya tidak perlu dikupas karena kulitnya menempel dengan buahnya, kau juga harus menumbuknya dengan batu hingga menjadi hancur dan mencampurnya dengan air, tapi karena tidak menemukan air, Flint memakan serbuknya langsung dan membuatnya terbatuk-batuk selama sejam lebih.

"Akan ku beritahu cara memakan apel lembah hantu," kata Flint.

Flint sepertinya sudah lupa dengan kejadian buruk tadi siang.

Flint berkata, "Jika kau ingin makan empat buah maka kau harus memasukkan empat-empatnya langsung ke dalam mulutmu."

Noil menatap ngeri ketika Flint 'si terlalu pemberani' memasukkan empat apel lembah hantu ke dalam mulutnya yang segera menggembung, terdengar bunyi ngilu yang memilukan saat Flint mencoba mengunyahnya tapi gigi geraham kambing sepertinya tidak bisa mengalahkan apel yang kerasnya bisa membuat gigimu kabur melarikan diri, akhirnya Flint mengambil jalan pintas yang membahayakan hidupnya, dia menelan keempat apel itu sekaligus dan tentu saja menyangkut di tenggorakan. Ada benjolan besar aneh di leher Flint yang tidak mau turun dan tidak bisa naik lagi. Flint berdiri tegap, dia tersengal-sengal, tidak bisa bernafas, mukanya mendadak memerah lalu berubah menjadi pucat, kemudian pasti akan menjadi ungu jika tidak segera diselamatkan. Satu kaki depannya meraba-raba di udara seolah mencari bantuan dari sesuatu yang tidak terlihat.

Noil menanyakan apa yang Flint inginkan.

"Apa yang harus kulakukan?" tanya Noil was-was.

Mata Flint melotot seperti akan keluar dari batok kepalanya.

Noil berkata, "Muntahkan saja Flint jangan dipaksa!"

Flint menggeleng lalu dia memutuskan untuk memukul-mukul dadanya sendiri, setelah bergulung dengan malaikat maut akhirnya apel-apel itu masuk ke dalam perutnya. Flint bernafas terengah-engah seakan dia baru saja tenggelam.

Noil berkata, "Sudah kubilang Brony itu gila, dan itu bukan apel."

Flint berkata, "Seharusnya aku menambahkan garam agar lebih gurih, apa kita punya garam?"

"Kau juga sudah gila!"

Flint menjulurkan apel ke dekat surai Noil.

"Apa kau ingin mencobanya?" tanya Flint.

"Tidak terima kasih aku tidak lapar" kata Noil berbohong.

Sedari tadi perut Noil yang kelaparan sudah mengajukan protes.

"Kau akan memakannya saat kelaparan nanti, percayalah padaku," seru Flint memberitahu dengan tatapan sangat yakin.

Noil menggeleng kuat-kuat. Dia berkata, "Setelah apa yang baru saja kulihat, itu tidak mungkin."

"Baiklah," kata Flint mendadak tenang dan kembali duduk dengan santai.

"Sekarang kita tinggal menunggu kunang-kunang nya datang," kata Flint.

"Kunang-kunang?" kata Noil memulai perdebatan, "bukankah harusnya kumbang."

"Kumbang!" kata Flint berdiri lagi dari duduknya.

Ketenangan Flint segera hilang. Dia berkata, "Jangan membual jika nyasar di dalam jalur kabut kita tidak bisa kembali, di dalam sana ada lorong tua, apa kau tahu apa yang ada di dalam lorong tua? tidak ada yang tahu, karena tidak ada yang berani ke sana, karena itu berbahaya."

"Karena itu kita harus mengikuti arah kumbang berjalan, itu yang dikatakan crok-iek'uiet," kata Noil.

Lidah Noil seperti terlipat saat menyebut nama burung gagak.

"Ada apa denganmu? Apa kau mengira aku tuli," kata Flint.

Flint jelas tidak akan mau mengalah.

"Aku tidak mengatakan kalau kau tuli, kau mungkin salah dengar," kata Noil.

Flint memberitahu Noil. "Apa kau tidak melihat apa yang baru saja ku alami?"

"Tentu saja aku melihatnya kau hampir mati karena makan apel aneh yang sebenarnya bukan apel," kata Noil.

"Aku melakukannya demi bertahan hidup jadi aku tidak mungkin salah dengar jika itu berhubungan dengan masalah hidup dan mati."

Noil mengkerut kan keningnya.

Flint menyentak. "Apa!"

"Aku masih berpikir kalau itu kumbang."

Flint akhirnya mengeluarkan hak dari jabatan yang baru saja dia dapat tadi pagi.

"Kau tahu siapa yang memimpin perjalanan ini,"seru Flint.

Noil yang tahu kemana arah pembicaraan ini segera menyerah.

Flint berkata dengan tegas dan jelas. "Jika aku bilang kita harus mengikuti kunang-kunang maka kita akan mengikutinya! Jikapun, aku bilang ikuti gajah, kita juga akan mengikutinya, apa kau mengerti?"

"Terserah kau Flint," seru Noil.

Noil mengangguk dengan terpaksa.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!