NovelToon NovelToon

Di Kejar Cinta Si Arwah Tampan

Episode 1 "Tak Pernah Bisa Fokus"

"Adek jangan lariii! Awas kamu ya!" teriak seorang gadis yang berumur 14 tahun sambil berlari.

"Wee tak kena," ledek adik yang lebih muda lagi sambil menjulurkan lidahnya.

Di sofa dua orang tua juga sedang asyik sendiri. "Ha-ha-ha lihat video ini lucu sekali Nek," tawa ibunya sambil menunjukkan video lucu ke orang disebelahnya.

"Eh ha-ha-ha." Nenek ikut tertawa setelah melihat video lucu kucing yang terjungkal.

"Nek, songkok kakek kemana ya?" tiba-tiba datang satu orang tua dengan suara seraknya sambil mencari sesuatu di sana. Nenek yang sedang asyik menonton pun jadi terganggu.

"Aduh Kek, mana nenek tahu," jawab si Nenek mengabaikannya.

Ditengah-tengah mereka, seorang gadis yang terlihat sangat frustasi melihat kedua adiknya, ibu dan neneknya ribut sendiri itu langsung berteriak. "Ahhhh bisa diam tidakkkk!" teriak satu gadis yang duduk tak jauh dari mereka.

Semua yang ada di sana langsung berhenti bergaduh dan memandangi gadis tersebut. Gadis itu akhirnya bisa lega dan mulai tenang untuk melakukan pekerjaannya. Tapi baru mengetik dua kata. Sang adek ke dua tiba-tiba iseng melempar benda kembali ke adik satunya. Nenek dan kakeknya juga mulai ribut soal songkok kakek yang hilang. Sedangkan ibunya terus asyik melihat video sambil tertawa sendiri. Keributan pun terjadi lagi dan gadis itu hanya bisa pasrah akhirnya.

Kenalkan gadis tadi adalah Nabila Adidaya Ningrum anak sulung dari 3 bersaudara yang selalu mencoba bersabar dengan dua adiknya, ibunya dan bahkan Nenek dan kakeknya. Gadis yang saat ini menginjak usia 23 tahun itu memiliki pekerjaan sebagai seorang penulis novel dari salah satu kantor penerbit di kotanya.

Nayla dan Nadya adalah nama adik dari Nabila. Sedangkan ibu dan neneknya bernama Dinda dan Rad. Jangan ditanya soal ayah Nabila karena ia sudah pulang ke Rahmatullah saat dirinya SD. Sebagai seorang penulis, Nabila harus bisa memiliki ide-ide bagus untuk karyanya. Tapi masalahnya Nabila tak pernah bisa fokus karena keluarganya yang selalu ribut sendiri. Alhasil dirinya harus begadang untuk menulis.

Satu bab akhirnya berhasil dibuat dengan susah payah. Ia bahkan sampai kesiangan untuk datang ke kantor pagi ini. Kemarin sore, Bos perusahan terus saja meminta Nabila untuk segera menyetorkan satu bab pendahuluan karyanya.

Nabila berlari ke kantornya karena sudah telat. Dengan nafas yang terengah-engah, Nabila akhirnya sampai. Seorang teman menyuruhnya langsung menemui Bu Bos di ruangannya. Nabila mengangguk-angguk dan langsung menuju ke sana.

"Tok tok tok permisi Bu," ucap Nabila sambil mengetuk pintu.

"Masuk, akhirnya kamu tiba juga," suruhnya dan Nabila pun berjalan masuk menemuinya.

"Maaf Bu saya kesiangan," ucap Nabila sambil menunduk.

"Mana yang saya minta sudah jadi?" tagih Bu Bos langsung.

Dengan segera Nabila mengambil laptopnya dan menunjukkan hasil kerjanya." Ini Bu, bab pendahuluan yang berusaha saya buat."

Bu Bos yang bernama Cindy itu memeriksa hasil pekerjaan Nabila. Ia tiba-tiba saja meletakkan laptop miliknya sedikit kasar ke meja depan Nabila. Secara langsung Nabila terkejut dan langsung mengelus laptopnya takut terjadi apa-apa pada benda itu.

"Apa-apaan ini, ceritanya kurang bagus coba Billa cari cerita yang sedikit menarik. Pokoknya kamu saya kasih waktu satu bulan untuk menyelesaikan tulisanmu itu atau perusahaan kami akan mengganti dengan penulis baru." Komentar pedas dari Bu Cindy membuat Nabila sedikit menelan ludahnya.

"Se-sebulan, baiklah Bu," ucap Nabila yang terkejut di sana. Dalam waktu sebulan apa itu bisa untuk Nabila?

"Ya sudah keluar sana," usirnya.

"Saya permisi," pamit Nabila sambil memasukkan laptopnya kembali ke tas.

Dengan lesu, Nabila keluar dari ruangan Bu Cindy. Seorang teman langsung menariknya keluar karena tahu Nabila sedang tak baik-baik saja.

"Ayo ikut aku!" ajaknya.

"Sel." Nabila memanggil dan menghela nafas menurut mengikutinya.

Di sebuah cafe depan perusahaan, mereka berdua duduk bersama. Nabila membaringkan kepalanya ke meja dan terus menghela nafasnya.

"Apa sesulit itu Bil?" tanya temannya yang tampak khawatir.

"Huh jangan ditanya, aku benar-benar frustasi sekarang," jawabnya sedikit kesal.

"Gara-gara keluargamu selalu ribut ya," tebaknya.

"Hem apalagi kalau bukan itu. Setiap hari Sel mereka ribut aku pusing mendengarnya," keluh Nabila padanya.

"Kenapa kau tak cari tempat lain saja untuk menulis seperti di cafe ini? Terlihat cukup sepi dan tenang," sarannya.

"Tak bisa Sel, para pegawai di sini pasti memperhatikanku jadinya." Saran temannya ditolak olehnya.

"Bagaimana dengan perpustakaan, itu sepi dan tenang?" Temannya kembali memberikan saran lain padanya.

"Huh itu juga tak bisa Sella, perpustakaan itu terlalu tenang dan nyaman." Nabila menghela nafasnya kembali.

"Bukannya bagus?" Tanya temannya yang tak mengerti.

"Tapi yang ada aku malah ketiduran," jawabnya.

"Haduh, Billa aku pusing, kau ini sangat aneh katanya ingin tempat yang tenang dikasih solusi perpustakaan malah bilang terlalu tenang. Capek aku!" kesal temannya karena tak mengerti kemauan Nabila seperti apa.

"Sudahlah, kita makan saja aku lapar," ucap Nabila saat hidangan mereka datang.

"Makanlah biar kau tak loyo," suruhnya.

"Hem, makasih." Nabila mengangguk dan mulai menyendok makanannya.

Sella Dwiana, teman baik Nabila sedari kecil. Ia adalah editor di Redbook Company. Ia sudah mengenal keluarga Nabila sedari dulu yang terkenal dengan keributan nya. Bukan ribut karena berantem tapi ribut soal sesuatu yang tak dianggap penting.

Redbook Company sendiri adalah nama perusahaan Nabila dan Sella bekerja. Mereka berdua sangat sabar dalam bekerja menghadapi Cindy, Bu Bos yang dikenal dengan ketegasannya.

...ΩΩΩΩΩ👻❤️👻ΩΩΩΩΩ...

Pulang dari kantor, Nabila langsung membanting dirinya ke atas kasur. Ia membuka ponselnya dan memilih membaca beberapa buku online di sana.

Ponselnya berdering tanda panggilan masuk dari Bu bosnya. Dengan cepat Nabila bangkit dan menerimanya.

"Halo Bu!" sapanya.

"Kau sedang apa? Jangan main-main kau harus segera menulis," tanyanya sambil memperingatkan karyawannya itu.

"Siapa yang main-main Bu, ini aku sedang berusaha, tadinya sudah dapet ide eh Bu Bos menelepon, hilang sudah deh, sanggah Nabila sedikit beralasan.

"Ya sudah kamu lanjutkan. Ku tutup dulu," ucapnya mengakhiri panggilan.

'Huh." Nabila kembali menghela nafasnya dan meletakkan ponselnya ke kasur. Entah sudah ke berapa kali ia menghela nafasnya hari ini. Ia benar-benar pusing sekarang.

"Nek, di kuburan adem banget ya tadi, sejuk juga." Suara orang mengobrol terdengar dari luar. Nabila pun bangkit untuk mengecek.

"Iya Din, ibu sampai ketiduran saking nyamannya. Untung kamu bangunin," ucap sang nenek.

"Ibu dan Nenek ngapain ke kuburan?" Tanya Nabila yang mendengarnya.

"Itu tadi habis ada kegiatan bersih-bersih kuburan, kamu sudah pulang?" jawab ibunya berbalik tanya.

"Sudah Bu," jawab Nabila mengangguk.

"Oh iya kuburan kita terlihat seram tapi sangat sejuk dan nyaman Bil, tadinya ibu mau ngajak kamu bersihin makam bapak. Eh ternyata kamu sudah pergi," tutur ibunya.

"Lain kali saja Bu," balas Nabila yang tak ada mood.

"Ya sudah tolong ambilkan ibu air, haus," suruh ibunya.

Dengan malas Nabila menjawab, "Iya Bu."

Nabila masuk menuju dapurnya untuk mengambil air dingin. Saat mengambil air di kulkas, ia tiba-tiba berpikir.

"Sepi, nyaman, sejuk, itu dia. Kuburan!" ucapnya tiba-tiba.

Nabila mengangguk-angguk sambil tersenyum karena akhirnya menemukan sesuatu yang dicarinya.

"Billa cepetan, ibu haus!" panggil ibunya yang sudah kehausan di luar.

Nabila tersentak. "Ah iya Bu sebentar," jawabnya sedikit keras.

Nabila cepat-cepat kembali ke depan dan memberikan air dingin pada ibunya.

"Makasih Nak," ucap Dinda dan Nenek Rad setelah menerima air dingin darinya.

Glegek glegek.

"Segarnya." Lega Dinda yang sudah merasa segar kembali.

Malam harinya, keributan terjadi lagi. Tadi siang, Nabila kelupaan karena di suruh ibunya. Pas malamnya keributan mengusik dirinya. Ia memilih menyumpal telinganya dengan kapas. Tapi tapi kapas pun tak mempan, ia mendesah dan memilih berbaring.

Jedug. Suara benturan keras terdengar ngilu di sana.

"Aw!!" Pekik Nabila keras sambil mengelus belakang kepalanya.

Karena terlalu mundur, kepala Nabila akhirnya harus menerima benturan yang cukup keras di dinding. Nabila sangat kesakitan dan terus mengelus-elus kepalanya yang sedikit benjol disana. Kedua adiknya yang melihat sang kakak tengah kesakitan, mereka berdua malah menertawakannya.

"Ha-ha-ha aduh pasti sakit ya Kak," ledek kedua adiknya sambil tertawa.

"Dasar adik-adik sialan," gerutu Nabila yang kesal sambil mencari benda untuk menimpuk kedua adiknya itu.

Melihat kakaknya hendak mengamuk, dua adiknya langsung keluar kamar dan berlari sambil berteriak.

"Macan ngamuk! Kabur....!" Teriak mereka berdua langsung berlari keluar.

"Huh menyebalkan. Besok ku harus mencobanya." Dengan kesal ia memilih tidur dan meletakkan kembali bantal yang hendak di lempar tadi ke tempatnya. Ia kembali menghela nafasnya untuk meredakan amarahnya itu. Nabila sudah memutuskan jika dirinya akan mencoba menulis di kuburan besok. Ia juga bisa sekalian mengunjungi makam ayahnya nanti.

Bersambung....👻❤️👻

Episode 2 "Kuburan Tempat Yang Cocok"

Tengah malam yang gelap nan sunyi. Kicauan burung hantu terdengar menyeramkan. Suasana yang mencekam para arwah mulai berkumpul. Di kuburan yang dikelilingi hutan, menambah tempat ini semakin seram.

Di tengah malam, para arwah sedang merasa bahagia. Sebab tadi pagi banyak warga dan keluarga mereka yang hadir untuk berkunjung dan membersihkan makamnya.

"Senang istri dan mertuaku mengunjungi makam ku," ucap arwah laki-laki yang berumur 60 tahunan.

"Aku juga pak tua, orang tua ku datang membersihkan kuburanku sepertinya," kata arwah perempuan yang terlihat masih sangat muda di sana.

Di antara para arwah terdapat satu arwah yang terlihat murung tak seperti biasanya. Arwah ini dikenal dengan gayanya yang sombong dan selalu membanggakan dirinya. Giliran di saat ia bersedih, itu adalah waktu yang tepat untuk para arwah lain mengejeknya.

"Hee hantu sombong kau kenapa murung, biasanya kau selalu menyombongkan diri," sindir arwah laki-laki yang umurnya sedikit lebih tua darinya.

"He he ku tau penyebabnya lihat kuburan dia terlihat sangat tak terawat, pasti keluarganya tak ada yang peduli," timpal temannya mengejek.

"Diam kau! Sungguh menyebalkan." Arwah lelaki muda ini dengan kesal meninggalkan teman-temannya.

"Sudah sudah kita kembali saja, hari sudah mulai pagi," ujar arwah pria tua yang sering dipanggil Pak tua oleh arwah lainya.

"Iya Pak tua." Para arwah akhirnya menurut dan kembali ke kuburannya masing-masing.

Pagi harinya Nabila sudah siap untuk pergi mengunjungi makam ayahnya. Ia tak lupa membawa taburan bunga dan peralatan menulisnya. Nabila sudah berjanji akan mencoba untuk menulis di sana dan ia berharap itu akan berhasil.

"Bu, aku pergi dulu," pamitnya.

"Eh Nak, mau kemana kamu?" cegat ibunya bertanya.

"Mau nengok makam ayah Bu, sudah lama rasanya," jawabnya.

"Ya sudah sana, hati-hati," ucap ibunya mengizinkan.

"Iya Bu," katanya.

Nabila pergi meninggalkan rumah dan berjalan menuju tempat pemakaman umum yang tak jauh dari belakang rumahnya. Karena berada di desa, letak kuburannya pun sedikit menyeramkan. Yakni berada di tengah hutan dan banyak pohon bambu di sekitarnya. Waktu masih lumayan pagi, jadi itu tak akan membuat Nabila takut. Nabila sendiri memang orangnya tak penakut kepada apa pun. Ia sedikit tak percaya adanya hantu di sekitarnya.

Sesampainya di makam, ia langsung menuju ke tempat ayahnya. Memang benar suasana di makam sangat sepi dan dingin. Banyak pohon menjadi tambah sejuk dan nyaman juga. Nabila mulai menaburkan bunga dan berdoa untuk ayahnya.

"Yah, Billa datang. Maaf Billa tak pernah berkunjung karena sibuk dengan pekerjaan Billa. Ayah baik-baik saja kan di sana, semoga ayah tak kedinginan dan punya banyak teman," ucap Nabila setelah selesai berdoa sambil mengelus nisan ayahnya

Nabila pun berdiri untuk pergi menuju rumah makam di sana. Saat berdiri, ia melihat makam di sebelah ayahnya sangat tak terawat. Nabila yang merasa kasihan pun memilih membantu membersihkan makam yang entah milik siapa itu sebelum dirinya kembali melanjutkan urusannya. Ia mencabuti rumput yang tumbuh di sekitarnya dan memberikan taburan bunga sisa milik ayahnya tadi.

"Nah bersih juga." katanya senang.

"Tapi siapa yang di makamkan di sini?" pikirnya heran.

"Kasihan keluarganya pasti sangat sibuk karena banyak urusan. Huh sudahlah aku lanjut coba menulis," ucapnya lalu pergi.

Nabila meninggalkan makam itu dan lanjut untuk duduk di rumah makam yang tak jauh dari makam ayahnya. Ia mengeluarkan peralatannya dan berpikir di sana.

Benar saja sebuah ide muncul seketika. Ia malah berpikiran untuk membuat cerita tentang hubungan hantu dan manusia. Apalagi jika hantu tersebut masih muda dan tampan.

"Kalau hantu tampan, aku juga mungkin mau dengannya, hehe." Nabila berpikiran aneh-aneh di sana.

"Astaghfirullah kagak bener itu, ya tau dirimu jomblo tapi gak harus sama hantu juga Billa," katanya pada diri sendiri memukul-mukul pelan kepalanya.

"Buang dulu pikiran itu, eh tapi sepertinya kalau cerita tak masalah hehe," pikirnya sambil cengengesan.

Nabila mulai menulis sedikit demi sedikit kata mengenai cerita antara hantu dan manusia yang saling menyukai. Nabila sedikit bingung di sana. Ia akhirnya memilih untuk mencari berbagai sumber yang terkait dengan ceritanya itu.

"Hoam." Nabila sedikit menguap.

"Bener-bener sepi jadi mengantuk, aku pulang dulu deh. Lanjut besok lagi," gumamnya.

Nabila bangkit dari duduknya dan membereskan peralatannya. Ia berpamitan pada sang ayah sebelum akhirnya ia turun untuk pulang menuju rumahnya.

"Bu, aku pulang," ucapnya sambil menyapa ibunya di depan.

"Billa, kamu baru pulang? Mengunjungi makam ayah kok lama sekali?" tanya ibunya.

"Anu itu Bu, benar kata ibu di sana sangat sepi, jadi tadi Billa mencoba menulis sebentar," jawabnya sedikit menggaruk kepalanya.

"Kamu ini nulis kok di kuburan?" tanya ibunya yang heran.

"Ya habisnya, di rumah ibu dan semuanya selalu berisik. Menulis itu butuh kefokusan penuh tahu," jawab Nabila lalu meninggalkan ibunya.

Dinda hanya diam di sana sambil melihati anaknya yang pergi meninggalkan dirinya menuju kamarnya.

...ΩΩΩΩΩΩ👻❤️👻ΩΩΩΩΩΩ...

Di malam harinya, semua arwah kembali muncul menampakkan dirinya. Arwah laki-laki yang sombong di buat heran di sana. Ia terdiam cukup lama sambil memandangi kuburannya yang tampak jauh lebih baik.

"Siapa yang sudah membersihkan makam ku?" pikirnya.

"Nak, ayo berkumpul dengan yang lain!" Pak tua menepuk pundak arwah itu dan mengajaknya.

"Pak tua, apa anda tahu siapa yang membersihkan makam ku?" Arwah itu mencoba bertanya padanya.

Pak tua menggeleng. "Tak tahu Nak, kau kan tahu sendiri kami para arwah tak bisa menampakkan diri di siang hari," jawabnya.

"Begitu ya Pak," ucap arwah itu tampak sedikit kecewa.

"Orang baik mana yang sudah membersihkan makam ku ya. Apa keluargaku?" pikirnya lagi

Arwah laki-laki muda itu akhirnya berhenti berpikir dan memilih berkumpul dengan yang lain. Tapi arwah itu tetap memilih sendiri dan berjalan melewati mereka.

"Ada apa dengan dia Pak tua?" tanya arwah lain padanya.

"Tidak apa-apa, biarkan saja," jawab Pak tua sambil menepuk pundaknya dan menyuruhnya kembali dengan yang lain.

Tengah malam, Nabila mendadak terbangun. Ia kembali membuka laptopnya untuk mengecek tulisannya. Ia sedikit mengedit kata di sana. Suara kokokan ayam terdengar menakutkan di telinga Nabila. Tubuhnya sedikit merinding tapi ia tak peduli dan terus melakukan pekerjaannya.

"Ya ampun mengejutkan ku saja," monolognya sedikit terkejut.

"Ok sebentar lagi selesai," ucapan terus mengetik.

Tak sadar jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Ia pun meregangkan tangannya sebentar sebelum dirinya pergi mandi. Kemarin tulisan yang dihasilkan Nabila tak begitu banyak, ia pun berpikir untuk kembali ke sana dengan peralatan yang lebih lengkap lagi.

Bersambung....👻❤️👻

Episode 3 "Arwah Yang Kesepian"

Demian Putra Wijaya, lelaki yang kurang beruntung kerena meninggal di usia muda. Ia harus meninggalkan pekerjaannya sebagai penulis terkenal dan di nyatakan meninggal dalam keadaan sedang menulis. Menurut dokter, Demian meninggal karena kelelahan akibat terlalu keras berkerja. Namun ia merasakan jika dirinya tak meninggal karena itu.

Demian adalah sosok orang yang sedikit menyombongkan dirinya karena keahliannya. Ia selalu membanggakan dirinya karena memiliki otak yang cerdas dan selalu mengalir untuk membuat karya-karya baru yang memukau. Ditambah lagi dengan pesona ketampanannya yang meningkatkan kepopulerannya. Banyak penggemar yang bersedih ketika tahu Demian telah meninggalkan dunia untuk selamanya.

Sayang yang di atas terlalu menyayanginya sehingga mengambil di usia muda. Demian yang sudah meninggal selalu merasa kesepian walau banyak arwah lain di kuburan sana. Demian selalu menunggu keluarganya datang menengok dirinya di kuburan. Namun sampai sekarang mereka tak pernah kunjung datang dan seolah melupakan dirinya. Ia tak pernah mau bergaul dengan yang lainnya dan itu membuat para arwah berpikir jika Demian adalah orang yang sombong.

Demian juga tak mengerti kenapa keluarganya memakamkan dirinya di desa yang jauh dari tempat asalnya. Di duga desa itu adalah kampung halaman ayahnya, Wijaya.

"Hei, kau selalu sendiri. Kenapa tak pernah berkumpul dengan kami?" Salah satu arwah mencoba mendekatinya.

"Aku tak butuh kalian, pergilah," jawab Demian dengan respon tak baik membuat arwah itu menjadi kesal.

"Yah, jangan sombong ya kita ini sama-sama orang meninggal. Mentang-mentang kau bukan dari daerah sini kau mengabaikan kami ya," kesal arwah itu sambil menunjuk-nunjuk Demian.

"Aku memang selalu di abaikan, orang tuaku bahkan tak pernah mengunjungi putranya yang sudah meninggal ini," jawab Demian acuh.

"Hey_" Arwah tersebut makin kesal tapi merasa kasian juga. Ia ingin berkata kembali tapi pak tua mencegahnya.

"Sudahlah tinggalkan saja dia," ujar pak tua padanya.

"Baik Pak tua." Arwah tersebut pun menurut dan meninggalkan Demian sambil terus melihatinya.

Sebaiknya kau coba bergaul dengan kami, lihat mereka. Awalnya mereka tak saling kenal tapi lihat sekarang mereka bahkan bisa saling bercanda, kata Pak tua sebelum dirinya pergi.

Demian terdiam sambil memandangi para arwah yang terlihat bahagia disana. Tak ada rasa sedih diantara mereka karena telah meninggal lebih awal dari keluarganya. Demian sebenarnya sedikit iri dengan para arwah lain yang memiliki kerabat di sekitarnya dan selalu mengunjunginya. Tak seperti Demian yang bahkan tak tahu keberadaan keluarganya sekarang.

Kicauan burung menyambut pagi Nabila yang siap menuju kantor untuk menemui temannya. Dengan menaiki sepeda motor miliknya, ia berangkat. Nabila tak sabar ingin memberitahu pada temannya jika ia sudah menemukan tempat yang cocok untuk menulis.

Nabila akhirnya tiba di kantor dan menyambut teman-temannya. Ia juga menyambut teman baiknya dan langsung mengajaknya ke cafe depan.

"Selamat pagi semuanya!" sapaan Nabila terdengar ceria.

"Pagi Bila, tumben ke sini?" Sapa salah satu rekannya sambil bertanya.

"Aku cuma ingin berkunjung saja dan sekalian mengajak temanku sarapan," jawabnya.

"Mana Sella dia belum tiba kah?" tanya Nabila padanya.

"Ah itu dia," tunjuknya mengarah ke seseorang yang baru saja datang dari belakang.

"Sella!" panggil Nabila langsung.

"Hai Bil, kau mencari ku?" balasnya.

"Yap, ayo kita sarapan!" Ajak Nabila langsung mengandeng tangannya untuk keluar.

"Baiklah," ucapnya sedikit heran karena Nabila terlihat tak seperti biasanya

Nabila dan Sella tiba di warung bubur ayam langganan mereka. Nabila langsung menyuruh penjual bubur untuk membuat pesanannya.

"Mang Kardi, bubur ayamnya 2 seperti biasa," pesan Nabila pada tukang bubur.

"Satu tak pake kacang kan," lanjut si tukang bubur yang sudah hafal.

"Iya Mang buat Sella," ucap Nabila memperjelas.

"Ok siap, silakan pada duduk dulu. Mamang segera buatkan," suruh Mang Kardi pada mereka berdua.

"Makasih Mang," ucap Nabila senang.

Mereka berdua duduk untuk menunggu pesanan bubur mereka jadi. Sambil menunggu, mereka berdua mengobrol terlebih dan mengobrol.

"Jadi kenapa kamu mencari ku?" tanya Sella penasaran.

"Tak ada, aku cuma ingin mentraktir mu saja," jawabnya.

"Mba yang cantik-cantik ini pesanan buburnya." Mang Kardi tiba-tiba datang menyela obrolan mereka.

"Ini yang tak pake kacang buat Mba Sella," ucap Mang Kardi sambil memberikan bubur miliknya.

"Makasih Mang." Sella berterima kasih padanya.

Mereka berdua memilih memakan buburnya selagi masih panas. Nabila berhenti makan ditengah-tengah untuk memulai percakapan.

"Sel, aku sudah menemukan tempat yang cocok akhirnya," ucap Nabila padanya.

"Oh iya, di mana Bil?" tanya Sella yang masih memakan buburnya tanpa berhenti.

"Di kuburan Sel," jawab Nabila berhasil membuat temannya tersedak.

Uhuk uhuk. "Apa kuburan Bil? Gak ada tempat lain apa?" kaget Sella sambil mengambil air minum.

"Gak Sel, aku kemarin sudah mencobanya dan ternyata berhasil. Lihat naskah yang berhasil ku buat," jawabnya sambil mengirim sebuah file ke ponsel temannya.

"Wah dah berhasil buat sinopsisnya," celetuk Sella setelah membaca link kirimannya.

"Hem ideku cukup lancar di sana," jawab Nabila.

"Lanjutkan lah Bil, tapi kamu harus hati-hati. Itu tempat serem lho," suruhnya berpesan.

"Iya lagian aku nulisnya siang-siang. Mana ada hantu siang-siang," pungkas Nabila.

"Ok lah terserah kamu, cepat habiskan punya mu nanti tambah dingin," suruh Sella yang pasrah dengan semua yang dilakukan olehnya.

"Ah iya Sel," jawab Nabila mulai melanjutkan makannya kembali.

Mereka berdua akhirnya selesai sarapan. Nabila membayar tagihan bubur ke mang Kardi. Barulah mereka berpisah untuk kembali ke urusannya masing-masing.

"Alhamdulillah kenyang, makasih bil traktirannya," ucap Sella sambil mengelus perutnya yang sudah penuh.

"Hem sama-sama. Kalau begitu aku mau langsung ke kuburan dulu," pamit Nabila padanya.

"Ya sudah aku naik juga. Hati-hati dan semangat," kata Sella sambil membuat tanda semangat dengan tangannya.

"Kamu juga," teriak Nabila yang sudah berjalan mundur.

Mereka berdua saling melambaikan tangan sampai mereka berdua benar-benar tak terlihat.

...ΩΩΩΩΩΩΩ👻❤️👻ΩΩΩΩΩΩΩ...

"Huh." Nabila menarik nafas sebelum ia siap melangkah. "Let’s go," ucap lalu mulai melangkah.

Nabila sudah mulai menaiki tangga untuk masuk ke kuburan. Seorang nenek yang baru saja nyapu di kuburan bertanya padanya saat turun.

"Mba Bila, mau tengok bapak lagi?"

"Iya Mbah, sekalian mau ngerjain sesuatu di sana. Mbah habis bersih-bersih kuburan lagi?" tanya balik Nabila.

"Iya Mba, eh Mba kuburan yang di deket kuburannya bapakmu kamu yang bersihin?" Sang nenek kembali bertanya.

"Ah iya Mbah kasihan, kuburannya tak terawat," jawabnya.

"Syukurlah, tolong rawat kuburannya ya Mba, Mbah paling cuma bisa nyapu di sekitarnya saja. Mbah kagak kuat jongkok lama-lama," pesannya.

"Iya Mbah, Bila mengerti. Tapi Mbah, ngomong-ngomong keluarga dari kuburan itu ke mana ya?" Nabila mencoba bertanya sekalian.

"Mbah juga gak tahu, kata orang keluarganya tak sayang dengan anaknya. Dia kagak mau menguburnya di tempat asalnya. Tapi setahu Mbah bapaknya orang asli sini," jawabnya.

"Siapa Mbah?" Nabila penasaran.

"Lah Mbah lupa, wong Mbah dah tua sudah kagak bisa inget," jawabnya sambil mengingat.

"Ya sudah tak apa, makasih Mbah sudah beritahu. Billa naik dulu," pamit Nabila padanya.

"Iya Mba, hati-hati," jawab sang nenek mulai kembali berjalan turun.

Nabila tak langsung menulis, seperti biasanya ia akan datang menyapa ayahnya terlebih dahulu. Saat berdiri ia memandangi makam sebelah lagi. Nabila merasa sedih di sana mengingat cerita mbah Sur tadi.

"Kasihan kamu, tak terawat. Mulai hari ini aku akan merawat makammu bersama makam ayah," putusnya.

Nabila tersenyum ke makam tersebut sambil mengelus nisannya. Setelah itu baru lah ia duduk di tempat biasa.

Ide demi ide mulai bermunculan dari otak Nabila. Ia dengan semangat menulis di laptopnya. Ia sesekali berhenti untuk berpikir kembali

"Ah itu...," sebuah ide baru terlintas di benaknya.

Saking asyiknya menulis, Nabila tak sadar jika waktu sudah mendekati Magrib. Suasana di sekitar kuburan juga sudah mulai membuat dirinya merinding. Tiba-tiba ia mendengar suara ranting terjatuh. Tubuhnya semakin merinding, dengan cepat ia beres-beres dan pergi. Karena gelap, Nabila jadi tersandung dan menimpa makam Demian.

"Aduh, maaf maaf aku tak sengaja," ucap Nabila sambil merapatkan kedua tangannya memohon.

Kakinya terluka dan darahnya tak terasa menetes disana. Nabila yang kesakitan langsung bangkit kembali dan berlari pergi. Ia sedikit ketakutan karena suara aneh terdengar kembali.

Demian muncul dari tempatnya dan melihat punggung gadis tersebut dari kejauhan.

"Jadi dia seorang gadis, pasti sangat sakit tadi," gumamnya sambil melihat bekas nisan yang ditabraknya.

Bersambung.....👻❤️👻

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!