Sovia adalah salah satu siswi di sekolah dasar,Sovia juga termasuk salah satu gadis di kelas 6 yang pendiam sikapnya yang tidak terlalu banyak bergaul dengan teman-temannya membuat teman-temannya lebih memilih menghindar dari Sovia.
di saat matahari tengah bersemangat nya untuk menjulang di langit,di situ juga Sovia sedang berpacu dengan waktu sekitaran pukul 07.00 wib Sovia selalu menyusuri jalan yang berbatuan.
sepanjang jalan ia susuri tanpa ada henti sampai ia dapat menempuh tujuan yang ia inginkan,di sepanjang jalan telah terpapar beberapa pepohonan yang menjulang tinggi dan dedaunan seiring seolah menyapa.
tak heran juga banyak orang berlalu lalang untuk sekedar mencari rezeki atau bertani di ladang,dengan ramahnya Sovia sering kali menyapa orang yang berpapasan dengannya.
sekitar setengah jam Sovia telah sampai di sekolahnya dengan prestasi ia adalah satu-satunya siswi yang selalu berangkat lebih awal dan tepat di depan pintu gerbang mau masuk ke kelas ternyata sudah berdiri pak Ahmad dengan tugasnya sebagai satpam sekolah.
dengan ramahnya Sovia menyapa pak Ahmad yang tenga duduk di samping pintu gerbang dengan seduhan segelas kopi.
"pagi pak....sedang sarapan ya?.."
"eh non Sovia hehe nggak kok non ini cuman menyeduh segelas kopi biar semangat".
setelah mendengar jawaban pak Ahmad,Sovia lalu melanjutkan perjalanan menuju kelasnya,sesampainya di kelas Sovia selalu rajin membersihkan kelas meskipun tidak jadwalnya untuk piket kelas.
setelah usai ia menyapu,mengelap kaca dan menata buku di atas meja guru,Sovia lanjut menuju perpustakaan untuk sekedar membaca buku sambil menunggu teman-teman datang.
sesampainya ia di perpustakaan betapa ia do kejutkan dengan adanya seseorang yang berdiri tegak menghadap ke depan rak buku,sosoknya tinggi dan gagah.
setelah mengucap salam Sovia kalau melangkahkan kaki untuk menuju ruang perpustakaan dan peria tersebut sedikit terkejut dengan kedatangan Sovia.
"Assalamualaikum,maaf mengganggu pak"
"oh ternyata kamu Sovia ku kira tadi siapa yang datang".
dan ternyata pria tersebut adalah guru bahasa indonesia yaitu adalah pak Hendra,kembali Sovia menyapa dengan ramah dan mengambil satu buah buku untuk di baca.
"Sovia kelihatan nya kamu sering berkunjung ke perpustakaan ya?..."
tanya pak Hendra yang menyadari di sekitar ruang perpustakaan terlihat sangat rapi dan bersih dan Hendra menyangka kalau yang membersihkan ruang perpustakaan adalah Sovia juga,karena setau Hendra Sovia yang membersihkan ruang kelas berarti Sovia juga yang membersihkan ruang perpustakaan.
mendengar pertanyaan pak Hendra,Sovia hanya menganggu kan kepala dan segera meninggalkan pak Hendra yang tengah sibuk mencari-cari sebuah buku untuk di baca.
seketika pak Hendra menyangka bahwa pertanyaannya menyinggung perasaannya,tapi pak Hendra menanggapi biasa saja karena memang kebiasaan Sovia seperti itu.
sekitar beberapa menit berlalu akhirnya Sovia telah usai membaca buku dan mengembalikan buku ke perpustakaan.
tak selang beberapa lama akhirnya para siswa-siswi sudah berkumpul di ruang kelas masing-masing dan sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
lain dengan Sovia yang hanya duduk menyendiri dan sibuk dengan dirinya sendiri,membuat teman-temanya tidak ingin bertanya dengan nya,meski seperti itu Sovia tampak tenang dan damai dengan diri sendiri tanpa ada satu pun orang yang mengganggunya.
sifat Sovia seperti itu membuat banyak teman-teman di kelasnya tidak menyukainya,pada hal apa yang Sovia lakukan memiliki alasan tersendiri,Sovia sering kali merasa minder dengan teman-temannya yang di anggap lebih baik dari pada dirinya,merasa iri justru tidak,namun memang Sovia memilih menghindar dari mereka,bahkan karena sifatnya sering kali membuat beberapa dari mereka membencinya dan bahkan sering membelinya sedangkan Sovia hanya terdiam bahkan tidak berani melakukan apa-apa bahkan hanya sekedar melaporkan perbuatanya kepada gurunya Sovia tidak memiliki keberanian.
hanya buku diary nya lah yang menjadi teman satu-satunya bahkan menjadi tempat curhatnya,setiap hari apa yang ia rasakan selalu ia tulis di dalam buku tersebut.
sampai saat istirahat jam pertama Sovia meninggalkan bukunya di dalam kelas dan ternyata di dalam kelas terdapat beberapa siswa-siswi yang sangat membenci Sovia,hingga mereka merencanakan kegiatan jahilnya kepada Sovia.
seketika mereka terkejut melihat isi tulisan yang ada di dalam buku Sovia,karena semua kejahatan yang mereka lalukan tertulis rapi di dalam buku tersebut,membuat mereka menjadi menjadi semakin membenci Sovia dan memilih untuk membuang buku tersebut ke dalam tong sampah.
setelah Sovia selesai menghabiskan jajan nya yang di beli di kantin lalu Sovia bergegas menuju kelas,di tengah perjalanan ia menuju kelas langkahnya di hentikan dengan empat orang siswi yang menatapnya dengan tajam.
Sovia yang merasa bingung melihat mereka hanya terdiam dan berusaha menghindar dari mereka meski pun Sovia tidak melakukan kesalahan,namun tetap saja Sovia merasa takut dengan keberadaan mereka.
"kamu kenapa Sovia,upp...pasti kamu merasa takut ya akan kami apa-apakan?...,udah lah gak usah takut mending kamu ikut kami sekarang"
firasat Sovia menjadi semakin tidak enak entah hal apa yang akan mereka lakukan kepa nya,Sovia hanya bisa pasrah saja atas paksaan dari mereka.
setelah itu Sovia di anaknya masuk ke dalam kelas dan betapa terkejutnya Sovia yang melihat buku diary nya sudah di buang ke dalam tong sampah,dengan ekspresi marah dari mereka Sovia hanya tertunduk lemas takut akan di apa-apakan oleh mereka.
"Sovia sekarang kamu jelaskan apa yang kamu tulis dalam buku itu,jangan membuat kami murka dan tangan ini mencekik lehermu".
bentak salah seorang dari mereka membuat Sovia menjadi semakin takut dan jantung nya mulai berdebar dengan kencangnya,dengan suara terbata-bata Sovia mencoba menjawab dengan bahasa yang baik.
"itu haya isi dari perasaan ku dan hal apa yang ku alami semuanya ku tulis dalam buku tersebut karena aku tidak memiliki teman untuk mencurahkan isi hatiku dan sekedar untuk membuat ku menjadi sedikit lebih lega".
mendengar jawaban dari Sovia bukanya mereka merasa iba kepada Sovia,tapi malah amarah mereka menjadi-jadi membuat Sovia benar-benar merasa ketakutan sampai meneteskan air mata.
beruntung belum sempat mereka melukai Sovia seketika mereka terkekeh ketika melihat guru olahraga sedang berdiri di depan pintu kelas dan mereka pun berhamburan menuju bangku masing-masih.
lain dengan Sovia yang berjalan dengan kali gemetar menuju bangkunya membuat suasana hening sesaat,mereka semua takut Sovia akan melaporkan atas hal apa yang mereka lakukan terhadap Sovia,namun di luar dugaan ternyata guru olahraga sangat membenci Sovia,bukannya simpati guru tersebut malah membentak Sovia.
"kamu ini niat belajar atau tidak sih....sudah tau teman-temannya duduk dengan rapi tapi kamu malah keluyuran,sekarang juga kamu pergi ambil sampah dan jangan masuk sebelum halaman bersih".
mendengar bentakan dari guru Sovia hanya bisa nurut meskipun kondisi badannya sedang tidak fit dan teman-temannya yang mendengar Sovia di marah i malah hanya bisa tertawa dan menghina.
dengan rasa kesal,takut,dan kecewa akhirnya Sovia pun keluar dari kelas dan membersihkan halaman sekolah,saat itu Sovia tidak abis pikir kenapa Sovia tidak berani melawan mereka yang berbuat jahat kepadanya.
matahari mulai menjulang tinggi dan mengurai rambut apinya tanpa ampun,sayup angin sepoi menyapa Sovia dan dedaunan yang menguning mulai berhamburan jatuh menghujani Sovia.
sejuta tenaga Sovia berjuang membersihkan semua daun yang berhamburan dan secepat mungkin ia berusaha agar tidak ketinggalan jam pelajaran,namun semakin Sovia memaksakan diri Sovia semakin merasa bahwa dirinya mulai terasa semakin lemah.
tak terasa akhirnya tubuh Sovia terjatuh ke tanah dan dalam hitungan detik Sovia mulai tak sadarkan diri,benar-benar di saat itu tidak ada orang satu pun yang melihat bahwa Sovia sudah terbaring lemah bahkan berteriak minta pertolongan saja sudah tak sanggup dalam hitungan beberapa detik akhirnya Sovia benar-benar memejamkan mata.
tubuh Sovia terbaring lemah di halaman sekolah hampir setengah jam sebelum bener-bener jam istirahat datang,namun bersyukurnya saat itu ada seorang guru yang tak sengaja melihat Sovia yang sudah tak sadarkan diri terbaring lemah.
tanpa pikir panjang guru tersebut bergegas membawa Sovia ke ruang UKS dan berusaha memberi pertolongan pertama kepada Sovia,tak selang beberapa menit akhirnya Sovia tersadar dari pingsannya,setelah Sovia membuka matanya betapa terkejutnya ia sedang berada tidak di halaman sekolah lagi dan Sovia menatap sosok guru yang membawanya tersebut adalah guru IPA dengan perasaan heran akhirnya Sovia memberanikan diri untuk bertanya kepada guru tersebut atas apa yang terjadi padanya.
"maaf buk apa yang terjadi pada saya dan kenapa saya berada di ruang UKS ?..."
guru yang melihat Sovia telah sadar pun tersenyum ramah kepada Sovia dan membelai kepala Sovia dengan halus.
"tadi waktu saya mau ke kantin tidak sengaja melihat kamu tergeletak di halaman sekolah,karena saya takut terjadi apa apa akhirnya saya bawa ke ruang UKS".
mendengar jawaban dari buk guru baru lah Sovia ingat apa yang terjadi pada dirinya,sesaat hening terdiam dan Sovia pun mengucapkan terimakasih kepada gurunya yang sudah baik mau membantunya.
"terimakasih banyak buk...karena ibu mau membantu saya,saya tidak tau hal apa yang akan terjadi kepada saya jika tidak mendapat bantuan dari ibu" .
guru tersebut tersenyum dan sambil mengangguk seraya memberi jawaban kepada Sovia..
"sudah lah Sovia tak apa ini memang sudah tugas kami untuk menjaga siswa-siswi jika masih berada dalam lingkungan sekolah".
Sovia tersenyum harus melihat masih ada guru yang mau perduli kepadanya,karena selama ini Sovia menganggap semua guru itu sama.
"ini ibu tadi sempat membuat teh hangat coba kamu minum mana tau dengan minum teh ini kamu bisa merasa lebih baik lagi dan setelah itu kamu boleh beristirahat dulu di ruang UKS ini sampai kamu merasa bahwa kamu sudah lebih enakan"
dengan segelas teh menyodorkan kepada Sovia dan lalu di sambut dengan cara mengambil dengan sopan dari Sovia,dan akhirnya Sovia menyeduh teh hangat tersebut.
lalu guru itu pamit untuk masuk ke kelas karena ada jam pelajaran yang harus di hadiri,dengan langkah perlahan guru tersebut meninggalkan Sovia,karena Sovia tidak ingin ketinggalan jam pelajaran akhirnya Sovia memutuskan untuk kembali ke dalam kelas setelah ia usai menyeduh teh hangat tersebut.
setelah satu jam pelajaran di sekolah,akhirnya semua kegiatan di sekolah telah usai dan seluruh siswa-siswi bersiap utuk pulang ke rumah masing-masing.
seperti biasa Sovia pulang dengan berjalan kaki,lain dari teman-temannya ketika pulang selalu di jemput oleh orang tuanya.
di sepanjang jalan dengan langkah kecilnya Sovia terus menyusuri jalan yang rumahan jauh jarak tempuhnya,tanpa henti Sovia terus berlalu dengan di dampingi batu kerikil di sepanjang jalan,sakit tentu saja yang di rasakan kaki Sovia,karna Sovia sering kali melepas sepatunya agar tidak cepat rusak ketika sering ia gunakan untuk berjalan di atas bebatuan yang tajam.
di saat Sovia sedang asyik berjalan di bawah teriknya matahari tak jarang Sovia sering kali menyapa orang yang tenga beristirahat dari pekerjaannya dan ketika Sovia tenga larut dalam perjamuannya,tepat di sampingnya pohon rindang yang sangat besar langkahnya terhenti karena ada seorang kakek tua yang sedang duduk di bawah pohon tersebut seketika berdiri ketika melihat Sovia berjalan.
"sebentar cu...mau kemana kok buru-buru sekali apa gak lelah setelah seharian berjalan kali?.."
seketika pertanyaan sang kakek membuat Sovia harus menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah belakang dan sambil melemparkan senyum ramah kepada kakek tersebut.
"tidak kek...saya harus buru-buru sampai rumah sebelum ibu saya marah".
dengan senyum ramah Sovia ingin melanjutkan perjalanan,namun lagi-lagi terhenti ketika kakek tersebut mengatakan beberapa kata yang membuatnya terharu seakan sangat kekek itu memahami apa isi yang ada di dalam hatinya.
"wahai anak ku ilmu Allah itu luas jangan lah berputus asa dan biarkan saja jika banyak orang membenci mu anggap saja mereka semua adalah perjalanan hidupmu,terus lah bermimpi dan kejar ilmumu sampai ke negri cina"..
denggg.... ucapan sang kekek seperti perintah baginya jika tidak menurut maka akan di tendang sampai ke gawang dan menjadi sebuah motivasi besar baginya.
di balas dengan anggukan dan senyum ramah dari Sovia lalu menjawab dengan bahasa yang sopan.
"pasti kek...terimakasih kek karena sudah memotivasi saya,saya sangat terharu ternyata masih ada orang yang perduli kepada saya".
lalu dengan penuh semangat Sovia melanjutkan perjalanannya dan kakek tersebut juga melanjutkan dengan pekerjaannya,Sovia merasa seakan ada semangat baru yang selama ini tidak pernah ia temukan dalam kehidupannya.
tak selang beberapa menit akhirnya Sovia sampai di depan Rumah yang beratapkan papan seadanya dan lalu di tutupi dengan seng yang sudah memudar warnanya,yaitu lah rumah Sovia yang kurang layak di sebut sebagai rumah,lebih tepatnya di sebut sebagai gubuk,namun walaupun begitu Sovia masih tetap mensyukuri selain itu Sovia masih di berikan keluarga yang lengkap.
"Assalamualaikum...buk aku pulang"
Sovia mencoba mengucapkan salam sebelum masuk kedalam rumah,namun herannya tak sedikit pun terdengar jawaban dari dalam rumah,ketika ingin membuka pintu rumah ia di kejutkan karena yang membuka pintu rumahnya adalah kakak sepupunya.
awalnya Sovia merasa biasa ini ada saja lalau masuk ke dalam rumah untuk mengganti seragamnya dengan pakaian biasa.
setelah Sovia selesai mengganti pakaiannya Sovia kalau bergegas keluar dan menanyakan ibunya di mana,namun ketika Sovia ingin beranjak keluar seketika langkahnya terhenti karena kakak sepupunya menghadang pintu.
sebenarnya Sovia tidak benar-benar mengetahui kenapa kakak sepupunya menghadang nya dan tidak memperbolehkan kan keluar dari kamar,sontak membuat Sovia menjadi heran.
"bentar Sovia ada apa di dalam ranjang mu itu,ayok kita liat".
ajakan kakaknya seketika membuat Sovia bingung dan sedikit menaruh rasa curiga.
"ada apa sih kak,perasaan di ranjang ku tidak ada apa apa".
tak lama Sovia bertanya tanpa basa-basi kakaknya mendorong tubuh Sovia dengan keras di atas ranjang,takut bukan main yang Sovia rasakan mau berteriak sekeras apa pun tetap tidak akan ada yang membantu sebab suasana saat ini sedang dalam keadaan sepi.
tentu pikiran dan firasat Sovia kemana-mana di pastikan kakaknya memiliki rencana jahat kepada Sovia,namun Sovia tidak bisa berbuat apa-apa selian berdoa dan pasrah.
"sebenarnya apa yang ingin kau lakukan sih kak Dika,jangan berbuat aneh-aneh ya kalau gak aku bakal laporkan ke ibu".
sedikit ancaman dari Sovia tidak sama sekali membuat Dika takut,malah semakin Sovia banyak bicara semakin keras Dika menyiksa,mereka rencana jahat Dika akan terjadi maka hancur lah semua masa depan dan kebahagian Sovia.
jika di banding bandingkan Sovia mending di buli teman-temannya dari pada harus di jahat i oleh kakak sepupu sendiri apa lagi masih termasuk saudara sedarah dengan kedua orang taunya.
benar saja ketakutan Sovia benar-benar terjadi ketika Dika mulai mulai berani menyentuh dan mengusap-usap tubuh Sovia,seketika Dika menghembuskan nafas di dekat telinga Sovia membuat Sovia semakin ingin memberontak,tapi sayangnya tangan dan kakinya di bekap erat oleh tangan Dika dan kakinya di duduk i oleh Dika.
"kamu tenang saja aku tidak akan menyakitimu,aku hanya ingin bermain dengan mu dan permainan ini akan membuat mu ketagihan".
mendengar bisikan dari Dika seketika nafas Sovia menjadi terbata-bata sungguh di luar dugaan seorang peria yang selama ini di banggakan bahkan di anggap seperti kakak kandung sendiri malah berbuat jahat dengan Sovia.
ketika Dika sedang meraba bagian tubuh Sovia yang atas dari dada menyelip ke payu darah,seketika itu Sovia meneteskan air mata tanpa henti,ketakutannya benar-benar terjadi hari ini Sovia menjadi sangat benci terhadap Dika bahkan Sovia berniat ingin melaporkan perbuatan kepada kedua orang tuanya dan juga istri Dika.
sesaat ketika Dika ingin melancarkan aksinya ketika itu juga terdengar suara ibu Sovia yang memangil dari balik pintu,rasa kesal bukan main tampak jelas dari wajah Dika andai saja ibu Sovia tidak memanggil pasti saat ini Dika tengah puas menikmati tubuh Sovia.
"Sovia di mana kamu,sini bantu ibu membawa barang belanjaan dari pasar!!!".
Sovia yang lega dan senang mendengar panggilan dari ibunya ia lalu beranjak ingin keluar dari kamar,namun langkahnya di hentikan lagi oleh Dika.
"jangan sampai masalah yang kita lakukan ini tersebar dan sampai tau siapa pun selain kita,jika ada yang tau tentang hubungan kita ini maka kamu yang akan mati di tangan ku".
mendengar ancaman dari Dika seketika Sovia terdiam seribu bahasa,pada hal niatnya tadi ia ingin menceritakan semua yang di lakukan Dika kepada Sovia ,kembali Sovia urungkan karena ancaman dari Dika.
lalu Sovia beranjak keluar dengan pakaian sedikit berantakan dan wajah yang murung seakan tidak ada lagi semangat dalam hidupnya.
sementara itu Dika yang masih tetap sembunyi di dalam kamar Sovia tidak berani keluar karena ibunya pasti akan mencurigai mereka berdua yang berada di dalam kamar hanya ber dua.
ibu yang melihat Sovia tidak seperti biasanya membuat ibu menjadi sedikit heran kepada Sovia,Sovia yang bisanya tampil selalu rapi dan ketika di panggil langsung datang sedang kan ini ibunya harus menunggu beberapa menit baru lah Sovia keluar dengan rambut yang acak-acak dan pakaian agak berantakan.
"kamu habis ngapain sih Sovia kok berantakan begitu dan apa kamu lagi gak enak badan kok wajah mu terlihat pucat?..."
pertanyaan ibu seketika membuat Sovia sadar bahwa ibunya sangat memperhatikan bahkan untuk merapikan pakaian dan rambutnya Sovia tidak sempat karena sudah keburu takut kepada Dika.
"tidak bu...tadi Sovia ketiduran jadi berantakan kayak gini,Sovia hanya kelelahan jadi terlihat pucat".
mendengar jawaban Sovia ibunya hanya menanggapi biasa saja ibu nya mengira apa yang di katakan Sovia itu benar,karena ibu Sovia mengenal Sovia sebagai anak yang jujur.
ketika mereka tengah sibuk membawa barang belanjaan ke dapur Dika mulai lah menyelinap keluar dari kamar dan berpura-pura baru datang untuk menjenguk keluarga Sovia.
"eh...Dika tumben main kesini apa nggak kerja?.."
tanya ibu Sovia yang menyadari kehadiran Dika yang baru saja masuk dari ruang tamu,yang tidak menyadari bahwa Dika memang sudah datang dari sebelum ibu Sovia pulang dari pasar.
"eh...nggak bik kebetulan ini lagi hari libur,emang...bibik lagi sibuk ya?..ada yang bisa Dika bantu?.."
tanya Dika mulai berakting di depan ibu Sovia,Sovia yang menyadari ada Dika yang sedang ngobrol dengan ibunya memilih pergi dan ber pura-pura ingin main ketempat temannya.
belum sempat Sovia berpamitan ibunya memanggilnya untuk membuatkan segelas teh hangat untuk Dika,melihat kebaikan ibunya kepada Dika membuat Sovia menjadi semakin muak melihat Dika.
Sovia berpikir apakah ibunya akan bersikap sama setelah mengetahui sifat sebenarnya Dika bahkan melukai hati anak perempuannya yang selama ini selalu di jaga kepolosannya.
akhirnya dari pada ibu memarahi Sovia,Sovia memilih nurut dengan perintah ibunya,setelah segelas teh hangat siap di buat dan siap untuk di sajikan kembali Sovia segera menuju ruang tau untuk menyuguhkan segelas teh di hadapan Dika.
melihat Sovia menghantarkan teh kepadanya kemudian Dika memberi tatapan tajam sebagai ancaman untuk Sovia.
"ini kak tehnya silahkan di nikmati"
setelah menyuguhkan teh Sovia segera meninggalkan ibu dan Dika di ruang tamu sebelum pergi Dika sempat menjawab persembahan teh yang Sovia suguhkan.
"eh..kok jadi merepotkan,makasih ya dek Sovia".
berkata sambil tersenyum sinis kepada Sovia,sepertinya Dika benar-benar takut jika rahasianya bersama Sovia akan di bongkar oleh Sovia,maka dari itu Dika mencari kesempatan untuk mengamati Sovia.
jika benar-benar terungkap maka benar-benar hancur hidup Dika dan rumah tangga Dika menjadi taruhan juga persaudaraan keluarga Sovia dengan ya akan segera berakhir.
sebenarnya Dika tidak ingin melakukan hal ini kepada Sovia,tapi demi memuaskan nafsunya Dika benar-benar kehabisan target sementara maya sebagai istrinya tidak memerdulikannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!