Dua orang tengah berjalan bersama menyusuri lorong kantor, keduanya nampak akrab layaknya saudara kandung. Semua mata langsung tertuju pada gadis cantik dengan rambut yang di gerai, berbeda dengan temannya.
Grace tersenyum dengan malu, ia membenarkan kacamata bulat tebal miliknya.
"Kita sudah satu tahun kerja di sini, gak kerasa yah." Ucap Erika dengan senyuman senang.
"Iya."
Hingga mata Grace berbinar saat melihat kekasihnya yang berjalan mendekat, "Hey, Erika. Kau semakin cantik." Puji Jimmy.
Erika tersenyum, lalu ia melihat ke arah Grace. "Grace, aku pinjam pacarmu dulu yah. Kita kan satu divisi, jadi banyak kerjaan." Ucap Erika dengan tangan yang langsung menarik Jimmy pergi dari hadapan Grace.
Grace terdiam dengan senyuman kikuk, ia tidak mempermasalahkan hal itu. Karena ia dan Erika sudah seperti saudara yang saling menyayangi satu sama lain.
Dan hanya Erika lah yang mau menjadi sahabatnya sejak sekolah dasar.
Grace lalu berjalan ke divisi miliknya, ia duduk dengan tenang dan langsung melihat ke arah laptop.
"Grace." Seseorang memanggil namanya dengan pelan, Grace langsung melihat ke arah teman sekantornya.
"Iya kenapa?" Tanya Grace dengan senyuman seraya membenarkan kacamata miliknya.
"Gue tadi liat pacar Lo sama si Erika, emang Lo gak cemburu?" Tanya Rima heran.
Grace tersenyum, "Enggak lah, ngapain cemburu. Aku sama Erika itu udah temenan sangat lama, mana mungkin dia sampai ngerebut pacar ku. Malahan aku berterimakasih pada Erika, kadang kalau aku sibuk. Erika yang sering membantu Jimmy." Jawab Grace.
Rima duduk di samping Grace, ia satu divisi dengan Grace dan hampir satu tahun ia mengenal gadis itu.
"Tapi Grace, Lo itu harus hati-hati." Jelas Rima.
"Apasih? Mana mungkin Erika berniat jahat, dia itu baik. Kamu aja yang belum kenal dia, kalau kamu udah kenal. Dia itu orangnya baik banget loh." Jelas Grace.
"Terserah Lo aja, tapi gue cuman mau ngingetin doang."
Grace kembali tersenyum dan melihat layar laptopnya, ia sesekali melirik handphone yang tergelak. Tidak ada satupun notifikasi WhatsApp dari kekasihnya.
Hari sudah mulai menjelang sore, Grace masih berada di kantor dengan beberapa tugas yang belum selesai. Sementara teman-teman sekantornya sudah pulang, ia kini terdiam dengan pikiran yang terus di penuhi oleh ucapan Rima.
Mata Grace menatap handphone dan langsung mengambilnya, ia segera menelpon Jimmy untuk membicarakan perasaannya yang sedang tidak menentu.
Cukup lama telponnya berdering, mata Grace seketika langsung berbinar senang saat kekasihnya mengangkat panggilan darinya.
"Hallo, sayang."
"Hallo? Grace?"
Grace terdiam sejenak, ia sangat mengenal suara wanita yang telah mengangkat telpon kekasihnya.
"Erika? Kenapa handphone Jimmy ada padamu."
"Sorry, jangan salah paham dulu. Tadi kami lagi makan bersama dan Jimmy lagi ke toilet."
"Apa? Makan bersama, kenapa kalian tidak bilang kepada ku?"
"Apaan sih Grace, kita kan teman dari kecil. Masa hal kayak gini juga harus bilang ke kamu? Dan lagi, aku sama Jimmy itu satu divisi. Dan mana mungkin aku berani ngerebut dia dari kamu, kamu jangan berpikiran aneh-aneh deh. Aku kan sahabat kamu, mana mungkin sih. Aku tega nyakitin hati kamu."
"Oh.. Iya, benar yang kau bilang. Setelah Jimmy kembali dari toilet, katakan jika aku menelpon."
"Oke, nanti akan ku sampaikan."
Grace langsung mematikan panggilan tersebut, ia kini terdiam dengan perasaan yang campur aduk.
Grace berjalan ke kantor dengan mata yang melihat ke sekeliling, ia mencari keberadaan Jimmy untuk menayangkan perihal kemarin.
"Sayang." Panggil Grace saat melihat Jimmy.
Jimmy terdiam dan tersenyum tipis, "Ada apa?" Tanya nya dengan nada datar.
"Kemarin kamu makan bareng sama Erika?" Tanya Grace dengan penuh hati-hati.
"Iya, memangnya kenapa?" Jawabnya dengan tenang tanpa rasa bersalah.
Grace kembali terdiam dan tersenyum, "Enggak, cuman kenapa kalian gak bilang jika makan bareng. Kan mau bagaimana pun, aku pacar kamu." jelas Grace, ia merasa keberatan dengan apa yang terjadi kemarin.
Jimmy menghela nafas bosan, ia menatap Grace dari ujung kaki sampai kepala. "Kenapa sih hal seperti itu juga harus di permasalahkan? Aku dan Erika satu divisi, jadi wajar jika kita sering menghabiskan waktu bersama. Aku sebaiknya berpikir dewasa sedikit dan bisa membedakan mana kerjaan dan mana bukan." Omel Jimmy.
Ia langsung berbalik pergi, seketika paginya terasa sangat buruk dengan sikap Grace yang seperti itu.
Jimmy kembali ke kantor miliknya, ia merupakan manager di bagian keuangan. Sementara Grace merupakan Anggo di divisi pemasaran.
Jimmy tengah duduk dengan perasaan kesal dan marah, ia sangat kesal dengan sikap Grace yang menurutnya cemburuan.
Tok.. Tok.. Tok..
"Masuk." Ucap Jimmy.
Ia melihat Erika masuk ke dalam kantornya dengan pakaian yang indah, dan tentu saja dengan rok sepam yang cukup pendek dan menampilkan paha putih dan mulus.
"Kenapa Grace memiliki teman yang secantik dan seseksi Erika? Sementara gadis itu, malah terlihat seperti pegawai kebersihan. Jika saja Grace, secantik Erika." Pikir Jimmy dengan mata yang masih menatap Erika.
"Pak." Panggil Erika dengan senyuman malu-malu, ia membawa beberapa dokumen keuangan yang harus di periksa oleh Jimmy.
"Iya kenapa, Erika?" Tanya Jimmy.
"Ini beberapa dokumen yang harus di periksa." Erika meletakkan dokumen yang ia bawa di atas meja Jimmy.
Jimmy tersenyum hangat, "Kenapa memanggil ku dengan sebutan Pak." Tanya Jimmy.
"Emm.. Enggak enak aja, kan lagi di kantor. Lagi pula aku enggak mau buat Grace salah paham." Jelas Erika dengan tatapan sedih.
Jimmy tersenyum hangat saat melihat ekspresi Erika yang nampak sangat lucu dan polos, "Mana mungkin Grace berpikiran seperti itu." jelas Jimmy.
Erika tersenyum, lalu ia melihat Jimmy. "Mas, kayaknya lagi banyak masalah yah?" Tanya Erika menebak.
Jimmy tersebut senang saat mendengar hal itu, ia merasa jika Erika bahkan lebih peka daripada Grace.
"Kau perhatian sekali, aku memang sedang banyak masalah." Jelas Jimmy seraya memijat pelipisnya.
Erika tersenyum, ia berjalan mendekat ke arah Jimmy. "Mau aku pijat?" Tanya Erika.
"Boleh.. Boleh." jawab Jimmy dengan antusias.
Ia melihat bongkahan buah dada Erika yang nampak sangat jelas dan hanya tertutup oleh pakaian ketat gadis itu.
Erika dengan perlahan memijat Jimmy, pria itu bisa merasakan bongkahan yang lembut dan kenyal menempel pada punggungnya.
"Uh.. Enak, pijatan mu memang yang paling enak." Ucap Jimmy, ia menikmati pijatan Erika dan tentu saja yang lainnya.
Erika tersenyum dan terus memijat Jimmy dengan senang, ia sesekali mendekatkan tubuhnya dengan Jimmy dan membuat sensasi yang berbeda untuk pria itu.
Hingga tak beberapa lama Erika menghentikan pijatannya, ia tersenyum dan berjalan ke hadapan Jimmy.
"Bagaimana, enak?" Tanya Erika dengan nada lembut dan menggoda.
"Iya enak." Jelas Jimmy dengan mata yang menatap tubuh Erika yang indah dan tentu saja menggoda.
"Kalau begitu saya pamit dulu yah, Semangat." Ucap Erika yang langsung pergi meninggalkan ruangan Jimmy dan meninggalkan kesan penasaran untuk Jimmy
Erika keluar dari ruangan Jimmy, ia tersenyum puas dengan rasa bangga. Beberapa mata melihatnya dengan tatapan sedikit mencela, tapi wanita itu tidak peduli sama sekali.
Hingga Erika berjalan ke arah gudang untuk mengambil beberapa barang, tapi langkahnya terhenti saat melihat Grace yang berada tak jauh darinya.
"Erika." Panggil Grace.
"Ada apa?" Tanya Erika dengan santai.
"Kemarin kau makan bersama dengan Jimmy sampai jam berapa? Apa kau juga di antarkan pulang olehnya?" Tanya Grace.
Erika mengerutkan keningnya saat mendengar pertanyaan itu dari sahabatnya sendiri.
"Maksudmu, apa nanya kayak gitu?" Erika seperti tidak terima dengan pertanyaan dari Grace.
"Enggak, cuman pengen tahu aja."
Erika menatap Grace dengan tatapan tak suka, "Jadi kamu gak suka gitu, aku makan bareng sama pacar mu? Kamu takut, aku ngerebut dia? santai aja kali, aku ini sahabat mu. Mana mungkin sih, aku berani ngerebut pacar sahabat aku sendiri." Jelas Erika dengan kesal.
Grace terdiam saat mendengar kata-kata dari Erika, "Enggak, aku gak bermaksud nuduh kamu mau ngerebut. Cuman, aku pengen tahu aja." jelas Grace yang merasa tidak enak.
"Sumpah, apa yang kamu tanyain barusan itu. Seolah-olah kamu nuduh aku itu pelakor." Erika seketika marah pada Grace.
Grace terdiam, ia melihat Erika menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca. "Aku gak bermaksud gitu, sungguh." Jelas Grace.
Grace yang sudah sangat marah langsung berjalan pergi meninggalkan Grace begitu saja, ada rasa bersalah di benak Grace saat melakukan hal itu pada Erika.
Hari mulai sore, Grace terdiam dengan mata yang menatap pantulan dirinya di cermin. Ia tersenyum saat melihat wajahnya yang menggunakan kaca mata bulat dan besar.
Meski sebenarnya ia sama sekali tidak rabun, tapi Erika selalu menyuruhnya untuk menggunakan kacamata karena menurut gadis itu. Grace akan terlihat sangat cantik jika menggunakan kacamata dan tentu saja dengan pakaian yang sering oversize.
Grace berjalan ke arah kantor Jimmy, ia ingin mengajak kekasihnya untuk makan malam bersama. Terlebih mereka selama beberapa Minggu belum menghabiskan waktu bersama-sama.
Tapi langkah Grace terhenti saat mendengar suara aneh dari dalam ruangan Jimmy, sebuah suara halus dan penuh kenikmatan.
Deg... Deg... Deg...
Jantung Grace berdetak dengan kencang, tangannya bergetar hebat dengan amarah yang luar biasa.
Perlahan ia membuka pintu ruangan Jimmy, Grace tidak ingin membuat suara dan memilih mengintip secara diam-diam.
Air matanya seketika membasahi kedua pipinya, ia melihat dua orang tengah melakukan kegiatan ranjang dengan sangat ganas.
"Erika.." Gumam Grace.
Erika yang tengah berada di atas tubuh Jimmy, terus memegang dan mengelus rambut pria itu. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa nikmat yang luar biasa.
"Ah... Uh... Mas.."
"Erika, kau nikmat sekali. Sayang..."
Jimmy terus melakukan kegiatan panas nya dengan Erika, beberapa kali pria itu mengganti gaya permainan mereka berdua.
"Aku mencintaimu, Erika."
"Ah... Mas, jangan bilang seperti itu. Uh.. Bukankah kau adalah pacar Grace."
"Jangan bahas gadis jelek itu, sekali hanya kau di hati ku."
Grace yang mengintip hanya bisa menahan rasa sakit, apalagi saat mendengar keduanya berbicara.
Grace seketika langsung berbalik, ia tidak berani melabrak Jimmy dan Erika yang tengah berselingkuh di belakangnya.
Dengan cepat, Grace berlari meninggalkan perusahaan. Ia tidak bisa menahan rasa sakit dan marah, di sepanjang jalan ia terus berlari tanpa memperdulikan pandangan orang-orang kepadanya.
Hingga langkah Grace berhenti di sebuah taman yang sepi, ia memilih menangis dan meluapkan rasa emosi dan kecewa atas apa yang telah Jimmy dan Erika lakukan kepadanya.
"Bajingan kalian berdua." Grace tidak henti-hentinya memaki kedua orang yang sangat ia sayangi itu.
Hatinya kini menyesal karena tidak pernah mendengarkan apa yang di katakan oleh Rima, semua yang Rima katakan memang benar. Jika Erika pasti akan menjadi perusak hubungannya dengan Jimmy.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!