Wajah lelah terpancar jelas dari sosok wanita yang barada di balik selimut, tubuh polosnya nampak di pandangi sosok pria bertubuh kekar dan menawan.
"Terima kasih sayang," bisik pria itu sensual, wanita itu nampak menggeliat geli hingga tangannya akhirnya menangkap pundak kokoh di sampingnya.
"Udah bangun? Aku capek tau!" Rengek si wanita dengan wajah sebal yang di buat-buat.
"Penerbangan ku jam 9 sayang, aku harus siap-siap sekarang." Bisik lagi si pria mengecup wajah wanitanya berulang-ulang penuh sayang.
"Ya udah, kamu juga udah wangi banget. Aku capek banget dan gak bisa antar ke Bandara, gak papa-kan?" Wajah si wanita nampak tersenyum manja, si pria hanya mengangguk seraya mengecup kening wanitanya sebagai tanda perpisahan.
"Dua bulan lagi kita menikah, jaga hati dan cinta kamu sayang." Bisik si pria sebelum akhirnya berdiri mendekati pintu.
"Aku pergi," ucap si pria setengah tidak rela, namun bibirnya tersenyum saat melihat sang pujaan hati nampak kembali terlelap ke alam mimpi.
"Tuan, jadwal besok sudah saya susun dengan baik." Seorang pria nampak berdiri di hadapan si pria dengan map di tangannya. Sebuah jadwal padat yang akan menguras banyak energi.
Ya, dialah sosok pria yang naik jabatan sebagai Direktur di usia muda. Bukan hanya dia adalah anak semata wayang, namun karena kemampuannya yang sungguh hebat di dunia bisnis membuatnya di segani banyak orang.
Dia bernama Sanjaya Gilang Permana, usianya baru 27 tahun. Namun kemampuan dan sifat intelek yang di milikinya seolah sudah menyempurnakan dirinya sebagai pria tersohor.
Gilang juga akan segera menikah dua bulan lagi dengan sang pujaan hati, setelah sebelumnya terhalangi restu kedua orang tuanya akhirny kini Gilang mantap untuk meminang pujaan hatinya yang bernama Kaila Putri.
"Bagus, siapkan penjagaan terbaik bagi Kaila, ingat jangan buat dia merasa tertekan, berikan penjagaan pada jarak aman dan jangan terang-terangan." Ucap Gilang sebelum akhirnya melenggang pergi, sang asisten yang bernama Erlangga Bayu Sucipto itu hanya mengangguk.
"Baik, apa ada yang lainnya?" Tanya sang aspri dengan wajah serius.
"Tidak, itu sudah cukup." Jawab Gilang, pagi itu akhirnya Gilang meninggalkan tempat tersebut untuk melakukan sebuah bisnis penting di Negara Perancis.
Sesuai dengan perintah sang Tuan, Bayu melakukan pengawasan pada Kaila secara diam-diam. Memang pada awalnya Bayu sendiri tidak suka dengan sikap Kaila, namun melihat ketulusan Gilang membuat dirinya juga ikut luluh dan berusaha menutupi keraguannya.
Bisnis yang di harapkan berjalan denan mulus tanpa hambatan, di hari ke 7 akhirnya Gilang mendapatkan laporan dari mata-mata yang di siapkan langsung oleh aspri-nya.
"Bagaimana keadaan calon istri ku?" Tanya Gilang terdengar cemas, sosok di balik layar itu terlihat cemas.
"Kenapa muka mu kaya mayat gitu? Habis makan racun tikus?" Tanya Bayu dengan nada semprul, sosok di balik layar hanya berdehem berat seraya memindahkan panggilan ke kamera belakang.
Deg!
Deg!
Deg!
"Apa-apaan itu?" Tanya Gilang, dadanya terasa sesak saat menatap layar monitor leptopnya.
"Saya tak bernai bicara, tapi selama 5 hari terakhir itulah yang di lakukannya." Ucap si mata-mata dengan perasaan takut yang teramat.
"Ikuti mereka!" Ucap Gilang sangar, hawa dingin tiba-tiba menguap dari tubuh Gilang.
Mata-mata itu melakukan tugasnya sesuai intruksi yang di berikan oleh Gilang, hingga sebuah tempat yang tak asing kini nampak di singgahi.
Sebuah rumah elit dengan segala hal mewah dan pagar besi menjulang tinggi, Gilang menatap lekat sosok pria berambut pirang dengan perawakan tinggi besar dan wanita yang sangat di cintai-nya itu lekat-lekat.
"Siapa pria itu?" Tanya Gilang pada Bayu yang tengah memperhatikan juga.
"Bukankah dia itu Dila Sonjaya?" Jawab Bayu, namun demi memastikan keraguannya dia juga balik bertanya pada Gilang.
"Kamu benar Bay, apa cctv rumah itu aktif sekarang?" Tanya Gilang, Bayu mengangguk mengiyakan.
"Suruh orang untuk mengambil datanya, lebih cepat lebih baik." Ucap Gilang tegas, Bayu yang tidak bisa menolak hanya mengangguk pasrah.
"Ini sudah terlalu keji untuk di katakan sekedar pengkhianatan, cari tahu lebih banyak mengenai Dila." Bayu lagi-lagi hanya dapat mengangguk.
Tok!
Tok!
Tok!
Suara pintu terdengar nyaring, Gilang mendelik kesal dan menatap Bayu seolah memerintah.
"Tuan, saat ini adalah jadwal anda untuk bertemu seorang perancang busana." Jawab Bayu mengecilkan volume suaranya.
"Masuk!" Teriak Gilang, seorang wanita berkaca mata masuk. Wajahnya nampak cantik dengan rambut coklat kehitaman serta hidung mancung dan kulit putih bersih.
"Silahkan duduk!" Ucap lagi Gilang berusha profesional, meski hati berada di luar kepala namun kepalanya berusaha menyesuaikan keadaan.
"Saya Kinan Sonia Adiwinata, produk kami memiliki brand khusus dengan nama besarnya Sonia. Ini beberapa contoh rancangan yang sudah saya buat, saya menyesuaikan dengan tema yang anda inginkan." Ucap wanita itu, singkat, padat dan jelas.
"Ck, terserah saja." Ucap Gilang terlihat ketus saat melihat ilustrasi gaun yang di buat oleh Kinan.
"Anda yang akan menikah, sebaiknya anda yang menentukannya sendiri. Apa perlu saya menghubungi mempelai wanita?" Tanya Kinan lagi dengan wajah tak kalah dingin.
"Terserah, lakukan sesuai keinginan mu. Yang jelas saya tidak akan merugikan bisnis kalian." Kinan mengangkat alisnya melihat sikap dingin pria di hadapannya.
"Baik, anda bisa batalkan kerja sama sekarang juga. Saya tidak suka bertele-tele dengan orang yang hanya membuang waktu saya! Saya permisi." Kinan balik kanan dan meninggalkan Gilang yang tertegun, dalam sejarah Gilang dia tak pernah bertemu wanita sedingin itu sebelumnya.
"Kinan emang paling te-o-pe deh!" Puji Bayu tampa sadar, mata Gilang langsung mendelik ke arah Bayu.
"Kau kenal gadis itu? Masih kecil sudah sok-sok kaya bos, mau batal kerja sama segala lagi." Gerutu Gilang makin kesal.
"Heheh, a-anu Tuan. Beliau tadi adalah pemilik dari Sonia group." Ucap Bayu nyengir kuda.
"Apa?" Pekik Gilang berdiri dari duduknya, hatinya masih hancur dan sekarang ada lagi tragedi.
"Kau selesaikan semua tugas ku!" Ucap Gilang berlari menuju ke luar ruangannya, seorang wanita nampak melepaskan kaca mata dan ikat rambutnya dengan anggun. Langkahnya menuju sebuah parkiran yang di sapa seorang wanita yang menunduk.
"Berhenti!" Teriak Gilang, hingga membuat Kinan berbalik menatap Gilang. Begitupun asistennya yang keheranan melihat kedatangan Gilang.
"Waktu adalah uang, jangan membuat saya kehilangan banyak uang." Ucap Kinan dengan wajah dinginnya, mata coklat jernih yang tak tertutup kaca mata itu membuat perasaan Gilang menjadi liar.
"Maaf, apa saya bisa menarik ucapan saya?" Tanya Gilang, Kinan menghela nafas.
"Setiap orang memiliki kesempatan, saat ini jam makan siang. Biar kita bicarakan di lain waktu." Ucap Kinan memasuki kendaraan roda empatnya.
"Saya traktir," ucap Gilang cepat, Kinan kembali menghela nafas.
"Masuklah, saya tidak terbiasa makan di luar." Ucap Kinan memberikan jalan pada Gilang, Gilang pada akhirnya masuk ke dalam mobil tersebut dan di bawa pada sebuah apartemen sederhana.
"Dwi, mari makan bersama?" Ajak Kinan pada asistennya yang nampak sibuk menata kertas di tangannya.
"Maaf, saya ada janji dengan tim satu." Jawab Dwi memberikan kertas di tangannya pada Kinan, Kinan mengangguk. Dwi akhirnya memakai mobil yang semula dirinya kendarai dan kembali melesat.
Kinan melangkah menuju lift dan lantai 12 menjadi tujuannya, nomor 129 merupakan unit tempat tinggal Kinan.
"Silahkan masuk, apa anda memiliki riwayat alergi?" Tanya Kinan membuka pintu rumahnya dan menaruh kertas di tangannya pada sebuah laci yang tak jauh letaknya dari tempat penyimpanan sepatu.
"Tidak," jawab Gilang tanpa sadar dia malah menatap penuh kagum pada Kinan.
"Duduklah, hanya satu jam." Ucap Kinan menunjuk sebuah kursi rotan yang memiliki ukiran sangat unik.
Kinan memasak dengan sangat fokus, dari tempat Gilang berada dia dapat melihat bagaimana kelihaian Kinan yang membuatnya semakin takjub. Gilang sendiri memang sangat menyukai makanan rumahan, namun Kaila tak bisa memasak, dan Gilang sendiri tidak suka memaksa.
Tak ada foto atau sesuatu yang menunjukkan kepribadian Kinan di rumah itu, semuanya nampak menakjubkan dengan banyaknya pekerjaan. Jadwal yang nampak bertumpuk, perabotan yang sederhana namun unik sudah sangat mencirikan bila Kinan seniman luar biasa.
Kinan selesai memasak dan menghidangkannya dengan baik, Gilang menatap makanan yang tertata di atas meja. Tak ada satupun makanan perancis ataupun makanan barat, opor ayam, rendang iga sapi, nasi putih yang mengepul, lalapan dan juga sambal serta ikan goreng nampak tersaji indah.
"Saya tidak suka membicarakan pekerjaan saat sedang makan, mohon bersabar dulu. Selamat menikmati!" Ucap Kinan mulai mengambil piring dan nasi, Gilang menatap Kinan sekali lagi, rambutnya nampak jatuh dari telinga.
Gilang ingin sekali menyingkirkan rambut itu, namun tak bisa. Mereka rekan bisnis, maka Gilang harus ada dalam batasan tersebut.
Kinan nampak makan dengan lahap, tanpa sadar Gilang juga mengagumi masakan yang di buat Kinan. Rasanya sangat nikmat dan mengugah selera, selain masakan sang ibu rasanya Gilang tak pernah memakan makanan senikmat itu sebelumnya.
Tanpa sadar Gilang sudah menghabiskan dua piring nasi, keduanya akhirnya kenyang. Kinan nampak terbiasa merapikan bekas makannya dengan sangat lihai hingga tak ada celah bagi Gilang untuk membantu.
"Saya memiliki data pribadi mengenai Dila, apa anda tertarik?" Kinan menaruh dua lembar kertas di hadapan Gilang.
"Jangan salah faham, saya mendengar pembicaraan anda dari balik pintu saat saya datang." Ucap Kinan memotong rasa curiga Gilang terhadap dirinya.
"Itulah kenapa saya juga mengatakan bila lebih baik membatalkan pemilihan gaun pengantin, pernikahan sebaiknya batal saja bila tanpa prinsip yang jelas dan kesetiaan." Ucap lagi Kinan membuat perasaan Gilang seolah merasa tenang.
"Hubungan saya sudah 3 tahun, bukan perkara mudah untuk menyelesaikan hubungan itu dengan cepat." Ucap Gilang, rasa cintanya sekali lagi berusaha percaya pada Kaila.
"Hubungan setelah pernikahan adalah seumur hidup, apa anda mau seumur hidup di khianati?" Tanya balik Kinan, ucapan itu seolah menjadi pedang yang menusuk dada Gilang.
"Tak baik mendengarkan pembicaraan orang dari balik pintu, dan saya masih mau pesan gaun pengantin." Ucap lagi Gilang dengan tegas, Kinan hanya mengangkat bahu seolah tak perduli.
"Ini adalah disain yang saya buat, pilihlah yang sesuai. Dalam 2 bulan pengerjaan saya jamin hasilnya memuaskan, bahan dapat di pilih atau memilih dengan bahan terbaik atau sesuai keinginan anda." Kinan juga menyerahkan contoh bahan, Gilang nampak mengamati dengan teliti.
Ada yang bergaya moderen dan anggun serta klasik dan menawan, Gilang sudah menantikan hari itu sejak lama. Namun saat tiba waktunya, hati Gilang justru terasa tercabik-cabik.
"Saya tidak tahu apa Dila yang anda maksud adalah Dila yang saya kenal, namun melihat penolakan anda membuat saya merasa kecil." Ucap Kinan, Gilang menyipitkan matanya menatap dua disain gaun di tangannya.
"Aku ingin seperti yang ada di sana!" Gilang menunjuk sebuah gaun di balik lemari kaca, Kinan menghela nafas berat.
"Itu milik saya, saya yang akan pakai gaun itu." Gilang mengangguk mendengar pengakuan Kinan, wajah Kinan nampak masih sangat muda.
"Berapa usia anda?" Tanya Gilang, dia sama sekali tak ingin ikut campur urusan pribadi. Namun dia merasa kasihan saat melihat gadis belia akan menikah.
"Aku pulang!" Seorang pria masuk ke dalam rumah itu, senyum Kinan mengembang dan menyambutnya dengan hangat.
"Kemari, cepat makan siang! Kau bahkan akan lupa makan saat melihat pelajaran." Ucap Kinan membawa pria itu ke dapur, tanpa sengaja pria itu melihat Gilang hingga keduanya saling bersitatap.
"Siapa dia?" Tanya pria itu, pria itu sendiri bernama Yuhou Gilal Adiwinata.
"Dia rekan bisnis, cepat makan!" Kinan menghidangkan masakan yang dia buat yang memang sengaja di sisakan untuk Yuhou.
"Oh rekan bisnis, paman di sana! Jangan ganggu pacar ku ya?" Ucap Yuhou sedikit geli, Kinan terkekeh mendengar ocehan Yuhou.
"Hahah, kau melantur anak muda!" Kinan tertawa dan kembali duduk di hadapan Gilang.
"Kalian berdua nampaknya akan seger menikah juga?"
"Feet, uhuk! Uhuk!" Yuhou tersendat makanannya sendiri saat mendengar ucapan itu.
"Hei, sudah aku bilang untuk hati-hati bocah!" Kinan mengambilkan air untuk Yuhou, Yuhou hanya tertawa setelah menghabiskan air itu.
"Aku sudah bilang Kak, kamu bahkan seperti gadis seumuran ku tahu." Yuhou terkekeh, Kinan juga ikut tertawa dan kembali fokus pada Gilang.
"Jadi, bisakah anda menentukan yang mana?" Tanya Kinan lagi, Yuhou juga makan dengan lahap kemudian.
"Dia saudara mu ternyata, aku ingin gaun itu saja. Berapa harganya?" Gilang kembali menunjuk pada gaun di balik lemari kaca.
"Paman, biar aku peringatkan ya. Kinan ku tak akan pernah menjual gaun itu meski kau menukarnya dengan ginjal mu!" Ucap Yuhou hingga membuat Gilang menjadi semakin tertarik.
"Wah, aku jadi lebih ingin membelinya. Kita buka harga saja, bagaimana?" Gilang mulai tersenyum dan yakin akan mendapatkan apa yang dia inginkan.
"Tuan, aku ingin berbisnis dengan keinginan hati saya, bila saya tak ingin menjualnya maka tidak akan saya jual. Bila anda tidak ada keinginan untuk memilih dari kedua gaun itu, pintu rumah saya terbuka agar anda segera pergi!" Ucap Kinan dengan wajah dinginnya, Yuhou sampai terkikik mendengar ucapan Kinan barusan.
"Hem, sayang sekali." Gilang berdiri dan mengambil satu disain, dia menyerahkan disain itu pada Kinan.
"Saya mengalah, tapi saya tidak akan menyerah." Ucap Gilang, dia juga mengambil satu kartu hitamnya.
"Terima kasih untuk makan siangnya, saya berharap lain kali dapat menikmatinya lagi." Ucap Gilang yang pada akhirnya pergi dengan tangan kosong.
"Bocah ingusan!" Bentak Kinan menjitak kepala Yuhou, Yuhou hanya tertawa lebar dengan sikap bibinya itu.
Ya, Yuhou adalah keponakan Kinan. Yuhou di rawat oleh Kinan saat ayahnya meninggal dan memberikan wasiat agar Yuhou di rawat oleh Kinan.
Persaudaraan Kinan dan Yuhou memang bisa di bilang luar biasa, selain mereka bersudara dan berbeda usia sampai 10 tahun, namun kedunya justru seperti sepasang kekasih yang seumuran.
"Dia siapa?" Tanya Yuhou merasa penasaran, memang bukan sekali dua kali Yuhou mendapati Kinan membawa rekannya ke rumah itu.
"Dia? Aku juga kurang tahu. Tapi aku mendengar percakapan menarik saat berada di pintu ruangannya tadi." Bisik Kinan hingga membuat Yuhou juga ikut tertarik.
"Kau tahu si Dila b*ren*gsek itu? Aku mendengar bila dia di selingkuhi dan prianya itu justru pria si*alan itu!" Umpat Kinan, wajah Yuhou nampak berbinar namun mulutnya tak berhenti mengunyah.
"Dunia ini sesempit daun kelor, bila benar dia Dila... Aku harus latihan judo mulai minggu depan." Ucap Yuhou dengan senyum aneh di bibirnya, Kinan terkekeh.
"Jangan khawatir anak muda, aku sudah sabuk hitam." Ucap Kinan bangga, Yuhou hanya mengangkat jempol.
.
.
.
1 Bulan kemudian
Gaun yang di pesan oleh Gilang sudah hampir selesai dalam pengerjaannya. Mode busana juga sudah mulai mempersiapkan diri untuk memasuki tahap baru.
Musim gugur akan segera tiba, semua tim sibuk berdiskusi mengenai mode apa yang akan mereka tampilkan. Memang benar bila mereka memberikan pelayanan limited namun mereka juga menguasai penjualan pasar internasional.
Sonia group sendiri berdiri sejak pertama kali Kinan pindah ke Perancis, saat itu usia Yuhou baru 10 tahun. Kinan yang sekolah di jurusan mode dan fashion mulai mencoba peruntungan. Hingga tak di sangka bila beberapa gaun yang dia buat di sukai banyak kolektor.
Kinan mulai menekuni usahanya, meski pada awalnya Kinan pernah di tipu. Serta begitu banyak lika-liku kehidupan yang membuat Kinan hingga seperti saat ini.
Berdiri di atas kakinya sendiri, dengan penghasilan miliaran dolar setiap tahunnya. Bukan sesuatu yang lumrah bagi sosok wanita manis sepertinya, di tambah wajah Kinan yang tidak mencerminkan usianya seolah mampu membuat banyak orang iri.
Yuhou sendiri menekuni dunia game sejak dia sekolah, Kinan tak melarangnya sama sekali. Meaki di masa depan mungkin Yuhou harus berada dalam posisi yang jauh lebih tinggi darinya.
Orang tua Yuhou adalah sosok paling berpengaruh di kota Beijing dan beberapa Negara di Asia. Ibu Yuhou meninggal saat usia Yuhou masih dua tahun, tak lama kemudian beliau menikah lagi dengan seorang janda beranak satu.
Dialah sosok paling merepotkan dalam hidup Kinan, sekaligus parasit yang sangat tidak di sukai oleh Kinan.
Beberapa waktu lalu dia pernah di hubungi oleh mereka dan mengatakan bila anak tiri itu akan segera menikah. Kinan tak perduli pada awalnya, namun setelah mendengar bila gaun yang di pakai anak tiri itu berasal dari Perancis membuat Kinan menjadi sangat tertarik.
Tak ada satu brand fashion yang tidak di ketahui oleh Kinan, bahkan semuanya sangat di kenali oleh Kinan.
Kinan ingin menyelesaikan seluruh pekerjaannya dengan cepat dan pulang ke Indonesia untuk melihat siapa sosok pasangan yang di banggakan oleh kakak tiri Yuhou itu.
"Kalian kirim semua barang hari ini, kita akan mulai mode baru dan aku juga akan pulang untuk membangun bisnis baru di Negara asal ku." Ucap Kinan menatap semua orang yang tengah sibuk bekerja.
"Apa?" Teriak semua karyawan yang mendengar itu, Kinan menggelengkan kepalanya.
"Kedepannya Direktur yang akan bertanggung jawab di sini, Bu Arabel mohon bantuannya?" Ucap Kinan tersenyum lembut, semua orang menjadi lemas di buatnya.
Mode baru akan segera meluncur dan pemimpin mereka akan pergi, Arabel sendiri merasa kecewa dengan tindakan Kinan. Meaki demikian mereka tetap berusaha profesional.
Sudah sangat lama Kinan merencanakan hal tersebut dan sering di undur akibat Yuhou yang masih pelajar, namun saat ini Yuhou juga sudah cukup dewasa untuk dapat memilih yang benar dan salah.
"Kapan anda akan kembali ke Indonesia?" Tanya Arabel denga tatapannya yang mendelik ke arah Dwi.
"Dua minggu lagi, jangan menatapnya seperti itu. Atau ku congkel mata mu!" Ucap Kinan ketiganya akhirnya tertawa dengan segelas kopi yang mereka minum bersama.
Entah sejak kapan mereka bersahabat, namun mereka selalu bersama sejak mereka saling mengenal. Dwi yang menjadi asisten Kinan memang selalu bersama Kinan kapanpun itu. Sering kali Arabel merasa iri, namun ketiganya tetaplah sahabat yang tak terpisahkan.
"Aku juga akan mengirimkan tiket, kita akan liburan bersama di Bali. Dan kita pakai gaun pengantin kita demi merayakan hari kebebasan!" Ucap Kinan, kedua sahabatnya menggelengkan kepala.
Di antara ketiganya hanya Arabel yang sudah menikah dan memiliki seorang anak yang sudah masuk sekolah dasar, sedangkan Kinan masih suka dengan kesendiriannya sedangkan Dwi meski sudah lama berpacaran namun tak ada tanda-tanda akan segera menikah.
"B*er*gsek!" Maki Gilang yang berada di kantornya saat kembali melihat semua hal yang ada di depan monitor.
Kekasihnya sudah di luar batasan, selain berhubungan intim. Saat ini, Kaila juga tengah mengandung berusia dua minggu. Itu berati anak dalam rahim Kaila adalah anak Dila.
"Aku akan memaafkannya bila itu hanya sekali, tapi ini bahkan setiap hari. Argh!" Amarah Gilang memuncak hingga ubun-ubun.
Cinta yang di jaga Gilang sepenuh hati justru di khianati Kaila dengan begitu keji, ucapan Kinan kembali terngiang di benak Gilang.
"Lebih baik memutuskan hubungan selama 3 tahun, dari pada menderita seumur hidup. Tapi aku akan membalas perbuatan mereka!" Umpat Gilang tak terima, Bayu yang setiap hari hanya kena marah itu hanya dapat elus dada.
"Cari tahu keluarganya yang masih lajang." Ucap Gilang merasa frustasi, Gilang akan membuat sebuah perhitungan besar pada Kaila.
"Kaila memiliki seorang kakak laki-laki yang kini berada di penjara akibat obat-obatan terlarang, menurut beberapa orang kakak laki-lakinya itu juga termasuk orang yang di sembunyikan dari dunia. Selain itu dia juga memiliki adik tiri laki-laki yang kini berada di Perancis. Dia tinggal bersama bibinya yang masih sendiri, hubungan mereka agaknya kurang baik." Ucap Bayu berusaha legowo saat amarah Gilang selalu meluap-luap padanya.
"Kau tahu identitas bibinya?" Tanya Gilang lagi.
"Tentu saja, saya bahkan sangat mengenalnya dengan baik." Ucap Bayu cepat, Gilang langsung menatap tajam ke arah Bayu.
"Jangan bilang dia pacar mu!" Pekik Gilang, Bayu langsung menggelengkan kepalanya cepat.
"Lebih tepatnya dia adalah bos dari pacar saya, dia juga yang membuat gaun pengantin anda." Ucap lagi Bayu dengan senyumannya yang hambar.
"Kinan?" Tanya Gilang, Bayu menganggukkan kepalanya membenarkan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!