NovelToon NovelToon

Terpaksa Mewarisi Kekuatan Dewi Bintang

Bab 1

“Sarah, kamu adalah manusia terpilih dari miliaran manusia di dunia ini!” Wanita berjubah putih panjang berkilauan, berambut putih panjang bergelombang  memancarkan sinar terang dari kedua tangannya. Matanya sungguh menyeramkan karena tidak terlihat pupilnya, semua putih bersinar.

“Si…siapa kamu? Dimana aku?” Sarah kebingungan sambil melihat ke sekeliling tempat yang terasa asing baginya. 

“Aku Starla, Dewi Bintang. Kekuatanku sudah sangat banyak. Aku membutuhkan manusia terpilih untuk menyalurkan sebagian kekuatanku kepada manusia itu supaya manusia itu bisa menolong  manusia-manusia lainnya dalam melawan para iblis dan sekutu-sekutunya yang  semakin kuat dan membahayakan, kamulah yang aku pilih!” Starla menunjuk Sarah dengan tatapan tajam.

“Apa? Dewi Bintang? Apa aku tidak salah dengar? Selama ini aku tidak percaya dengan adanya dewa-dewi, aku pikir itu hanya mitos belaka.” Sarah tidak percaya dengan penjelasan dari Dewi Bintang yang aneh itu.

“Benar akulah Dewi Bintang, salah satu Dewi terkuat di alam semesta!” Starla menatap tajam Sarah dengan senyum mempesonanya.

“Starla, darimana kau tahu namaku? Ini… dimana?” Sarah penasaran sambil mengamati seluruh tempat yang sangat asing baginya. Di tempat itu terlihat sebagian besar awan-awan putih dan kabut putih yang bergerak perlahan. Dari kejauhan terlihat ada bangunan sangat besar dan megah seperti istana yang mayoritas berwarna putih. 

“Tentu saja aku tahu, karena aku Dewi dengan kekuatan maha dahsyat. Aku tahu setiap manusia yang ada di bumi ini, termasuk dirimu!” Starla dengan angkuh berusaha meyakinkan Sarah. “Ini adalah alamku, tempat aku bersemayam, Caelum Regnum.” 

“Apa? Bagaimana aku bisa ada di sini?  Atas dasar apa engkau memilihku?” Sarah masih penasaran dan tidak percaya dengan apa yang dia lihat dan dengar.

“Itu hal yang sangat mudah bagiku. Cukup dengan memikirkan dirimu dan menyebutkan nama lengkapmu Sarah Cahya Satriawati, lalu menjentikkan jariku, kamu langsung muncul di sini!” Starla mempraktikkan cara menjentikkan jari tangannya, “Atas dasar bayi yang ada di dalam kandunganmu!” Starla sambil menunjuk ke arah kandungan Sarah.

“Mengapa bisa bayiku? Mengapa bukan bayi-bayi yang lain?, kalau aku tidak mau bagaimana?” Sarah tidak terima bayinya yang dipilih dibanding bayi-bayi lainnya. 

Sarah, wanita yang sangat cantik ini berusia 33 tahun, berkulit kuning langsat yang kini tengah hamil dengan usia kandungan sudah 9 bulan. Dengan rambut panjang dikuncir kuda, berhidung mancung kecil, berwajah tirus yang dahi, pinggiran pipi dekat telinga, dagu dan leher jenjangnya mulai meneteskan keringat terkena sinar panas yang dipancarkan oleh Starla.

“Karena bayimu akan lahir di saat dan waktu yang tepat, dikala matahari berada tepat di atas, dengan pancaran sinarnya yang paling terang dan panas, sesuai periode waktu yang ditentukan!” Starla masih menunjuk pada kandungan Sarah sambil memancarkan sinar putih terang yang panas. 

“Kau harus bersedia, karena tidak ada wanita lain yang akan melahirkan benar-benar sesuai dengan periode waktu yang telah ditentukan ini untuk menerima kekuatan dahsyat dariku, kecuali kau!”

Starla tetap memaksa Sarah untuk menerima kekuatannya itu.

“Maaf aku tidak mau, lagipula aku masih bingung dengan semua ini!” Sarah tetap bersikeras menolak dengan tegas.

“Cepatlah bersedia!, aku sudah tidak tahan lagi untuk menyalurkan kekuatan maha dahsyat ini ke dirimu dan bayi yang kau kandung!” Starla masih memaksa Sarah untuk menerima kekuatannya, dari kedua tangan Starla makin memancarkan sinar sangat terang dan semakin panas.

“Tidak!, aku tidak mau!” Sarah berteriak menyatakan penolakan. “Aku hanya ingin bisa melahirkan dengan cara normal, tanpa adanya kekuatan yang aneh-aneh seperti ini!” Sarah menolak dengan keras, kini keringatnya sudah bercucuran terkena pancaran sinar putih panas dari Starla.

“Aneh? Kamu itu yang aneh! Banyak orang mendambakan bisa dapat kekuatan besar seperti ini, supaya bisa melakukan apapun yang mereka suka. Sampai mereka rela melakukan apa saja termasuk mengorbankan diri dan keluarganya, tapi kamu! Aku beri kekuatan secara cuma-cuma malah menolak!” Starla merasa heran dengan penolakan Sarah.

“Tapi aku malah makin yakin kalau kamulah yang pantas aku pilih. Karena selain kamu berbeda dari manusia lainnya, kamu juga diberikan kekuatan tak terlihat dari yang Maha Kuasa untuk bisa menahan energi maha dahsyat yang akan masuk ke tubuhmu. Kamu juga tidak berambisi untuk bisa memperoleh kekuatan seperti manusia lain pada umumnya.” Starla tersenyum sambil tetap memancarkan sinar terang dari kedua tangannya ke kandungan Sarah.

“Yang kamu harus tahu, meskipun kamu menolak kamu tidak akan bisa. Karena ini adalah takdirmu, juga takdir anakmu untuk menerima kekuatan maha dahsyat dariku. Tenang saja aku akan membimbingmu dan anakmu untuk bisa menggunakan kekuatan ini, setelah engkau juga anakmu dapatkan dan bagaimana cara mengontrol serta menguasainya.” Starla melakukan usaha terakhirnya dengan membawa kata takdir untuk meyakinkan Sarah sambil tersenyum.

Sarah berpikir sejenak kemudian berkata, “Baik, meskipun masih berat hati juga sama sekali tak ingin, tapi karena ini sudah takdirku dan takdir bayi dalam kandunganku, aku terima!” Akhirnya Sarah terpaksa menerima kekuatan maha dahsyat dari Starla. Rasa panas makin lama makin menjalar ke tubuh Sarah. “Aah! Panas sekali!” Sarah semakin merasa kepanasan karena pancaran sinar panas dari Starla. Bulir-bulir keringat semakin banyak menetes membasahi sekujur tubuhnya.

“Terima kasih Sarah. Anakmu kelak akan menjadi manusia super dengan kekuatan setengah dewa yang dia miliki. Dia bisa membantu manusia-manusia yang membutuhkan pertolongan dengan kekuatannya itu, sedangkan kamu akan memperoleh seperempat dari kekuatan dewa yang kumiliki, kalian berdua bisa bekerja sama melawan para iblis dan sekutu-sekutunya.” Starla berterima kasih kepada Sarah sambil menjelaskan kegunaan kekuatan yang diberikan Starla kepada Sarah.

“Baik Starla, terima kasih untuk kekuatan yang engkau berikan kepadaku dan anak yang ada dalam kandunganku. Bagaimana kelak aku akan memanggilmu dan berkomunikasi denganmu apabila aku dan anakku membutuhkan bantuan dan bimbingan darimu?” Sarah masih bingung mengenai cara berkomunikasi dengan Starla, tubuh Sarah terasa panas sekali, rasanya seperti terbakar.

“Ini aku beri kau dan anakmu kalung berliontin matahari, simbol ini sama dengan bintang karena matahari juga bintang, dengan batu putih di tengah simbol matahari. Kalung ini apabila dilihat makhluk biasa lainnya akan tampak tak kasat mata, namun apabila makhluk itu memiliki kekuatan yang besar makhluk itu mampu melihat kalung itu dan juga kekuatan yang ada di dalam dirimu dan anakmu. Bila kau membutuhkan bantuanku atau ingin berkomunikasi denganku, sentuhlah bagian tengah putih ini lalu kau katakan apa yang kau inginkan. Aku akan segera datang atau menjawab apapun yang kau pertanyakan atau kau inginkan!” Starla memberikan informasi mengenai dua kalung yang akan diberikan ke Sarah dan bayinya.

Tiba-tiba saja dari tangan kanannya yang bersinar muncul dua kalung berliontin matahari dengan batu putih bulat diletakkan di tengah-tengah simbol matahari, rantai kalungnya yang satu berbahan rhodium dan satunya lagi emas. “Kalung emas ini milikmu, sedangkan yang rhodium milik anakmu!” Starla membuat dua kalung tersebut terbang menuju Sarah lalu mendarat tepat di telapak tangan kanan Sarah yang terulur untuk menerima dua kalung pemberian dari Starla.

“Terima kasih, Starla. Dua kalung ini sangat indah sekali dan sangat berguna untuk aku dan anakku kelak.” Sarah mengamati dua kalung tersebut sambil mengaitkannya diantara telunjuk dan jempol tangannya lalu menyatukan kedua telapak tangannya dengan sikap hormat.

“Sama-sama Sarah, pergunakan kalung itu dengan sebaik-baiknya, jangan sampai jatuh ke tangan orang-orang jahat atau iblis dan sekutu-sekutunya, bisa fatal akibatnya!” Starla memperingatkan Sarah.

“Baik Starla, aku akan berusaha menjaga dan merawat kedua kalung ini sebaik-baiknya. Sedangkan untuk anakku, kalung ini akan kuberikan padanya saat dia berusia tujuh belas tahun. Di saat itu aku pikir dia sudah bisa memiliki tanggung jawab lebih dan bisa menjaga serta merawat kalung yang kau berikan.” Sarah ganti meyakinkan Starla dengan berusaha menjaga dan merawat kedua kalung pemberian Starla.

“Silakan Sarah… Mohon bertahanlah dari siksaan rasa panas ini, aku melepaskan sebagian kekuatanku secara perlahan supaya tubuhmu dan tubuh anakmu bisa menyesuaikan diri. Terimalah takdirmu Sarah dan anak yang akan engkau lahirkan!” Starla sambil menyalurkan kekuatan yang memancar dari sinar yang ada di mata dan kedua telapak tangannya perlahan-lahan ke arah Sarah. Pancaran sinar panas pun terus menghantam Sarah tanpa bisa Sarah hindari.

“Aku akan berusaha menahannya, ahhh! Ini panas sekali!” Sarah berteriak kepanasan, keringat bercucuran dari seluruh tubuhnya sambil kedua tangannya mengarah ke depan menutupi silaunya pancaran sinar yang semakin terang dan sangat panas itu. Lalu dia terbangun dalam keadaan bersimbah keringat yang mengucur dari seluruh tubuhnya,  membasahi daster pinknya.

“Astaghfirullah, apakah ini mimpi? Tapi mengapa terasa begitu nyata?... Tunggu...di tanganku ada dua kalung rhodium dan emas berliontin matahari dengan batu putih bulat di tengah matahari, jadi ini bukan mimpi?!” Sarah sangat terkejut melihat di tangan kanannya ada dua kalung pemberian Starla. “Basah! Badanku basah semua seperti diguyur air seember, tapi ini bukan air, ini keringatku sendiri, belum pernah aku berkeringat sampai sebanyak ini…” Sarah memperhatikan seluruh tubuhnya basah, keringatnya mengucur deras, dengan napas tersengal-sengal. Dia menyeka keringat yang mengucur didahinya. Rasa panas masih menyelimuti tubuhnya, kemudian Sarah merasakan kontraksi hebat di perutnya.

Kontraksi hebat di perut Sarah apakah pertanda dia akan segera melahirkan? Mampukah Sarah melahirkan dengan lancar atau malah sebaliknya? Ikuti terus kisah yang membuat deg-degan dan penasaran ini.

Bab 2

“Aaah!…. Perutku… sakit sekali!” Sarah berteriak sambil merintih kesakitan, “Bik Surti tolong! Sepertinya aku akan melahirkan! Aah!” Sarah kesakitan sambil memegangi perutnya yang sudah besar.

Saat ini suami Sarah, Firansyah masih bekerja di luar kota. Tepatnya di daerah Likatanman.  Sarah hanya ditemani oleh ART-nya Bik Surti di rumah yang cukup luas dan besar ini, di wilayah Subaraya. Bik Surti baru saja selesai mandi di kamar mandi belakang, lalu sayup-sayup dia mendengar teriakan dari Sarah. Dia pun buru-buru mengeringkan badannya dengan handuk, secepatnya pakai baju dan segera lari ke kamar Nyonyanya, “Iya Nya tunggu, maaf saya baru selesai mandi!” Bik Surti berteriak sambil berlari menuju kamar Sarah yang letaknya cukup jauh dari kamar Bik Surti.

Tok…tok…tok… 

Pintu kamar Sarah di ketuk oleh Bik Surti, “Nyonya Sarah? Saya permisi masuk ya?” Bik Surti minta ijin kepada Sarah dengan napas tersengal-sengal karena habis berlarian.

“Masuk Bik cepat! Aku sudah gak tahan lagi! Sakit sekali Bik! Aah perutku, sepertinya aku akan segera melahirkan!” Sarah mengerang sambil merintih kesakitan, dengan napas tersengal-sengal, dan keringat mengalir deras dari seluruh tubuhnya, ia masih memegangi perutnya yang besar.

“Waduh, iya Nya, sabar ya Nya, bibik masuk!” Bik Surti buru-buru masuk dan melihat Nyonyanya sudah dalam keadaan kesakitan dan bersimbah keringat, ia pun bergerak cepat untuk menyeka keringat Sarah menggunakan tisu yang ada di meja dekat kasur Sarah. 

“Nyonya, maaf kebetulan bibik dulu bidan yang pernah beberapa kali membantu proses kelahiran bumil-bumil di kampung bibik. Bibik lihat sudah tidak ada waktu lagi untuk memanggil dokter. Jadi bibik ijin untuk membantu proses Nyonya melahirkan di kamar ini, boleh?” Bik Surti minta ijin dengan wajah cemas.

“Iya Bik silakan, cepat ya bik!, saya sudah gak tahan lagi, rasanya sakit sekali!” Sarah berteriak dengan napas makin memburu, “Aaah! Sakit sekali, Bik! Hufh…hufh…hufh”. Kemudian Sarah merasakan rembesan air yang mengalir keluar dari dalam jalan lahirnya, ternyata air ketubannya pecah, ada aliran darah yang keluar juga bercampur dengan air ketuban.

“Bik, sepertinya air ketubanku pecah dan mengeluarkan darah!” Sarah panik melihat ketubannya pecah bercampur darah.

“Iya Nyonya yang tenang ya, saya ambil ember kecil, air hangat dan kain bersih dulu sebentar ya. Nyonya sambil coba atur napas dulu, tahan ya Nya. Lebih baik Nyonya tidak banyak berteriak karena akan lebih melelahkan Nyonya, simpan tenaga Nyonya dulu, tahan ya…” Bik Surti berusaha menjelaskan sambil membuang beberapa tisu yang dibuat untuk menyeka keringat Nyonyanya ke tempat sampah di ujung tembok kamar Sarah. Kemudian dia langsung mengambil ember kecil di kamar mandi Sarah, diisi dengan air hangat dari pencampuran air wastafel dengan air panas dispenser, dan kain bersih di lemari kamar Sarah.

“Baik Bik Surti, saya akan coba tahan untuk gak berteriak lagi, sama hatur napas biar lebih relaks, makasih Bik Surti.” Sarah berkata dengan napas terengah-engah sambil menggigit bibirnya menahan sakit teramat sangat, ia pun berusaha mengatur napasnya. Dia tidak lagi berteriak dan mencoba untuk menyimpan tenaganya. 

“Sama-sama Nyonya, saya sudah mengambil ember kecil berisi air hangat dan kain bersih, kita mulai saja proses persalinannya, apakah Nyonya sudah siap?” tanya Bik Surti sambil melihat ke arah Sarah yang masih menahan sakit di perut bagian bawahnya dan berusaha mengatur napas. Dahi dan lehernya sudah mulai mengeluarkan bulir-bulir keringat lagi padahal tadi sudah di seka oleh Bik Surti dengan tisu.

“Iya Bik siap.” Sarah mulai kelelahan menahan sakit di perut bagian bawahnya,  tenggorokannya juga terasa kering, “Tapi sebelum itu saya minta tolong ambilkan saya minum air putih setengah dingin dulu bik, di gelas besar ya.” Sarah kehausan karena tadi habis teriak-teriak dan belum sempat minum serta mengeluarkan banyak keringat dari sekujur tubuhnya.

“Baik Nya, tunggu sebentar saya ambilkan minum dulu.” Bik Surti buru-buru mengambilkan Sarah minum air putih setengah dingin yang diambil dari air dispenser bagian tengah dicampur air dispenser bagian pinggir kanan, menggunakan gelas besar berwarna ungu muda. Dispenser milik Sarah terdiri dari tiga bagian, yang pertama paling kiri berisi air mineral panas, bagian tengah berisi air mineral sedang, dan sebelah kanan berisi air mineral dingin.

“Ini minumnya Nyonya, sesuai request.” Bik Surti memberikan gelas besar berwarna ungu muda, berisi air mineral setengah dingin kepada Sarah yang sudah sangat kehausan. Sarah segera mengambil gelas tersebut dari tangan Bik Surti, lalu meminum airnya hingga tandas.

“Terima kasih, Bik Surti, saya jadi jauh lebih segar dan tenang.” Sarah mengelap bagian atas bibirnya yang basah terkena air minumnya, serta menyeka bulir-bulir keringat di dahi dan hidungnya yang sudah berlomba menetes dengan punggung tangan kanannya.

“Alhamdulillah, karena Nyonya sudah merasa lebih segar dan tenang, mari kita mulai proses persalinannya?” Bik Surti mengajak Sarah untuk bersiap melakukan proses persalinan.

“Baik Bik, kita mulai saja, semoga semua bisa berjalan dengan lancar dan sukses, bayiku lahir dalam keadaan sehat, tanpa kekurangan suatu apapun.” Sarah berdoa  kemudian diamini oleh Bik Surti, lalu Bik Surti juga menambahkan.

“Semoga Nyonya juga sehat-sehat, bisa menjadi ibu yang baik, kuat dan bisa merawat serta membesarkan anak Nyonya dengan sebaik-baiknya. Anak Nyonya menjadi anak yang sholehah, pintar, cerdas, cantik, kuat dan hebat.” Bik Surti menambahkan doa untuk Sarah dan anaknya.

“Aamiin Yaa Rabb, terima kasih doanya Bik.” Sarah berterima kasih kepada Bik Surti sambil tersenyum haru.

“Sama-sama Nyonya, kita mulai ya, tolong Nyonya lebarkan kedua paha Nyonya untuk memudahkan dalam mengeluarkan bayi yang ada di dalam perut Nyonya.” Bik Surti membantu proses melahirkan bayi  Sarah.

“Baik Bik,” Sarah melebarkan kedua pahanya yang sudah basah terkena keringat, guyuran air ketuban bercampur darah.

“Maaf saya ijin melepas celana dalam Nyonya ya?” Bik Surti meminta ijin kepada Sarah untuk melepas celana dalam Sarah.

“Iya Bik, tolong cepat ya! sepertinya bayinya sudah mau keluar ini, ahhh! Sakit banget Bik!” Sarah berteriak sambil mengejan. Ia merasakan perutnya semakin kencang dengan rasa panas di sekitar pinggang.

“Nyonya sudah pembukaan lima, bisa coba untuk miring ke kiri supaya bayinya cepat turun.” Bik Surti mengecek di bagian jalan lahir Sarah ternyata sudah pembukaan lima.

“Siap Bik.” Sarah perlahan memutar tubuhnya ke sebelah kiri sesuai permintaan Bik Surti. Bulir-bulir keringat di dahi Sarah pun berlomba menetes ke bantal yang Sarah pakai hingga bantal itu basah.

“Bik rasanya sakit sekali! Ahhh!” Sarah merasakan kalau bayinya menekan perut bagian bawah. Rasa sakitnya menjalar hingga ke pangkal paha, membuat Sarah sampai menggigil, kedua tangannya pun mencengkram kain kasur dengan sangat kuat.

Satu jam, dua jam, tiga jam berlalu, Sarah masih belum bisa mengeluarkan bayinya, pembukaan masih belum lengkap, keringat Sarah semakin banyak mengucur. “Bik, sakit sekali! Aku pengen teriak!” Sarah menggigit bibirnya berusaha menahan rasa sakit yang semakin lama semakin parah. 

“Jangan Nyonya, tahan ya!, simpan tenagamu, sampai pembukaan lengkap.” Bik Surti berusaha menenangkan Sarah agar menyimpan tenaganya hingga pembukaan lengkap sambil menyeka keringat di dahinya. Hari ini cuaca begitu panas. Meskipun kamar Sarah ber-AC tapi karena panasnya udara di luar, dinginnya AC jadi sama sekali tidak berasa, malah sebaliknya rasa panas di luar menjalar hingga ke dalam rumah.

Tepat pukul 12.00 siang, matahari memancarkan sinarnya yang paling terang dan panas. Membuat banyak orang merasa kepanasan. Demikian juga dengan Bik Surti, apalagi Sarah yang sedang berjuang melahirkan. Lalu Sarah merasakan bayinya akan keluar dari jalan lahir, diikuti rasa ingin mengejan, “Bik, coba cek rasanya bayiku seperti akan keluar dari jalan lahir?” 

“Baik Nyonya saya cek dulu.” Bik Surti mengecek jalan lahir Sarah. “Iya Nyonya alhamdulilah pembukaan sudah lengkap, silakan Nyonya mengejan sekuat tenaga ya! 1..2..3 ayo ngejan!”

“Aahhh….!” Teriak Sarah sambil berusaha mengerahkan tenaganya untuk mendorong bayinya keluar dari jalan lahir. Keringat mengucur semakin deras dari seluruh tubuhnya.

“Ayo Nyonya sedikit lagi, tarik napas dulu lalu hembuskan sambil mengejan lagi,  lebih kuat!” Bik Surti menyemangati Sarah yang sudah tampak kelelahan. Bulir-bulir keringat Bik Surti juga semakin banyak bermunculan di dahi dan lehernya.

“Bik, aku sudah gak kuat lagi! Haah…haah…!”  Sarah merintih dengan napas tersengal-sengal, ia merasa sangat kelelahan dan tidak sanggup lagi melanjutkan perjuangan untuk melahirkan.

“Jangan nyerah Nyonya, pikirkan soal anakmu! kamu harus lebih semangat demi anakmu! demi bisa merawat dan melihat proses pertumbuhan anakmu kelak!” Bik Surti masih berusaha menyemangati Sarah yang sudah terlihat lemas dengan napas masih tersengal-sengal, keringatnya mengucur deras seperti orang mandi.

Kepala bayi Sarah menekan kuat di jalan lahir, Sarah yang merasakan itu dan memikirkan kata-kata dari Bik Surti pun kembali memperoleh semangat untuk melanjutkan perjuangannya melahirkan, “Ok Bik, aku coba sekali lagi, demi anakku! Aaaaah!!” Sarah mengejan dengan segenap kekuatan yang tersisa.  Kedua tangannya mencengkram sangat erat seprei kasur. Kepalanya menekan bantal dengan kuat hingga menengadah ke atas memperlihatkan leher jenjangnya yang dipenuhi buliran-buliran keringat berkilauan terkena cahaya lampu menetes-netes. Akhirnya perjuangan Sarah membuahkan hasil. 

Bayi perempuan Sarah lahir disertai suara tangisan yang keras memenuhi seluruh rumahnya. Yang mencengangkan Bik Surti saat lahir bayi Sarah bersinar putih, lalu sinar itu perlahan menghilang ke dalam tubuh si bayi. Bayi perempuan Sarah juga memiliki tanda lahir di tengah dahi berbentuk seperti setengah matahari.

Apa yang dipikirkan Bik Surti saat melihat bayi Sarah yang sempat bersinar putih dan memiliki tanda lahir berbentuk setengah matahari di tengah dahinya? Siapakah nama bayi perempuan Sarah? Kita ikuti terus kisah yang semakin seru ini.

Bab 3

“Selamat Nyonya Sarah, bayi perempuanmu berhasil dilahirkan dalam keadaan sehat dan sempurna.” Bik Surti mengucapkan selamat sambil menyeka keringat di dahinya, lalu menggendong bayi Sarah yang sudah dipotong tali ari-arinya sesaat setelah lahir dan dibersihkan tubuhnya dari sisa-sisa air ketuban dan darah kemudian dibalut dengan selimut bayi warna pink soft yang sebelumnya sudah di siapkan Bik Surti. Sebenarnya Bik Surti masih bingung mengenai munculnya sinar putih dari bayi tersebut. Dia juga penasaran kok bisa ada tanda lahir unik yang berbentuk setengah matahari di dahi bayi Sarah. Namun dia tidak berani bertanya lebih lanjut. Karena takut malah akan membuat majikannya ikutan bingung atau panik.

“Terima kasih Bik Surti.” Sarah berterima kasih pada Bik Surti sambil meneteskan airmata karena terharu, lega, bahagia, dan rasa luar biasa yang Sarah rasakan setelah perjuangan berjam-jamnya menahan rasa sakit yang teramat sangat dan rasa panas di sekujur tubuhnya.

“Sama-sama Nyonya Sarah, saya ijin menyeka keringat Nyonya ya?” Bik Surti melihat Sarah mengangguk mulai menyeka keringat Sarah yang bercucuran di dahi, wajah, leher dan dadanya dengan tisu lalu meletakkan bayi perempuan cantik milik Sarah ke atas dada Sarah untuk disusui pertama kali.

Perasaan Sarah saat melihat dan menyentuh bayi perempuan cantik yang berhasil ia lahirkan dengan selamat, sehat dan sempurna ini sulit dilukiskan dengan kata-kata. Rasa sakit teramat sangat yang dia rasakan selama berjam-jam itu hilang begitu saja, tak tersisa.

“Nyonya bayi ini apa sudah ada namanya?” Bik Surti penasaran dengan nama bayi Sarah.

“Sudah Bik, saya kasih nama Safira Cahyaning Kharisma yang artinya batu permata Safir yang bercahaya dan berkharisma.” Sarah menjawab pertanyaan Bik Surti sambil tersenyum bahagia.

“Cantik sekali nama anak Nyonya, cocok dengan wajahnya yang sangat cantik seperti permata Safir yang bercahaya dan berkharisma.” Bik Surti memuji nama bayi Sarah dengan tulus.

“Terima kasih pujiannya Bik Surti.” Sarah berterima kasih kepada Bik Surti dengan wajah berseri-seri.

“Sebentar ya Nya, saya ijin mau ambil benang dan jarum khusus untuk menjahit jalan lahir Nyonya yang robek cukup lebar,” ujar Bik Surti minta ijin.

“Iya Bik, sakit gak kalau dijahit?” Sarah bertanya dengan polos, karena dia belum pernah dijahit.

“Lumayan sakit tapi masih jauh lebih sakit melahirkan Nya.” Bik Surti menjawab sambil berusaha menenangkan Sarah supaya Sarah tidak takut dijahit.

“Baik Bik, silakan ambil benang dan jarum khususnya, jangan lupa disterilisasi dulu ya!” Sarah mengingatkan Bik Surti sambil merintih menahan sakit karena bayinya menyusui dengan kencang.

“Siap Nya.” Bik Surti segera ke kamarnya untuk mengambil benang dan jarum khususnya sekaligus mensterilisasi keduanya dengan merendam di air panas.

“Safira sayang minum susunya lebih dipelankan ya, n****n mama sakit kalau Fira nyedotnya kencang,” pinta Sarah pada bayinya sambil mengelus punggung Fira.

Sepertinya bayinya ini masih semangat nyedot buah dada Sarah, sehingga permintaan dari Sarah tidak dihiraukan. “Aduh nak sakit, pelan-pelan ya sayang.” Sarah meringis kesakitan, tapi Safira masih menyusui dengan semangat. Bulir-bulir keringat sebesar biji jagung mulai bermunculan lagi di dahi Sarah karena menahan sakitnya menyusui dan udara panas yang memenuhi rumahnya.

Tak lama kemudian Bik Surti datang sambil membawa perlengkapan jahit dan jarum khusus. Lalu dia melihat Nyonyanya yang merintih kesakitan dengan dahi berkeringat, dia pun bertanya, “Nyonya kenapa? Kok kelihatan kesakitan? Apa gara-gara bayi Nyonya semangat menyusui ya?”

“Iya Bik, Fira semangat sekali menyusuinya, n***n aku sampai sakit.” Sarah menggigit bibirnya menahan sakit di buah dadanya. Bulir-bulir keringat di kening Sarah mulai berjatuhan mengenai dada Sarah dan kepala Fira.

“Tahan ya Nyonya, mungkin air susu Nyonya masih sedikit, sedangkan Fira sudah kelaparan mangkannya dia begitu bersemangat menyusui.” Bik Surti mencoba memberikan penjelasan.

“Iya Bik, hhh…gerahnya, keringatku sampai mengucur lagi Bik, padahal tadi sudah diseka sama Bibik. Udara juga terasa panas sekali hari ini.” Sarah mengipasi leher jenjangnya yang juga berkeringat menggunakan tangan kanannya karena kegerahan, lalu dia  teringat perkataan Dewi Bintang kalau anak Sarah akan lahir di saat dan waktu yang tepat, dikala matahari berada tepat di atas, dengan pancaran sinarnya yang paling terang dan panas, sesuai periode waktu yang ditentukan. Berarti di hari Jumat inilah waktu yang tepat, pantas saja panasnya melebihi hari-hari biasanya.

“Saya seka lagi keringat Nyonya ya?” Bik Surti mengambil beberapa lembar tisu lalu mulai menyeka keringat Sarah yang mengucur di dahi, wajah, leher dan dadanya.

“Iya Bik Surti, terima kasih ya Bik.” Sarah menyeka keringatnya yang tadi menetes di kepala Fira. Fira masih semangat menyusui.

“Sama-sama, Nyonya.” Bik Surti membuang tisu yang sudah basah terkena  keringat Sarah. Aroma keringat Sarah sangat wangi seperti wangi kasturi membuat Bik Surti takjub. Dia jadi  penasaran bagaimana bisa keringat Sarah berbau begitu harum, berbeda dengan aroma keringat manusia pada umumnya.

“Nyonya, maaf sebelumnya, Nyonya biasanya perawatan tubuh menggunakan apa? Karena keringat Nyonya mengeluarkan aroma yang sangat wangi, wanginya seperti wangi kasturi?” Bik Surti penasaran dengan aroma keringat Sarah yang begitu harum seperti aroma kasturi.

Sarah bingung bagaimana menjelaskan ini kepada Bik Surti, aroma wangi keringatnya pasti didapat karena dia kini memiliki kekuatan seperempat kekuatan dewa. Akhirnya Sarah menjawab sekenanya, ”Oww itu karena keringat saya bercampur dengan parfum kasturi yang saya pakai mungkin Bik, hehe”

“Begitu ya Nya, pantas saja wangi sekali, pasti parfumnya tergolong parfum mahal ya Nya?” Bik Surti memastikan.

“Begitulah Bik.” Sarah tersenyum malu-malu. Lalu dia melihat Fira ternyata sudah tertidur, mungkin karena kekenyangan setelah menyusui atau kelelahan karena berusaha mendapatkan air susu sebanyak-banyaknya dari ibunya.  Entahlah tapi tidurnya terlihat pulas sekali. “Bik, minta tolong pindahkan Fira ke kasurnya ya? dia sudah bobok pulas”  Sambil Sarah pelan-pelan melepaskan mulut Fira dari buah dada Sarah yang berkeringat.

“Baik Nya.” Bik Surti segera mengambil Fira dari tangan Sarah dengan hati-hati. Safira yang sedang tertidur pulas ini pelan-pelan dipindahkan dari tangan Sarah ke kasur bayi yang ada di sebelah kiri kasur Sarah.

Sambil memindahkan Safira, Bik Surti melihat ke arah tanda lahir berbentuk setengah matahari di bagian tengah dahi Fira. Dia penasaran mengapa bisa ada tanda lahir dengan bentuk unik menyerupai setengah matahari. Daripada nanti malam tidak bisa tidur karena kepikiran terus sama tanda lahir Safira, akhirnya Bik Surti memberanikan diri menanyakan pada Sarah, “Nyonya, maaf bayi Fira punya tanda lahir yang unik ya, bentuknya seperti setengah matahari di bagian tengah dahi, kok bisa?”

“Hahaha… kalau itu tanya sama yang Maha Kuasa Bik, soalnya yang buat tanda lahir itu bukan saya tapi yang Maha Kuasa,” ujar Sarah sambil tertawa.

“Iya juga ya,” Bik Surti menyadari pertanyaan bodohnya sambil garuk-garuk kepala. “Astaghfirullah, karena keasyikan ngobrol sama Nyonya jadi lupa kalau belum menjahit jalan lahir Nyonya yang robek waktu proses melahirkan tadi. Maaf ya Nya, apa Nyonya sudah siap? Ini akan terasa sakit tapi tidak sesakit waktu melahirkan.” 

“Siap Bik!” Meskipun sudah sangat kelelahan, Sarah mau tidak mau harus mempersiapkan diri lagi untuk menerima rasa sakit.

“Baik saya mulai menjahit ya.” Bik Surti memasukkan benang khusus ke jarum khusus. Bik Surti mulai menjahit robekan jalan lahir Sarah.

“Aaahhh! Sakit Bik!” Sarah merintih kesakitan. Bulir-bulir keringat sebesar butir jagung mulai membasahi dahi Sarah lagi. 

“Tahan ya Nya, sebentar lagi selesai.” Bik Surti mencoba menenangkan Sarah sambil fokus menjahit robekan jalan lahir Sarah sampai tidak sempat menyeka keringatnya sendiri yang sudah mengucur di dahi dan leher Bik Surti. 

“Iya Bik, sssh sakiiit!” Sarah menggigit bibirnya menahan sakit. Keringat Sarah mulai mengucur deras lagi.

Tak lama kemudian proses menjahit robekan jalan lahir selesai dilakukan. “Sudah selesai Nyonya, maaf Bibik tidak pakai bius soalnya Bibik gak punya obat biusnya.” Bik Surti menyeka keringatnya yang mengucur di dahi dan lehernya.

“Gak apa-apa Bik, yang penting sudah selesai, kepala saya pusing sekali Bik, rasanya lelah dan lemas sekali Bik.” Sarah memegangi kepalanya, pandangan matanya kabur dan berkunang-kunang, lalu dia pingsan karena kelelahan, serta kehilangan banyak cairan dan darah. 

Akankah Sarah yang pingsan bisa segera sadar kembali? Ikuti terus kelanjutan kisah yang semakin seru ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!