...WARNING DARI AUTHOR....
...Bagi pembaca yang fanatik agama dan panitia surga... diharapkan STOP disini dan jangan baca. Daripada darah tinggi dan mengutuk Author-nya. Dari judul sudah kelihatan ya, ini tema selingkuh dan pastinya akan banyak ZINA. Jadi, daripada nanti mencak-mencak sama Author... Plisss, JANGAN BACA. Makasih untuk saling menghargai 🥰🙌🙏...
.
.
...*****...
Seorang wanita berusia 30 tahun tergesa-gesa menaiki mobil online pesanannya, kali ini dia akan membuntuti suaminya yang mengatakan akan menghadiri sebuah perjamuan khusus. Sudah tiga bulan ini, sikap suaminya berubah. Sudah tidak sehangat dulu, bahkan sudah jarang menyentuh tubuhnya lagi.
"Pak! Tolong cepat! Saya akan lebihi ongkosnya!"
"Baik, Nyonya." Jawab si sopir.
Tak lama mobil suaminya yang Divya buntuti berhenti di depan sebuah perumahan elit, hanya orang-orang kaya yang mampu tinggal disana.
Divya segera turun, memberikan ongkos dengan melebihi dari biaya perjalanan.
"Terima kasih, Nyonya. Semoga urusan Nyonya lancar dan ingat lah Nyonya, Tuhan selalu bersama orang-orang yang tersakiti."
Mendengar ucapan sang sopir, kening Divya mengernyit dalam seolah si sopir mengetahui keadaan Divya sekarang. "Terima kasih, Pak."
Setelah mengatakan nya dengan setengah berlari Divya terus membuntuti sang suami, untung saja suaminya tidak curiga.
Nampak Finn sang suami memijit bel, lalu pintu rumah terbuka dari dalam. Seorang wanita yang Divya kenal memeluk suaminya lalu menggandeng mesra suaminya masuk ke dalam.
Dengan emosi Divya berjalan ke pintu lalu menggedor-gedor pintu dengan keras, agar dibukakan pintu.
Pintu terbuka!
Wajah wanita selingkuhan suaminya seketika pias, tak lama Finn sang suami juga ikut menghampiri ke depan pintu.
Sama hal nya dengan wanita si selingkuhan, wajah Finn terkejut lalu berubah gelisah.
"Sayang, ini nggak seperti yang kamu lihat. Dia--"
Tanpa menunggu suaminya selesai bicara, Divya mendorong suaminya sampai terjengkang ke belakang.
"Finn!" teriak si wanita jal4ng, dengan penuh kasih wanita itu membantu Finn bangun dari lantai. Sungguh pemandangan yang memuakkan!
Divya masuk ke dalam lalu... Plakkk!! Divya menampar wajah si wanita jal4ng.
"Kau tega mengkhianati ku dengan wanita murah4n ini, Bang!" Divya menjambak selingkuhan suaminya itu dengan emosi.
Dughh!!
Tubuh Divya tersentak, bagian belakang kepalanya dipukul dengan benda keras. Tak lama tubuh Divya terjatuh ke lantai, seketika meregang nyawa dengan dendam yang ia bawa mati.
.
.
.
Di sebuah rumah sakit, seorang gadis SMA baru saja tersadar. Gadis itu ikut balapan liar dengan sang kekasih, namun naas kecelakaan tidak bisa terelakkan. Saat akan pulang dari arena balapan, motor sang kekasih bertabrakan dengan sebuah mobil mengakibatkan gadis dan kekasihnya itu terluka berat.
"Uhm..." gadis itu bergumam, merasa sakit di kepala. Tangan nya meraba-raba sesuatu yang mengganjal di kepalanya dan itu adalah belitan perban.
Mata gadis itu terbuka, namun karena silau oleh cahaya ia mengedipkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan.
"Kau sudah bangun?" suara bariton terdengar.
Gadis itu menoleh, seorang pria dengan wajah dingin menatapnya. Namun dari sorot mata pria itu Divya bisa menangkap ada kecemasan.
Ya, setelah kematian itu Divya masuk ke tubuh gadis SMA yang bernama Ellia.
"Apa kamu yang menolongku dari mereka? Apa aku selamat? Kamu yang membawaku ke rumah sakit? Lalu dimana para pengkhianat itu? Apa sudah masuk penjara?"
Divya mengira ia masih belum mati saat diserang suaminya dan itu adalah dirinya yang sudah selamat dan sudah mendapat perawatan.
"Bukan aku yang membawamu ke rumah sakit tapi paramedis, ada yang melaporkan kecelakaan yang terjadi padamu. Apa maksud mu pengkhianat? Apa maksudmu Maxime, kekasihmu? Dia ada di ruangan lain dan masih belum sadarkan diri. Lukanya lebih parah darimu, sebelah kakinya patah. Kamu beruntung, hanya terluka di kepala dan berhasil melewati masa kritis."
"Maxime? Siapa itu? Aku bertanya tentang lelaki pengkhianat itu, si Finn!" Divya melotot ke arah lelaki yang tidak ia kenal.
"Hei! Kau berani melotot padaku, bocah!" Lelaki yang bernama Emilio itu mencekal lengan Divya dengan marah.
"Sakit! Siapa yang kau katakan bocah?! Umurku bahkan sudah 30 tahun!"
Wajah Emilio shock, cekalan nya di lengan Divya terlepas.
"Apa yang kau katakan, Ellia?!" tiba-tiba Pria itu berwajah cemas. "Tunggu sebentar, aku akan panggilkan Dokter!"
Emilio tidak memijit nurse call untuk memanggil perawat, namun dia keluar ruangan memerintah anak buahnya untuk memanggil Dokter secara langsung.
Sedangkan Divya malah terbengong dipanggil dengan nama lain yang tidak ia kenal, karena penasaran ia memeriksa tangan nya. Benar saja itu bukan warna kulit tubuhnya, warna kulitnya kuning langsat sedangkan kulit tubuhnya sekarang begitu putih bersih.
"Milik siapa ini?" dengan memegang kepalanya yang sakit, Divya bangkit untuk duduk dari baringan nya. Dengan perlahan dia turun dari hospital bed, lalu berjalan ke arah toilet.
Saat sudah berdiri di depan wastafel toilet, seketika mata di pantulan cermin terbelalak terkejut.
"Aaaaaaaa!!! Siapa kamu?!" tunjuk Divya pada pantulan cermin dengan histeris.
Brakkk!!
Pintu terhempas, Emilio berdiri mematung melihat tingkah aneh dari keponakan istrinya. Ya, Ellia adalah keponakan dari istrinya bukan keponakan kandungnya.
"Ellia! Ada apa lagi ini?!"
"Huhuhu... siapa aku? Siapa kamu? Apa yang terjadi?"
"Aku adalah Om-mu, kamu lupa? Namaku Emilio Enver."
"Om-ku?"
"Ya, kau adalah Ellia keponakan dari istriku. Kau sudah tinggal dengan kami sejak kedua orang tuamu meninggal setahun lalu."
"Siapa Bibiku?"
"Namanya Fayyana."
"Fa-fayyana? Fayyana Enver, istri dari Emilio Enver?" Divya terhenyak, musuhnya begitu dekat. Bahkan menjadi Bibinya, dan dirinya adalah Ellia.
OMG! Setelah mati aku masuk ke dalam tubuh gadis ini?! Bahkan gadis ini adalah keponakan dari wanita jal4ng yang menjadi selingkuhan suamiku!
'Apa ini adalah kesempatan kedua bagiku?'
Lalu Divya teringat perkataan sang sopir, 'Tuhan selalu bersama orang-orang yang tersakiti'.
Kalau begitu, ayo balas dendam...!!!
Sedangkan Fayyana dan Finn baru selesai memindahkan mayat Divya, mereka akan menyuruh orang untuk menguburnya di suatu tempat.
Drrttt...
"Angkat saja! Ponselmu bunyi sejak tadi!" Finn duduk di sofa dengan lemas, tenaganya terkuras apalagi jantung nya yang terus berdebar karena ketakutan. Ia masih belum percaya, hanya karena satu pukulan nya membuat istrinya kehilangan nyawa.
"Shittt! Aku benar-benar membunuh Divya! Sial!" Finn menyugar rambut dengan frustasi, lelaki itu harus mengurus banyak hal. Apalagi kedua orang tua Divya masih hidup dan mereka lah yang selama ini menunjang Perusahaan nya dengan investasi uang ratusan miliar. Bahkan Divya adalah salah satu pemegang saham terbesar di Perusahaan meskipun istrinya itu menjadi ibu rumah tangga.
Bagaimana ini?! Pikir Finn gelisah.
Fayyana yang baru selesai bicara di telepon, mendekati lelaki selingkuhan nya. "Finn, aku harus pergi. Keponakan ku kecelakaan, Emilio baru saja memberitahuku."
"Pergilah, aku juga akan pulang. Ohya, beritahu orang yang mengurus mayat Divya, kerja yang bener aku akan bayar 2x lipat dari perjanjian."
"Oke."
Tanpa ada pelukan mesra atau ciuman panas seperti biasanya sebelum mereka berpisah, Finn dengan tubuh tidak bergairah keluar dari rumah elit yang memang ia belikan untuk Fayyana. Memang benar wanita itu adalah istri dari orang ternama, seorang pemilik Perusahaan yang lebih berjaya darinya. Namun, Fayyana selalu mengatakan jika wanita itu tidak bahagia dengan suaminya yang bernama Emilio Enver.
Di rumah sakit... Fayyana masuk ke kamar rawat sang keponakan di ruang VIP. Namun keberadaan Emilio, suaminya itu tidak ada disana.
"Kemana Om mu, Ellia?" tanya Fayyana seraya berjalan mendekati ranjang rawat.
Divya tidak menjawab, ia menatap tajam wanita lucknut di hadapan nya itu. Sudah punya suami ganteng plus tajir, masih saja memangsa suami wanita lain. Heran aja gitu!
"Hei! Malah ngeliatin Tante kayak gitu. Apa kepala mu yang cedera bermasalah? Kamu nggak hilang ingatan kayak di film-film, 'kan?" Fayyana mengibas tangan di depan wajah Divya setelah sampai di samping ranjang rawat.
Grepp!!!
Dengan kuat Divya mencekal pergelangan Fayyana, menatap horor wanita bin4l yang sekarang berstatus Bibi nya itu.
"Tante, apa Om nggak bilang kalau aku emang ilang ingatan. Jadi Tante, jangan bawel atau bikin aku marah. Sekarang aku gampang emosian, sekali ngamuk entar Tante kapok." Sengaja Divya menakuti. Padahal ia sendiri belum tau bagaimana perilaku gadis yang tubuhnya dirinya masuki kini.
"Ish! Kenapa kamu jadi kasar gini sih sama Tante! Lepas!" Fayyana berontak, tangan wanita itu terlepas. Refleks tangan Fayyana terangkat ingin menampar Divya, namun tangannya dicekal seseorang.
"Kau! Kau tau keponakan mu sedang terluka, kau malah ingin menamparnya." Emilio sudah berada di belakang Fayyana mencekal lengan istrinya, dia baru saja pergi memerintah assisten nya dengan beberapa hal tentang urusan rumah sakit dan Perusahaan.
"Sayang, aku nggak sengaja. Barusan cuman refleks karena Ellia mencekal tangan ku sampai sakit. Lihat, pergelangan tangan ku memerah," rajuk wanita itu.
Emilio hanya mencebik, "Ellia sedang sakit, lagian kemana saja kamu sebagai Bibinya! Kau selalu sibuk dengan dirimu sendiri!"
"Apa kalian berdua sedang ikut variety show? Apa ada kamera tersembunyi disini?" Divya memutar bola matanya jengah melihat Fayyana sok manja, namun hatinya bersorak riang ternyata hubungan mereka sepertinya kurang harmonis.
'Oke point penting, Om Emilio eh kok aku manggil Om.... Ck! Ternyata Emilio tidak terlihat terlalu mencintai Fayyana jadi akan mudah aku menggodanya' Pikir Divya semangat.
Akan repot jika Emilio cinta buta pada Fayyana, akan sulit untuk membalas dendam. Dengan tubuh Ellia, ia akan menjadi gadis penggoda. Ah, yes!
"Apa ada yang kau butuhkan, bocah?" Sekali lagi lelaki bermata dingin itu memanggil Divya bocah.
"Ck! Ommm, aku mau pizza. Beliin ya," posisi Emilio yang kini berada tepat di samping ranjang rawat, Divya manfaatkan dengan menarik lengan lelaki itu lalu bergelayut manja.
"Apa-apaan kamu, Ellia!" bentak Fayyana tidak terima.
"Apaan sih Tante Fay, orang tadi Om kok yang bilang kalau butuh sesuatu minta sama Om. Iya kan Ommm..." Divya mencoba berwajah lugu, mengedipkan kedua matanya menatap berani mata dingin Emilio dengan mata jernih milik Ellia.
Nih anak kesambet setan kali yak! Biasanya dia ogah deketan sama Mas Emilio, katanya Mas Emilio galak! Lah ini, kenapa mepet kayak gini?! Fayyana membantin.
Emilio menatap wajah istrinya yang seperti kebingungan, awal pertama melihat kelakuan berbeda dan aneh dari Ellia ia sendiri pun terkejut. Namun tadi setelah Dokter memeriksa keadaan Ellia dan mengatakan benturan keras saat kecelakaan mengakibat otak Ellia cedera. Sikap aneh atau pun nantinya akan ada beberapa hal yang tidak bisa di ingat Ellia, itu adalah hal biasa bagi pasien dengan riwayat benturan keras di kepala.
Emilio pun menceritakan perkataan Dokter pada Fayyana, agar istrinya itu bisa memaklumi perilaku aneh keponakan mereka.
"Ih Om! Cepat dong... mau Pizza sama bombomcar menu baru di restoran baru itu!" Divya berpura-pura cemberut, dia juga mendengar perkataan Dokter tentang otaknya yang bermasalah jadi kesempatan untuk membalas dendam sangat terbuka lebar, bukan, jadi harus ia manfaatkan semaksimal mungkin?
"Lepasin dulu tangan Om-mu, Ellia. Entar Tante yang beliin, ya." Pinta Fayyana berusaha memaklumi keadaan keponakannya dan bersikap lembut, wanita itu tidak suka suaminya digelayuti wanita lain meskipun itu keponakannya sendiri.
"Ogah! Om aja nggak nolak!" Divya menjulurkan lidahnya, merasa puas melihat wajah Fayyana memerah karena marah.
"Sudah-sudah, lepasin dulu ya. Om mau suruh Rian beliin," ujar Emilio merujuk pada asisten nya.
"Ya udah, tapi janji makan nya ditemani sama Om disini. Om kan udah janji mau nurutin kemauan aku tadi," Divya melepaskan gelayutan manja nya dari lengan Emilio.
"Nggak usah keterlaluan, meksipun kata Dokter otakmu bermasalah tapi jangan diambil kesempatan manja sama suamiku!" Fayyana berubah emosi kembali.
"Om ih, Tante galak. Ya udah, aku nggak mau minum obat!" rajuk Divya dengan wajah sedih, dalam hati menahan tawa.
"Ya, Om temenin." Emilio melototi istrinya, pasalnya sebelum orang tua Ellia meninggal ia dan Fayyana dimintai menjaga Ellia sampai Ellia dewasa dan menikah.
"Mas!!!" Fayyana balik melotot tajam.
Yess! Skor 1-1. Huru hara akan terus terjadi!
Baru segini saja wanita selingkuhan suaminya itu sudah kebakaran jenggot, gimana selanjutnya. Divya sudah tidak sabar!
Selama seminggu tubuh Ellia dirawat, Emilio yang dulunya selalu bersikap cuek dan dingin meskipun sesekali memperhatikan perkembangan Ellia. Namun sekarang setiap gadis itu menelepon ia akan langsung datang ke rumah sakit meskipun sedang menggelar rapat penting atau sedang bertemu dengan klien.
"Hari ini kamu bisa pulang, itu artinya kamu sudah sembuh. Jadi jangan minta ini itu lagi sama Om! Ngerti!" Emilio berkata tegas, karena selama seminggu ini ia bagaikan pelayan yang melayani majikan nya. Baru kali itu Emilio melakukan nya pada seseorang, bahkan pada istrinya pun dia tidak se menurut itu.
"Ohhh.... jadi Om nggak ikhlas ngurus aku! Oke fine, liat aja aku nggak akan merepotkan Om lagi!" Divya akan menarik ulur lebih dulu perasaan Emilio, sepertinya lelaki itu lain di mulut lain hati. Kalau memang hanya tanggung jawab sebagai seorang Paman, kenapa harus repot-repot selalu menjaganya padahal ada Fayyana yang lebih berkewajiban mengurusnya.
"Bukan nggak ikhlas, tapi Om juga bukan hanya ngurusin kamu. Om banyak kerjaan, lagian Om ngerawat kamu karena teringat adik Om yang udah meninggal. Jadi, anggap aja selama seminggu ini adalah ekstra bonus perhatian dari Om sebagai Paman-mu. Sekarang mulai bersikap biasa lah, jangan manja lagi." Panjang lebar Emilio menjelaskan.
'Sial! Ternyata lelaki ini perhatian padaku karena ingat adiknya yang udah meninggal! Aku kira bisa dengan mudah menggoyahkan hatinya!' Pikir Divya sebal.
Nggak apa deh, dianggap adek dulu. Nanti lama-lama dia bisa anggap aku sebagai wanita! Jangan menyerah, apalagi nanti di rumah harus lebih gencar mendekatinya!
"Kenapa malah bengong? Kamu denger apa kata Om, 'kan?"
"Denger Om denger, aku nggak budeg. Ya udah, aku mau pulang sekarang."
Emilio geleng-geleng kepala, perubahan gadis bocah di depannya itu terlalu besar. Dulu bertatapan dengan nya saja Ellia tidak berani, seolah takut dengan sosok dinginnya. Jika ada dirinya di rumah, gadis itu malah menghindar dan selalu pergi keluar rumah. Sekarang selain bersikap manja dan berani, gadis itu bahkan tidak segan selalu menimpali perkataannya.
"Kalau begitu, ayo siap-siap. Eh, kamu nggak ingin melihat keadaan kekasihmu sebelum pulang?"
"Enggak usah, nanti aja."
Emilio hanya mengangkat bahu tidak perduli.
Lain lagi dengan Emilio yang sibuk mengurusi Ellia, Fayyana malah sedang bermesraan di ruang kantor milik Finn. Mereka bergumul panas di ruangan pribadi, saling memuaskan g@irah masing-masing.
Setelah pergumulan berakhir, Finn mengambil rokok menyalakan nya. Lelaki itu duduk di tepi ranjang dengan bertela_jang bulat, duduk memunggungi Fayyana yang duduk bersandar pada headboard.
Jemari lentik Fayyana mengelus punggung telan_jang Finn, "Sayang, ada apa? Kau seperti gelisah. Bukankah masalah Divya sudah tertangani, jika ada yang menanyakan keberadaan nya kau akan bilang dia kabur dengan lelaki lain. Bukti-bukti palsu yang kita persiapkan sudah lengkap, apa lagi yang kamu resahkan?"
"Hanya memikirkan satu dua hal, salah satunya kamu belum menjawab pertanyaan ku. Kenapa kau mau dengan ku padahal suamimu lebih segalanya dariku?"
Fayyana terdiam, lalu ia menghela nafas pelan. "Sudah 7 bulan ini aku nggak mendapatkan kepuasan di tempat tidur dari Emilio, punyanya tidak bisa bangun. Kau ingat tentang berita kecelakaan yang terjadi pada kami, bukan. Akibat kecelakaan itu, Dokter mengatakan kami harus sabar, ada saraf terjepit yang membuat milik suamiku itu impoten. Lalu kita bertemu di pesta bisnis tiga bulan lalu, awalnya kita melakukan sex karena kita sama-sama mabuk tapi setelahnya aku ketagihan punyamu. Apalah arti kejayaan dan ketampanan suamiku jika dia enggak bisa memuaskan ku di atas ranjang."
"Bukankah kecelakaan itu kamu yang mengemudi dan kabarnya kamu sedang marah pada suamimu karena cemburu." Ujar Finn mengingat berita heboh tentang kecelakaan Emilio dan Fayyana tujuh bulan lalu, Emilio seorang pebisnis handal dan sudah terlahir kaya.
"Kecelakaan itu emang salahku, tapi aku sudah berusaha membantu suamiku sembuh. Selama empat bulan aku membantunya, kami mendatangi setiap rumah sakit tapi hasilnya nihil. Aku juga membutuhkan melampiaskan hasr@tku, dan aku menyalurkannya padamu. Kau sangat hebat di ranjang, sayang. Kau sungguh terbaik." Fayyana memeluk tubuh Finn dari belakang.
Finn akhirnya tersenyum sumringah, ada kepuasaan dan kebanggaan tersendiri bagi seorang lelaki bisa diakui bahkan dibanggakan keahliannya memuaskan wanitanya di atas ranjang.
"Kalau begitu bercerai lah, setelah aku mengurus perceraian ku dengan Divya mari kita menikah." Ujar Finn.
Fayyana malah terdiam, mungkin Finn belum mengenal siapa sosok suaminya. Jangan pernah menyenggol seorang Emilio, atau kau akan berakhir di dalam gundukan kuburan.
"Jangan gegabah, istrimu baru pergi. Kita lakukan pelan-pelan dan hati-hati, ya."
Finn memikirkan perkataan Fayyana, wanita itu benar ia masih harus waspada dan hati-hati. Menghilangnya Divya masih belum lama, mereka berdua masih harus bermain dengan apik.
.
.
Mansion.
Sejak di dalam mobil bibir Divya menutup rapat, setelah ucapan Emilio kini ia harus banyak memikirkan strategi untuk bisa menggoda lelaki itu.
'Apa aku harus menjadi pribadi lembut dan pendiam?' pikir Divya.
"Sudah sampai, apa mau aku gendong juga masuk ke dalam?" sebelah alis Emilio terangkat.
"Nggak usah Om, aku bisa jalan sendiri. Kan nggak boleh manja! Huh!" Divya membuang wajah lalu membuka pintu mobil dan segera berjalan ke arah pintu. Namun saat di dalam ia mulai kebingungan, mau melangkah kemana dan melakukan apa.
"Om panggilkan pelayan nanti, selama kamu belum mengingat dengan jelas kamu minta lah apapun padanya." Tiba-tiba setelah mengatakan itu Emilio menarik pergelangan tangan Divya dan mulai berjalan ke arah lift.
"Kamu tekan untuk ke lantai dua, kamar mu disana. Sekarang biar Om yang tunjukkan, sepertinya kamu bengong karena belum ingat."
Masih memegang pergelangan tangan Divya, Emilio masuk ke dalam lift. Divya akui Mansion milik Fayyana si wanita jal4ng itu sangat megah, ia juga memang mempunyai rumah mewah namun bukan Mansion seperti itu dan tidak ada lift di dalam nya.
"Sampai, sana keluar. Kamar kesatu dari sini," Emilio mendorong pelan tubuh Divya agar keluar, lelaki itu bergeming pada tempatnya ia tidak ikut keluar. "Kamarku ada di bawah, lagipula aku harus kembali ke Perusahaan. Aku akan memanggil pelayan untuk melayani mu, entah kemana Bibimu itu! Mengurus keponakan sendiri aja nggak bisa diandalkan! Ck!"
Lalu Emilio memijit tombol, pintu lift pun tertutup dan lift bergerak ke bawah. Setelah menginstruksi beberapa pelayan untuk mengurus Divya, lelaki berwajah campuran itu pergi untuk kembali ke Perusahaan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!