Awan gelap ditengah malam serta hujan mengguyur daratan sekitarnya. Perang tak berkesudahan, telah terjadi dimana-mana. Sekelompok meninggalkan desa dan menghilang seiring berjalannya waktu.
•••
Di sebuah desa kecil di bagian Utara yang terletak jauh dan terpencil dari kerajaan Beverley. Atau bisa disebut dengan wilayah North Valley.
Sekelompok orang yang mengenakan jubah berwarna hitam melakukan pembantaian di wilayah North Valley. Mereka menjarah harta benda yang di miliki oleh penduduk desa dan tidak segan-segan untuk membunuh para penduduk desa. Tidak lupa mereka juga membakar desa tersebut.
•••
Beberapa saat kemudian, hujan pun mulai turun perlahan dan terlihat seorang anak yang sedang membuka mulutnya untuk mereguk titik-titik air hujan yang berjatuhan. Sepertinya dia dalam keadaan sekarat dan tubuhnya penuh luka bakar, tapi masih bisa bergerak dan kepalanya terasa agak sakit.
Ran maru yang terbaring lemah tak berdaya akhirnya membuka matanya dan melihat sekeliling yang porak poranda akibat desa yang terbakar. Dia juga terkejut melihat begitu banyak mayat-mayat yang terbaring dalam kondisi mengenaskan.
Ran akhirnya sadar dan perlahan duduk sambil merenungkan nasibnya.
“ Apakah ini hanya mimpi? Tapi ini terasa nyata dan menyakitkan.”
Walaupun dalam keadaan sekarat dan penuh luka bakar, dia mencoba mengingat kejadian yang telah terjadi. Dia ingat beberapa kejadian tersebut, bahwa desanya telah di serang oleh sekelompok orang tak dikenal yang menggunakan jubah berwarna hitam. Serta dia juga ingat bahwa keluarganya terbunuh dan dia selamat berkat Ibunya yang telah menyuruhnya untuk masuk dan bersembunyi di dalam kerajaan sayuran.
Dia masih memikirkan keluarganya serta penduduk desanya yang terus terbayang-bayang di dalam kepalanya. Tiba-tiba, ada sesuatu yang bergerak-gerak di antara reruntuhan bangunan rumah yang terbakar.
Dia mencoba mendekati reruntuhan itu secara perlahan memastikan ada sesuatu dibalik reruntuhan tersebut. Ternyata yang ada dibalik reruntuhan itu ialah Kukuru, seekor kelinci peliharaan Ran.
" Huh, ternyata kau Kukuru. Bikin terkejut aja." Sambil menghela nafas.
Akhirnya Ran dan Kukuru mencoba mencari benda-benda yang masih dapat digunakan kembali disekitar puing-puing bangunan yang hangus terbakar oleh api. Namun hujan semakin lebat dan mengharuskan Ia mencari tempat berteduh dari hujan yang terus-menerus berjatuhan dari langit.
•••
Setelah dirasa hujan mulai mereda, Ran bersiap-siap untuk mencari benda-benda yang masih bisa digunakan kembali dan tak lupa juga mencari sisa-sisa makanan yang tersisa dan layak untuk dimakan.
Ran yang ditemani Kukuru mulai menyusuri desa dan melihat sekeliling. Setelah beberapa waktu menyusuri desa, Ran bersama Kukuru akhirnya menemukan makanan dibalik reruntuhan rumah penduduk. Tidak lama kemudian, Ia mendengar suara seseorang yang sedang menangis. Suara itu semakin terdengar jelas, Ia mencoba melihat sekeliling dan menghampiri suara itu dengan ditemani Kukuru.
" Kukuru, apakah kau mendengar suara anak yang sedang menangis?"
Kukuru pun mengangguk pertanda ia juga mendengar suara tersebut.
Setelah sekian lama mencari dan menoleh ke sana kemari akhirnya Ia menemukan sumber suara tersebut ada dibelakang reruntuhan. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat seorang anak perempuan yang sedang menangis disamping mayat orang tuanya.
Kesedihan dimata anak perempuan itu terlihat jelas oleh Ran. Ia pun terdiam beberapa saat dan mulai mengingat kembali keluarganya yang juga telah terbunuh.
" Hey, apakah hanya kau yang berhasil selamat dari orang-orang itu?"
"Iya, hanya aku yang selamat." Sambil terus menangis
" Bagaimana caramu agar bisa selamat?" Tanya Ran sekali lagi.
" Pada..Pada saat itu aku sedang berada di hutan untuk mencari kayu bakar. Ketika sedang mengumpulkan kayu bakar, aku melihat banyaknya kumpulan asap berwarna hitam yang berasal dari desa. Aku pun buru-buru kembali ke desa sambil meninggalkan kayu bakar yang telah ku kumpulkan dan langsung berlari ke arah desa." Sambil masih terus menangis
" Berarti kau tidak berada di desa saat kejadian itu."
"Iya, setelah hujan turun aku melihat sekeliling desa terdapat banyak darah yang berceceran dimana-mana bersama dengan para penduduk desa yang tergeletak tak bernyawa." Anak perempuan itu menceritakan kenapa dia bisa selamat dari pembantaian sambil masih terus menangis.
" Siapa namamu?" Tanya Ran sekali lagi sambil memberikan sebuah apel kepadanya.
" Lin Lin... Namaku Lin Lin." Jawabnya sambil terisak-isak dan mengusap air matanya.
" Lin Lin, maukah kau ikut denganku. Mengingat sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan di desa ini dan kayaknya cuma kita berdua yang tersisa."
" Huh!" Kukuru merasa kesal kepada Ran karena tidak menganggapnya ada dan mulai menggigit tangan Ran sambil memperlihatkan muka marah kepada Ran.
" Aduh! Sakit! Kukuru, apa yang kau lakukan."
Seru Ran menahan rasa sakit setelah digigit Kukuru.
Akhirnya Ran tahu kenapa Kukuru menggigitnya " Baiklah, kita bertiga."
Kukuru mulai merasa senang kembali, setelah Ran mengganggap-nya. Lin Lin sampai tertawa dan menghentikan air matanya ketika melihat tingkah lucu Kukuru kepada Ran.
" Hahaha, kalian lucu sekali." kata Lin Lin sambil menghentikan tangisan air matanya
Setelah beberapa hari, akhirnya mereka pun sudah semakin membaik dan mulai bergerak untuk bersiap-siap meninggalkan desa. Sebelum meninggalkan desa, mereka memutuskan untuk menguburkan jasad para penduduk desa.
Akhirnya mereka berdua hanya bisa merenungkan nasib tragis yang mereka lalui. Mereka sama-sama terdiam tak bicara sepatah kata pun. Lalu mereka duduk bersama dan larut dalam kesedihan.
" Ran, apa yang akan kamu lakukan setelah ini? Apakah kau akan pergi?" Tanya Lin Lin kepada Ran.
" Aku akan pergi mengembara untuk mencari tahu siapa dalang dibalik semua kejadian ini dan mencari tahu apa motifnya. Aku juga akan mencari seseorang yang bisa menjadikanku lebih kuat dan tak terkalahkan agar bisa membalaskan dendam." Jawab Ran sambil merasa kesal kepada sekelompok orang yang telah membantai desanya.
" Baiklah kalo begitu, hati-hati di jalan dan semoga sukses Ran." balas Lin Lin kepada Ran sambil bersedih karena akan ditinggal oleh Ran.
" Apakah kau mau ikut denganku mengembara Lin Lin?" Tanya Ran kepada Lin Lin.
" Benarkah, aku boleh ikut denganmu." Jawab Lin Lin yang mulai merasa senang karena diajak oleh Ran.
Kukuru merasa sedih dikiranya ia akan ditinggal oleh Ran dan juga Lin Lin untuk pergi mengembara.
" Kukuru, apakah kau juga mau ikut pergi mengembara?" Tanya Ran.
" Hem.. Hem." Kukuru mulai mengangguk pertanda ia setuju dengan ajakan Ran.
•••
Sudah tidak terasa 1 Minggu telah berlalu sejak kejadian pembantaian tersebut. Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi mengembara hari ini setelah menyiapkan perbekalan. Mereka akan pergi mengembara ke arah timur untuk mencari seorang pertapa tua yang juga seorang ahli beladiri dan penempa pedang yang tinggal di dalam hutan belantara.
" Ran kita akan pergi kemana?" Tanya Lin Lin kepada Ran.
" Kita akan pergi ke arah timur untuk mencari pertapa tua."
" Siapa pertapa yang kau maksud Ran?" Tanya Lin Lin sekali lagi.
" Kalo tidak salah Ayahku dulu pernah cerita bahwa namanya adalah Fang." Jawab Ran.
Ran masih belum tahu pasti siapa itu pertapa Fang dan tidak tahu seperti apa orang. Karena selama ini ia hanya mendengar cerita dari Ayahnya yang suka menceritakan padanya saat ia masih kecil.
Pertapa Fang adalah seorang ahli beladiri diri dan penempa pedang terhebat pada zamannya. Seiring berjalannya waktu nama pertapa Fang mulai menghilang dan hanya sebagian orang di dunia yang mengetahui namanya.
Setelah menyiapkan perbekalan untuk perjalanan panjang, akhirnya mereka pun mulai berangkat dan pergi ke arah timur untuk mencari pertapa Fang.
Setelah memulai perjalanan, tidak terasa sudah satu hari mereka berjalan, mereka masih belum sampai ketempat yang dituju. Menurut cerita yang diceritakan oleh Ayahnya Ran, jarak dari desa ke kediaman pertapa Fang kira-kira harus ditempuh selama 2-3 hari.
Akhirnya setelah berjalan cukup lama, mereka memutuskan untuk beristirahat dahulu disebuah Gua yang letaknya tidak jauh dari mereka. Didekat gua tersebut terdapat sungai yang mengalir deras, air jernih dan dipenuhi oleh macam-macam ikan.
Ran dan Kukuru pergi mencari ikan, sedangkan Lin Lin berada didalam gua untuk menjaga barang bawaan yang mereka bawa. Dirasa hari mulai gelap, Ran dan Kukuru kembali ke tempat Lin Lin. Mereka menyatakan buruan ikan-ikan yang berhasil Ran dapatkan.
Setelah melewati malam yang panjang, akhirnya mereka kembali melanjutkan perjalanan dengan menyusuri aliran sungai. Hari berganti hari mereka lalui tanpa henti dan akhirnya mereka menemukan sebuah desa di dekat aliran sungai. Mereka memutuskan untuk beristirahat di desa tersebut guna mengisi kembali perbekalan yang mulai menipis.
Sesampainya di desa tersebut, Meraka melihat sebuah pohon besar nan lebat didekat desa. Akhirnya mereka memutuskan beristirahat di pohon tersebut.
Lin Lin bersama Kukuru pergi ke desa untuk mengisi kembali perbekalan, sedangkan Ran menjaga barang bawaan. Saat Ran hampir terlelap, langit-langit mulai mengelap, angin berhembus kencang dan rintik-rintik hujan mulai turun.
Ran mulai bangun dan bergegas pergi mencari tempat berteduh. Hujan mulai deras, akhirnya Ran menemukan tempat berteduh di suatu rumah dekat situ. Hujan deras itu seperti air terjun yang turun dari langit mengguyur sekitarnya.
Sesampainya di rumah tersebut, ia mendengar langkah kaki dari dalam rumah. Pintu mulai terbuka dan muncul seorang pria tua.
" Siapa kamu? Sedang apa kamu di rumah saya?" Tanya pria tua tersebut.
" Maaf, bolehkah saya berteduh sebentar disini sambil menunggu hujan reda. Setelah hujan reda saya akan pergi.
" Anak muda, Siapa namamu?" Tanya pria tua itu lagi.
" Namaku Ran, Ran Maru" Jawabnya.
Pria tua itu pun mengajak Ran untuk berteduh di dalam rumahnya sembari menunggu hujan reda. Pria tua itu terus memandangi wajah Ran sambil mengelus dagunya.
" Mohon maaf, kalau boleh tahu, Kakek ini siapa?" Tanya Ran sambil mundur kebelakang secara perlahan.
Kakek tua itu pun seketika terdiam sejenak sambil terus memandangi wajah Ran.
Akhirnya kakek itu pun menjawabnya " Nama saya adalah Shiki, pemilik rumah ini."
" Kalo boleh tahu, kenapa sedari tadi kakek terus memandangi wajah saya." Tanya Ran sambil merasa keheranan karena dipandangi secara terus menerus.
" Kamu ini mirip seperti cucuku yang telah tiada 2 tahun lalu karena diserang oleh segerombolan monster yang menyerang desa." Jawab kakek sambil mengingat masa cucunya.
2 jam telah berlalu, Ran yang berada di rumah kakek Shiki menceritakan tentang desanya yang dibantai dan tujuannya untuk mencari seorang pertapa bernama Fang. Kemudian kakek Shiki pergi ke dalam untuk mengambil sebuah kotak.
Kakek Shiki yang memegangi sebuah kotak kemudian membersihkannya dari debu dan memeriksanya secara hati-hati. Dirasa kotak itu telah bersih dari debu dan tidak ada kerusakan pada kotak tersebut, akhirnya kakek Shiki memberikan kotak itu kepada Ran.
" Anak muda, terimalah kotak peninggalan cucu Kakek."
" Bukankah ini milik cucu Kakek, apakah saya berhak mengambilnya?" Tanya Ran yang merasa bingung karena kakek Shiki memberikan sebuah kotak milik cucunya.
" Sekarang kotak ini menjadi milikmu, kamu berhak mengambilnya."
Setelah menerima kotak itu, Ran mulai membuka kotak itu walaupun agak sulit terbuka. Ia sangat terkejut karena di dalam kotak tersebut terdapat sebuah tongkat kecil yang memancarkan cahaya berkilau.
Ran merasa sedikit aneh kepada Kakek Shiki karena memberinya sebuah tongkat kecil berukuran sumpit. Beberapa waktu berlalu, kemudian Ran mulai memegang tongkat itu. Cahaya yang terdapat pada tongkat itu perlahan-lahan mulai memudar. Tiba-tiba tongkat itu mulai membesar dan kembali ke ukuran normalnya.
" Anak muda, tongkat itu adalah tongkat sakti, tongkat itu juga dapat mengecil dan membesar tergantung kemauan si penggunanya."
•••
Hujan pun mulai mereda, Ran ingin berpamitan kepada Kakek Shiki untuk mencari kedua temannya. Namun, Kakek Shiki melarangnya untuk membawa barang bawaannya dan menyuruhnya untuk menginap satu malam di rumahnya.
Selang beberapa waktu, Ran akhirnya menemukan Lin Lin dan juga Kukuru di dekat pohon besar. Lin Lin yang basah kuyup sambil membawa sekeranjang buah apel beserta makanan pokok lainnya. Ran mengajak Lin Lin dan Kukuru untuk pergi ke rumah kakek Shiki.
Sesampainya di rumah kakek Shiki, Lin Lin disuruh untuk menganti baju yang basah karena diguyur hujan. Dirasa hari mulai gelap, Kakek Shiki menyuruh mereka untuk menginap dan melanjutkan perjalanan esok hari.
Pada saat malam hari, kakek Shiki menceritakan kisahnya yang kenal betul dengan pertapa Fang. 35 tahun yang lalu, kakek Shiki dan pertapa Fang adalah seorang Jenderal perang Kerajaan Beverley.
Pada saat kejayaan kerajaan Beverley, Shiki dan Fang berhasil menaklukkan beberapa kerjaan berkat sang ahli tak-tik Gon yang juga merupakan sahabat mereka. Kami bertiga menjelma menjadi jenderal perang yang ditakuti pada masanya sebelum.
•••
Keesokan harinya, kakek Shiki memutuskan untuk menemani mereka pergi ke kediaman pertapa Fang. Ran, Lin Lin dan kakek Shiki bersiap untuk perjalanan ke hutan tempat tinggal pertapa Fang.
Akhirnya mereka pun berangkat ke hutan ditemani kakek Shiki untuk memandu jalan ke rumah pertapa Fang. Kakek Shiki ingin sekali bertemu kawan lamanya yaitu Fang.
Pada saat perjalanan menyusuri hutan, mereka dihadang oleh seekor monster ular raksasa. Disitulah Ran mengeluarkan tongkat sakti yang bernama Riu Jing Hao untuk melawan ular raksasa tersebut. Disitulah kekuatan besar yang ada didalam Riu Jing Hao terlihat dalam melawan ular raksasa itu.
Ular raksasa itu dihantam terus menerus tanpa henti oleh Ran mengunakan Riu Jing Hao. Akhirnya ular itu dapat dikalahkan dan tongkat sakti itu telah menemukan tuan barunya.
Sesampainya di kediaman pertapa Fang, mereka disambut oleh murid satu-satu Fang yang bernama Shin. Fang menyambut mereka dengan hangat. Akhirnya kakek Shiki bertemu sahabat lamanya setelah sekian lama tak pernah bertemu.
Setelah sampai di rumah pertapa Fang, mereka memutuskan untuk membersihkan diri dan mulai beristirahat. Fang yang sedari tadi duduk di halaman belakang sambil memandangi langit akhirnya mulai didatangi Shiki bersama Ran dan Lin Lin.
" Fang, apakah kami mengganggumu?" Tanya Shiki.
" Oh, kalian, kemari lah aku ingin menanyakan sesuatu kepada kalian" Jawab Fang kepada mereka.
" Apa yang ingin kau tanyakan kepada kami wahai pertapa Fang?" Tanya Ran sambil penasaran.
" Jadi apa tujuan kalian menemui ku?" Tanya Fang.
" Tujuanku datang kesini tidak lain hanya untuk mengantarkan kedua anak ini yang ingin menemui mu dan juga bertemu sahabat lamaku." Jawab Shiki.
" Lantas apa tujuan kalian berdua menemui ku?" Tanya Fang kepada Ran dan Lin Lin.
Ran mencoba menjelaskan tujuannya datang kesini.
" Sebelum kami berdua memutuskan datang kesini, kami telah mengalami musibah yang sangat tragis. kedua orang tua kami terbunuh serta penduduk desa lainnya. Mereka terbunuh oleh sekelompok orang berjubah hitam. Kami berhasil selamat dari sekelompok orang-orang itu dan aku bertekad untuk terus menjadi lebih kuat agar bisa membalaskan dendam."
Pertapa Fang merasa sedih, air mulai keluar dari matanya setelah mendengar kejadian yang menimpa mereka berdua.
" Jadi tujuan kalian berdua datang kesini hanya untuk berguru bersamaku."
"Iya betul, kami kesini ingin berguru dan belajar berpedang agar bisa menjadi lebih kuat. Mohon terima kami menjadi muridmu." Jawab Ran sambil memohon agar diterima menjadi murid pertapa Fang.
" Baiklah, aku menerima kalian berdua menjadi muridku. Sekarang kalian istirahat terlebih dahulu, besok pagi kalian akan berlatih bersama Shin.
Ran dan juga Lin Lin merasa sangat senang karena diterima menjadi muridnya pertapa Fang. Akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat dan mulai masuk menemui Shin yang sedang merapikan tempat untuk istirahat mereka.
" Apakah kau juga ingin menjadi muridku?" Tanya Fang kepada Shiki sambil bercanda.
" Ah, aku lebih hebat dari pada kau." Jawab Shiki sambil sedikit menyombongkan diri.
" Kenapa bukan kau yang melatih mereka?" Tanya Fang sekali lagi sambil bercanda.
" Aku sudah memberikan tongkat Riu Jing Hao kepada Ran."
Akhirnya mereka berdua berbincang bincang serta bercanda mengingat masa lalu yang telah mereka lalui. Setelah semuanya sudah tertidur lelap, Fang bersama Shiki mulai pergi ke sebuah makam dekat sumur tua diatas bukit.
•••
Suasana pagi hari dengan hawa dingin yang sangat menusuk batin. Fang menyuruh Shin untuk segera membangunkan Ran dan Lin Lin. Setelah Ran dan Lin Lin bangun, Fang menyuruh mereka bertiga untuk melakukan lari mengelilingi hutan sembari mencari kayu bakar untuk latihan pertama.
Akhirnya Ran bersama Lin Lin mulai berlari menyusuri hutan dengan dipandu oleh Shin. Ketika mereka bertiga mulai berlari, Fang memulai bermeditasi dengan merasakan hawa dinginnya pagi hari.
" Shin, kalo boleh tahu kita disuruh berlari berapa kilometer?" Ran mulai bertanya kepada Shin.
" Biasanya, aku dan teman-temanku disuruh berlari kurang lebih 10 kilometer. Itu sama saja dengan mengelilingi bukit itu." Jawab Shin sambil terus berlari.
" Dimana teman-temanmu? Sudah berapa lama kamu menjadi murid pertapa Fang?" Tanya Ran kepada Shin.
" Teman-temanku telah terbunuh oleh pasukan iblis pada saat menyelamatkan desa. Aku baru dua tahun menjadi murid guru Fang." Jawabnya.
Meraka terus berlari sembari menceritakan kisah hidupnya masing-masing. Mereka pun semakin akrab satu sama lain setelah berbincang-bincang. Kemudian Lin Lin meminta untuk beristirahat sejenak karena sudah merasa kelelahan.
Karena dari tadi pagi mereka belum makan, Ran memutuskan untuk mencari makanan di hutan sendiri. Lin Lin akhirnya mulai berani berbicara dengan Shin, walaupun agak sedikit canggung. Setelah Ran kembali membawa beberapa buah yang ia dapatkan di hutan, akhirnya mereka pun makan bersama-sama.
Setalah dirasa cukup lama beristirahat, mereka pun mulai kembali berlari. Ketika mereka sedang berlari di hutan, tiba-tiba datanglah segerombolan serigala. Shin menghalau serigala yang ingin menyerang, tak lama kemudian Ran mencoba melawan serigala dengan tongkat sakit pemberian kakek Shiki. Akhirnya mereka bertarung melawan segerombolan serigala tersebut.
Akhirnya segerombolan serigala tersebut berhasil dipukul mundur oleh Ran dan Shin. Ran kewalahan ketika mengunakan tongkat Riu Jing Hao. Karena ia belum terbiasa mengunakannya, akhirnya Ran merasa kelelahan.
Hari semakin siang, Lin Lin sudah tidak kuat lagi untuk berlari, akhirnya Shin memutuskan untuk menggendong Lin Lin. Mereka pun kembali beristirahat di pinggiran sungai, Shin memutuskan untuk pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar seorang diri. Sedangkan Ran disuruh oleh Shin untuk menjaga Lin Lin terlebih dahulu.
Langit mulai menggelap pertanda akan turun hujan, Shiki mengkhawatirkan keadaan mereka, karena sedari tadi belum sarapan.
" Fang, apakah kita susul saja mereka?"
" Tidak perlu, Shin sudah terlatih cukup lama. Tenang saja, mereka pasti baik-baik saja." Jawab Fang kepada Shiki yang merasa khawatir.
Hujan pun turun, akhirnya mereka pulang dengan membawa kayu bakar yang dibawa oleh Ran. Shin kembali sambil mengendong Lin Lin yang tak kuat berlari.
" Akhirnya kalian pulang juga. Cepat sana ganti baju kalian yang basah, habis itu kita makan bersama." Seru Fang sambil tersenyum kepada mereka karena telah melewati latihan pertama.
Setelah membersihkan diri, mereka pun mulai makan bersama. Kukuru yang sedari tadi menunggu kepulangan Ran mulai menuju ke arah Ran yang kemudian naik ke pundaknya.
" Lin Lin, besok kamu tidak akan latihan dahulu, biarkan mereka berdua yang latihan." Kata guru Fang menyuruh Lin Lin untuk tidak latihan besok.
" Baiklah." Jawab Lin Lin.
" Luka cakaran dapat dari mana itu Ran?" Tanya Shiki yang merasa khawatir kepada Ran.
" Tadi kami bertarung dengan segerombolan serigala dan tidak sengaja ada satu serigala yang menyerang ku dari belakang." Jawab Ran kepada Shiki.
Mereka makan bersama sambil berbincang-bincang tentang latihan pertama mereka. Setelah mendengar cerita Ran, bahwa ia kewalahan mengendalikan tingkat Riu Jing Hao, akhirnya Shiki memutuskan untuk melatih Ran mengunakan tongkat Riu Jing Hao. Shiki bersedia melatih Ran asalkan ia berhasil melewati latihan fisik yang akan diberikan oleh guru Fang.
Pada saat hari kedua, Fang membangunkan Shin dan Ran ketika matahari belum terbit, udara masih sangat dingin. Fang menyuruh mereka untuk pergi mengambil air di sumur atas bukit.
" Kalian berdua segeralah bersiap untuk mengambil air!" Seru Fang kepada Shin dan Ran.
Akhirnya mereka berdua bergegas mengambil wadah dibelakang. Mereka disuruh berlari untuk mencapai bukit dan masing-masing membawa dua buah kendi berisi air sebanyak sepuluh kali.
" Shin, apakah kamu selalu disuruh mengambil air begini?" Tanya Ran kepada Shin.
"Iya, tapi dulu aku cuma disuruh mengambil air lima kali." Jawabnya.
Sesampainya di sumur itu, Shin dan Ran bergantian mengambil air. Mereka mengisi kendi air bersama, mereka juga turun dari bukit bersama-sama.
Setelah sampai di rumah, mereka langsung mengisi kendi besar yang ada di halaman belakang. Setelah mengisi kendi besar tersebut, mereka pun lanjut berlari ke atas bukit untuk mengambil air kembali.
Matahari mulai menampakkan dirinya pertanda pagi akan segera tiba. Shiki membangunkan Lin Lin yang sedang tertidur bersama Kukuru.
Setelah Lin Lin bangun, ia disuruh untuk ke halaman belakang menemukan Fang dan berlatih bersama. Shiki menghampiri Fang yang sedang bermeditasi, ia menanyakan latihan apa yang akan diberikan kepada Lin Lin.
Lin Lin pun datang ke halaman belakang dengan ditemani oleh Kukuru.
" Lin Lin, ikutlah bermeditasi bersamaku terlebih dahulu, sebelum memulai latihan!" Seru Guru Fang.
" Shiki, apakah kamu ingin ikut bermeditasi atau kamu akan mengawasi mereka berdua dalam mengambil air?" Tanya Fang kepada Shiki.
" Aku, akan mengawasi mereka saja." Jawabnya.
Shin dan Ran kembali mengisi kendi besar tersebut dan melihat Lin Lin yang sedang ikut bermeditasi bersama guru Fang. Setelah selesai mengisi kendi besar tersebut, mereka melanjutkan mengambil air.
Kukuru mengikuti Ran yang sedang berlari, akhirnya Kukuru ikut bersama mereka dalam mengambil air. Mereka telah mengambil air sebanyak lima kali dan Kakek Shiki menyuruh mereka untuk beristirahat terlihat dahulu.
Mereka pun makan makanan yang telah dibuat oleh Lin Lin bersama Kakek Shiki. Setelah merasa puas dan kenyang, mereka disuruh kembali mengambil air di atas bukit. Mereka berdua pun lanjut berlari ke atas bukit dengan ditemani oleh Kukuru.
Ketika matahari telah berada di atas kepala, mereka baru mengisi kendi besar tersebut sebanyak delapan kali. Mereka berdua memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu di bawah pohon yang rindang. Ketika mereka berdua hampir terlelap, rintik-rintik hujan mulai turun secara perlahan.
" Shin bangun!" Seru Ran yang sedang membangunkan Shin.
" Ayo kita segera melanjutkan mengisi air!" Seru Shin.
Mereka pun bergegas mengisi air dan kembali ke rumah. Setelah sampai rumah, Ran menyuruh Kukuru untuk tidak mengikuti mereka. Mereka melanjutkan berlari untuk mengambil air yang terakhir.
Hujan mulai lebat dengan beberapa sambaran petir yang menggelegar. Mereka terus berlari untuk mengambil air di atas bukit. Ketika dalam perjalanan, jalan yang mereka lalui terendam longsor akibat hujan yang deras dan membuat jalanan menjadi licin.
" Huh! Bagaimana ini, Shin apakah ada jalan lain." Tanya Ran.
" Ada, tapi kita harus memutar dan itu sangat jauh." Jawab Shin.
" Padahal tinggal satu kali lagi kita mengambil air." Ran dengan wajah putus asa.
" Apakah kamu mau mengambil jalan memutar tapi itu sangat jauh?" Tanya Shin.
" Baiklah, kalau itu jalan satu-satunya. Kita pergi sekarang." Jawabnya.
Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk memutar dikarenakan jalan yang mereka lalui terendam longsor. Hujan turun sangat deras membuat jalan yang mereka lalui menjadi licin.
Ketika mereka sedang berlari, jalan yang hendak mereka berdua lalui mengalami longsor yang membuat jalannya menjadi kecil.
" Bagaimana mana ini? Disini juga longsor." Kata Shin.
" Apakah ini jalan satu-satunya Shin?" Tanya Ran.
" Iya, kita harus tetap melewati jalan ini jika ingin mengambil air." Jawab Shin.
Akhirnya mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan sedang hati-hati karena jalannya rawan longsor. Mereka berjalan secara perlahan dan berhati-hati melewati jalanan yang mengecil karena longsor.
Setelah mereka berdua berhasil melewati jalan yang terkena longsor. Mereka pun mulai kembali berlari agar segera sampai ke sumur itu. Sesampainya di sumur itu, Ran meminta kepada Shin untuk beristirahat sejenak.
" Shin, kita istirahat sejenak sambil menunggu hujan agak reda."
" Baiklah." Jawabnya.
Setelah dirasa hujan agak reda, mereka pun mengambil air dan segera kembali ke rumah. Ketika hendak melewati jalan yang terkena longsor mereka pun mulai berhati-hati. Ketika sudah berada ditengah-tengah jalan, tiba-tiba Ran terpeleset, untung saja Shin dengan sigap menangkap tangan Ran yang hendak jatuh ke jurang.
" Huh, makasih ya Shin." Ran berterima kasih kepada Shin karena telah menolongnya.
" Iya, sama-sama."
" Maaf, karna aku kendi yang kita bawa harus pecah." dengan muka menyesal dan jantung yang berdebar kencang, Ran meminta maaf kepada Shin.
" Tidak apa-apa, lagian yang terpenting kamu selamat dan juga masih ada satu kendi milikku." Jawabnya.
Hujan mulai reda, Lin Lin sangat khawatir kepada mereka berdua yang sedari tadi belum kembali. Kemudian datanglah Kakek Shiki yang menenangkan Lin Lin karena merasa khawatir.
Tidak lama kemudian mereka berdua akhirnya kembali dengan membawa satu kendi berisi air. Shin menyuruh Ran untuk membawa kendi tersebut.
" Kenapa kalian hanya membawa satu kendi dan dimana tiga kendi lainnya?" Tanya guru Fang kepada mereka berdua.
" Maaf ini salahku, karna tadi aku tergelincir dan membuat kendi lainnya jatuh ke jurang." Dengan muka menyesal Ran menjawabnya.
" Tidak, ini bukan salah Ran, jika saja aku tidak memilih memutar jalan karena terendam longsor, mungkin Ran tidak akan tergelincir." Jawab Shin sambil membela Ran.
" Baiklah kalau begitu, urusan tiga kendi itu tidak usah dipikirkan, yang penting kamu selamat Ran." Kata guru Fang.
Mereka berdua mulai masuk dan akan membersihkan diri dari lumpur yang mengotori baju mereka. Setelah membersihkan diri, mereka disuruh oleh guru Fang untuk membantu Lin Lin menyiapkan makanan untuk nanti malam.
Malam pun tiba, mereka semua makan bersama-sama sambil bercerita. Guru Fang bersama kakek Shiki menceritakan kisah hidupnya pada saat mereka masih kecil, yang hidup bersama di sebuah kamp pengungsi. Setelah melewati malam yang panjang mendengarkan cerita kisah mereka berdua. Akhirnya mereka semua memutuskan untuk tidur dan akan memulai latihan lagi esok hari.
Tidak terasa sudah satu minggu Ran, Lin Lin, Kukuru dan kakek Shiki berada dikediaman guru Fang. Selama satu minggu ini Ran hanya disuruh untuk berlari ke hutan untuk mencari kayu bakar dengan Shin dan juga berlari ke atas bukit untuk mengambil air.
Sedangkan Lin Lin selama satu minggu ini hanya berlatih bermeditasi dan diajarkan memasak oleh kakek Shiki. Lin Lin juga sesekali pergi ke desa terdekat untuk mencari bahan makan dengan ditemani oleh Kukuru dalam mencari bahan makanan yang disuruh oleh kakek Shiki.
" Lin, sudah satu minggu kita disini tapi kita hanya disuruh dan tidak dilatih bela diri." Kata Ran yang merasa agak kecewa.
" Tenang saja, mungkin guru Fang ingin menguji kemampuan fisikmu Ran." Kata Shin yang berada disitu.
" Mungkin." Jawab Ran.
" Eh, apakah kamu tidak ingat? Kalau kakek Shiki ingin melatih mu menggunakan tongkat Riu Jing Hao, tapi kamu harus melewati latihan fisik yang diberikan guru Fang." Kata Lin Lin.
" Iya, aku ingat." Jawab Ran sambil mulai bersemangat kembali.
Mereka bertiga pun kembali melanjutkan latihan yang telah diberikan oleh guru Fang tanpa merasa berkecil hati. Mereka terus melakukan apa yang disuruh oleh guru Fang.
Sudah hampir satu bulan Ran cuma disuruh berlari mengelilingi bukit untuk mencari kayu dan mengambil air di atas bukit di sebuah sumur tua bersama Shin. Sedangkan Lin Lin, ia sudah berlatih bela diri. Lin Lin dilatih langsung oleh kakek Shiki yang sekarang menjadi guru disini.
Tubuh Ran sekarang sudah semakin berotot, ia bahwa sekarang mampu untuk berlari dua puluh kali mengelilingi bukit. Sekarang, ia disuruh mengambil air sebanyak dua puluh kali, seorang diri. Shin sekarang ditugaskan untuk menjalani latihan menjadi seorang prajurit kerajaan. Ia disarankan untuk menjadi prajurit oleh guru Fang.
"Huh... Kurang satu kali lagi!" seru Ran.
Ketika ia sudah sampai didepan sumur, ia merasa kelelahan dan memutuskan untuk beristirahat disebuah pohon dekat sumur tua tersebut. Ia terlelap, akhirnya ia tertidur sampai siang hari. Panas matahari di siang hari membuat Ran terbangun dari tidurnya.
" Aduh, aku sampai tertidur pulas karena kelelahan. Aku harus segera pulang."
Ia pulang sambil membawa dua kendi berisi air, tiba-tiba ada yang memanah kendi itu sampai pecah. Ran mulai kebingungan mencari sumber anak panah tersebut, ia melihat sekeliling dan terus mencari.
Ketika ingin melanjutkan kembali, tiba-tiba anak panah lainnya memecahkan kendi yang satunya lagi. Ran mulai kesal dia mencari dimana letak pemanah yang memecahkan kendinya.
" Siapa kau? Dimana kau? Kalau berani tunjukkan dirimu." ujar Ran yang merasa sangat kesal.
Tiba-tiba, satu anak panah melukai Ran, anak panah itu ternyata memiliki sebuah pesan. Ia mulai membaca pesan yang ditinggal oleh si pemanah misterius tersebut. Pemanah itu meninggal pesannya di anak panah terakhir yang melukai Ran.
" Aku sengaja cuma mengenaimu, aku bisa saja membunuhmu, tapi kayaknya kamu bukan orang yang berbahaya. Hati-hati ketika kau kembali kesini lagi."
Isi pesan yang diberikan si pemanah.
Akhirnya Ran kembali tanpa membawa air, ia langsung dihukum oleh guru Fang karena membiarkan kendinya pecah. Ran dihukum tidak boleh memakan apapun hari ini. Ia diikat disebut tiang besar depan halaman rumah.
Empat jam terlalu berlalu, Ran masih terikat di tiang besar tersebut. Lin Lin yang melihatnya mulai merasa kasihan kepada Ran, ia merasa tak tega kepada orang yang telah membawanya kemari. Ia ingin memberikan sebuah makanan dan minuman kepada Ran yang merasa lapar dan haus.
Kemudian Lin Lin membawakan makanan dan minuman untuk Ran.
" Ran, aku bawain makanan dan minuman, pasti kamu lapar dan haus kan."
" Tapi Lin, kalo ketahuan kamu memberikan makanan dan minuman untuk, kamu juga akan terkena hukuman dari guru Fang." ujar Ran yang tak ingin Lin Lin terkena hukuman.
" Tidak apa-apa, yang penting kamu bisa menghilangkan lapar dan haus. Kamu juga kelelahan karena disuruh ambil air kan." Jawab Lin Lin.
" Iya, makasih Lin, tapi kalo kamu dihukum bagaimana?" tanya Ran.
" Jika aku ikut dihukum, aku bersedia asalkan kamu terlepas dari hukuman." Jawabnya.
Ternyata guru Shiki mengamati Ran dan Lin Lin dari kejauhan. Tidak hanya guru Shiki, guru Fang juga melihat langsung ketulusan Lin Lin yang merasa kasihan kepada Ran yang terus-terusan dihukum.
Akhirnya guru Fang menghampiri mereka.
" Guru, ini bukan salah Lin Lin, ini salahku yang meminta dibawakan makanan dan minuman." Kata Ran yang mencoba membela Lin Lin agar ia tidak terkena imbas dari hukumannya.
" Tidak guru, ini dari aku sendiri yang membawa makanan dan minuman kepada Ran karena merasa kasihan." Kata Lin Lin yang membela Ran.
" Aku sudah mendengar semuanya, aku juga telah melihat dari awal." Jawab guru Fang.
" Guru, apakah engkau akan menambah hukuman Ran?" tanya Lin Lin.
" Apakah engkau akan menghukum Lin Lin guru?" tanya Ran.
" Tidak, aku tidak akan menambah hukumanmu Ran dan juga tidak akan menghukum Lin Lin." Jawab guru Fang.
" Apakah yang aku lakukan salah guru?" tanya Lin Lin kembali.
" Tidak, kamu melakukan hal yang benar Lin. Kamu menginginkanku akan latihan pertamaku dahulu." Jawabnya.
Ran merasa sangat lega karena Lin Lin tidak ikut dihukum dan ia kini bebas dari ikatan tiang besar itu. Pada saat malam hari, Ran mulai merenungkan kembali soal pemanah misterius yang tidak dapat ia temukan. Saat sedang memikirkan pemanah itu, tiba-tiba guru Shiki menghampirinya.
" Kenapa Ran?" tanya guru Shiki kepada Ran.
" Oh, bukan apa-apa kok guru." jawabnya.
" Apa yang sedang kau pikirkan Ran, coba cerita."
Akhirnya Ran menceritakan kejadian yang ia alami tadi siang saat ingin membawa kembali kendi berisi air. Ia juga menceritakan tentang seorang pemanah misterius yang mengancamnya.
" Temui aku besok di halaman belakang pada saat matahari terbit." Guru Shiki mengajak Ran untuk menemuinya esok hari.
" Ada apa guru, tumben sekali kau mengajakku untuk melakukan pertemuan."
" Temui saja aku esok hari."
" Baiklah." jawab Ran yang merasa kebingungan akan ajakan guru Shiki.
Keesokan harinya Ran bangun, ia segera menuju ke halaman belakang. Ia melihat sudah ada guru Fang, guru Shiki dan Lin Lin yang sedang bermeditasi. Kemudian guru Shiki memanggilnya.
" Ran, kemari lah."
Ran menuju panggilan guru Shiki, " Ada apa guru?" tanya Ran.
" Aku sudah berbicara kepada Fang, agar kamu tidak lagi mengambil air dan mencari kayu bakar lagi."
" Kenapa guru? Apa karna cerita malam tadi?" tanya Ran yang merasa kebingungan.
" Sekarang kamu akan berlatih bermeditasi dan melakukan gerak bela diri dasar."
" Lantas, siapa yang akan mencari kayu bakar dan mengambil air?" Ran bertanya kembali, ia masih merasa kebingungan.
" Sebenarnya, disini ada sumur dan untuk kayu bakar, kita akan atur jadwalnya." ujar guru Shiki.
" Baiklah kalau begitu." jawab Ran.
" Sekarang bergabunglah bersama mereka."
" Baik guru." jawab Ran, ia sekarang merasa sangat senang, setalah sekian lama menanti latihan yang akan diajarkan oleh guru Fang.
Ran bergabung dengan Lin Lin untuk melakukan meditasi. Namun, ia merasa kesusahan untuk berkonsentrasi dan mengosongkan pikirannya. Kemudian guru Fang menyuruh Lin Lin untuk mengajarinya meditasi selama 1 minggu full.
Lin Lin mengajari Ran bermeditasi sebisanya. Ia mengajari Ran sama dengan guru Fang mengajarinya.
" Sehabis kau berlatih meditasi, kau berlari sejauh sepuluh kilometer bersama Lin Lin." kata guru Fang.
" Baik guru." jawabnya.
Lin Lin mengajari Ran bermeditasi setelah itu ia mempersiapkan untuk berlari. Akhirnya mereka berdua pun berlari bersama lagi setelah hampir satu bulan tidak berlari bersama.
Setelah berlari sejauh sepuluh kilometer, akhirnya mereka berdua sampai dengan selamat dan tanpa halangan apapun. Mereka membersihkan diri sebelum melakukan makan bersama-sama.
Sehabis makan bersama, Ran yang sedang duduk dengan ditemani Kukuru mulai diajak oleh guru Shiki untuk melakukan gerakan dasar bela diri.
" Ran, kemari lah, sekarang waktumu untuk latihan bela diri."
Ran memulai latihan dasar bela diri dengan dimulai dari bagian kuda-kuda. Ia disuruh untuk melakukan gerakan kuda-kuda teknik dasar dalam bela diri. Namun, ia tidak merasakan sakit saat melakukan kuda-kuda, karena ia telah melatih kakinya dengan cara berlari setiap hari. Namun, ia juga kesusahan dalam melakukan penempatan kuda-kuda yang benar.
" Untuk latihan hari ini cukup sampai sini, kita lanjut besok." ujar guru Shiki.
" Baik guru." jawab Ran sambil tersenyum bahagia.
Ran pun tidur seperti biasanya. Keesokan harinya ia mulai berlatih bermeditasi bersama Lin Lin, hari itu juga Kukuru ikut menemani mereka berlatih bermeditasi. Sedikit demi sedikit Ran mulai bisa berkonsentrasi dan menenangkan pikirannya.
Setelah latihan meditasi selesai, mereka berdua lanjut berlari, Kukuru juga mengikutinya dari belakang. Hampir setengah perjalanan Kukuru merasa kelelahan, akhirnya Ran mengendong Kukuru.
" Makanya, kalo tidak kuat, jangan ikut." kata Ran kepada Kukuru.
Sesampainya di rumah, Ran mengistirahatkan Kukuru. Sedangkan ia membersihkan diri dan akan bersiap untuk makan bersama. Setelah makan bersama, Ran menjenguk Kukuru dan memberinya makanan.
Malam pun tiba, saatnya Ran berlatih bela diri dasar. Hari ini ia disuruh untuk melakukan push up sebanyak lima puluh kali. Ia merasa heran dan kebingungan, karena ia tidak merasa sakit yang sangat luar biasa ketika pertama kali melakukan lima puluh kali push up.
" Ini karena kau telah melatih kekuatan tanganmu dengan cara mengambil air dari atas sumur tua itu." kata guru Shiki sambil menjelaskan beberapa tahapan bela diri.
Setelah dirasa latihan untuk hari ini cukup, guru Shiki mengakhiri latihan pada malam ini. Pagi harinya seperti biasanya Ran berlatih bermeditasi dengan Lin Lin. Namun, kali ini sebelum berlari guru Shiki menambah porsi latihan untuk Ran, yaitu melakukan dua puluh lima kali push up.
Setelah latihan meditasi, Ran melakukan hal yang diberikan oleh guru Shiki. Ia melakukan dua puluh lima kali push up sebelum berlari. Lin Lin menghitung push up yang dilakukan Ran.
Selesai melakukan dua puluh lima kali push up, akhirnya Ran dan Lin Lin mulai berlari. Mereka kembali ke rumah, Ran membersihkan diri sedangkan Lin Lin menyiapkan makanan untuk makan bersama.
Malam pun tiba, latihan bela diri dasar yang akan Ran lakukan adalah menendang. Ia disuruh melakukan tendangan dengan teknik dasar bela diri pada sebuah kayu yang sering dibuat latihan. Ia disuruh menendang dengan benar sebanyak dua puluh lima kali.
" Ran, tidak perlu keras-keras tendangannya yang penting benar aja dulu." ujar guru Shiki.
" Baiklah guru." jawab Ran.
Sudah empat hari Ran berlatih bermeditasi dengan Lin Lin dan berlatih bela diri dasar dengan guru Shiki. Sekarang ia ingin dilatih langsung oleh guru Fang teknik berpedang. Ran kembali berlatih bermeditasi, setelah itu ia berlatih push up sebanyak dua puluh lima kali. Ia juga bersama Lin Lin disuruh ke desa untuk membeli bahan makanan yang menipis.
Mereka memulai perjalanan ke desa untuk membeli bahan makanan dengan berlari. Sesampainya di desa, Lin Lin menyuruh Ran untuk membeli sayuran sedangkan ia akan memberi bumbu dan rempah-rempah lainnya.
Sehabis membeli semua bahan makanan yang diperlukan, mereka berdua memutuskan untuk pulang. Ketika dalam perjalanan, mereka dihadang oleh sekelompok bandit.
" Serahkan seluruh uang yang kalian punya." kata bandit itu dengan menodongkan pisau kearah mereka berdua.
" Jika, kita tidak mau memberikannya bagaimana?" tanya Ran.
" Paksa mereka memberikan seluruh uangnya."
" Seeeeeerrrraaaaanggggg!!!"
Mereka berjumlah sekitar sepuluh orang, Ran melawan lima orang dan Lin Lin juga melawan lima orang. Ran merasa kewalahan melawan mereka karena ia harus menghindari senjata tajam milik mereka. Lin Lin berhasil menumbangkan satu orang, namun, ia terkena tebasan pisau di bagian tangan kirinya.
Hampir satu jam mereka berdua melawan para bandit, Ran mulai merasakan kelelahan. Ia baru saja menumbangkan dua orang dan tersisa tiga orang lagi. Sedangkan Lin Lin telah menumbangkan tiga orang dan akan menumbuhkan satu orang lagi.
Ketika akan menumbangkan satu orang lagi, Lin Lin akan ditusuk pisau dari belakang. Tiba-tiba, sebuah anak panah menancap di kepala para bandit yang tersisa dan menumbangkan semuanya.
" Siapa yang melakukan ini semua." Lin Lin bertanya dan merasa kebingungan.
Ran yang telah mengetahui bahwa ini adalah anak panah dari orang yang memecahkan kendi airnya pun merasa bersyukur karena terselamatkan olehnya.
Ran melihat pemanah misterius itu, ia mencoba untuk mengejarnya. Namun, pemanah misterius itu menyadari bahwa Ran melihat, ia pun kabur secepatnya.
" Ran, siapa itu?" tanya Lin Lin.
" Itu pemanah misterius yang aku ceritakan waktu itu." jawab Ran.
" Apakah dia ada di pihak kita?" Lin Lin bertanya kembali kepada Ran.
" Entahlah aku tak tahu." jawab Ran sambil mengangkat bahunya.
Akhirnya mereka memungut kembali sayuran yang berjatuhan karena pertarungan tadi. Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, guru Shiki telah menunggu kedatangan mereka karena hari akan segera gelap.
" Dari mana aja kalian? Kenapa pulangnya telat?" tanya guru Shiki kepada Ran dan Lin Lin.
" Tadi kami habis dihadang oleh sekelompok bandit, salah satu dari mereka berhasil melukai Lin Lin." Jawab Ran.
" Syukurlah kalau kalian tidak terluka parah, biarkan aku yang memasak hari ini, kau beristirahat saja Lin Lin." kata guru Shiki.
Setelah membersihkan diri, Ran memberi makan Kukuru. Mereka pun makan bersama seperti biasanya.
" Guru, dimana guru Fang?" tanya Ran yang merasa tidak biasanya guru Fang tidak hadir.
" Oh, dia pergi menjual pedang buatannya di ibu kota kerajaan Beverley." jawabnya.
" Tapi, aku tidak pernah melihatnya menempa pedang disini." Ran ingin mengetahui dimana guru Fang menempa pedangnya.
" Dia menempa pedangnya disebuah perusahaan miliknya, sekarang bukan dia yang menempa secara langsung." kata guru Shiki.
Setelah makan bersama, Ran berjalan-jalan di halaman depan bersama Kukuru menikmati keindahan malam. Dari kejauhan terlihat anak panah yang mengarah kepada Kukuru, Ran dengan sigap menangkis anak panah tersebut.
Ia mengetahui bahwa pemanah misterius itu mengikutinya sampai sini, ia menyuruh pemanah misterius tersebut untuk keluar dan memperlihatkan dirinya.
" Kalau berani muncullah di hadapanku!" seru Ran.
Dua anak panah tiba-tiba kembali mengarah kepada Ran dan Kukuru, Ran menangkis semua anak panah yang mengarah kepadanya dan Kukuru dengan tongkat Riu Jing Hao.
Kemudian ia menyuruh untuk menampakkan dirinya " Keluar kau pemanah misterius!!" seru Ran.
Akhirnya, pemanah misterius tersebut menunjukkan jati dirinya. Ran pun mulai bertanya " Kenapa kau mengikuti ku, apa tujuanmu menyerang ku?"
" Aku hanya ingin mengetes mu." jawabnya.
" Mengetes?" Ran merasa kebingungan dengan jawabnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!