Setelah menempuh perjalanan yang panjang sekitar 8 jam, akhirnya pesawat akan segera mendarat. Di sinilah selama 4 tahun ke depan dia akan menempuh pendidikan kuliahnya. Menjalani kehidupan di tempat baru yang jauh dari keluarga, dari teman - temannya, dengan budaya yang tentunya sangat berbeda dari negerinya.
Freya Aurora gadis yang belum genap berusia 17 tahun, dia mendapatkan beasiswa untuk kuliah di salah satu universitas terbaik di asia.
Setelah melalui serangkaian pemeriksaan akhirnya dia keluar, mendorong barang bawaannya yang lumayan banyak.
Sambil terus berjalan, dia memperhatikan ramainya orang-orang yang berlalu lalang. Ia melihat di depannya banyak sekali orang yang sedang menunggu.
"Dimana ya?" gumamnya.
"Apakah aku harus menelponnya atau mencari saja ya?" lanjutnya.
Lalu dia pun celingukan seperti sedang mencari seseorang, pandangannya menyapu dari ujung kiri hingga kanan. Sampai akhirnya dia melihat papan yang bertuliskan namanya 'FREYA'. Dengan senangnya dia pun menuju ke arah perempuan yang memegang papan itu.
"Tante Emily". Sapa freya dengan senyum manisnya.
"Freya ? Freya aurora.?"
"Iya Tante, ini freya." Ucapnya, lalu mencium tangan tantenya.
" Ya ampun freya, kamu sudah sebesar ini sekarang, cantik banget, kamu juga imut." ucap Tante Emily. Karena sebelumnya mereka hanya mengobrol lewat video call.
Tante Emily pun memeluk freya dengan erat, dia sangat senang gadis kecil itu akan tinggal dirumahnya. Karena sudah sejak lama dia ingin sekali memiliki anak perempuan.
"Ehemm." Ada seorang lelaki yang menyela acara pelukan mereka. Freya menatap lelaki itu, dia sangat tinggi jika dibandingkan dirinya, dan juga sangat tampan.
"Kamu dari mana saja.?" Tanya Tante Emily kepada lelaki itu.
"Aku cuma duduk disana ma." Sambil menunjuk kursi yang ada di pojokan.
'Ternyata anaknya Tante Emily'. Batin freya.
"Ayo kalian kenalan dulu." Tante Emily menarik anaknya agar lebih mendekat.
"Halo kak, aku freya." Dia mengulurkan tangannya sambil tersenyum.
Dia menyambut uluran tangan gadis itu.
"Kevin." Ucapnya datar.
Freya sedikit terkejut dengan sikap kevin, padahal Tante sangat ramah dan baik. Tapi kenapa anak lelakinya cuek dan kelihatan galak seperti ini. 'Apa mungkin dia tidak suka aku tinggal dirumahnya?'Batin freya.
"Kevin, jangan menakuti freya, jangan galak-galak." ucap mamanya sambil menepuk bahunya. "Kalau sama perempuan yang ramah, lemah lembut." lanjutnya.
"Kevin kan nggak ngapa-ngapain ma."
Freya tersenyum melihat interaksi ibu dan anak itu.
Tante Emily hanya menghela nafas mendengar jawaban sang anak, memang anak laki-lakinya yang nomor dua ini tidak banyak omong dan cuek. Walaupun begitu dia sebenarnya anak yang baik.
"Ya sudah, kalau begitu ayo kita pulang. Kevin kamu bawa barang-barang freya ya."
"Tidak apa-apa biar freya saja tante."
"Nggak boleh, masa anak perempuan membawa barang sebanyak itu sendiri. Sudah biar kevin saja yang membawanya, kita jalan duluan." Tante emily menggandeng tangan freya dan mengajaknya berjalan lebih dulu meninggalkan kevin.
Sebenarnya freya merasa tidak enak jika kevin harus membawa barang sebanyak itu, dia menoleh kebelakang ingin melihat bagaimana reaksi lelaki itu dan benar saja kevin kelihatan kesal.
'Tapi kelihatan lucu juga melihat dia kesal seperti itu.' batinnya sambil senyum-senyum sendiri.
Saat mereka berada di parkiran, Freya ingin membantu kevin memasukkan barang bawaannya ke mobil. Akan tetapi lelaki itu melarangnya.
"Tidak perlu, kamu masuk saja sana." ucapnya dengan ketus.
Freya agaknya sedikit kesal dengan nada bicara kevin yang ketus.
"Baiklah kalau kakak tidak butuh bantuan." ucapnya.
"Freya, ayo masuk diluar panas." ucap Tante Emily.
"Baik Tante." jawabnya.
Saat ini memang sedang musim panas, walau waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore , matahari masih terasa menyengat.
"Bagaimana setelah menempuh perjalanan yang sangat lama, kamu pasti lelah kan ?" tanya Tante.
"Iya, lumayan tante, tapi tadi sempat tidur juga waktu di pesawat." ucap freya.
"Oh ya, tante sudah berapa lama nggak pulang ke indonesia?" lanjutnya.
"Sudah cukup lama, terakhir mungkin tujuh tahun yang lalu. Tapi tante nggak ke tempatmu karena kakek buyut kan sudah nggak ada." ucap tante.
"Kalau kakek neneknya kevin, terkadang mereka berkunjung kesini, makanya tante sudah nggak pernah pulang." lanjutnya.
Kevin sudah masuk ke mobil dan mulai mengemudikan dengan kecepatan sedang. Membelah jalanan yang lumayan ramai dan padat.
"Freya, kita mau langsung pulang atau kamu mau jalan-jalan dulu berkeliling?" tanya tante.
Freya baru akan menjawabnya, namun kevin menyahutnya. " Langsung pulang ma, ini sudah sore." ucapnya.
"Mama ini tanya freya, bukan kamu." protes mamanya.
"Kita langsung pulang saja tante, lagian freya memang sudah sangat lelah." ucapnya.
"Baiklah kalau begitu, besok saja kamu jalan- jalan sama kevin."
"Besok ajak freya jalan-jalan lho vin." lanjut mamanya.
"Iyaa.."
"Oh ya, kita muter saja lewat depan kampusmu, supaya freya tahu tempat kuliah kalian nanti." ucap tante.
Kevin menuruti ucapan mamanya, ia memutar jalan melewati area kampusnya. Freya bisa melihat area kampusnya dari kejauhan, nampak perpaduan harmonis antara tradisi dan modernitas.
"Apa kau mau melihat-lihat ke dalam?" tanya tante.
Freya melirik ke arah kevin sebentar, walaupun ia ingin melihat tapi dia merasa tidak enak dengannya. "Nggak perlu tante, beberapa hari lagi kan sudah masuk. Dan nanti setiap hari freya kan kuliah di sini juga." jawabnya.
"Baiklah, terserah kamu saja." ucap tante sambil membelai rambut gadis itu.
Perjalanan dari bandara menuju ke rumah sebenarnya tidak terlalu lama, tidak sampai memakan waktu 1 jam. Namun karena mereka harus ke kampus dulu, menjadikan perjalanannya lebih lama.
Mereka tiba di rumah yang cukup besar, Freya dan tante turun terlebih dulu dari mobil. rumah dengan 2 lantai, halamannya juga luas dan rindang membuat suasana terasa nyaman.
Terlihat ada pula kolam renang di halaman samping. Dan saat menuju rumah itu tadi, freya melihat ada sebuah taman tidak jauh dari rumah.
"Oh ya, tadi freya lihat didepan sana ada taman ya tante?"
"Iya ada, kalau sore begini memang ramai. Apa kau mau melihat kesana?" tanya tante.
"Mau melihat sekarang kah Tan?" tanya freya.
Tante nampak berpikir sebentar saat akan menjawab, "eh, jangan sekarang ya sayang, kau kan baru sampai. Belum juga masuk rumah. Kamu kan juga lelah, lebih baik istirahat kan." ucap tante.
"Iya tante." jawab freya sambil tersenyum.
"Oh ya, katanya sebelum ini kamu mau kuliah di US ya?"
"Iya Tan, tapi nggak boleh sama ibu. Katanya terlalu jauh."
"Iya, ibu kamu benar, anak perempuan pergi ke tempat yang sangat jauh apa lagi sendirian. Seorang ibu pasti khawatir, tante pun juga pasti akan bersikap seperti itu."
Tante Emily mengajak freya masuk dan memberitahu kode pintu masuk rumahnya.
"Ayo duduk dulu kamu pasti sangat lelah setelah perjalanan panjang." ucap tante saat mereka sudah berada di ruang keluarga. Kemudian dia menyuruh asisten rumah tangganya membawakan minum untuk freya.
Sekaligus memperkenalkannya.
"Freya kenalkan ini bibi zhang yang jadi asisten rumah tangga disini."
"Salam kenal bibi, saya freya."
"Salam kenal, senang bertemu dengan nona." sapa bibi zhang.
Kevin yang sudah terlupakan, masuk dengan membawa barang freya dan dibantu oleh penjaga rumahnya.
"Barangnya langsung kamu bawa naik ya vin, taruh dikamar freya." perintah mamanya.
"Apa kamu mau lihat kamar sekarang.?" tanya Tante.
"Iya boleh tante."
Mereka naik ke lantai 2, tante Emily menunjukkan di sebelah kanan adalah kamar kevin, dan di depan adalah kamar kakaknya Michael. Tapi dia jarang sekali pulang karena harus mengurus perusahaan diluar kota. Freya membuka pintu kamarnya, dan alangkah terkejutnya dia dengan semua yang ada didalamnya. Kamar yang bernuansa serba pink, mulai dari tempat tidur, boneka, hiasan dinding, sampe gordennya pun berwarna pink.
"Bagaimana sayang apa kamu suka kamarnya.? tante sendiri yang mendesain semuanya." tante emily bertanya dengan antusias.
Walaupun kamarnya agak kekanak-kanakan, tapi dia tetap menyukai hasil kerja keras tantenya.
"Iya suka tante, kamarnya bagus banget."
"Syukurlah kalau kamu suka, tapi mulai sekarang bisakah kamu jangan panggil tante. Kita kan sekarang sudah satu keluarga, jadi kamu panggil mama saja bisa kan.?" pinta tante emily.
"iya mama.'" balas freya dengan senyum manisnya.
"Mama seneng banget, akhirnya setelah sekian lama, mama punya anak perempuan yang cantik, imut dan manis sepertimu. Mulai sekarang kamu adalah putri mama." sambil memeluk anak gadisnya.
Kevin yang sedari tadi sudah berada di kamar, hanya bisa berdecak kesal melihat drama mama dan adik barunya. Yah, mulai sekarang dia akan menjadi kakak karena mamanya sudah mendeklarasikan kalau freya adalah putrinya.
"Apa dramanya belum selesai.?" celetuk kevin.
Mendengar pertanyaan putranya Emily malah tertawa.
"Maaf vin, mama baru sadar kamu disitu. Tapi kamu tidak boleh iri sama freya, mulai sekarang dia adalah adikmu kamu harus baik-baik sama dia dan menjaganya ya." ucap mamanya.
"Iya ma... tapi sepertinya dia gak suka kamar ini."
"Kenapa begitu.?" mama tidak mengerti maksud kevin.
"Nuansa kamar seperti ini untuk anak kecil ma, bukan anak kuliahan."
"Begitukah.?" tanya mama kepada freya.
"Tid..
"Dia gak mungkin bisa bilang yang sebenarnya, karena takut mama kecewa." kevin memotong ucapan freya.
"Jadi begitu ya, yasudah besok mama akan suruh bibi buat ganti."
"Nggak perlu diganti ma, freya nggak masalah ini sudah bagus kok."
"Ya sudah sekarang kamu mandi dan istirahat dulu, nanti mama bangunin waktu makan malam."
"Iya ma."
Kevin turun untuk makan malam bersama keluarganya, baru saja dia akan duduk mama sudah memanggilnya.
"Vin tolong kamu bangunkan freya, ajak makan malam." perintah mamanya.
Tanpa berkata apa-apa dia putar badan dan menaiki tangga kembali ke atas. Tidak perlu mengetuk pintu dia langsung masuk ke kamar adik barunya. Dia melihat freya yang tengah lelap dalam tidurnya, terlihat sangat damai.
"Sepertinya dia sangat lelah sampai tidur seperti bayi." ucapnya sambil tersenyum. Dia duduk di tepi ranjang, masih mengamati gadis itu dan tidak kunjung membangunkannya.
"Ternyata masih sama seperti waktu kecil." gumamnya.
Dia menepuk-nepuk tangan gadis itu seraya memanggilnya. "freya bangun." Tapi tidak berhasil dia masih tidur lelap. Akhirnya dia mempunyai cara jahil yang pasti membuat gadis itu bangun. Dia mencubit hidung freya dan membuatnya langsung terbangun.
"Kenapa sih kak?" ucapnya dengan kesal sambil menyingkirkan tangan kevin dari wajahnya.
"Salah sendiri dibangunin nggak bangun-bangun. Cuci muka sana iler udah kemana-mana. Jangan lama-lama, mama sama papa sudah nunggu dibawah." lanjutnya sambil terus berjalan keluar kamar.
Freya meraba disudut bibirnya, "apa iya ileran" , pikirnya.
Setelah mencuci muka dia langsung turun menuju ruang makan, disana sudah menunggu keluarga barunya. Dia lalu menyapa papa kevin.
"Selamat malam om, maaf freya baru menyapa sekarang."
"Tidak apa-apa saya tahu kamu pasti lelah, tapi... " dia menghentikan ucapannya.
"Tapi kenapa om.?" Tanya freya penasaran.
"Mama bilang mulai sekarang kamu adalah putrinya, dan memanggilnya mama. Tapi kenapa panggil saya om, harusnya kan papa.?" protesnya sambil tersenyum.
Mama dan freya ikut tertawa mendengar keluhan om xin.
"Baiklah pa." sahut freya
Kevin hanya bisa geleng-geleng kepala menyaksikan drama keluarganya. 'Kenapa keluarganya bisa jadi berlebihan seperti ini.?' keluhnya dalam hati. Dia melirik kearah freya yang duduk disampingnya, 'karena dia.' ucapnya dalam hati sambil tersenyum.
Freya menyadari kevin tengah meliriknya, "ternyata kak kevin bisa tersenyum juga," ucapnya sambil tertawa. Papa dan mama pun ikut tertawa melihatnya.
Kevin tidak meladeninya, dia mengalihkan pandangannya dan protes, " jadi makan apa tidak?"
Semuanya kembali tertawa melihat kevin yang sedang kesal.
Acara makan malam sudah selesai, freya ingin membantu mencuci piring namun mama melarangnya.
"Kamu tidak perlu membantu pekerjaan rumah sayang, kamu jauh-jauh kuliah disini tugas kamu hanya belajar."
Freya sangat beruntung, mama emily begitu baik dan menyayanginya. Dia pun memeluk mama angkatnya. "Terima kasih ma, padahal kita baru bertemu tapi mama begitu baik padaku."
"Kamu pasti sudah lupa, dulu waktu kamu masih kecil kita pernah bertemu. Saat itu mama sedang menjenguk kakek yang rumahnya ada disamping rumahmu.Tapi waktu itu kamu baru berusia 5 tahun makanya belum ingat."
Freya tampak berpikir berusaha mengingat, tapi nihil.
"Tidak perlu dipaksa, kamu masih terlalu kecil saat itu. Oh ya apakah barang-barangmu sudah dirapikan.?
Freya menggeleng, "belum ma."
"Ya sudah kamu rapikan barang-barangmu saja. Kevin kesini sebentar sayang." mama memanggil kevin yang sedang duduk diruang keluarga dengan papanya.
"Ada apa ma."
" Kamu tolong bantu freya merapikan barang ya."
"Baiklah." setelahnya dia langsung pergi menuju kamar freya.
Freya mengikuti dibelakangnya, saat didepan kamar tiba- tiba kevin berhenti, hal itu membuat freya menabrak punggungnya.
"Aduh, kenapa tiba-tiba berhenti kak.?"
Yang ditanya tidak menjawab, malah langsung masuk kekamar. Sepertinya freya harus terbiasa dengan sikap kevin dan dia harus ekstra sabar.
Mereka mulai membuka koper satu persatu, dan menatanya. Kevin sudah selesai satu koper dan akan membuka yang lainnya. Dia akan membuka sebuah koper lagi yang berwarna sky blue, saat itu freya melihatnya dan berteriak "jangan kak."
Tapi kevin sudah terlanjur membukanya, dan alangkah terkejutnya dia melihat isi kopernya ternyata adalah pakaian dalam. Dia pun buru-buru menutupnya dan berkata "makanya jangan ditaruh sembarangan."
"Bukankah kak kevin yang menaruh semuanya.?" freya membalikkan omongan kevin.
"Tapi kamu kan bisa pindahin barang yang bersifat pribadi." ucapnya tidak mau kalah.
Freya tidak membalas omongan kevin, karena sepertinya itu benar. Harusnya dia menyimpan barang pribadinya.
"Ya sudah kak kevin keluar saja, aku akan merapikan sisanya sendiri."
"Kamu mengusirku.? Tapi, baguslah aku bisa tidur." ucapnya lalu beranjak pergi.
Setelah kevin keluar dia memeriksa kopernya, dan ternyata memang terlihat jelas pakaian dalamnya berada paling atas dengan berbagai warna. "Pantas saja tadi kevin terlihat kaget, sungguh memalukan.." dia merutuki kelalainnya.
Pagi menyapa dengan lembutnya, gadis itu sudah bangun sejak pagi buta. Karena hal itu merupakan kebiasaannya sejak kecil. Freya baru saja menghubungi ibunya, karena semalam belum sempat.
Dia turun melihat mamanya di dapur, "apakah ada yang bisa aku bantu ma.?" tanyanya.
"Tidak perlu kan sudah ada bibi, kamu main saja atau jalan-jalan." Ucap mamanya.
"Baiklah ma."
Freya pergi ke samping rumah yang ada kolam renang, kemudian dia melanjutkan keluar gerbang. Dia berjalan-jalan di area perumahan dimana ada sebuah taman di sana. Banyak anak kecil yang sedang bermain dan ada pula orang dewasa yang sedang berolahraga. Karena dia hanya sendirian akhirnya dia memutuskan kembali.
Dia memilih kembali ke kamar untuk merapikan buku-bukunya serta menata keperluan untuk besok hari pertama kuliah. Baru saja merebahkan dirinya diatas ranjang ada yang mengetuk pintu.
"Freya ayo sarapan dulu." panggil mamanya
"Baik ma." Dia langsung menuju ruang makan
Ternyata kevin sudah ada di sana, dia sudah terlihat sangat segar dan juga tampan.
"Vin, setelah sarapan kamu ajak freya jalan-jalan ya." pinta mamanya.
"Baiklah ma."
Selesai makan kevin kembali ke kamar diikuti freya di belakangnya.
"Kak, kita mau jalan kemana?"
" Entahlah."
"Ck.. entahlah, apa tidak ada jawaban lain kak?"
"Kenapa kamu sangat cerewet.?" ucap kevin
"Cepat ganti bajunya." lanjutnya
"Iya kak..."
Kevin melajukan mobilnya membelah jalanan yang lumayan padat. Selama perjalanan hanya hening yang menemani, tidak ada satu katapun yang keluar dari mulut keduanya. Freya merasa bosan, akhirnya dia ingin menyalakan musik.
"Kak, aku boleh putar musik kan.?"
"Hmm." kevin masih fokus menyetir.
Freya mulai memutar lagu kesukaannya, terkadang dia ikut bernyanyi. Kevin tersenyum melihat kelakuannya, "ternyata dia pandai bernyanyi, suaranya bagus." batinnya.
Suasana yang menyenangkan selama perjalanan, tanpa terasa mereka telah sampai di tempat tujuan. Freya melihat sekeliling, sepertinya dia tahu tempat ini.
"Ini kota terlarang kan kak?" tanyanya memastikan.
"Iya."
"Baiklah ayo kita masuk." ucapnya dengan semangat.
Mereka mulai menjelajahi tiap sudut bangunan-bangunan yang dulunya merupakan kompleks istana kekaisaran. Tidak lupa saat ada spot yang bagus freya akan berfoto.
"Kak, minta tolong fotoin ya.." ucapnya sambil tersenyum.
"Ck, merepotkan."
"Tidak repot, kakak kan hanya tinggal pencet ini kan." dia memberikan kameranya.
Kevin mulai mengambil foto dari satu tempat ke tempat lain. Hampir setiap sudut sepertinya sudah terfoto.
"Bukankah ini sudah terlalu banyak.?" protes kevin.
"Coba lihat kak." Freya mengambil kameranya, dan melihat fotonya satu persatu. Ternyata memang cukup banyak, tapi hanya foto dirinya, tidak ada foto kevin satu pun.
"Kak kevin mau aku fotokan.?" tawar freya.
"Nggak perlu."
"Kalau begitu kita foto berdua saja, gimana?"
"Baiklah." Ternyata kevin menyetujuinya.
Freya akan mengambil foto menggunakan kamera nya, tapi kemudian kevin memberikan handphone miliknya.
"Pakai ini saja."
"Baiklah." freya mengambil handphone nya dan mulai mengambil foto selfie mereka berdua. Setelah mengambil beberapa jepretan dia melihat hasilnya. Sayangnya background nya nggak begitu terlihat. Akhirnya dia meminta tolong orang lain untuk memfoto mereka berdua.
"Permisi apakah saya bisa minta tolong untuk mengambil foto kami sebentar.?" freya bertanya kepada seorang wanita.
"Ah, baiklah."
Kevin dan freya berdiri menghadap kamera, siap untuk di foto. Namun wanita itu protes.
"Apa yang sedang kalian lakukan? Tidak romantis sama sekali. Kamu (menunjuk ke arah kevin) paling tidak bisa menggenggam tangannya atau memeluknya." lanjutnya.
Akhirnya kevin mendekat dan merangkul pundak freya. Wanita itu mulai mengambil foto dan menyuruh mereka ganti pose. Kali ini giliran freya gantian memeluk lengan kevin, dia sedikit terkejut tapi justru terlihat senyuman bahagia di wajahnya.
Freya mengambil handphone dan mengucapkan terima kasih kepada wanita itu. Mereka mulai melihat foto yang diambil wanita tadi, ternyata cukup banyak.
"Kak, nanti fotonya kirim ke aku ya."
"Ya."
"Kak, bisa nggak kalau ngomong agak panjang gitu, nggak cuma iya. Coba aku lihat, apa ada kunci di bibirmu, sehingga kau begitu irit ngomongnya." ucapnya sambil memegang dagu kevin. Dia harus berjinjit jika ingin melihat lebih dekat, karena tingginya hanya 162 cm. Sedangkan kevin sangat tinggi baginya sekitar 185 cm.
"Orang-orang melihatmu, mereka pikir kau akan menciumku." ucap kevin
Freya baru menyadarinya, dia pun mundur selangkah. Dan memutuskan pergi dari sana.
"Ayo keluar sekarang kak."
Freya segera pergi dan diikuti kevin dibelakangnya.
"Kamu mau makan apa.?"
"Terserah kakak."
Jawaban yang membingungkan bagi kevin.
"Kamu mau makan cake.?"
"Ah, aku mau ." jawabnya dengan semangat.
"Dia terlihat senang sekali, lucunya." ucapnya dalam hati sambil tersenyum.
Mereka masuk ke sebuah kafe dan freya memilih duduk didekat jendela.
"Mau makan cake apa?" kevin bertanya sambil melihat menu.
Freya nampak bingung, karena semuanya terlihat enak. Seakan bisa membaca pikirannya, kevin berkata "pesan saja semua yang kamu suka."
"Baiklah kak." dia memesan beberapa cake, mulai dari coklat, keju dan fruit cake.
Tidak perlu menunggu lama pesanannya datang. Freya mulai menyantap kuenya satu persatu. Dia baru menyadari jika kevin hanya memesan minum.
"Kenapa kakak tidak makan.?"
"Aku masih kenyang."
"Mana mungkin, kakak makan kue ini saja." dia menyodorkan kue coklat.
"Aku tidak mau, kamu makan saja." Kevin mengembalikan kue coklatnya,
"Ya sudah, kalau begitu aku suapi ya kak." freya menyendok kue coklat dan menyuapi kakaknya.
Kevin tidak menolak disuapi oleh freya.
"Satu lagi kak." Dia pun menerimanya.
Saat ketiga kalinya, dia baru menolak.
"Sudah cukup, aku sudah kenyang "
"Baiklah." freya menghabiskan sisa kue coklatnya.
"Dari ke tiga kue tadi yang mana kamu paling suka.?" kevin bertanya karena penasaran.
"Aku paling suka kue coklat, makanya aku makan paling akhir."
"Lalu kenapa kamu berikan kepadaku?"
"Aku kan sudah makan dua kue tadi, jadi ya nggak masalah."
"Sangat imut." batinnya
Kevin memarkir mobilnya, dia mengajak freya untuk berjalan - jalan di pinggiran sungai liangma. Walaupun sedang musim panas, tidak terasa sinar mentari menyengat kulit karena rimbunnya pepohonan. Sungainya bersih dan asri, ada banyak orang yang menghabiskan waktu untuk bersantai disini.
"Oh ya, apa kak kevin sering kesini.?" tanya freya penasaran.
"Nggak, buat apa aku kesini.?" dia malah balik bertanya.
"Ya mungkin bersantai dengan teman, atau mungkin pacar kakak."
"Kamu anak kecil tahu pacaran juga ternyata." ucapnya sambil tertawa.
"Enak saja, udah kuliah gini dibilang anak kecil."
"Eh, tapi aku serius tanya kak kevin sudah punya pacar belum?"
"Memangnya kenapa kalau aku punya atau tidak.?
"Ya nggak kenapa - napa, tinggal jawab susah banget ya kayaknya."
Kevin sangat senang melihat freya yang mulai kesal, karena dia terlihat semakin lucu.
"Rahasia."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!