Suara bergemuruh terdengar dari sekeliling kabur yang tercipta akibat kaki- kaki yang menyeret tanah.
Jeritan kesakitan dapat di dengar dengan jelas di sekitar kabut yang timbul.
Suara pedang yang berbenturan satu sama lain, membuat percikan api timbul di antara kedua belah pedang.
Mayat Orang- orang yang gugur satu persatu mulai mengeluarkan aroma busuk yang sangat menyengat, sampai- sampai membuat mu tidak bisa bernafas dengan benar.
Begini lah suasana perang yang sesungguh nya, hanya ada rasa sakit, penderitaan, dan kebencian satu sama lain. Namun, perang terpaksa harus di lakukan demi mencapai suatu idealisme.
***
Di dunia ini, perang merupakan sebuah hal yang sering terjadi. Konflik antarnegara merupakan pemicu terjadi nya perang ini.
Namun, perang kali ini berbeda. Dimana, perang kali ini melibatkan seluruh negara di dunia ini—atau sering di sebut perang Dunia.
Sambil berperang dengan menggunakan pedang dan alat perang lain nya, para anggota perang meneriakkan idealisme mereka masing- masing. "lihat lah! kami lah yang akan memenang kan perang ini! dan membuat dunia Damai setelah nya!"
kemudian orang yang sedang beradu pedang dengan nya menjawab. "hah?! omong kosong! apa maksud mu itu?! kami lah yang akan memenang kan perang ini! bukan kalian."
kedua belah pihak saling tidak mau mengalah, sehingga membuat konflik di antara kedua belah pihak menjadi ber kepanjangan.
"Baik lah kalau begitu, akan ku ladeni kau sampai kau puas. tetapi, jangan buat aku kecewa."
"huh, itu juga berlaku untuk mu."
Sepuluh tahun sebelum kalender suci merupakan awal terjadi nya perang yang melibatkan seluruh negara di dunia ini. Tahun yang menjadi awal terjadi nya penderitaan yang di rasakan oleh para penduduk.
Mereka berdua mengangkat pedang mereka setinggi bahu dan menjaga jarak satu sama lain.
Mereka menarik nafas panjang secara bersamaan sambil mencari celah satu sama lain.
Setelah mendapat kan celah lawan, salah satu dari mereka berkata. "Baik apakah kau sudah siap mati?"
"Tentu saja, aku sudah siap mati, bahkan sebelum aku berangkat ke medan perang. Namun sayang sekali, hari ini bukan lah hari kematian ku, melainkan hari kematian mu."
"hmm... menarik... kalau begitu ayo kita mulai." jawab nya sambil melesat ke arah lawan nya.
Mereka berdua kemudian saling beradu pedang kembali, namun kali ini, pedang mereka sedikit berbeda. Mereka memasukan energi sihir ke dalam bilah pedang mereka.
Yang satu memasukan energi api ke dalam pedang nya, yang satu lagi memasukan energi air.
Dari elemen sihir nya saja kita sudah bisa melihat siapa yang akan memenangkan pertarungan ini. namun kita masih belum tahu siapakah pemenang nya.
Di tengah pertarungan yang mendebarkan, pedang api dan air bertemu dalam konfrontasi yang memukau. Ketika pedang api bersentuhan dengan pedang air, tercipta reaksi yang spektakuler. Api yang menyala-nyala bertabrakan dengan aliran air yang membelahnya.
Api menjilat pedang dengan garangnya, memancarkan cahaya merah menyala yang memanaskan udara di sekitarnya. Setiap serangan pedang api meninggalkan jejak api yang terbakar di udara, menciptakan lingkaran nyala yang mempesona.
Sementara, Air menyapu pedang dengan seanggunan aliran, memancarkan sinar biru yang menenangkan. Setiap gerakan pedang air menghasilkan percikan air yang membentuk kawanan burung-burung air yang meluncur di udara, memberikan kesan anggun dan menyejukkan.
Ketika keduanya bertabrakan, terjadi pertarungan elemen yang memukau:
Udara di sekitar pertempuran terasa panas dan lembab, menyiratkan kehadiran elemen api dan air yang bertarung dengan sengit. Kelembapan dari elemen air bertabrakan dengan panas dari elemen api, menciptakan atmosfer yang unik.
Pertarungan antara pedang api dan air tidak hanya fisik, tetapi juga membangkitkan sensasi dan emosi yang mendalam bagi para penontonnya.
Dalam tengah-tengah kekacauan perang, suasana semakin memanas seiring berjalannya waktu.
Pertempuran menjadi semakin intens dengan semakin banyak pasukan yang terlibat. Suara gemuruh senjata dan jeritan prajurit semakin menggema di medan perang, menciptakan suasana yang mencekam dan tegang.
Tidak hanya di garis depan, tetapi juga di barisan belakang terjadi kerusuhan dan kekacauan. Pasukan pengepungan atau sabotase dari dalam membuat situasi semakin rumit dan membingungkan, menambah tekanan bagi kedua belah pihak yang bertempur.
Namun seiring berjalan nya perang, banyak prajurit yang mulai merasa kelelahan. Mereka mengalami lemas, gemetar. Bahkan mereka juga mengalami kesulitan untuk melakukan gerakan-gerakan sederhana.
kedua prajurit tadi juga sudah mengalami penurunan stamina karena terlalu banyak melakukan gerakan seperti mengayun kan pedang, menangkis, dan menghindari serangan lawan.
Sambil bertumpu pada pedang yang menancap di tanah dengan sikap berlutut, salah satu dari mereka berkata sambil mengusap keringat yang menetes dari dagu nya dengan punggung tangan kanan nya. "huh, huh, huh, kau cukup tangguh juga ya. sampai-sampai kau membuat ku kehabisan tenaga seperti ini."
"Tentu saja, huh, huh, huh. karena aku tidak ingin kalian memenang kan peperangan ini. Aku juga tidak ingin membuat raja ku kecewa." Jawab nya sambil memegang gagang pedang yang tertancap di tanah.
"Hmm... Begitu... Aku mengerti perasaan mu... Tetapi, aku juga tidak ingin mengecewakan raja ku. Jadi, jalan satu- satu nya adalah kami harus memenang kan peperangan ini bagaimana pun cara nya."
Dia hanya tersenyum, dia tidak mengira ada yang memiliki pemikiran sepertinya. Dia pikir hanya dia lah yang memiliki pemikiran seperti itu. Tetapi dia salah.
Dia kemudian berdiri dengan tubuh yang masih gemetar karena masih lelah. Dia memaksa tubuh nya untuk berdiri dengan sekuat tenaga secara perlahan-lahan.
Namun, saat dia mencoba untuk berdiri dengan bertumpu pada pedang nya yang menancap di tanah, tubuh nya kembali terjatuh ke tanah. Dia terbaring lemas karena sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk berdiri. Penglihatan nya mulai berangsur-angsur menghilang.
Mata nya sudah memunculkan tanda-tanda akan pingsan karena kehabisan tenaga.
Sesaat sebelum akan pingsan, dia bergumam pada dirinya sendiri. "Huh... Apakah ini akhir dari hidup ku...? Pingsan di medan perang adalah kesalahan yang sangat fatal.
Tetapi tidak apa, seenggaknya aku sudah berusaha semampu ku."
Dia kemudian melihat ke arah teman-teman seperjuangan nya yang sedang berperang dengan musuh lain nya sambil tersenyum.
"Sisanya akan ku serahkan pada kalian. Tolong dapatkan lah kemenangan untuk raja kita. Jangan buat dia kecewa..."
Setelah mengatakan itu, dia kemudian melihat ke arah langit yang penuh dengan debu. Namun, meskipun langit yang dia lihat penuh dengan debu, dia masih bisa melihat warna biru langit dia antara celah-celah debu.
"Mungkin ini adalah terakhir kalinya aku melihat langit, selamat tinggal semua nya..."
Secara bersamaan, muncul sosok hitam yang sedang mengarahkan pedang kearah nya. Seolah-olah dia akan memenggal kepala nya.
Dan benar saja, sosok hitam yang di lihat nya adalah lawan bertarung nya tadi.
Dia mengangkat pedang nya setinggi bahu untuk bersiap memenggal kepala nya.
Sesaat sebelum dia akan memenggal kepala nya, dia berkata kepada lawan nya. "Maaf, sebenarnya aku tidak tega untuk melakukan ini pada lawan ku yang sudah tak berdaya. Tapi mau bagaimana lagi. Aku sudah di perintahkan untuk membunuh semua musuh tanpa pandang bulu. Jadi maafkan aku, beristirahat lah dengan tenang."
Dia kemudian mulai menusukkan pedang nya ke arah dada lawan, hingga akhirnya dada lawan mengeluarkan darah.
Sesaat setelah dia menusuk kan pedang nya ke dada lawan, dia mendengar suara yang terdengar dari arah lawan. "Kenapa kau meminta maaf?" Ucap nya. "Bukan kah aku pernah bilang... aku siap mati bahkan sebelum aku berangkat ke medan perang? Jadi kenapa kau masih meminta maaf?"
Setelah mengatakan itu, kesadaran nya mulai berangsur-angsur menghilang. Hingga akhirnya dia gugur dalam pertempuran.
Kematian adalah suatu hal yang sudah di tentukan bahkan sebelum manusia itu lahir. Dan akhirnya hari ini kematian pun datang menghampiri nya.
Setelah menyadari lawan nya telah gugur, mata nya mengeluarkan sedikit air mata. Namun dia mencoba untuk menahan air mata nya agar tidak keluar. Dia tidak ingin dicap sebagai penghianat karena menangisi lawan yang sudah meninggal.
Dia kemudian berdiri dan berjalan pergi meninggalkan mayat lawan nya untuk pergi mencari lawan yang lain lagi.
Seiring berjalan waktu, perang dunia pun mulai mereda dan muncul tanda-tanda perjanjian damai.
Akhirnya, tepat pada empat hari sebelum kalender suci, perang dunia akhirnya berakhir. Para penduduk pun senang karena penderitaan akibat perang dunia akhirnya berakhir.
Namun, dari sepuluh negara yang terlibat dalam perang Dunia, hanya empat negara saja yang masih bertahan. Enam negara lain nya sudah runtuh akibat perang dunia yang telah berlangsung selama sepuluh tahun. Wilayah dari enam negara itu sudah di bagi rata untuk menjadi bagian dari negara yang masih bertahan.
Nama dari keempat negara itu adalah Ivy, Iris, Tengu, dan negara yang terakhir adalah Steva.
Wilayah dari ke empat negara itu telah di bagi rata sesuai dengan arah mata angin. Yakni Ivy berada di bagian barat, Iris berada di bagian selatan, Steva berada di bagian utara, dan yang terakhir yaitu Tengu yang berada di bagian timur.
***
Empat jam sebelum kalender suci.
Semua orang berkumpul di ibu kota Ivy, untuk melihat acara perjanjian damai antara Empat Negara secara langsung.
Di jalan-jalan kota, suara riuh rendah dan gemuruh ramai memenuhi udara. Suara suara musik, tepuk tangan, dan sorakan dari penonton memenuhi jalanan yang dipenuhi dengan orang-orang yang bersorak-sorai.
Orang-orang berkumpul di pinggir jalan, mengibarkan bendera-bendera dan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan atau lagu-lagu yang meriah. Sorakan-sorakan dan tawa riang memenuhi udara, menciptakan suasana kegembiraan yang menggetarkan hati.
Pemimpin negara Ivy juga mengadakan pawai berkuda untuk menyambut pemimpin negara lainnya.
Peserta pawai mengenakan kostum-kostum yang mencolok dan berwarna-warni, dengan hiasan-hiasan yang mengilap dan bersinar di bawah sinar matahari. Kendaraan-kendaraan hias yang dihias dengan bunga, lampu-lampu, dan ornamen-ornamen fantastis melintas di jalanan.
Bau-bau harum dari makanan dan minuman yang dijajakan di pinggir jalan menggoda penciuman para penonton. Aroma manis dari kue-kue, pedas dari makanan berbumbu, dan segar dari minuman dingin menyatu dengan bau bunga dan rempah-rempah.
Di antara peserta pawai, terdapat sosok-sosok fantastis seperti peri, elf, ksatria, dan makhluk-makhluk mitos lainnya. Mereka berjalan di tengah-tengah kerumunan dengan anggun dan keanggunan yang memikat, menambahkan nuansa magis pada pawai tersebut.
Saat pawai sampai ke tempat para penduduk berada, para pendukung langsung menyambutnya dengan hangat dan perasaan senang.
"Wow, mereka akhirnya datang." Ucap salah satu penduduk setelah melihat pawai sampai ke tempat nya berdiri.
"Kau benar, mereka akhirnya datang."
Tetapi, memang benar kalau mayoritas penduduk menyambut nya dengan hangat. Namun, tidak banyak dari mereka yang menentang perjanjian damai itu.
Terlihat sosok sekelompok orang yang sedang berdiri di pinggir tiang lampu dengan memakai mantel berwarna hitam dan tudung yang menutupi kepala dan wajah mereka sedang menyuarakan ketidak setujuan mereka terhadap perjanjian damai yang akan datang.
"Cih! Sia-sia kalian merayakan kemenangan palsu! Apakah Kalian tidak tahun kalau sebenarnya kalian hanya di tipu? Kalian pasti akan menyesal setelah menandatangani perjanjian damai ini."
Melihat teman nya yang sedang marah, orang yang berada di belakang nya langsung menepuk pundak nya dengan tangan kanan nya. "Sabar bung. Aku tahu kau marah. Tapi tolong jangan disini. Jika kau membuat masalah di sini."
Dia kemudian berbalik dan berkata. "Aku tahu itu! Sekarang semua nya ayo kita pergi."
"Baik!" Jawab teman-teman nya secara kompak.
***
Para pemimpin negara berkumpul di dalam sebuah ruangan tertutup untuk mulai melakukan penandatangan perjanjian damai. Mereka duduk di sebuah kursi yang terlihat cukup mewah dengan posisi duduk yang melingkar.
Di depan mereka, terdapat sebuah meja yang di atas nya terdapat peta dunia yang sudah di bagi rata menjadi empat bagian.
Para pemimpin negara datang dengan membawa pengawal terbaik mereka untuk berjaga-jaga apabila terjadi Hal-hal yang tidak terduga.
Suasana di ruang perundingan sangat hening dan terasa menyelubungi. Hening tersebut tidak menyiratkan kedamaian, melainkan memunculkan kekhawatiran dan antisipasi akan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Gestur tubuh para perunding menunjukkan ketegangan yang mereka rasakan. Mereka mungkin merapatkan tubuh mereka, menyilangkan tangan di dadanya, atau menggigit bibir mereka dengan tegang.
Namun, berbeda dengan para pemimpin lain nya. Pemimpin negara Ivy terlihat sangat tenang dan tidak gugup sedikit pun.
Dia hanya duduk sambil menyilangkan tangan di dada nya, hingga akhirnya dia berdiri dan berkata setelah melihat wajah para pemimpin lain yang sedang tegang. "Baiklah semua, untuk mempersingkat waktu, mari kita mulai penandatangan perjanjian damai ini." Ucap nya.
Dia kemudian melihat ke arah asisten nya seolah-olah mengatakan. "Silakan di mulai acara nya."
Asisten yang berdiri di samping nya kemudian mulai membagikan kertas yang ada di tangan nya kepada para pemimpin negara.
Setelah membagikan kertas, dia kemudian berkata sambil sedikit membungkukkan badan nya. "Pertama-tama biar saya memperkenalkan diri dulu, Nama saya adalah Vivy. Saya adalah asisten dari pemimpin negara Ivy. Mohon bantuan nya."
Vivy tidak terlihat gugup sama sekali—tidak bukan gugup, lebih tepat nya tanpa ekspresi.
"Baiklah, silahkan kalian bisa membaca kertas yang saya bagikan. Isi dari kertas itu adalah syarat dan keuntungan jika kita melakukan perjanjian damai." Ucap Vivy dengan wajah datar.
Para pemimpin negara kemudian mulai membaca kertas yang telah di bagikan oleh Vivy dengan seksama agar mereka tahu keuntungan apa yang mereka dapatkan jika mereka menyetujui berjanjian damai ini.
Setelah membaca kertas itu, pemimpin negara mulai berpikir dengan keras—apakah mereka akan menyetujui nya atau tidak.
Hingga akhirnya pemimpin negara Iris angkat bicara dengan mengangkat tangan kan nya. "Sebelum nya ada yang ingin saya tanyakan. Apakah benar kalau ini adalah keuntungan yang kita dapatkan kalau melakukan perjanjian damai ini?"
"Tentu saja, semua keuntungan yang tertulis di situ adalah nyata, tidak kurang dan tidak lebih." Ucap Vivy tanpa ragu.
"Hmm... Begitu... Kalau begitu aku menyetujui perjanjian damai ini."
"Ya, aku juga." Ucap pemimpin negara Tengu.
"Yah mau bagaimana lagi, keuntungan nya juga sangat menggiurkan. Kalau begitu aku juga menyetujui nya." Ucap pemimpin negara Steva.
Mereka kemudian mulai menandatangani kertas perjanjian damai.
Setelah menandatangani kertas perjanjian damai, mereka kemudian membuat sistem penanggalan yang di namai "kalender suci" Sebagai tanda perjanjian damai antara ke empat negara yang masih bertahan dari perang Dunia.
Maka dengan ini tanggal 1 Januari tahun 0 kalender suci adalah hari dimana perjanjian damai akhirnya tercapai.
kemudian dari sini lah kisah Shido di mulai.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!