"Keluar lo sialan, lon te, jingan! Sakit jiwa ya lo ng we di mobil. Keluar lo Tama!" hardik Intan.
Ia memukul-mukul mobil Tama dengan kayu yang ia temui di pinggir parkiran.
Tama memarkirkan mobilnya di paling ujung basement. Ia memang sengaja memilih tempat parkir disana agar tidak ada yang menggangu aktivitas nya.
"Tan, apa apaan sih lo. mau lo, gue tuntut dengan pasal 406 KUHP. Dateng-Dateng main ngerusakin mobil gue!" lawan Tama.
Tama buru buru keluar takut teriakan Intan mengundang orang-orang untuk datang menonton keributan mereka. Sampai sampai Tama lupa me-sletingin celana jeans nya.
"Laporin aja. Gue malah seneng kalau sampe Tante Anna tau alasan kenapa gue ngerusak mobil lo. Dan gue rasa Tante Anna setuju sama gue, buat ngerusakin mobil butut lo ini. Mobil yang dipakai Bekas zina pasti bikin sial!" balas Intan tak kalah sewotnya.
"Mana lo nte lo, kok ga keluar?" bentak Intan sambil memukul bagian depan mobil Tama.
"Woy setan keluar lo!" Intan berpindah memukul mukul mobil Tama bahkan sekarang ke kaca tempat wanita itu sedang duduk menangis.
wanita itu takut untuk keluar. Dia memilih menangis terisak Isak dan membenamkan wajahnya kebawah, tidak berani melihat keluar.
"Tadi aja girang, ketawa tawa sambil mendesah desah, sekarang nangis-nangis biar keliatan jadi korban lo?" Intan masih memukuli kaca mobil Tama dengan balok yang dia pegang.
"INTAN ... Jangan asal bacot lo ya. Memfitnah kami berzina. Emang lo punya buktinya?"
"Sekali lagi lo teriak-teriak dan fitnah kami. Gue gak akan lepasin lo. Gue seret lo ke pengadilan karena udah mencemarkan nama baik gue dan Dia," ancam Tama
"Gw tunggu, Tam. Tuntutan lo. dan gue pastikan setelah lo nuntut gue. Gw sebar video asusila lo. wajah lo dan gu ndik lo terpampang jelas Tama," bisik Intan di telinga Tama.
Intan suka mimik muka Tama yang pucat pasi. Dia sangat menikmati wajah keterkejutan sahabatnya itu, ohhh ralat, mereka sekarang sudah menjadi mantan sahabat. Dan Intan yakin, jika Bella pun memiliki pikiran yang sama.
"Sialan ... Arggghhhhh abis gue!" Umpat Tama sambil memasuki mobilnya.
Dia bingung harus apa. Pulang pun pasti ibu nya akan menanyakan kondisi mobil yang ia pakai saat ini.
"Anj ng apes gue. Kok lo gak bilang kalau bestie-bestie Lo mau ke mall ini. Lo sengaja ya jebak gue?" Tanya Tama dengan emosi yang sudah keubun-ubun.
"Lo kan selalu pengen nge-Up hubungan kita ke mereka, ini pasti rencana lo, kan? Jawab Sialan!" bentak Tama.
"Aa-aku gak tau. Kan handphone aku lowbat. Maaf, ini salah aku!" Isaknya.
Hai Guys Support karya aku yang tidak seberapa ini. Akan aku berikan Free untuk kalian selama kalian support aku. Biar aku tambah semangat untuk melanjutkan chapter selanjutnya di platform ini.
Maaf jika banyak typo berterbangan dan mengganggu cara baca kalian. But, i believe pembaca ku adalah orang yang pintar pintar meskipun ada tulisan aku yang typo.
aku excited banget ingin berkembang disini. jadi kalian bisa baca novel ini sambil kenalan. Kalian pembaca dari mana? Kalau aku dari Bekasi, planet terluar dari bumi yang jaraknya bermil-mil jauh pokoknya. Harus pakai helm 2 kalau kesini dan jangan lupakan jaket.
Happy Reading untuk kalian 🫰🏿❤️ sarangeeee
Noted: tokoh utama perempuan bukanlah wanita yang kuat, superior, bar-bar atau tangguh.
Jika terkesan menye-menye silahkan cari cerita dengan karakter pemeran utama perempuan yang sesuai keinginan kalian. Bijaklah dalam berkomentar. Karena jarimu mencerminkan siapa dirimu yang sesungguhnya 👍🏻🫰🏻😘
Ayo baca sampai Habis ya gaes ya #maksa
Isabella Thaluna Brawijaya merupakan anak pertama dari keluarga Brawijaya. Pemilik pabrik garmen terbesar serta perancang busana tingkat Internasional.
Gaun, Ball gown, bahkan wedding dress dari perusahaan Brawijaya, sering di pamerkan dalam acara fashion week di berbagai macam negara.
Brawijaya bisa sesukses sekarang karena banyaknya dukungan dan perlindungan dari organisasi Pravitel' Vselennoy yang berada di Russia. Ya ... Brawijaya berada dalam kekuasaan Pravitel' Vselennoy.
Beberapa rancangan dan hasil sulaman Brawijaya menjadi top list dan paling sering di gunakan oleh para pengusaha yang menjalin hubungan kerja sama dengan Pravitel' Vselennoy.
Meskipun Brawijaya sangat sukses dan besar, hal itu tidak membuat kehidupan sang putri pewaris Brawijaya, Isabella Thalluna Brawijaya, seindah putri raja dalam negeri dongeng yang biasa kalian baca sebelum tidur.
Isabella memiliki ibu sambung dan adik tiri yang bisa di bilang hubungan mereka tidak begitu baik namun tidak juga buruk. Dikarenakan sikap Inah-- sang ibu sambung, suka berubah-ubah padanya.
Sebaik baiknya Inah kepada Bella, ia selalu memiliki maksud di balik sikap baiknya itu. Bella sudah sangat paham.
Apapun yang Bella adukan kepada papinya, lelaki itu seolah-olah sulit untuk percaya pada ucapan putri kandungnya. Saat ini bagi Bella, diam adalah senjata terbaiknya. Dan melawan jika ia merasa dirinya benar.
Room chat Bella dan Papi
Papi: uang bulanan mu sudah papi berikan ke mama ya. Nanti kamu minta saja pada mama.
Pesan yang Andre-- papi Bella, kirimkan melalui aplikasi chatting yang mayoritas orang-orang sudah menggunakan aplikasi tersebut.
Bella menghembuskan nafas kesalnya, 'Aduh, kenapa harus di berikan lewat dia dulu sih, pasti banyak yang di potong,' batin Bella. Bella hapal kebiasaan ibu tiri kesayangan papi nya itu
"Bella ... Bell, ini uang jajan bulanan kamu!" Panggil istri kesayangan papinya, Inah.
"Iya, Mam."
Bella tak banyak bicara dia langsung menghitung jumlah uang yang di berikan, lalu melirik ibu tirinya kembali dengan senyum miringnya.
Tanpa Bella bicara, ibu tirinya sudah paham ekspresi yang Bella tunjukan merupakan bentuk protes.
"Saya potong sedikit karena harus membeli sabun dan beberapa keperluan kamu, tidak apa-apa, 'kan? Lisa pun begitu!"
Ya, Lisa adalah anak bawaannya dari suami sebelumnya. Menurut tetangga yang mengenal Inah, beliau sudah 7 kali menjanda.
Andre adalah suami yang ke 8 Inah. Entahlah itu benar atau hanya ledekan para ibu-ibu untuk keluarganya.
"Bukannya keperluan bulanan sudah di atur Personal asisten papi?" protes Bella.
"Mulai sekarang segala pengeluaran dan pemasukan untuk operasional di rumah menjadi tanggung jawab saya, bukan lagi PA papi kamu."
"Iya Kak Bella, aku juga di potong mama buat beli sabun sabun dan beberapa cemilan karena kalau aku yang beli bisa lebih boros."
"Oke ... terserah kalian aja." Bella langsung mengambil handphone nya dan mengirimkan pesan kepada papinya.
Bella tidak ingin berdebat karena ia hanya ingin hidup damai di rumah ini. Meskipun hal itu tidak mungkin dan hanya akan menjadi angan-angan bagi dirinya.
Bella: Lain kali langsung transfer ke rekening pribadiku aja Pi, karena aku sudah SMA. Ada biaya yang harus aku keluarkan lebih untuk tugas-tugas sekolah secara mendadak.
"Bell, kamu aku antar ya!" sapa Tama di depan rumahnya, saat Bella melewati rumah Tama untuk berangkat sekolah.
"Gak usah, Tam. Hari ini aku mau berangkat santai ke sekolah. Aku suka naik bus bareng anak-anak dari sekolah lain," tolak Bella.
Sebenarnya itu hanya alasan Bella saja, Bella tidak mau merepotkan kekasihnya. Karena jarak sekolah Bella sangat jauh. Sekitar 1 jam dari perumahan mereka. Dan sekolah mereka berlainan arah.
Lagipula Bella memang sangat senang naik mobil khusus pelajar yang mana ia akan bertemu dengan orang-orang baru.
"Oke kalau begitu. Aku jemput kamu nanti pulang sekolah aja ya, mau kan Bell?"
"Iya, Tam." Bella memberikan senyum terbaiknya untuk kekasih yang bener benar dia sayangi itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bella sangat menikmati masa mudanya. Semua sempurna kecuali atmosfer di rumahnya. Yang mana Bella sering menggunakan topengnya untuk menghadapi ibu dan adik tirinya demi kedamaian umat manusia lainnya yang ada di rumahnya.
Dengan senandung kecil, Bella menuju kelasnya. Ternyata teman sebangkunya belum datang. Teman sebangku yang berdarah Indo-USA.
Namun meskipun blasteran, Melisa yang akrab di panggil Meli itu tidak glamor seperti kebanyakan murid-murid Alexandra.
"Kebiasaan deh si Meli, pasti dia nyampe sekolah jam 9!" gerutu Bella.
Benar saja, jam pertama dan kedua yang mana di isi oleh mata pelajaran matematika, Meli belum kunjung hadir.
Bella dan Melisa sebenarnya berbeda satu tingkat, tapi karena Bella mengikuti kelas Akselerasi, sehingga ia langsung memasuki kelas 11 saat mendaftar di Alexandra School.
Pergantian mata pelajaran pun tiba. Setelah mata pelajaran matematika, selanjutnya mereka akan memasuki pelajaran bahasa Prancis dan Meli datang dengan senyum tanpa dosa dan tanpa bersalahnya.
"Kemana aja kamu, Mel? Kamu di hukum OSIS dulu ya?" tanya Bella khawatir.
"Ish engga dong!" jawab Melisa dengan senyum bangganya.
"Bentar, tas kamu mana, Mel? Kok kamu cuma bawa paper bag itu doang." Bella menarik paper bag itu dan mengecek isinya.
"Itu bekal ku, Bell. Tadi aku masak dulu sebelum berangkat." Dengan cengiran kudanya dia membalas pertanyaan sahabatnya itu.
"Loh ... ART kamu kemana?"
"Bibik lagi pulang kampung, bulan depan baru balik lagi. Kalau yang lain, gak bisa di harapkan rasa masakannya, Bell."
Bella mengangguk dan berfokus pada Melisa yang sedang membuka kotak makannya. "Tuna balado!" seru Bella.
"Kalau kamu mau, nanti aku kasih, aku sengaja bawa banyak Bell, aku Inget kalau kamu suka." Dengan cepat Bella mengangguk.
Dia jadi teringat makanan kesukaan almarhumah mami nya dahulu. Apapun lauknya kalau di bumbu balado pasti Mereka suka.
"Bell, tadi gak di absen, 'kan?"
"Seperti biasa, Mel, Pak Yoyo kan, memang gak pernah absen. Beliau Selalu pinjam absensi kehadiran ke Wulan."
Wulan adalah sekertaris di kelas mereka. Yang mana setiap harinya tugas Wulan adalah mengecek siapa saja siswa dan siswi yang hadir, lalu akan dia ceklis di tablet khusus absensi nya.
Biasanya guru-guru akan melihat memo absensi di tablet Wulan, tanpa memanggil satu persatu. Menghemat waktu katanya. Kecuali guru fisika dan olahraga mereka.
"Jangan keseringan absen, Mel. Untung aja Wulan temen kita!"
"Iya bener, untung dia masih Bestie kita, ya gak sih?" Tawa Meli sangat renyah, serenyah rengginang yang di bawa Wulan untuk dia jual di kelas.
"Inget Mel, apes itu gak ada tanggalnya di kalender. Terus sekarang tas kamu mana Mel?"
Selidik Bella kembali. Dikarenakan meli masuk kelas hanya membawa paper bag kuning bergambar anjing.
"Kan, buku aku semua nya di loker, Bell. Ngapain aku bawa-bawa tas. Berat. kamu tau kan, aku pelupa. Jadi semua buku dan alat tulis aku bawa dan simpan di loker."
"Ya ampun Meli, nanti hilang loh. Bener-bener ini anak ya. Semerdeka amat hidup nya."
Loker yang dimaksud Melisa adalah loker di bawah meja. Bukan loker pribadi, karena loker pribadi biasanya akan diisi dengan baju olahraga dan baju seragam cadangan serta alat-alat ekskul mereka.
Untung kelas mereka tidak ada yang menggunakan lagi. Itulah alasannya mengapa Melisa berani meninggalkan semua bukunya dan alat tulisnya.
Please jangan di tiru ya readers.
"Oiya hari ini aku gak bisa pulang bareng kamu ya, Mel. Tama mau jemput soalnya."
"Tumben mau di jemput."
"Iya hari ini ibunya ulang tahun, mau ngerayain di rumahnya. Ya sekali-sekali lah Mel biar ga di kira jomblo."
"Idih si najis nyindir, Ya udah aku nanti pulang nebeng sama Hani aja." Meli memanyunkan bibirnya sambil pura pura ngedumel bak ibu ibu komplek kalau lagi ghibah.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bella sedang menunggu Tama di bangku lobby. Dirinya sudah setengah jam menunggu namun lelaki itu belum juga sampai.
Berkali-kali Bella menelpon tama tapi statusnya memanggil tidak berdering. Di chat, ceklis satu.
"Hai Bella, kamu belum di jemput?" tanya Danu. "Kalau nggak di jemput, aku antar kamu pulang," lanjutnya mengajak Bella untuk pulang bersamanya.
Bella mengamati lelaki yang menurutnya tidak asing. 'Duh siapa ya, pernah liat tapi di mana ya?' batin Bella sambil mengerutkan kening menunjukkan ekspresi bingung.
"Aku Kamandanu, kita satu ekstrakurikuler di pecinta alam, remember me?"
'Ahhh Iya, dia si Casanova yang namanya sering aku dengar,' batinnya.
Baru kali ini ia melihat langsung sosok Kamandanu Sang Casanova sekaligus wakil ketua OSIS yang jabatan nya sebentar lagi akan digantikan karena dia sudah kelas 12.
Bella tidak begitu antusias ketika para siswi maupun siswa membicarakan dan memuji sosok Kamandanu.
Bahkan Bella berfikir jika sosok Kamandanu pasti memiliki wajah seperti orang-orang jaman dahulu. Ternyata ....
'Unik namanya, Kamandanu. Apa dulu mama papanya suka nonton drama kolosal kali ya?!'
"Bell! Kok senyum-senyum? Ada yang aneh ya?"
"Hah? Engga Kak, maaf. Gak ada yang aneh kok," ucap Bella kaget. "Tapi maaf banget Kak Kamandanu, Aku udah di jemput. Terima kasih ya Kak tawarannya!" Bella membungkuk sungkan.
"Just Danu, panggil aku Danu aja." Danu berucap sambil tersenyum memperlihatkan kedua dimple. "Aku boleh temani kamu sampai kamu di jemput, Bell?" lanjutnya.
"Sure, Kak Danu," jawab Bella dengan senyum ramahnya.
'Pantes aja most wanted. udah cakep, ramah banget lagi, ehhh pas senyum ada dimplenya.'
Danu sadar dirinya di perhatikan gadis mungil berambut panjang itu, namun ia tidak ingin membuat Bella salah tingkah.
"Biasa pulang di jemput, Bell?"
"Engga Kak, aku biasa pulang pergi naik bus kuning."
Danu mengerutkan kening. seingat dia, Isabella putri tunggal keluarga Brawijaya dan perusahaannya tidak dalam masalah. 'Kenapa gadis ini naik bus gratisan? Apa ada informasi yang gue lewatkan?' batinnya.
"Bukannya bus gratisan itu gak lewat sini, Bell?"
"Iya bener, biasanya aku jalan kaki dulu, Kak, sampai ke depan Halte SMA 45. Nanti aku naik dari sana deh," ucapnya dengan nada riang.
"Kenapa gak naik taxi online, Bell?"
"Takut di culik Kak, kalau naik bus 'kan, rame-rame. Jadi penculiknya bingung mau culik yang mana dulu."
Jawaban Bella, reflek membuat Danu tertawa. "Sorry ... sorry ... because you so funny, right. Jawaban kamu out of the box. Gak akan ada yang bisa culik kamu, Bell. Mereka bakal berurusan sama gue kalau berani nyentuh lo," ucap Danu, tentu kalimat terakhir tidak ia ucapkan. Hanya ia ucapkan dalam hati.
Tak lama dari itu, muncul mobil sedan hitam yang mendekati. Kaca depan sebelah kirinya di turunkan dan tampaklah lelaki manis dan tampan menurunkan kacamata hitamnya.
"Kak, aku udah di jemput. Makasih ya udah nemenin aku ngobrol. See you!" pamit Bella dan Danu hanya tersenyum tipis sambil mengangguk.
Bella membuka pintu bagian depan dan langsung memasang seat belt nya.
"Kalau aku lama sedikit pasti kamu udah di culik sama si Danu!"
"Loh ... kamu kenal sama Kak Danu, Tam?" Fokus Bella teralihkan saat ia menatap Danu yang sudah meninggalkan lobby sekolah.
"Kak Danu 'kan temen SMP Tama, Bella!" Bukan Tama yang menjawab tapi seseorang di jok belakang.
"Loh Frilly ... Hera ... kalian disini?! tumben barengan? kalian janjian sama Tama buat pulang bareng juga?"
"Engga Bell, tadi pas arah ke sekolah kamu, aku liat Frilly dan Hera di pinggir jalan lagi nunggu taxi online. Sekalian aja aku ajak mereka bareng. Kan, kita semua pulangnya searah. Lagi pula kita langsung ke rumah aku buat merayakan pesta ulang tahun ibu," ucap Tama panjang lebar.
"Sore banget ya kalian pulang. Ada ekskul?" tanya Bella.
"Aku pulang sore karena ada les tambahan, Bell, bukan ekskul. Gak penting aku ikut begituan. Apalagi Sebentar lagi 'kan, aku masuk SMA," jawab Frilly.
Bella menganggukan kepalanya. "Kalau kamu, Ra?"
"Aku nunggu Frilly pulang, Bell," jawab Hera.
"Oh gitu. Oiya Tam, aku bawa apa ya buat Ibu? Gak enak nih kalau aku gak bawa apa-apa. Nanti ke butik BJ dulu ya!"
"Gak perlu, Bell. Kamu ikut makan malam hari ini aja, Ibu udah seneng banget. Tadi Ibu bilang gitu. Ibu lagi bikin cheesecake kesukaan kamu!"
"Ya ampun Ibu ... padahal Ibu yang ulang tahun. Kenapa Ibu yang buatin kue untuk aku," gumam Bella dengan wajah terharu.
"Karena Ibu sayang sama kamu, Bella." Tama menjawab dengan senyum manisnya. Tangan sebelah kirinya ia gunakan untuk mengelus puncak kepala Bella.
Mereka telah sampai di komplek perumahan, tempat mereka tinggal. Mereka memang teman sedari kecil hanya beda usia dan sekolah.
Sebenarnya masih ada teman mereka yang lainnya. Mereka sudah berkumpul di rumah Tama.
Intan, Robi dan Saga sedang membantu ayah Tama menyiapkan BBQ di taman belakang rumah Tama.
Sedangkan nyonya rumah sendiri berada di dapur menyelesaikan kue buatannya. Bella meninggalkan teman-temannya yang berada di taman belakang rumah Tama lalu menuju dapur.
Bella memeluk Annastasia -- Ibu Tama, dari belakang. Seminggu mereka tidak bertemu karena kesibukan masing-masing.
Membuat Bella ingin bermanja manja dengan wanita yang telah melahirkan kekasihnya ini.
"Kamu sudah sampai, Sayang? Ayo mandi dulu, Ibu sudah siapkan baju ganti buat kamu."
Anna gegas mengajak Bella ke kamar Tama untuk menyuruhnya bersih-bersih dan mencoba baju yang telah ia belikan untuk calon menantu kesayangannya.
"Ibu ... bajunya bagus, Bella suka. Terima kasih ya Ibu."
"Sama-sama sayang, Ibu senang kalau Bella senang." Anna mengelus rambut Bella dengan sayang.
"Ibu yang ulang tahun malah Bella yang dapat hadiah dari Ibu." Bella memeluk Anna hangat.
Bella sangat bahagia memiliki Anna sebagai pengganti ibu kandungnya.
"Kamu kado terindah ibu. Baik-baik sama Tama ya, Sayang. Calon menantu Ibu," ucap Anna, dengan nada bercanda namun dalam hati wanita itu serius mengatakannya.
Bella hanya mengangguk sambil tersenyum kecil. "Ayo Bu, Bella bantuin selesaikan kue nya."
Mereka kembali berkutat di dapur Annastasia yang sangat lengkap dengan peralatan masak dan cookware.
Kitchen set berwarna cream hijau lumut dengan list gold membuat suasana dapur menjadi hangat dan menyenangkan.
"Bagaimana hari ini kamu di sekolah, Bella?" tanya Anna
"Seperti biasa Bu, karena tahun ini akan ada pelantikan anggota team pecinta alam jadinya agak sedikit sibuk. Maaf ya Bu, kalau Bella jarang main kesini."
Anna tersenyum hangat. "Iya Bella, tidak apa apa. Yang penting kamu sehat selalu dan jaga diri kamu saat mengikuti pendakian nanti, kalau ada apa-apa bilang Tama atau kabarin Ibu Langsung!"
"Iya Bu," jawab Bella.
"Mulai besok berangkat dan pulang sekolah biar Tama yang jemput ya Bell, Ibu khawatir, soalnya sekolah kamu itu jauh banget!" pinta ibu Tama.
"Jangan Bu, Bella gak mau merepotkan Tama. Apalagi Tama 'kan, sudah kelas 12, Bu. Sekolah Tama dan Bella beda arah. Jangan khawatirkan Bella ya Bu!" Tangan Bella mengelus pelan tangan Anna untuk memberikan sedikit rasa tenang.
"Ibu gak suka aja Tama pulang pergi bareng-" Anna tersadar jika ia terlalu banyak bicara. Ia segera menghentikan ucapannya.
"Bareng siapa Bu?" tanya Bella dengan wajah penasarannya.
...( ・ั﹏・ั) To be continue ( ・ั﹏・ั)...
Baca Sampai Habis ya gaes ya 🙏🏻🫰🏻😘
Jangan lupa like, subscribe dan ulasannya. Karena akan aku gratis untuk kalian 🫰🏿❤️
~ Mansion Pioneer~
Sebuah Mansion mewah namun di dalamnya bukan di isi dengan keluarga yang hangat, namun terisi oleh sekumpulan pemuda-pemuda bertatto penuh di badan mereka.
Hanya beberapa yang tidak ... maksudnya belum. Membingkai kan tubuh mereka dengan gambar-gambar penuh simbol dan makna.
Di dalam mansion yang dijadikan markas oleh ketua mereka, terdapat fasilitas yang lengkap.
Mulai dari vending machine di setiap ruangan, meja billiard di ruang tengah yang dikhususkan untuk tempat anak-anak Pioneer berkumpul, alat gym super lengkap di lantai dua mansion itu.
Tersedia juga kolam renang mewah di dalam mansion, bahkan Helipad pun ada di atas mansion.
Igor memang sering mengunjungi mansion Pioneer yang sebenarnya adalah mansion pribadi Kamandanu -- putranya.
"Jadi dia, Nu. Cewek yang lo tunggu-tunggu buat masuk Alexandra. Lo juga 'kan, yang sponsorin dia?" tanya Kenzo, yang sedang asik memasukan satu persatu bola billiard.
Danu yang sibuk merokok di jendela sambil memainkan ponselnya, menoleh sekilas ke arah Kenzo. "Iya."
Kali ini Panji yang melirik ke arah Danu, baru kali ini mereka melihat Danu tersenyum lebar.
Ya ... sore tadi, mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri jika Kamandanu berbicara sambil tersenyum bahkan lelaki itu sampai tertawa.
"Bukannya dia pacarnya anak Adisutjipto ya?" tanya Adrian heran.
"...."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara itu di tempat lain. Pesta yang di hadiri para keluarga besar Adisutjipto dan kolega mereka, memenuhi taman yang berada di belakang rumah kediaman Adisutjipto.
Pesta yang di gelar dengan konsep mini garden yang cukup meriah namun begitu hangat sudah di padati tamu undangan.
Annastasia sudah berdiri bersama sang suami mengenakan long dress berwarna putih gading sangat cantik malam ini.
Tak berbeda jauh dengan dress yang Bella kenakan, pemberian Anna. Orang yang tidak begitu mengenal Annastasia pasti mengira jika Isabella adalah putrinya.
"Cantik sekali kau punya putri. Bagaimana kalau kita jodohkan anak kita. Ann!" ucap seorang perempuan dengan logat Batak, berusia kurang lebih sama dengan Anna.
Anna tersenyum dan menjawab temannya itu. "Jangan lah, Kak. Calon menantuku ini! Anak ku laki-laki. Tuh, disana Kak!" tunjuk Anna pada Tama, yang sedang berkumpul bersama teman-temannya yang lain.
Acara inti pun di mulai, setelah berdoa bersama dan tiup lilin. Seluruh tamu undangan berpusat pada Annastasia yang sedang memotong kuenya.
"Tante, potongan kue pertama mau di kasih ke siapa?" tanya Hera penasaran, saat Annastasia memotong kue pertama dan meletakkannya di piring kaca.
"Untuk suami Tante tercinta pastinya." Tawa Anna dalam rangkulan mesra Adi -- Ayah Tama.
"Kue selanjutnya untuk kedua anak Ibu tersayang."
Kue kedua sengaja Anna potong besar untuk Tama dan Bella. Mereka menerimanya dengan senang lalu memeluk wanita yang usianya sudah menginjak 47 namun masih terlihat cantik.
"Terima kasih Ibu. Terima kasih sudah sayang sama Bella."
"Sama sama, Sayang," balas Anna.
"Tante Anna, ini untuk Tante." Frilly memberikan sebuah paper bag berlogo Chanel
"Wah ... terima kasih Frilly."
Anna membuka paper bag dan mengeluarkan isinya. Ternyata sebuah tas Chanel 22 mini black yang harganya bukan kaleng kaleng.
"Frilly ... kalau gue ulang tahun, boleh kali di kadoin itu. Ehehehe." Intan tampak iri dengan kado yang Frilly berikan kepada Anna.
"Boleh lah, boleh lah, boleh lah," balas Frilly dengan logat Upin Ipin nya sambil tertawa renyah.
Memang tidak diragukan Frilly bisa memberikan tas semahal itu karena ayahnya memiliki perusahaan provider dan stasiun televisi terbaik di Indonesia bahkan merambah ke mancanegara. Lalu ibunya memiliki beberapa franchise minimarket di kota itu.
"Sama-sama, Tante. Jangan lupa di pakai ya, Tan!" pinta Frilly dengan tangan bergelayut manja pada lengan Anna.
"Iya pasti Tante pakai, salam ya buat Mama kamu!"
"Iya Tante, Frilly pasti sampaikan."
Bella yang berdiri berseberangan dengan Annastasia. menatap wanita itu dengan sungkan. "Ibu, maaf ya, kado dari Bella menyusul." Bella tersenyum canggung. Bukannya ia lupa. Bella hanya bingung ingin memberikan apa.
"Iya Tante maaf ya, tadi Bella lupa kalau hari ini ulang tahun l, Tante. jadi belum sempat beli kado untuk Tante. Mau ke butik tapi kita sudah terlalu sore." Bukan Bella yang angkat bicara, tapi Hera yang memberikan penjelasan.
"Gak apa-apa sayang. Jangan dipikirkan ya. Jangan di jadiin beban. Bella ada di sini saja, Ibu sudah senang. Bella hadiah paling berharga buat Ibu." Senyum tulus Anna yang di balas dengan pelukan hangat dari Bella.
"Lagi pula papi kamu sudah mengirimkan gaun-gaun dan stelan untuk Ayah dan Ibu. Itu udah lebih dari cukup, Sayang." Anna mengendurkan pelukannya untuk menatap Bella.
Di sudut taman dekat gazebo, Intan sedang menahan kesal sambil misah - misuh.
"Maksud si Hera bilang lo lupa ulang tahun Tante Anna di depan Tante Anna langsung apa ya, Bell?" Selidik Intan.
"Entahlah. Dia 'kan, emang begitu. Suka ceplas ceplos." Bella enggan memikirkan masalah itu.
Tiba-tiba Frilly dan Hera mendekati Intan dan Bella yang sedang menikmati beberapa Snack yang tersedia di meja mereka.
Entahlah, mengapa Intan tidak begitu suka dengan Frilly dan Hera lebih tepatnya semenjak mereka tumbuh dewasa.
Padahal orang tua mereka sangat dekat dan menjalin hubungan bisnis bersama di dalam satu organisasi besar.
"Maaf ya Bella, aku gak ada maksud apa apa tadi. Kamu gak marah sama aku 'kan, Bell?" Hera datang memeluk Bella.
"Carmuk lo ya !" Sewot Intan menatap sinis ke arah Hera.
"Udah Tan," ucap Bella menengahi. "Iya gak apa-apa Ra, toh Ibu 'kan, gak marah dan memaklumi aku."
"Sorry banget, Bell. Ini salah aku yang nggak tau kondisi kamu."
"Akhir-akhir ini aku memang sibuk, Ra. Selain baru aktif ekskul. Tugas sekolah juga lagi banyak banyaknya, aku udah jelasin itu ke Ibu tadi," jelas Bella. Lalu menenangkan Intan agar tidak emosi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
~Rumah Brawijaya~
"Jam segini kamu baru pulang, Bella?"
Ternyata Andre dan Inah -- Papi dan mamanya, sedang berkumpul di ruang keluarga.
Ohh jangan lupakan juga. Ada Lisa disana dengan setoples cemilannya. Lengkap dengan kaki yang ia angkat ke atas sofa.
"Udah dari jam 3 sore Bella pulang, Pih. Terus langsung ke rumah Tama dulu. Ibu Anna ulang tahun hari ini. Jadi kita celebration dulu."
"Kan, bisa pulang dulu ganti baju, Kak," sahut Inah, istri kesayangan papinya.
Jika ada Andre dia akan memanggil Bella dengan tambahan 'KAK'. membahasakan panggilan ke anaknya. Katanya.
Padahal kalau tidak ada Andre, Inah akan memanggil nya dengan nama atau bahasa formal, 'Saya,Anda'.
"Kalau Bella pulang dulu, yang ada Bella gak bisa keluar lagi. Kan, ada aja alasan yang nanti Mama Inah buat untuk menahan Bella supaya Bella gak bisa keluar rumah."
"Maksud kamu apa, Bella? Kamu sudah tidak betah ada di rumah ini? Sehingga kamu gak perlu lagi izin untuk keluar rumah?"
'Iya.' Monolog Bella. Sayangnya hanya bisa ia katakan dalam hati.
"Udah Pih, gak apa apa. Lagi pula Bella sudah besar. Kasian dia kalau di rumah terus. Mama kan, ada mbok Asih dan anaknya. Masih bisa ke handle. Ya kan, Lis?" Topeng Inah mulai ia gunakan. Lisa yang terpanggil hanya menganggukkan kepala.
"Papi dengar, kan? Gak ada masalah Pih, aku ada di rumah atau pun engga. Mama Inah aja gak permasalahkan kok," timpal Bella.
Bella langsung menaiki kamarnya yang terletak di lantai 2 bersebelahan dengan kamar lisa. Anak kesayangan papi yang baru.
"Bella ... Papi belum selesai bicara!"
"Sudahlah Pih, kasian Bella baru pulang dari aktivitasnya hari ini!" Itu suara dari Inah yang masih terdengar jelas di telinga Bella.
"Kamu Mam, terlalu memanjakan dia. Jadi ngelunjak 'kan, dia. Maafin sikap Bella ya, Mah." Andre menggenggam tangan Inah erat. "Terima kasih sudah sayang Bella seperti anak kandung kamu sendiri," lanjut Andre, kemudian memeluk Inah.
Bella masih mendengar percakapan dua insan itu. Ia hanya bisa tersenyum dalam hati dengan muka sedatar datarnya. 'Andai mami masih hidup. Mih aku rindu.'
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Kamu ngapain sih ngomong begitu depan ibu ku. Gak usah berlebihan di depan ibu." Sinis Tama.
"Maaf Tama. Aku cuma pengen deket sama ibu kamu juga, Tama. Sama seperti temen-temen yang lain, apalagi Bella," ucapnya sambil terisak.
"Hufftttt ... jangan begitu lagi ya. Ibu benci banget sama penjilat soalnya."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kita tidak bisa memilih di kehidupan mana kita akan tinggal dan jalani. Bisa saja hidup yang kita dapatkan penuh drama, penuh dengan air mata, penuh bahagia atau penuh luka.
Yang bisa kita lakukan adalah menjalani hidup dengan sebaik-baiknya dan mensyukuri setiap jalan yang sudah ditentukan oleh sang Ilahi.
Pagi ini Bella sudah rapih dengan seragam sekolahnya lengkap dengan almamaternya.
Ia menuruni tangga menuju meja makan untuk mengikuti ritual sarapan pagi seperti biasanya.
Menu yang tidak terlalu berat adalah yang Bella pilih untuk sarapan. Pancakes dengan berbagai macam selai dan susu full cream favorit Bella.
Tak lupa Bella membawa kotak bekal nya dan memasukan beberapa makanan berat untuk dia bawa ke sekolah.
"Inget masih ada manusia yang harus sarapan. Berbagi itu perlu jangan serakah," ucap Inah ketus, sambil berjalan menuju meja makan.
"Bella cuma bawa nasi, sayur buncis dan tongkol balado kok, Mam." Bella menunjukan kotak makan nya yang sudah terisi.
"Tongkol balado jangan banyak - banyak ambilnya. Itu favorit nya Lisa," balasnya sedikit membentak.
"Gak apa apa Mah. kalau habis, nanti suruh Mbok masak lagi," sahut Andre yang baru keluar dari kamarnya menuju meja makan.
"Ehhh Papi ... Papi mau sarapan apa? Mama ambilkan ya?!" Inah Langsung mengalihkannya.
"Jangan membatasi makanan, Mam. Apalagi kalau anak-anak suka. Papi kerja untuk kalian semua dan Papi gak mau pelit sama anak-anak Papi."
"Bukan maksud Mama pelit, Pih. Mama hanya tidak mau Bella membuang buang makanan jika mengambil nya berlebihan. Lagi pula Bella dapat makan siangnya di sekolah, seharusnya tidak perlu repot repot bawa bekal," jelas Inah, takut suaminya salah paham dan memandang buruk dirinya.
"Ada beberapa murid beasiswa dan murid yang tidak menerima makan siang di sekolah, Pih. Jadi kupon makan siang Bella, suka Bella kasih ke mereka."
"Papi bangga sama kamu Bella, tetap rendah hati ya sayang." Senyum tulus Andre pagi ini membuat mood bella yang tadi hancur menjadi lebih baik.
"Oh iya Pih ... Bella nebeng ya sampai depan."
"Gak bisa Kak, Papi kan, berangkat nya agak siangan, anter aku sekolah dulu. Kalau Kak Bella minta anter Papi ke depan nanti aku sekolah sama siapa?" Melas Lisa.
Mood Bella kembali hancur luluh lantak. "Papi jangan sering sering datang ke kantor siang. Tidak mencontohkan pemimpin yang baik dan disiplin," timpal Bella dengan entengnya.
"Kalau gitu, Bella berangkat ya, Pih." Sengaja ia hanya berpamitan pada papinya saja.
"Kamu sama aku aja Bella ...."
...(ノಠ益ಠ)ノ彡To be continue ミ\(≧ロ≦\)...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!