NovelToon NovelToon

Don'T Kill Me, Mr. Psycho

Baranov

Pertama kali Anna menginjakkan kaki di mansion milik keluarga Baranov karena ajakan sang ayah, dan karena ibunya yang sebulan lalu meninggal dunia. Sergey biasanya tinggal di kediaman Baranov karena jarak rumah dan tempat dia bekerja cukup jauh. Karena itu, setelah di tinggal sang istri, dia mengajak anak satu-satunya untuk ikut dengannya tinggal di rumah kecil milik keluarga Baranov yang terletak di hutan kecil mereka.

Rasa gugup yang terus menggebu-gebu membuat langkah Anna kaku. Bagaimana tidak, keluarga Baranov sendiri adalah keluarga pemegang perusahaan pengembang senjata yang sangat berpengaruh di Rusia.

Sebutan Psycho Rusia yang diberikan khusus pada tuan muda kedua Baranov bukan cuman isapan jempol belaka. Sebutan itu dia dapatkan karena kebebasannya dalam melakukan kekerasan berbayar yang didukung negara. Alasan pria itu mendapat sebutan tersebut, karena dia pernah mengembangkan sebuah senjata berupa Nuklir yang dapat meledakan kota besar di luar atau dalam negara itu sendiri. Beberapa informasi terkait senjata berbahaya tersebut, banyak di sembunyikan oleh Rusia. Mereka hanya mengatakan bahwa senjata itu kini di sembunyikan di salah satu kota, di Amerika serikat.

Maksimillian...

Nama senjata yang Nikolai kembangkan dan menjadi sebab kebebasan yang dia miliki saat ini. Lebih baik kehilangan satu atau dua orang, dari pada sebuah kota, pikir pemerintah.

...***...

"Anna, mulai sekarang kita akan tinggal disini, jadi biasakan dirimu." Ucap Sergey. Dia sangat tahu bagaimana perasaan putrinya saat ini, tapi mau bagaimana lagi.

"Baik ayah."

Gadis muda dengan rambut pirang bermata biru itu mengangguk paham. Dia yang saat ini sudah menginjak umur 21 tahun pasti bisa berguna di keluarga Baranov seperti sang ayah, pikirnya.

"Paman Sergey, apa dia anak yang selalu kau ceritakan pada kami?"

"Omo~ Cantiknya, siapa namamu?"

"Haish.. Paman Sergey kan selalu menyebutkannya, namamu Anna kan?"

Beberapa pelayan lain yang tengah menyapu halaman seketika menghampiri keduanya. Rasa gugup yang dari tadi terus menggebu-gebu, seketika hilang bersama bayangan buruk yang tertanam jauh di pikirannya, melihat betapa ramah orang-orang di dalamnya.

Meskipun yang saat ini dia masuki adalah kediaman dari sebuah keluarga penting Rusia, dia mengikuti sang ayah dengan patuh.

"Benar, Namaku Anna.." Anna menjawab, diiringi senyuman kecil yang tergambar di bibirnya yang manis.

Paras Anna yang cantik, berambut pirang dengan mata biru yang lembut, membuat dia begitu disukai mereka. Apalagi melihat bagaimana cara Anna berperilaku, itu sudah cukup membuktikan bahwa gadis ini sangat baik.

"Paman Sergey, apa kau sudah bicara pada nyonya tentang kedatangan Anna?" Tanya Zasha, wanita yang sudah bekerja 5 tahun sebagai pengurus halaman depan.

Sergey mengangguk pelan. Dia yang sudah mengabdi selama 10 tahun pada keluarga Baranov tentu lebih di percaya dari yang lain.

"Ayo Anna, bawa tasmu dan ikut ayah."

"Baik ayah."

Anna dengan semangat mengekori sang ayah menjelajah halaman dan hutan pribadi. Begitu luas sampai membuat kakinya lemas. Bahkan di halaman samping, dia bisa melihat begitu banyak tanaman subur yang menghasilkan begitu banyak buah yang segar. Ini seperti dunia dalam negeri dongeng.

Tanpa sadar gadis itu bergumam pelan, "Hufft... Luas sekali. Meski tanpa internet, sepertinya aku tidak akan pernah bosan."

Mendengar hal itu, sontak Sergey terbahak. Begitu polos ucapan Anna. Jelas-jelas dia tidak punya ponsel karena sang ayah yang tidak bisa membelikannya.

"Mau istirahat dulu di pinggir telaga?"

"Mm!" Anna mengangguk. Telaga pribadi Baranov juga tidak kalah luas dengan Mansion mereka. Apalagi dari sana bisa langsung terlihat betapa indahnya kedalaman Mansion dari kaca pinggir telaga.

Mereka kembali melangkah, kaki Anna yang lemas seketika kembali menapak kuat. Pemandangan dihadapannya membuat rasa lelah dan penatnya seketika ciut. Ia berlari mendekat dan melihat pantulan wajahnya di air telaga yang jernih.

"Apa boleh menyentuhnya?" Anna melirik sang ayah yang kini berdiri di belakangnya, meminta persetujuan karna takut dilaporkan melakukan sesuatu yang tidak diperbolehkan.

"Haha.. Tentu saja, inikan hanya air biasa."

Setelah mendengar hal itu, tanpa ragu Anna mencelupkan kaki dan tangannya ke dalam telaga sambil duduk di tanah. Rasa dingin seketika meruyup ke dalam bagian tubuh lainnya. Ada rasa yang menggelitik di bawah kakinya karna rumput dalam air yang tampak hijau dari kejauhan.

Saat asik bermain air, tiba-tiba dari teras Baranov terlihat seorang pria yang baru bangun dari baringannya dengan buku yang terjatuh dari wajahnya yang terlihat putih bersih. Pria itu lalu melihat ke sebrang telaga, dan ia dapati mata Anna yang juga sedang tertuju padanya.

"Ayah, apa itu tuan Baranov?" Tanya Anna sambil sedikit mengangkat alisnya.

"Bukan, dia tuan muda pertama keluarga Baranov. Namanya Damian Vladislava Baranov." Jelas Sergey.

Damian lalu melambai ke arah Sergey yang tengah mengamatinya dari kejauhan. Dengan mata yang baru terbuka dan warna rambut coklat yang bercahaya karna pantulan matahari, membuat pria itu begitu indah.

Seperti pangeran di negeri dongeng.

Sergey tentu membalas lambaian tangan Damian. Setelahnya pria itu masuk ke dalam mansion dengan kaca transparan yang bisa membuat Anna dan Sergey melihat isi di dalamnya.

"Tampan bukan? Dia biasanya sering membaca buku dan berburu. Dia juga pintar, tapi tidak mahir dalam membuat senjata." Jelas Sergey

"Bagaimana menurutmu?" Sambungnya

"Wajahnya putih bersih, dan matanya coklat sama seperti rambutnya. Terlihat seperti daun di musim gugur, sangat cantik."

Sergey menghela napas panjang sesaat, lalu beringsut mendekat ke telaga. Berjongkok mengikuti sang anak yang masih mengayun kaki dalam air.

"Dia kakak tertua. Ada satu tuan muda yang kini berada di Amerika karna harus mengurus anak perusahaan Baranov yang diwariskan padanya. Namanya Nikolai Ivanovich Baranov. Kepribadiannya memang terbilang cukup menyebalkan, tapi ia sangat mahir membuat senjata. Karna itu, jika ia bisa mengurus anak perusahaan selama 5 tahun dengan perubahan yang dibawa olehnya, maka perusahaan besar yang kini masih dikelola Baranov akan diserahkan padanya." Ungkap Sergey.

Sontak Anna membulat sempurna, ia tidak tau sosok Nikolai tapi dipikirannya pria itu pasti berkacamata tebal dan sering membawa buku 1000 halaman.

Kembalinya tuan muda kedua

"Kalau tidak salah, dua bulan lagi harusnya dia pulang." Tambah Sergey

Setelah mendengar hal itu, Anna mulai antusias untuk melihat sosok pria muda yang sudah bisa mengembangkan senjata. Bukankah itu luar biasa?

"Ayo simpan tasmu di rumah, kita harus kembali bekerja."

"Baik ayah."

Anna terpaksa mengangkat kaki yang tengah tenggelam dalam kesejukan air ditengah hutan. Ia lalu beranjak sambil menepuk-nepuk rok sepanjang mata kakinya.

...***...

Anna mulai membantu pekerjaan sang ayah, dari tanam menanam dan memetik buah-buahan. Kadang dia harus langsung membawa buah itu masuk Mansion, untuk diberikan langsung pada pelayan dapur.

"Anna, bantu bibi Zasha mengambil rumput disini!" Pinta Zasha dari sebrang halaman.

"Baik bibi!"

...***...

2 bulan kemudian..

Semua pelayan diharuskan mempersiapkan kedatangan tuan muda kedua, yaitu Nikolai. Nyonya Barley dan Tuan Baranov benar-benar mengawasi bagaimana pelayan dapur membuat makanan untuk anaknya.

Apalagi Nikolai seorang pria yang suka pilih-pilih makanan. Tidak suka rasa yang terlalu manis, terlalu asin dan gurih. dan sesuatu yang sangat dia benci yaitu kacang, keju, dan yogurt.

Benar-benar ribet.

Untungnya Chef keluarga Baranov adalah Chef pilihan yang diambil dari Italia dan beberapa dari Rusia.

Anna berpartisipasi dalam penyambutan tersebut. Ia membantu merangkai bunga kesukaan Nikolai yang akan di simpan di kamar dan ruang tamu.

*

*

*

Selang beberapa jam bersiap, akhirnya mobil sport hitam legam mulai masuk halaman. Tak terlihat sosok di dalamnya, tapi mereka menunduk.

"Anna, menunduklah." Titah Sergey. Alih-alih menunduk Anna malah melongo, melihat betapa bagus dan kerennya mobil itu.

"Anna.."

Sergey menundukkan paksa kepala sang anak yang malah mendongak.

Setelah mobil itu berhenti di halaman yang sudah rapih dan siap diinjak oleh sepatu mahal Nikolai yang di rancang dengan penuh kesempurnaan, pria itu lalu membuka pintu mobilnya. Sosok pria mapan dalam mobil perlahan turun.

"Sial, panas sekali."

Satu kalimat yang keluar dengan nada dingin dan berat sontak membuat Anna tertegun. Apa ini suara pria berkacamata tebal dan sering membawa buku 1000 halaman? Gumamnya dalam hati.

"Sayang, bagaimana kabarmu?"

Nyonya Barley mendekat dengan cepat untuk menyambut anak kebanggaannya. Tak lupa pelukan dan beberapa kecupan di dahi yang membuat Nikolai sedikit risih.

"Mom, aku baik."

Dia lalu melirik pelayan yang tengah menunduk, dan matanya langsung tertuju pada rambut pirang yang bercahaya karena pantulan matahari.

Dia merengut penasaran. Siapa gadis itu? Apa dia pekerja baru?

Rambut yang mencolok diikat dengan sebuah pita berwarna biru, namun masih sedikit berkibaran karena angin yang datang dari berbagai arah secara beruntun. Pemandangan tersebut terasa semakin indah, saat Nikolai sadar pemilik rambut itu memiliki kulit seputih salju di lihat dari bagian lehernya.

"Apa perubahan yang kau bawa, Nikolai?" Tanya Tuan Baranov yang seketika menyadarkan lamunan Nikolai.

"Aku menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan besar untuk investasi jangka panjang. Dan aku mengembangkan senjata baru dengan senapan yang Papa buat setahun lalu."

Masalah pekerjaan, Nikolai memang paling di percaya oleh Baranov karena sikapnya yang tegas dan kompeten. Bukan hanya itu, Nikolai juga sering mendapat ajakan bekerja sama dari beberapa negara selain Rusia. Seperti Korea, Amerika, Germany dan Inggris. Kegeniusannya dalam menciptakan sebuah senjata berbahaya membuat dia dikenal seluruh dunia dengan sebutan yang dia sandang saat ini. Psycho Rusia. Tentu sang ayah bangga, mendapati seorang anak yang begitu berapi-api dan sangat di takuti.

Sebenarnya bukan hanya karena adanya Maksimillian dia begitu di takuti. Melainkan karena dirinya yang memang berhati batu dan sangat kejam. Tak segan menghilangkan nyawa manusia seperti hal nya berburu hewan.

Beberapa fakta lain tentangnya banyak di sembunyikan oleh Rusia. Mereka menjaga sebagian banyak hal penting tentang Nikolai agar tidak bocor ke seluruh dunia.

"Kau memang yang terbaik, kebanggaanku."

Keduanya saling melempar tawa kecil. Terlihat Baranov yang memang sangat bangga dengan anak keduanya, sampai dia lupa ada Damian yang dari tadi menahan rasa kesal.

"Ayo masuk."

Barley menarik tangan Nikolai dan membawa pria itu masuk ke dalam Mansion. Setelah tuan dan nyonya itu menghilang di balik pintu besar mansion, para pelayan langsung mendongak pegal.

"Ayah, padahal aku ingin melihat tuan muda itu."

Saat Anna mengeluh, bibirnya melengkung turun dengan mata yang menyipit muram. Saat itu, Sergey menanggapinya dengan sedikit senyuman.

"Tenang, dia akan tinggal disini untuk waktu yang lama. Kamu bisa bertemu dengannya di lain waktu."

...***...

Keesokan harinya, seperti biasa Anna memetik, menanam, menyiram dan mengambil rumput liar di ladang.

Saat pekerjaannya selesai, dia memutuskan untuk merendam kakinya di telaga seorang diri. Namun sesampainya dia di telaga, ada seorang pria yang tengah bersantai sambil membaca buku di teras.

Dia pikir itu pasti tuan muda Damian yang dia lihat bersama Sergey saat pertama kali. Wajahnya tertutup buku, tapi keyakinan masih dia pegang kuat.

Dia lalu mulai merendam kakinya. Saat hal itu terjadi, roknya naik dan memperlihatkan betapa putih dan mulusnya kaki Anna.

"Kalo tidak ada tuan Damian, aku pasti akan berendam."

Saat asik mengayun kaki dalam air, tiba-tiba dia dikejutkan oleh sesuatu berukuran besar dan berwarna hitam dalam air. Dia pikir itu mungkin seekor buaya?

"Aahhh!!"

Jeritan Anna yang menggema seketika mengganggu fokus pria yang tengah bersantai sambil membaca buku itu. Dan ternyata dia bukan Damian, melainkan Nikolai. Dia mengangkat tubuh bagian atasnya dan dengan enggan melihat ke seberang telaga. Saat mata itu terbuka, wajahnya langsung di sambut oleh cahaya matahari yang memantul dan membuat pandangannya silau.

"B-buaya?!"

Ketakutan Anna masih berlanjut. Dia lalu mengangkat roknya tinggi-tinggi untuk bisa mempermudahnya melarikan diri. Namun anehnya buaya itu tidak bergerak.

"... Hm? Pemandangan erotis macam apa ini?"

Nikolai berseringai sambil mengamati tingkah Anna yang masih mengira itu buaya. Matanya yang pekat bersinar seperti seekor singa yang menemukan mangsa. Cara dia memperhatikan tubuh Anna yang cukup terbuka sungguh aneh. Rok Anna yang sudah terangkah tinggi-tinggi membuat Nikolai tenggelam dalam keindahan kulit putih bersih gadis itu.

"Wow.. Girl Tarzan?"

Saat Anna sadar yang dia takuti ternyata hanya sebuah batu, dia kembali menurunkan roknya lalu berjongkok menatap batu dalam air tersebut.

"Haish.. Bikin panik saja."

Dia menghela nafas lega sebelum kembali mencelupkan kakinya ke dalam air. Saat dia duduk kembali, dia sadar ada seorang pria yang menatapnya di teras Baranov.

Pria itu tidak sama dengan Damian. Dia memiliki rambut berwarna hitam, dengan mata yang juga hitam bersih. Wajahnya tampan, sepertinya lebih tampan dari Damian.

"Siapa dia?"

Anna memperhatikan pria itu dalam diam. Pandangan acuh tak acuh terjadi di antara keduanya. Bahkan untuk berpikir bahwa pria itu adalah tuan muda kedua yang tak lain adalah Nikolai, pikiran Anna tidak sampai pada fakta tersebut.

Karena dalam pikirannya, sosok Nikolai masihlah seorang kutu buku dengan kacamata tebalnya.

Pria itu lalu kembali masuk ke dalam mansion. Dia yang kini hanya mengenakan celana dan tengah telanjang dada tak mungkin seorang anak pelayan. Pikir Anna.

"Sudahlah, aku mau pulang dan mandi."

Gardenia

Di malam hari, Anna mendapat perintah dari nyonya Barley untuk datang ke mansion. Itu tepat jam 8 malam. Tentu tak ada penolakan dari Anna, ia hanya penasaran karna tidak biasanya nyonya Barley memanggilnya dimalam hari.

Setibanya di dalam mansion, terlihat banyak bunga yang berserakan diatas meja. Ia langsung menyimpulkan, "Apa nyonya menyuruh saya untuk merangkainya?"

"Iya Anna, Nikolai sangat suka rangkaian bunga yang kamu buat." Jawab nyonya Barley.

"Setelahnya simpan saja ke kamar Nikolai. Dia masih berendam di pemandian air panas, jadi masuk saja dan letakkan di meja kerjanya." Ia melanjutkan.

"Baik nyonya."

Setelah mendengar jawaban Anna, nyonya Barley kembali naik untuk pergi ke kamarnya. Sementara itu, Anna mulai merangkai bunga dalam tempat kaca.

Setelah tersusun rapih, ia membawa bunga itu ke kamar Nikolai sesuai permintaan nyonya Barley. Tapi ia ragu, bagaimana jika Nikolai lebih dulu selesai dan kini sedang berada di dalam?

Ia memutuskan untuk mengetok terlebih dahulu.

Tok-tok-tok

"Tuan Nikolai? Apa tuan ada di dalam?"

Tak ada sahutan. Mungkin Nikolai belum kembali ke kamarnya. Anna memutuskan untuk segera masuk dan dengan cepat menyimpan bunga itu di mejanya.

Tapi saat ia hendak berbalik, tiba-tiba sosok tinggi dan kekar muncul di belakangnya, seperti tembok besi yang kuat dan kokoh.

"Ahh!"

Ia memekik terkejut. Apalagi pria itu tengah memakai baju mandi dengan dada yang terbuka sempurna.

"Apa yang kamu lakukan di kamarku?" Ia merengut sambil menatap tajam. Ketajaman tatapannya bahkan bisa menembus segala dimensi.

"A-apa saya salah masuk kamar? Maaf.. Saya disuruh menyimpan bunga ini di kamar tuan Nikolai."

Anna lalu kembali berbalik untuk mengambil bunga yang barusan ia letakkan di meja kamar itu. Tapi saat bunga itu hampir terangkat, sebuah tangan kekar malah kembali menekannya.

"Aku Nikolai."

Mendengar jawaban itu, sontak Anna membola. Jadi pria yang ia lihat tadi siang adalah tuan muda kedua, Nikolai Ivanovich Baranov? Pria muda yang sudah berhasil menciptakan senjata dengan kerja kerasnya sendiri?

Lalu dimana kacamata dan buku 1000 halaman miliknya? Ia berbanding terbalik dari gambaran imajinasi Anna. Six pack yang terukir sempurna, dengan dada keras yang kokoh bak bongkahan es.

"M-maaf.. Saya tidak tau tuan, saya pikir anda berkacama--, Tidak maksud saya, itu.." Anna gelagapan saking gugupnya.

Ia menunduk dengan wajahnya yang tidak karuan. Mata yang terus terpejam, tak berani membuka karna pria dihadapannya tengah membuka dada.

"Kamu gadis yang di telaga tadi kan?"

Nikolai menyeringai kecil sesaat, lalu beringsut mendekat pada Anna yang tengah berhadapan dengannya. Meski gadis itu menunduk, tapi ia sangat sadar dengan pergerakan Nikolai.

"I-iya.."

Nikolai kembali menyeringai kecil, lalu mengangkat tangannya yang entah akan ia daratkan dimana.

"Cantik juga.." Bisiknya pelan.

Dug dag dug dag

Rasa gugup dan takut memenuhi hati Anna. Ia perlahan memberanikan diri untuk mendongak menatap Nikolai.

"T-tuan, saya--"

Ia terhenti kala tangan Nikolai melewati tubuhnya dan ternyata berniat mengambil bunga di belakang Anna. Bunga gardenia putih yang tersusun rapih dalam vas kaca.

"Bunga ini, cantik bukan?" Nikolai kembali berbisik pelan.

"I-iya tuan." Anna lalu menoleh, ikut menatap bunga gardenia di belakangnya.

Setelah gadis itu mengganti fokusnya, Nikolai juga malah ikut mengganti fokusnya dari bunga menuju rambut Anna yang terurai.

"Terlihat sangat cantik bahkan jika melihatnya dari jarak yang jauh. Warnanya yang mencolok mengganggu fokus seseorang."

Nikolai terus memainkan bunga, tapi mata dan seringainya malah tertuju pada rambut Anna. Mungkin ucapan manisnya yang kini ia rangkai sebenarnya tertuju pada Anna dengan rambut pirangnya.

Anna tak menjawab, ia juga memang menyukai bunga apalagi dengan aroma yang menenangkan seperti gardenia. Tapi entah kenapa di dekat pria itu, lidahnya terasa kelu.

"Cocok untuk dijadikan koleksi bukan?"

"Mm."

Gadis itu malah mengangguk. Ia tidak tau yang dimaksud Nikolai itu bukan bunga di depannya, melainkan dirinya sendiri.

"Ah, kalau begitu saya pamit pergi." Anna kembali menatap Nikolai lalu sedikit membungkuk menunjukkan rasa hormat pada sang majikan.

"Pergilah."

Gadis itu lalu berjalan cepat keluar dari kamar luas milik Nikolai yang memiliki desain seperti bangsawan.

...***...

Sesampainya ia di rumahnya, yaitu di hutan kecil Baranov, Sergey dengan cepat menyambut anak gadisnya yang tadi tidak pamit lebih dulu.

"Kamu dari mansion?"

"Iya ayah, tadi bibi Zasha datang dan memintaku untuk segera menemui nyonya."

"Apa yang nyonya minta darimu sampai kamu baru pulang jam segini?"

"Merangkai bunga untuk tuan Nikolai."

Mendengar nama Nikolai, Sergey tersentak kaget sesaat. "Kamu bertemu dengannya?" Ia menekan pundak sang anak sambil beringsut mendekat.

"Iya ayah, ternyata dia tidak memakai kacamata." Anna malah balas terkekeh.

"Anna, jangan terlalu dekat dengannya. Dia seorang--"

"Paman Sergey?" Seseorang menyela dari arah pintu.

Sergey dan Anna sontak menoleh lalu mendekat. Mencari tau dari siapa sumber suara yang mengganggunya malam-malam begini.

"Siapa?"

"Ini aku, Dmitry."

Sergey lalu membuka pintu, mepersilahkan Dmitry untuk masuk. Di tangannya terlihat sebuah paper bag yang entah apa isi di dalamnya.

"Ada apa berkunjung malam-malam begini?"

"Oh, ini untuk Anna. Tadi dia membantuku memetik buah mangga di hutan." Jawab Dmitry sambil menyodorkan paper bag bawaannya.

"Waah.. Makasih paman!" Saut Anna penuh semangat.

"Sama-sama, maaf mengganggu di jam tidur seperti ini. Kalau begitu Anna, paman Sergey saya pamit." Dmitry kembali berjalan keluar.

Ia seorang pria yang sudah bekerja selama 7 tahun sebagai pengurus kebun di halaman belakang. Biasanya Anna atau Zasha sering membantu memetik buah yang siap dipanen lalu mendapat beberapa dari hasil panen mereka.

Pelayan lain juga diberi tempat dinggal di tempat yang sama dengan Sergey. Kurang lebih lima rumah kecil berjejer di sana.

"Ayah, ayo makan buah sebelum tidur."

"Sini ayah kupaskan untukmu. Tapi setelahnya gosok gigi lalu tidur."

"Baik ayah."

...***...

Hari-hari berjalan seperti biasanya, sampai disuatu malam yang panjang setelah membantu sang ayah memanen buah Strobery, Anna di tugaskan untuk mengantar buah itu ke dapur melalui pintu belakang mansion.

Malam ini jam menunjukan pukul 7 malam, dan bagi para pekerja itu masih waktunya mereka bekerja. Tak ayal Anna dan Sergey masih berada di luar.

Saat Anna melewati taman Baranov yang terletak di pintu belakang, terlihat Nikolai yang tengah terlelap dalam tidurnya dengan buku yang tergeletak diatas wajahnya.

"Hm? Tuan.. Nikolai?" Anna mendekat, berniat memastikan apa itu benar Nikolai atau Damian? Karna keduanya memiliki hobi yang sama, yaitu membaca buku dengan bahasa asing.

Saat jaraknya dengan Nikolai cukup dekat, refleks tangannya menjauhkan buku itu dari wajah Nikolai. Hal itu tentu membuat ia sendiri terkejut, betapa tampan wajah pria itu. Saat matanya terpejam, auranya begitu lembut. Bulu mata yang cukup lentik, dipadu dengan wajahnya yang halus. Sosok sempurna dari pria berusia 31 tahun.

"Ah, apa yang aku lakukan? Untung dia tidak bangun. Haish.. Aku biasanya melakukan ini pada ayah.." Gerutu Anna sambil kembali melangkah menuju dapur.

Saat sosok Anna cukup jauh, Nikolai membuka mata lalu berseringai. "Gardenia.."

Sesuatu yang bergerak dari balik pepohonan membuat Nikolai seketika beranjak dari baringannya. Ia merogoh sesuatu dari bawah meja, lalu ia dapati sebuah pistol revolver hitam.

Yah, tak aneh jika di bawah meja saja ada senjata, secara keluarga Baranov sendiri hobi membuatnya.

Ia lalu berlari menuju hutan sambil berseringai bak devil. Alih-alih takut, ia malah menikmati bagaimana ia mencari sosok yang bersembunyi bak tikus.

Grasakk

Hanya dengan melihat sedikit gerakan, Nikolai langsung bisa menangkap seseorang yang tengah bersembunyi tersebut. Begitu mudah ia menangkapnya, sampai ekspresi senang berburu itu terganti menjadi kecewa.

Kecewa karna penangkapan ini terlalu mudah.

Ia dapati seorang pria dengan jas lengkap dan sebuah kamera. Mungkin seorang paparazi? Nikolai sendiri adalah seorang pria yang tidak suka dibuntuti apalagi sampai difoto segala.

"Mau main Russian roulette?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!