NovelToon NovelToon

Dinikahi Kakak Mantan Pacarku

My prince dan My princess

Pagi itu, matahari bersinar menghangatkan dua orang yang sedang beristirahat di sebuah taman.

Nadya Kharisma wanita anggun dan cantik (21th) berpacaran dengan laki laki yang bernama Bagas Himawan (23th).

Awalnya mereka bertemu tahun lalu saat Nadya menjadi maba di suatu universitas dan Bagas sebagai seniornya .

Mereka intens bertemu hampir setiap hari dan akhirnya Bagas menyatakan cintanya pada Nadya.

"Kak, mataharinya sudah lumayan tinggi, udahan yuk jogingnya." Kata Nadya sambil menutup botol air mineralnya.

Bagas melirik sendu Nadya dan melihat keringat yang bercucuran di pelipisnya.

Di lap nya keringat itu menggunakan tangannya lembut, "Segini aja? baru 45 menit loh sayang."

Nadya mengerucutkan bibirnya sedikit kesal dengan ucapan bagas.

"Tapi aku capek kak," keluh Nadya manja.

Bagas berdiri sambil memberikan sebelah tangannya pada Nadya, "Yaudah aku gendong aja gimana sayang?"

Nadya mendelikan matanya pada Bagas, "Ih Kakak apaan sih, emang aku anak kecil !!"

Bagas berjongkok di depan Nadya mengambil posisi untuk menggendongnya, "Serius ayo!" Ajak Bagas yakin.

"Yaudah deh kalau kakak maksa," Nadya tersenyum malu.

Bagas berjalan santai di sekitaran komplek sambil menggendong Nadya di punggungnya.

"Kakak beneran gak apa apa? Aku 50kg loh," kata Nadya sambil menaruh dagu di pundak kekar Bagas .

"Gak masalah sayang, aku kuat kok." Jawab Bagas percaya diri.

"Kamu langsung antar aku pulang kak? Tanya Nadya.

"Istirahat sebentar di rumahku ya Nad?

Nadya terheran saat Bagas memanggil dia dengan namanya, padahal baru beberapa menit yang lalu Bagas masih memanggil sayang pada Nadya.

"Nad ... Nad ... tumben panggil nama!" Protes Nadya.

"Abisnya kamu irit banget sih panggil aku sayang, dari tadi aku aja yang panggil kamu sayang." Jawab Bagas.

Nadya tersenyum sambil mencium pipi Bagas "Iyaa maaf ya sayang, aku masih suka lupa. Jadi ceritanya kamu ngambek nih?"

"Engga ngambek sih, cuman marah aja." Jawab Bagas jahil.

"Trus aku harus gimana Bagas sayang?" Tanya Nadya manja

"Cium lagi pipi sebelah kiri aku ,barusan kan yang kanan," kata bagas sambil berpura pura marah.

Cup!

"Udah tuh, jangan ngambek lagi ya my prince." Nadya mengeratkan tangannya di bahu Bagas .

Bagas tersenyum penuh kemenangan.

Sampai di sebuah rumah,Bagas menurunkan Nadya dari punggungnya, "Sudah sampai my princess."

Nadya dan Bagas masuk bersamaan sambil bergandengan tangan ke dalam rumah.

"So sweet banget sampe gendong gendongan begitu , Mama aja belum pernah tuh di gendong kamu Gas," protes mamanya Bagas menggoda mereka.

Nadya reflek menghempaskan tangannya dari pegangan Bagas.

"Eh iyaa maaf tante , tadi Nadya kecapean terus Bagas nawarin mau gendong, ya Nadya mau aja ... " jawab Nadya polos.

"Apaan sih Mah ... Nadya kan jadi malu nih," protes Bagas.

Bu Yulia tersenyum tipis berjalan ke arah keduanya.

"Tante bercanda sayang"

"Eh hehehe iya tante," Nadya tersenyum kaku sambil melirik Bagas.

Nadya mencium punggung tangan bu Yulia sebagai tanda sopan.

"Gajelas banget nih Mama" Bagas mendudukan dirinya di sofa .

"Sini sayang" ajaknya pada Nadya.

Nadya duduk di sebelah Bagas dengan jarak sekitar 50cm dari Bagas.

"Sayang kok jauh banget sih duduknya, sini deket aku" Bagas protes.

"Lebay banget nih anak satu." Bu Yulia meledek sambil menyentil jidat Bagas.

"Mama ngiri ya?" Bagas meledek balik mamanya.

"Udah bosen tuh," jawab bu Yulia.

Bagas mencebikan bibirnya.

Nadya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karna sedikit bingung apa yang harus di lakukannya saat pacar dan mamanya sedang saling meledek seperti ini.

"Nad kamu mau makan apa? Nanti biar bu Yani yang siapin" kata bu Yulia.

"Iyaa Tante , nanti gampang deh kalau udah laper Nadya bilang Bagas" jawab Nadya.

"Oh yaudah kalau begitu , Tante tinggal sebentar ya ... papa nya Bagas lagi sibuk banget sama tanamannya" Bu Yulia melangkah ke arah belakang rumah menuju taman.

"Iya silahkan Tante" jawab Nadya sopan.

Nadya sedang bercanda di sofa dengan Bagas ,bersamaan dengan itu masuklah dua orang dari luar rumah.

Galih dan Sheina berkunjung ke rumah bu Yulia.

Brakkk !! Pintu di buka sedikit kencang oleh Sheina, anak dari Galih Himawan yang berstatus kakaknya Bagas.

"Tante Nadyaaaaaa !!!!" Teriak Sheina sambil memeluk Nadya.

"Hei barbienya aku, apa kabar ? Tante kangen banget sama kamu." Nadya mencubit gemas hidung Sheina.

Galih menyusul masuk melihat putrinya sangat akrab sekali dengan Nadya, seperti layaknya ibu dan anak.

POV GALIH DAN SHEINNA :

Sheina berusia 4 tahun, ketika Sheina berusia 1 tahun Lora yang merupakan ibu kandung Sheina dan sebagai istri Galih lebih memilih melanjutkan karirnya sebagai model di luar negeri untuk melanjutkan cita citanya yang tertunda semenjak menikah dan hamil. Saat mendapat tawaran yang menggiurkan itu, Lora berdebat hebat dengan Galih dan memaksa Galih untuk menceraikannya saja jika tidak setuju dengan pilihan Lora yang ingin melanjutkan karir nya. Lora pergi tanpa izin dari Galih selama 3 tahun ini tanpa memberikan kabar apapun. Kedua orang tua Lora pun setuju dengan keputusan anaknya, dan lebih parahnya mereka tidak menerima Sheina karena yang mereka harapkan adalah seorang cucu laki laki.

Galih tinggal di rumah yang berbeda blok saja dengan orang tuanya, Sheina tinggal bersama Galih dan di urus dengan suster sampai Galih pulang bekerja setiap harinya.

Bu Yulia menyarankan Galih dan Sheina untuk tinggal bersama , tapi Galih selalu menolak, dia ingin mengurus Sheina dengan caranya sendiri.

Bu Yulia dan pak Fery pun mau tidak mau harus setuju dengan keputusan anaknya.

~

"Duh bocil ganggu aja deh! " Bagas tidak mau mengalah.

Galih menundukkan kepalanya tanda menghormati keberadaan Nadya di sana.

Nadya pun tersenyum sopan ke arah Galih.

"Sheina disini dulu ya, Papa mau ketemu oma opa dulu" kata Galih.

"Siap Papa" Sheina memberi hormat di keningnya tanda persetujuan.

"Kak, bawa nih anaknya woy ! Gue lagi pacaran juga" Bagas protes dan langsung mendapat cubitan di perut dari Nadia.

"Ishh Kak ... apaan sih kamu, biarin aja Sheina disini ... aku seneng kok"

Galih lalu berjalan menghiraukan perkataan Bagas.

"Iyaaa iya ... aku ngalah" kata Bagas menurut pada Nadya.

"Good boy!!!" Nadya mengusap rambut Bagas gemas.

"Ih kayak anak kecil aja om pengen di manja juga sama tante Nadya, om kan sudah besar." Protes Sheina.

Nadya tersenyum gemas pada sheina. "Anak siapa sih nih, pinter banget." Mencubit lembut pipi chubby Sheina.

"Anak papa Galih dan tante Nadya Dong" jawab Sheina polos.

"Enak aja! '' Bagas membekam mulut Sheina gemas.

"Kak, Sheina kan cuman becanda." kata Nadya pada Bagas.

"kak ... Kak ... Kak , mulai deh irit lagi manggil sayangnya," sindir Bagas.

"Ishhh ada Sheina Kak!! " Bisik Nadya pelan.

Bagas memalingkan wajah dan mengambil ponsel yang sedari tadi berbunyi notifikasi chat.

"Yaudah tuh pacaran sama Sheina sana," sambil Bagas menjauh dari Nadya dan Sheina duduk di sebrang sofa.

Nadya melirik sekilas ke arah Bagas," Dasar gamau kalah sama anak kecil! " Lalu fokus kembali pada Sheina .

Bagas terlihat sibuk membalas chat di ponsel nya.

Nadya sedikit penasaran apa yang di lakukan Bagas dengan ponselnya, lalu berjalan mengahampiri Bagas ...

Mengalihkan

Nadya langsung berdiri di depan Bagas melipat kedua tangannya. "Sibuk banget sih kamu," protesnya.

Bagas sedikit kaget dengan Nadya yang berada tepat di depannya dan langsung mengunci layar ponselnya tersebut.

"Abisnya kamu lebih pilih Sheina, akunya di anggurin." Jawab Bagas sambil menunjuk Sheina dengan dagunya.

"Tapi kan kita bisa main bareng sayang, ayo kita main sama Sheina," ajak Nadya, menarik lembut lengan pacarnya.

Bagas pun menurut melangkah gontai ke arah Sheina yang sedang bermain puzzle.

"Om mau ikutan ya?" Tanya Sheina.

"Iya Shein, sini om bantu susun puzzle nya." Jawab Bagas.

Nadya tersenyum melihat ke akraban om dan keponakannya tersebut walaupun awalnya Bagas sempat menolak bermain dengan Sheina.

Nadya pun bergabung dengan keduanya, mereka bermain sudah seperti keluarga kecil yang bahagia.

Tanpa mereka sadari, Galih memperhatikan tiga orang yang sedang asyik bermain itu dengan tatapan sendunya.

Papa baru liat kamu sebahagia ini Shein . Batin Galih.

Mata sheina menangkap keberadaan papanya yang tidak jauh berada dekat mereka.

"Pap ... sini kita main bareng," ajak Sheina kegirangan.

Galih tersenyum menghampiri Sheina dan mengacak rambut anaknya itu.

"Kamu masih mau disini? Papa masih ada urusan Shein, Papa pulang duluan ya"

"Oke Pap, Sheina masih mau main sama tante Nadya." Jawab Sheina.

"Eh ... Sheina pulang sama papa sana, Om mau pergi dulu sama tante Nadya." Bagas beralasan agar Sheina tidak mengganggunya berpacaran.

Nadya melirik Bagas sekilas dengan tatapan sedikit kesal.

"Sheina ikut ... Sheina ikut !" Teriak Sheina.

Galih tersenyum jahil kepada Bagas, " titip Sheina, jangan lupa anterin pulang"

"Loh kok gue di suruh ngasuh sih kak ... gue mau pacaran nih, ganggu aja! Lo kan udah pernah," protes Bagas.

"Gak apa apa, Sheina ikut kita aja kak Galih, nanti kita antar pulang." Jawab Nadya menengahi kakak beradik itu.

"Makasih ya Nad, saya pamit." Jawab Galih, lalu berjalan ke arah luar.

"Iya kak Galih," Nadya tersenyum ramah.

"Kak, ini gimana woy !" Bagas berteriak ke arah Galih lalu Nadya membekap mulut Bagas dengan tangannya.

"Ayo Shein kita main puzzle lagi," ajak Nadya kepada Sheina.

Bagas menjatuhkan dirinya ke sofa, sambil kembali mengecek ponselnya kembali. Nadya menggelengkan wajah karna bingung dengan sikap Bagas yang terlihat kekanakan.

"Katanya mau pergi?" Tanya Sheina dengan puppy eyes nya.

"Pergi kemana sayang?" Jawab Nadya.

"Tadi kata om Bagas,mau pergi sama tante Nadya"

"Gak jadi ! Om udah gak mood." Jawab Bagas sambil masih memainkan ponselnya.

"Ih, Om bohong ya!" Jawab kesal Sheina meletakan tangan di pinggangnya .

Nadya mendekati Bagas," Sayang, ke minimarket dekat sini aja yuk, kita beliin Sheina es krim."

"Cium dulu," Bagas menunjuk sebelah pipinya.

"Sayang ada Sheina ... " Lirih Nadya.

"Yaudah, emang kenapa?"

Bagas menaikan kedua alisnya naik turun.

Nadya memalingkan wajah dari Bagas dan berjalan menuju Sheina yang sedari tadi memperhatikan dirinya dan Bagas.

"Sheina sayang, yuk kita beli eskrim ... sama Tante aja gak apa apa kan?" Nadya berniat akan jalan berdua saja dengan Sheina, karena minimarketnya tidak terlalu jauh dari rumah Bagas.

Bagas masih bersikap acuh dengan Nadya dan Sheina yang sedang membereskan puzzle, karena sebentar lagi mereka akan pergi membeli eskrim.

"Aku ajak Sheina sebentar ya, kamu mau ikut ?" Nadya pamit kepada Bagas. Tanpa menunggu jawaban, Nadya langsung berjalan sambil menggandeng Sheina keluar.

Bagas masih fokus dengan ponselnya dan tidak menyadari bahwa Nadya dan Sheina sudah pergi keluar rumah.

"Eh tunggu sayang," Bagas langsung beranjak menyusul langkah Nadya dan Sheina.

"Sayang tunggu ... " Teriak Bagas, karena Nadya sudah berjalan lumayan jauh beberapa meter dari Bagas.

Nadya tersenyum penuh kemenangan dan membalikan tubuhnya. "Jadi ikut nih?"

"Pake mobil ya sayang, tunggu disini aku siapin mobilnya dulu." Bagas menahan Nadya agar menunggunya.

"Sheina gak mau pake mobil Tante, Sheina pengen jalan kaki aja." Rengek Sheina pada Nadya.

"Iya bener kata Sheina. Kita jalan kaki aja, lagipula dekat kok. Matahari juga belum tinggi, sekalian lanjut olahraga."

"Nurut ya sayang, nanti kepala kamu sama Sheina malah pusing, sebentar aja kok aku panasin mobilnya," bujuk Bagas.

Nadya melirik motor yang terparkir di halaman depan, masih dengan dua helm menggantung di spion karena tadi pagi pagi sekali Bagas menjemput Nadya menggunakan motor itu ke rumahnya.

"Pakai motor aja sayang, biar cepet."

Sheina mengangguk cepat tanda setuju dengan apa yang di sarankan Nadya.

"Iya om Bagas, pakai motor aja ... Sheina jarang jarang loh naik motor," Sheina ikut membujuk Bagas dengan binar mata polosnya.

Bagas tidak menghiraukan apa yang dikatakan Nadya dan Sheina, dia berjalan menuju kedua perempuan itu lalu mengacak rambut keduanya dengan lembut," nurut yaa princess princess ku, sebentar lagi mobilnya siap."

Sheina memanyunkan bibirnya sambil melipat tangannya di dada, sedangkan Nadya malah di buat salting oleh sikap Bagas tersebut. Nadya merasa bahwa Bagas adalah laki laki yang tepat untuk masa depannya nanti, melihat dari sikap Bagas memperlakukan wanita begitu lembut dan sedikit manja kekanakan jika sedang ngambek, membuat Nadya semakin gemas saja di buatnya .

"Kenapa nih satu ... malah senyam senyum," Bagas membuyarkan lamunan Nadya dengan mencubit hidungnya.

"Little princess nya Om udah selesai belum ngambeknya? Kalau udah yuk masuk mobil," ajak Bagas pada Sheina yang masih terlihat kesal.

Nadya terkekeh geli melihat kelakuan Sheina saat ngambek pada om nya itu.

"Ayo Tante Nad, kita duduk di belakang aja berdua, Sheina gak mau duduk di belakang sendiri." Sheina mengajak Nadya tanpa menghiraukan Bagas.

"Waduh, jadi supir dong." Bagas menepuk jidatnya sendiri.

Nadya menurut saja apa yang di inginkan Sheina.

Bagas menyusul langkah keduanya ,dan membisikan sesuatu pada Nadya. "Habis ini kita pacaran ya sayang, aku kangen."

Blush

Pipi Nadya memerah mendengar bisikan Bagas,

"I-iya." Jawabnya dengan sedikit tawa, menetralkan kesaltingan yang sedari tadi melanda.

Bagas mengepalkan kedua tangannya kegirangan.

Sesampainya di minimarket Sheina memilih es krim yang dia inginkan, begitupun Nadya sangat bersemangat jika di ajak membeli es krim karena memang jajanan favoritnya.

Bagas berjalan di belakang kedua perempuan itu sambil memainkan ponselnya.

"Sayang, kamu mau coklat atau stroberi? Tanya Nadya.

Merasa tidak ada jawaban dari Bagas, Nadya mengulang pertanyaan sambil berjalan ke arah Bagas yang fokus dengan ponselnya .

"Kak Bagas Himawan, dari tadi di rumah Sampai minimarket sibuk banget sama ponsel !! Aku nanya gak ada jawaban sama sekali, kamu mau es krim coklat atau stroberi ?!"

Nadya bertanya sedikit ada penekanan.

Bagas tersentak kaget saat Nadya menatapnya kesal dan menyebut dirinya dengan nama lengkap.

"Maaf sayang, ini temenku lagi minta bantuan, aku rasa apa aja sayang bebas, atau kita makan es krim satu berdua aja ? Biar romantis." Bagas berusaha mencairkan suasana di antara dia dan Nadya.

Sayangnya Nadya masih tetap dengan tatapan kesalnya dan tidak terpengaruh dengan rayuan Bagas.

"Temen kamu siapa namanya? Minta bantuan apa? Boleh aku tau?" Tanya Nadya.

Bagas memasukan ponsel ke dalam saku celana training nya, "Udah yuk, tuh Sheina liatin kita dari tadi, dia ketakutan kalo tante cantiknya marah marah kaya gini," ledek Bagas pada Nadya.

"Ya abisnya kamu sih yang cari masalah," bisik Nadya .

Sheina berjalan mengahampiri Bagas dan Nadya dengan 4 es krim di tangannya, " Om, Tante ... Sheina mau ini."

"Oke! Ada lagi? Kalau udah gak ada kita bayar yuk," ajak Bagas menggandeng tangan Sheina.

Nadya mengekor berjalan di belakang Sheina dan Bagas masih dengan tatapan penasarannya.

Sampai di kasir Sheina dan Nadya ikut mengantri karena keadaan sepi dan tidak ada antrian,

Saat hendak membayar menggunakan QR code, muncul notifikasi chat di ponsel Bagas, dan pria itu langsung mengusap layar dengan cepat agar notifikasinya hilang.

"Panik banget Kak?" Kata Nadya sambil wajahnya mendongak ke arah ponsel Bagas .

"Kamu kok ada di belakang aku sih, ngagetin aja sayang."

"Lah! Dari tadi kan emang disini, terus harusnya dimana dong?" Tanya Nadya.

Bagas mengambil belanjaan dan memasukan ponsel ke sakunya.

"Boleh liat? Chat dari siapa sih sampe sepanik itu?" Nadya menadahkan tangannya pada Bagas.

"Iya nanti di rumah ya sayang."

"Om, Tante Sheina mau makan es krimnya, udah boleh belum?"

Pertanyaan dari Sheina di jadikan kesempatan oleh Bagas untuk mengalihkan Nadya yang meminta melihat ponselnya.

"Minta bukain tante Nadya ya Shein."

Nadya menundukan diri di depan Sheina dan membuka plastik es krim tersebut dan melupakan perdebatannya tadi dengan Bagas.

Bagas cepat cepat masuk ke mobil meninggalkan Sheina dan Nadya yang masih berjalan ...

Pelukan

Di dalam mobil, Sheina sedang asyik makan es krim bersama Nadya di kursi belakang.

"Pelan pelan makan es krimnya Shein, nanti lengket tangannya." Dengan cekatan Nadya membersihkan tangan Sheina yang terkena lelehan es krim dengan tisu.

Bagas melihat dua perempuan di belakangnya lewat kaca spion dengan tatapan yang sulit di artikan.

Mobil Bagas berhenti di sebuah rumah yang tak lain adalah rumah kakaknya, Galih.

Bagas membuka pintu mobil dimana Sheina duduk, lalu menggendong anak 4 tahun itu ke dalam.

Di susul Nadya keluar mobil menenteng satu plastik berisi es krim dan makanan yang di belinya tadi.

Tanpa menekan bel, Bagas langsung melenggangkan kaki masuk ke dalam rumah kakaknya mendudukan Sheina di kursi meja makan.

Nadya mengekor dari belakang menyerahkan plastik makanan kepada Bagas untuk di simpan di kulkas.

"Sheina sayang, sekarang bobo siang dulu ya. Tuh matanya udah ngantuk begitu, sus nya mana?" Bagas mengitari seisi rumah tidak menemukan suster yang biasa menjaga Sheina.

"Kalau weekend sus nya libur Om." Jawab Sheina

Suara bariton Galih terdengar ketika pintu kamar utama terbuka.

"Udah selesai mainnya Shein?"

Sheina menghampiri Papanya dan memeluknya. Galih menggendong Sheina seperti koala, sambil merapikan Surai rambut Sheina.

"Papa Sheina seneng deh hari ini main sama ka Nadya, terus di beliin es krim banyak banget"

"Oh ya? Udah bilang makasih belum sama tante Nadya?"

Bagas merasakan ada yang aneh dari laporan Sheina yang di sampaikan pada kakaknya itu.

"Loh, kok om Bagas ga di sebut sih Shein? Tega banget ! Padahal tadi Om loh yang gendong Sheina" protes Bagas sudah seperti kakaknya Sheina saja tingkahnya.

"Eh iya sama om Bagas, hehehe maaaf om," Sheina bersembunyi di dada Galih .

Nadya tersenyum melihat tingkah lucu Sheina.

"Yaudah kalo gitu Om sama tante pergi duluan ya, daah Shein" pamit Bagas pada Sheina tanpa menghiraukan Galih.

"Tante pamit juga ya shein, kak Galih ... " Nadya melambaikan tangannya pada Sheina.

"Yuk sayang" Bagas merangkul pinggang Nadya berjalan ke arah luar.

"Pap ... Papa" Sheina membuyarkan lamunan Galih .

"Kok Papa diem aja sih ?"

"Engga Shein, Papa gak bengong."

Galih membawa Sheina masuk ke kamarnya, membersihkan tubuh Sheina dengan telaten dan mengganti pakaiannya agar bisa tidur siang dengan nyaman.

~

Di dalam mobil hanya ada keheningan antara Bagas dan Nadya .

Bagas menyadari kenapa Nadya bersikap diam, pasti karna ponsel nya tadi.

Bagas memberanikan diri berbicara pada Sheina.

"Sayang masih marah ya?"

"Menurut Kakak?"

"Kok kakak lagi sih sayang, aku sedih loh dengernya."

"Sini ponsel kakak, aku lihat." Nadya menadahkan tangannya.

Dengan sigap Bagas langsung memberikan ponselnya pada Nadya.

Ada rasa lega di hati Nadya karna dia tidak menangkap adanya tingkah aneh Bagas saat dia memberikan ponselnya.

Nadya membuka aplikasi chat, karena rasa penasaran yang amat besar ketika di dalam minimarket tadi.

Hasilnya hanya ada chat dari beberapa teman laki laki dan chat dari teman wanita tapi hanya sekedar membahas tugas skripsinya.

Nadya membuang nafas lega sambil mengusap dada, ternyata kecurigaan nya salah. Lalu memberikan ponsel itu kepada pemiliknya.

"Maafin aku yah udah marah gajelas," Nadya memegang pundak Bagas yang sedang mengemudi.

Bagas menurunkan tangan Nadya dari pundaknya dan menggenggamnya dengan sebelah tangan.

"Gak apa apa sayang, artinya kamu sayang sama aku."

"Terus tadi kenapa gugup banget pas ada notifikasi chat?" Tanya Nadya.

"Aku gak enak sama mbaknya udah nunggu aku scan QR sayang."

Nadya mengangguk pelan, lalu menyandarkan kepala di bahu Bagas sambil tangannya masih berpegangan.

Bagas memarkirkan mobil di halam rumahnya. Membukakan pintu mobil untuk Nadia seperti layaknya pelayan kepada tuannya.

Nadya tersenyum malu kepada Bagas karena tingkah manisnya itu. "Makasih sayang." Sambil menggenggam tangan Bagas dan berjalan masuk ke dalam rumah.

Nadya mendudukan dirinya di sofa tempat tadi dia dan Sheina bermain puzzle, sedangkan Bagas pamit ke kamar untuk mengganti baju.

Setelah selesai Bagas mengambil air dari dalam kulkas dan membawanya pada Nadya yang sedang duduk sambil memainkan ponselnya.

"Minum air putih sayang, dari tadi kamu cuman makan sama minum yang manis manis aja sama Sheina."

Bagas memberi gelas yang sudah berisi air putih kepada Nadya.

Nadya meminum air hingga tandas. "Tau aja kamu aku lagi haus banget, tadi di rumah kak Galih sebenarnya mau minta minum tapi kamu buru buru ngajak pulang."

"Kan aku bilang tadi sebelum ke minimarket, aku kangen kamu sayang." Bagas mendudukan diri di samping Nadya dengan jarak yang sangat dekat.

Bagas mengusap pipi Nadya, dan bergelayut manja pada bahu pacarnya itu.

"Emang sayang gak kangen berduaan kaya gini?" Lalu menciumi punggung tangan Nadya berkali kali.

"Iya kangen juga sayang, tapi kan tadi ada Sheina ... dia masih anak anak, masa om nya gamau ngalah sih." Nadya menatap mata dan mengacak rambut Bagas dengan gemas .

"Oh iya tadi masih ada utang kamu sama aku."

"Utang? Utang apa? Es krim sama cemilan yang tadi kamu beliin? "

Bagas menunjuk pipi kanan kiri sambil memanyunkan bibirnya.

"Nih aku kasih clue. "

Nadya melirik kanan kiri ,depan belakang sekitaran ruangan di dalam rumah itu, memastikan tidak ada orang disana.

Cup ...

Nadya mencium pipi kiri kanan Bagas , dan bonus keningnya.

"Makasih cintanya aku," Bagas memeluk Nadya erat.

Nadya mengelus punggung Bagas dengan lembut, Bagas semakin nyaman dan memejamkan mata di bahu Nadya.

"Aku jadi pengen bobo sayang" Bagas memeluk Nadya makin erat.

"Yaudah sana bobo di kamar, aku pulang naik ojek online aja." kata Nadya menganggap serius.

"Pengen bobo sama kamu," Bagas melepas pelukan dan memegang kedua tangan nadya dan menciumnya.

Nadya di buat salting dengan ucapan Bagas, pipinya memerah sudah tidak bisa di sembunyikan lagi. " Ish gak boleh, bahaya tau !"

"Kalo yang ini udah boleh belum?" Bagas mengusap bibir Nadya dengan ibu jarinya.

Nadya sempat memikirkan sejenak ucapan Bagas, karena dari cerita sebagian besar temannya sudah pernah melakukan ciuman dengan pacarnya, hanya Nadya yang belum pernah karna dia merasa belum bisa melakukan itu. Selama ini Nadya hanya menjadi pendengar jika teman temannya sedang bercerita soal asmara nya dengan para pacarnya .

"Sayang kok diem? Gak boleh ya?" Bagas membuyarkan lamunan Nadya.

"Mm ... bukan gak boleh sih tapi aku gak bisa," jawab Nadya sambil menunduk malu.

"Gak bisa apa sayang? Gaperlu keahlian khusus buat ngelakuin itu," Bagas tertawa pelan meyakinkan Nadya.

"Tapi janji ya jangan ketawain aku."

"Ketawain apa sih sayang, emang kamu lg ngelawak aku ketawain, ya engga dong sayangku." Bagas mengelus pipi Nadya lembut.

Bagas perlahan memiringkan wajah ke arah bibir merah Nadya, sedangkan Nadya memejamkan kedua matanya rapat-rapat karena rasa gugup yang melanda.

Semakin dekat jarak antara kedua bibir mereka dan tiba tiba ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!