Dalam sebuah kontrakan kecil yang terbilang kumuh. Ada seorang gadis cantik yang harus hidup sebatang kara. Dia harus bekerja siang dan malam guna untuk menghidupi dirinya. Kedua orangtuanya sudah lama meninggal sejak dia SMP. Tidak ada warisan apapun yang ditinggalkan oleh orangtuanya untuk dirinya. Tentunya karena keluarga mereka memanglah sederhana. Tidak kaya dan tidak juga miskin. Mendiang ayahnya hanya seorang supir taksi online. Sedangkan mendiang ibunya hanya bekerja sebagai buruh cuci.
Eleanor atau dipanggil sebagai Lea ini sangat hobi dengan membaca sebuah novel ataupun komik. Dia paling menyukai genre bertransmigrasi atau reinkarnasi. Lea selalu berandai-andai jika dia bisa bertransmigrasi kedalam tubuh seorang yang kaya raya. Namun apa mau dikata? Transmigrasi hanya ada di dunia novel bukan? Tapi, bagaimana jadinya jika Lea benar-benar mengalami yang namanya transmigrasi itu? Apa yang akan dia lakukan?.
"Lea, Lo pergi beli makanannya ya? Nanti gue yang siapin perlengkapan makanannya" ucap salah seorang gadis yang saat ini tengah berkumpul dalam kontrakan kecil dan kumuh itu.
Sang empu yang dipanggil hanya berdecak kesal "Ck! Kok gue sih? Kenapa gak si kembar itu?".
"Ihh! Kok kita sih?!" pekik gadis kembar secara bersamaan.
Gadis pertama yang berucap itu merotasikan bola matanya "Aelah! Lo aja ya pwiss?" ucapnya dengan puppy eyes miliknya.
Lea hanya mampu bergidik ngeri "Jijik gue! Muka Lo kayak nahan berak!".
Gadis yang bernama Zora itu langsung merubah raut wajahnya menjadi kesal "Apaan sih Lo! Gue cantik dan imut kok!".
"Terserah Lo pada deh! Capek gue ladenin Lo!".
"Ayolah Lea. Pwis, beli ya? Gue gak bisa panas-panasan, bisa-bisa gue jadi item lagi!" pekik kedua gadis kembar yang bernama Via dan Vio.
"Ayolah, Lea. Please ya?".
"Lea yang cantik, baik hati, dan pintar. Ayolah" bujuk ketiga temannya.
Lea merotasikan bola matanya "Gue gak mau!".
Kedua gadis kembar itu langsung mengeluarkan uang pecahan seratus tiga lembar dan memberikannya pada Lea "Noh! Kita bayar deh Lo! Cukup gak?".
Lea langsung menerimanya dengan senyum Pepsodent nya "Nah, gitu dong! Baru enak! Ya udah, gue pergi beli dulu! Bye!" dia langsung melenggang pergi begitu saja tanpa memperdulikan ketiga temannya yang menatap kesal ke arahnya.
"Emang dasarnya gila duit tu anak! Heran!" ucap Zora.
Kedua kembar mengangguk setuju "Biarpun begitu dia tetap sahabat kita!".
"Iya deh, serah Lo pada lah. Dasar ba*i!".
Kedua kembar itu kompak melotot "Lo bilang apa?".
Zora mengangkat bahunya acuh "Ba*i. Kenapa? Lo berdua kan memang ba*i. Makanya lawan-lawan kayak ba*i!".
"Ihh! Zoraa!" rengek keduanya.
"Hahaha!".
***
Lea berjalan senang sambil menenteng empat tas plastik berisikan makanan yang sudah dia beli. Dia terus berjalan tanpa memperhatikan sekitarnya karena dia tengah fokus menatap isi dari tas plastik itu. Dia bahkan tidak sadar jika dia sudah berada ditepi jalan tanpa menunggu lampu merah.
Brakk!
Tiba-tiba dari arah samping kanannya datanglah satu mobil hitam yang langsung menghantam tubuhnya dengan begitu keras. Mobil itu langsung kabur melarikan diri, meninggalkan Lea yang sudah bersimbah darah tergeletak di aspal dengan keadaan lemah tak berdaya.
[Ayah, bunda. Akhirnya Lea bisa menyusul kalian. Tunggu Lea ya] ucapnya dalam hati.
Matanya perlahan menggelap, nafasnya mulai menghilang, membiarkan orang sekitar yang sedang berusaha untuk menolong dirinya.
***
Inggris, London.
Dalam sebuah ruangan yang bercat putih dan berbau obat-obatan, ada seorang bayi perempuan yang tertidur lemah dengan beberapa alat yang ada ditubuh kecilnya. Sudah sejak lahir bayi itu berada dalam ruangan yang begitu steril ini. Kedua orang tua dari bayi ini hanya bisa melihatnya dari balik kaca ruangan tanpa bisa masuk dan menyentuh putri mereka. Bayi itu bisa masuk ke dalam ruangan itu karena memiliki kesehatan yang melemah. Bayi mungil itu divonis mengidap penyakit jantung. Ibu dari bayi itu, terjatuh didalam kamar mandi dengan perutnya yang terbentur ujung lemari kecil yang membuatnya harus melahirkan putrinya sebelum hari yang ditentukan.
Perlahan bayi itu mulai membuka kedua matanya "Eungh! D-di mana ini? Apa aku masih hidup?" ucapnya yang tanpa sadar jika ucapannya itu hanyalah celotehan tidak jelas.
"Zora! Via! Vio!".
Oekk! Oekk! Oekk!.
"Eh? Suara tangisan bayi siapa itu?" dia terus berucap tanpa menyadari tentang suaranya.
Datanglah seorang perawat yang langsung berteriak ketika melihat bayi yang sudah membuka matanya ini.
"DOKTER! DOKTER! PASIEN SUDAH SADAR!" Teriaknya.
[Apaan sih! Kuping gue sakit tau! Pakek teriak segala ni orang! Eh? Tapi kenapa dia begitu tinggi dan besar? Apa dia raksasa?] batinnya.
Dia berusaha menggerakkan tubuhnya tapi tak berhasil, terasa begitu berat. Dan dia dapat melihat jika kedua tangannya telah berubah mengecil.
Sontak hal itu membuatnya berteriak kencang "HUAAA!".
[A-apa yang terjadi? Kenapa badan gue mengecil? Aaaa! Tidak mau! Gue gak mau! Kenapa ini?] batinnya berteriak.
***
Sementara disisi lain, acara pemakaman dari saudari Eleanor Luna Dirgantara telah selesai. Lea dimakamkan tepat disamping kedua makam orangtuanya dengan bantuan biaya dari ketiga sahabatnya.
Mereka bertiga menatap batu nisan itu dengan sendu "Gue gak nyangka Lo pergi secepat ini. Gue minta maaf karena gue udah maksa Lo untuk pergi beli makanan itu. Coba aja kalo enggak, mungkin Lo masih ada sama kita-kita" ucap Zora.
"Lea, gue ikhlasin Lo kok. Pasti Lo udah bahagia disana kan? Udah ketemu sama bokap dan nyokap Lo. Lo tenang ya disana?" ucap Via.
Vio mengelus batu nisan itu dengan lembut "Sepi deh kita nanti di sekolah. Udah gak ada Lo sih! Tapi gapapa deh! Moga Lo tenang dan bahagia ya? Jangan lupa, jagain kita-kita. Termasuk jagain kita di sekolah ya?".
Mari kita tutup kisah dari seorang gadis SMA bernama Eleanor Luna Dirgantara. Kisahnya telah berhenti sampai disini.
***
"Bagaimana dok? Putriku baik-baik saja bukan?" tanya seorang lelaki. Dia dan istrinya begitu bahagia akan kabar sadarnya putri mereka.
"Ini sangat diluar dugaan saya, Tuan. Bayi anda telah melewati masa kritisnya dan sudah sadar dari tidurnya. Saya bahkan tidak menyangka bahwa bayi itu bisa berteriak dan menangis dengan begitu kencang. Ini benar-benar mukjizat, Tuan! Kita harus mengucap syukur akan semua ini" jelas dokter itu.
Wanita yang berstatus sebagai ibu dari si bayi langsung berlari masuk ke dalam ruangan sambil sesekali terisak.
Pasangan itu bernama Vincent Crhistian Draper dan
Claudia Violin Draper. Pasangan suami istri yang begitu harmonis dan romantis. Mereka bersusah-payah untuk mendapatkan bayi mereka. Perlu perjuangan yang melelahkan untuk Claudia mengandung. Setelah berhasil, mereka harus menerima kenyataan yang menyakitkan. Hampir tiga bulan lebih ini mereka selalu dilanda perasaan takut akan kehilangan bayi mereka. Tapi untungnya Tuhan maha pengasih dan penyayang. Dia mengembalikan bayi mereka.
Didalam ruangan, bayi tersebut sudah berada dalam gendongan Claudia.
Lea menatap wajah cantik bak bidadari itu dengan mata yang berbinar [Gila! Cantik banget ni orang! Tapi gue masih gak nyangka! Gue transformasi ke dalam tubuh ni bayi? Bagaimana bisa? But, It's oke lah! Gue akan memulai hidup baru gue! Welcome dunia baru! I'M COMING!] batinnya berteriak.
Claudia mengusap-usap bayinya "Terimakasih sayang, terimakasih karena sudah mau untuk bertahan" ucapnya lirih.
[Buset! Cantik banget gila! Mana bule lagi!] batinnya.
Tak lama setelah itu, masuklah seorang dokter dan seorang lelaki yang Lea yakini jika beliau adalah ayah dari tubuh bayi yang dia tempati ini.
[Bangsat! Ganteng banget dia! Bisa meleyot nih gue! Emak sama bapak gue pada cantik-cantik dan ganteng! Ah! sungguh beruntung nih gue!].
Vincent mendekati istri dan anaknya, mengelus kepala putrinya dengan sayang "Terimakasih, princess!".
"Mohon maaf, Tuan, Nyonya. Bayi anda akan diizinkan pulang pada besok hari" jelas sang dokter.
Vincent dan Claudia hanya mengangguk paham, membiarkan dokter itu pamit dari ruangan VVIP tersebut.
"Aku beri nama bayi kita dengan nama Eleanor Zoey Draper. Panggil dia Lea" ucapnya dengan senang.
[Wah! Pas banget nih nama gue sama dengan nih bayi!].
Tanpa sadar Lea mulai menangis. Dia tak tahu apa penyebab dia menangis [Gue haus! Tolong! Gue haus banget, gila!].
"Kenapa sayang? Princess haus ya? Kita milk ayo?" Claudia mulai membuka tiga kancing pakaiannya, dan mulai mengeluarkan salah satu melon besar New Zealand miliknya.
Lea sontak terkejut [Eh? Apa-apaan nih? Jangan bilang dia mau nyusuin gue? Gak! Gue gamau!] pekiknya dalam hati.
Claudia melihat anaknya tak mau membuka mulutnya "Kenapa sayang? Ayo buka mulutnya, hm? Princess Milk dulu oke?" Claudia berusaha untuk memasuki nipple nya ke dalam mulut bayinya.
[Ehh? Apaan nih! Ini namanya pemaksaan! Tapi tunggu dulu, kenapa ini enak ya? Ah bodo amatlah! Gue haus! Lagian dia emak gue kok!].
To be continued...
Dua tahun sudah Lea menempati tubuh bayi itu. Selama dua tahun ini banyak sekali hal yang dia dapat. Mulai dari kasih sayang orang tua yang paling dia rindukan untuk mendapatkannya, serta apapun keinginannya selalu terwujud. Dalam kehidupan keduanya kali ini, dia benar-benar diperlakukan layaknya seorang princess di keluarga Draper. Namun sayang, dia sangatlah nakal dan ada saja tingkah absurd nya. Walau begitu, dia begitu pintar. Secara di kehidupan pertamanya dia berumur enam belas tahun, sedangkan yang sekarang adalah dua tahun. Dimana hanya tubuh yang berumur dua tahun, tapi jiwanya berumur delapan belas tahun. Di kehidupan ini, Lea memilih untuk bersikap layaknya anak-anak. Dia telah melupakan kehidupan pertamanya, akan memiliki fokus dengan kehidupannya yang sekarang ini.
Dalam sebuah kamar bernuansa abu-abu seorang anak berumur dua tahun baru saja terbangun dari tidurnya. Dia mengubah posisinya menjadi duduk seraya mengucek matanya dengan tangan sebelah kanannya, sedangkan yang kiri tengah memeluk boneka beruang kesayangannya.
"Hoamm...tudah padi telnata" ucapnya dengan suara cadel khasnya.
Anak itu bergerak turun dan berjalan keluar kamarnya. Dia akan mencari sang Mommy untuk meminta sumber kehidupannya yang sudah merupakan rutin setiap dia bangun pagi.
Kakinya yang kecil dan berlemak itu berlari menuju sebuah lift khusus untuk anak-anak. Dalam lift itu, dia membuka celananya menyisakan diapers yang terbungkus celana dalam gambar Barbie. Pakaian bagian atasnya juga dia lepas dan menyisakan kaos tanpa lengan.
Sesampainya dilantai bawah, dia mulai berlari dengan diapers yang sudah penuh dan bergerak kekanan dan kekiri.
"Anat tutin meonn...meonn" nyanyinya.
Dia terhenti ketika melihat sesuatu yang ada di halaman belakang rumahnya. Matanya memandang berbinar kearah sana.
"Wahh! Apaan itu?" tersenyum lebar dan berlari kesana meninggalkan bonekanya dilantai.
"Wahh! Buna! Tantit tetali!" Lea mencabut bunga itu dengan penuh binar.
Merasa tak puas, dia terus mencabutnya sampai botak tak tersisa. Setelah puas, dia berjalan ke arah taman bunga dan melakukan hal yang seperti pertama dia lakukan, yaitu mencabut-cabut serta merusak bunga itu sambil tertawa senang.
Asal ditahu saja, bunga-bunga yang dia rusak adalah bunga-bunga import dari luar negeri. Tentunya harganya bisa membeli satu buah mobil Porsche. Terlebih lagi, bunga-bunga itu adalah bunga-bunga kesayangan Nyonya Draper. Ibunda dari Vincent. Lena Draper.
Mereka semalam menginap di mansion Draper atas dasar permintaan sang Nyonya mansion ini. Katanya mereka kangen dengan cucu satu-satunya itu.
Kepala Lea bergoyang kekanan dan kekiri sambil bernyanyi lagu kesukaannya yang entah dia dengar darimana.
"Anat tutin meonn...meonn".
Setelah puas bermain, dia pun berdiri dari duduknya "Tudah! Tetalan Mali tita main te dalam!" serunya berlari masuk ke dalam mansion tanpa perduli dengan kondisi tubuhnya yang sudah penuh tanah dan lumpur.
Senyum Lea mengembang ketika melihat sang Mommy yang tengah sibuk memasak bersama Grandmanya. Dia berjalan mengendap-endap sembari terkikik.
"Xixixi. Tadetin ah!".
Ketika akan bersiap untuk berteriak, Mommy-nya sudah lebih dulu mengeluarkan suara sambil berkacak pinggang.
"Baby! Ya Tuhan! Anak ini!" kaget Claudia. Sudah tidak perlu heran, dia sudah terbiasa dengan tingkah nakal anaknya itu. Dia bahkan pernah membuat ikan mahal kesayangan Grandpa nya harus mati.
Sang anak hanya terkikik "Xixixi. Baby mau milt, Mommy".
Claudia menghela nafas panjang, mengangkat tubuh anaknya "Mam, aku bawa dia mandi dulu" pamitnya pada Lena, ibunda Vincent.
***
Lea menunggu Mommy nya dengan tubuh yang masih naked. Dia tidur di atas kasur sambil menendang dan memukul udara.
"Anat tutin meonn...meonn".
Ahh, sepertinya lagu itu sudah benar-benar menjadi favoritnya.
"Tenapa Mommy lama ya? Baby tudah aus, Penen milt!" ucapnya.
"Anat tutin meonn...meonn".
"Kenapa sih baby? Suka sekali dengan lagu itu, hm?" kekeh Claudia yang sudah berganti pakaian dan duduk disamping Lea sambil mulai memakaikan anaknya pakaian.
Lea mengangguk "Humm! Ladu itu baby tyta tetali! Toba mommy Nani".
Claudia tersenyum "How to?".
"Mommy ituti baby ya?".
Claudia hanya mengangguk sembari sesekali terkekeh geli. Sungguh ekspresi anaknya benar-benar menggemaskan!.
"Ekhem...ekhemm...ote. Tatu dua tes...tes...ekhem...Anat tutin meonn...meonn! Ditu mommy. Tetalan dililan Mommy".
"Anak kucing meong...meong".
Lea tertawa sambil bertepuk tangan senang "Hole! Beditu Mommy! Baby tuta tama laduna! Hihi!".
Claudia tersenyum, lalu menggendong anaknya setelah selesai memakaikannya pakaian "Baiklah, kita sarap-...".
"No! Baby mau milt dulu!" protesnya dengan cepat.
Claudia sontak terkekeh sambil menggeleng "Ahh, Mommy lupa" dia lalu membuka tiga kancing kemejanya dan mengeluarkan setengah melon New Zealand itu.
Lea dengan cepat langsung melahap sumber kehidupannya itu. Mulutnya yang seperti bebek terus bergerak maju mundur seirama dengan hisapannya.
[Gue gak pernah bosen sama ni Asi! Haha! Sepertinya gue bakal susah untuk berhenti! Bomat lah!] batinnya sambil menatap wajah cantik Mommy nya.
Satu tangannya terangkat mengelus pipi sang Mommy. Claudia hanya tersenyum melihat itu. Sudah kebiasaan, jika bukan pipi yang dielus, pasti melon satunya yang nganggur lah yang dielus. Atau jarinya yang dia masukan ke dalam lubang hidung maupun mulut.
"Mwommy twantwit!" ucapnya disela-sela hisapannya.
Claudia terkekeh "Mommy siapa dulu?".
Plop...
"Mommy baby!. Mommy Tlaudia Violin Dlapel. Mommy dali Eleanol Zoey Dlapel!" dia lalu kembali melahap nipple Mommy nya itu.
Sedangkan Claudia hanya tersenyum. Dia sangatlah menyayangi anaknya ini. Dia bisa gila jika anaknya pergi meninggalkannya. Sayangnya Claudia sudah tak akan pernah bisa untuk mengandung. Rahimnya telah diangkat setelah melahirkan putrinya ini. Itulah mengapa jika Vincent dan Claudia mengatakan jika mereka mendapatkan Lea dengan susah payah. Mereka bahkan harus bolak balik ke dokter untuk konsultasi dan terapi agar Claudia mengandung. Claudia sendiri tak masalah jika rahimnya diangkat, setidaknya dia sudah memiliki seorang anak yang selama ini dia tunggu dan nantikan. Jadi, itulah alasannya kenapa Lea menjadi kesayangan dikeluarga Draper.
Claudia yatim piatu. Orang tuanya meninggal akibat kecelakaan, dan dia sendiri merupakan anak tunggal. Sedangkan Vincent masih lengkap. Dia juga memiliki seorang adik perempuan yang merupakan CEO sama seperti dirinya.
Adik perempuannya itu memegang perusahaan milik Tuan William, ayah mereka. Sedangkan Vincent memegang perusahaan milik mendiang kakeknya beserta perusahaan yang dia bangun sendiri.
Cindy Draper, adik perempuan Vincent Draper. Mereka hanya dua kakak adik saja. Dan Cindy sendiri belum menikah. Dia adalah tipe wanita yang tidak butuh laki-laki. Independen!.
***
Jam tidur siang, Claudia dan Lea sudah didalam kamar dengan Lea yang sedang menyusu kepada sang Mommy. Sedangkan sang Mommy sudah tertidur tanpa wanita itu sadari.
Lea yang mendapatkan kesempatan memiliki untuk kabur dan bermain di taman belakang. Kebetulan sekali diluar sedang hujan.
"Wahh! Tedan ujan! Baby mau mandi!" ucapnya antusias.
Dia melihat para pelayan sedang sibuk membersihkan dapur dan meja makan. Dengan mengendap-endap dia keluar dari sana dan langsung berteriak-teriak kesenangan sambil berlompat-lompat.
"Yey! MANDI UJAN!".
"Leo, tini! Tejal baby!" ucapnya pada seekor anjing milik Aunty nya. Siapa lagi jika bukan Cindy?.
Seolah mengerti, anjing itu mulai mengejar Lea. Keduanya kejar-kejaran dibawah guyuran hujan deras.
"Yey! Tejal! Haha! Telu banet!".
Sementara disisi lain, Cindy tengah sibuk mencari anjingnya yang tiba-tiba keluar dari dalam kamarnya.
"Kemana sih anjing itu? Leo! Come here Leo!" teriaknya memanggil anjing nya.
Samar-samar dia mendengar suara dari arah halaman belakang. Tanpa pikir panjang dia langsung berjalan ke sana.
Dan betapa terkejutnya dirinya melihat ponakan kesayangannya sedang main hujan-hujanan sambil berlari kesana-kemari tak tentu arah.
"BABY! KEMARI! NANTI KAMU SAKIT! LEO! COME HERE!" teriaknya panik. Pasalnya Lea memiliki daya tahan tubuh yang lemah. Selain memiliki penyakit jantung, Lea juga tidak bisa makan makanan sembarangan, serta alergi susu formula.
Lea melihat ke arah Cindy dan hanya menjulurkan lidahnya "Wle! Tida mau! Baby mau mandi! Wle!".
"Haha! Tejal Leo! Tejal! Haha! Telu!" lanjutnya berlari-larian dengan anjing yang terus mengejarnya.
Cindy menghela nafas kasar "Anak nakal!".
"KAK CLAUDIA! KAKAK! MAMI! COME HERE! LIHATLAH ANAK NAKAL INI! KAK CLAUDIA! MAMII!" Teriaknya dengan suara yang langsung mengisi seluruh isi mansion dengan suara cemprengnya.
Sontak kedua orang yang dipanggil langsung datang dengan tergesa-gesa.
"Ada apa?" tanya keduanya bersama.
Cindy hanya menunjuk menggunakan dagunya.
Claudia dan Lena membulatkan mata mereka, terkejut dengan apa yang dilihat.
"BABY! KEMARI! NANTI KAMU SAKIT SAYANG! CEPAT BERHENTI!" teriak Claudia memanggil sang anak.
"BABY! AYO SAYANG! NANTI KITA BELI MAINAN, TAPI BABY HARUS BERHENTI" teriak Lena membujuk cucunya.
"Tida mau! Wle!" Lea terus berlari tanpa memperdulikan ketiga orang itu.
Claudia yang sudah kepalang panik langsung berlari menyusul sang anak yang terus berlari kesana-kemari dengan bibir mungilnya yang sudah membiru. Bisa Claudia pastikan jika anak itu tengah menahan sakit.
"BABY BERHENTI ATAU MOMMY TIDAK AKAN MEMBERIMU MILK LAGI?!" Claudia terus mengejar anak itu.
Mendengar itu sontak Lea berhenti bersamaan dengan dada kirinya yang terasa begitu sakit. Tangan mungilnya meremas baju pada bagian dada kiri.
"Tatit..." lirihnya.
[Kambuh nih kayaknya] Batinnya.
"Baby!" Claudia mendekat dan langsung menggendong tubuh anaknya itu dengan perasaan yang paniknya sudah sangat kalang kabut.
Lea mulai menangis "Mo-mommy...tatit...HUAAA!....tatitt!".
To be continued...
Setelah kejadian hari itu, rupanya anak tersebut tidak jera. Semakin hari dia semakin nakal! Setelah kembali ke mansion Daddy-nya, Lea kembali membuat ulah dengan menghancurkan laptop kerja milik sang Daddy. Awalnya Vincent ingin memarahi anaknya, namun apa mau dikata dia tak akan tega untuk memarahi anaknya. Baginya lebih penting anaknya dari pada laptop yang terbilang penting itu.
Kini, ibu dan anak itu tengah berada di perusahaan Vincent. Hari ini adalah jadwalnya ke perusahaan Vincent.
"Vin, kamu...Shh! Baby! Jangan digigit! Sakit loh!" Claudia menatap anaknya yang sedang asik menyusu padanya, terlebih lagi pada saat anak itu menggigit nipple nya.
Sedangkan sang anak, tengah sibuk menggoyang-goyangkan kakinya yang tergantung dengan tangannya yang bermain di sebelah melon Mommy-nya.
Vincent melihat itu terkekeh geli "Aku sudah mengurus semuanya, sayang. Tenanglah, file pentingnya sudah aku pulihkan".
Claudia menggangguk paham. Dia menatap sang anak yang sudah terlihat mengantuk dengan mata sayu nya, juga dengan hisapannya sesekali melemah.
Cupp!
"Tidur saja, baby".
Lea yang belum sepenuhnya tertidur menatap Mommy-nya dengan bingung "Tapi, baby mau tidul di tamal".
Claudia tersenyum lembut sambil mengusap-usap kepala anaknya "Disini ada kamar yang sudah Daddy desain khusus untuk baby disaat baby datang berkunjung" ujarnya.
"Yatudah. Talo beditu ayo tita tidul. Baby tudah menantut" ujarnya kembali melanjutkan hisapannya.
***
Lea terbangun dan melihat Mommy-nya masih tertidur dengan melon yang masih berada diluar sarangnya karena Lea sudah tidak menyusu.
Lea tersenyum lembut "Ue dat nanta, telnata Mommy ue tantit banet (Gue Gak nyangka, ternyata mommy gue cantik banget)" gumamnya pelan.
Senyumnya semakin mengembang ketika ide jahilnya kembali muncul "Xixixi lebih bait baby telual taja" ujarnya terkikik.
Dia mulai menuruni ranjang dengan perlahan, dan berjalan ke arah pintu.
"Anat tutin meonn...meonn" Lea benyanyi sambil berusaha untuk meraih gagang pintu itu.
Dikarenakan gagang pintu terlalu tinggi, jadilah dia tak bisa keluar hingga sekarang. Dia melompat-lompat, guna untuk meraih dan membuka gagang pintu itu.
"Ish! Tindi banet tih! Baby tida tampai! Baby tetal!" ujarnya.
Claudia yang berdiri dibelakang anaknya hanya terkekeh geli tanpa mengeluarkan suara. Dia ingin melihat, sejauh mana anaknya itu akan berusaha untuk keluar.
"Anat tutin meonn...meonn".
"Badaimana baby bita tabul, tuntina teltunti lapat! Ishh! Tetel!" Lea masih belum menyadari keberadaan Mommy-nya.
Claudia semakin terkikik ketika mendengar ucapan anaknya itu. Untung saja dia sempat menutup dan mengunci pintunya. Jika tidak, maka sudah dipastikan jika anak nakal itu sudah keluar dan membuat kerusuhan diluar sana.
Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Claudia memilih untuk merekam anaknya itu.
"Badaimana ini? Tala untut tabul badaimana?" Lea menyentuh dagunya, berpikir untuk mencari cara "Apa ya? Hemm".
Anak itu tampak tak menyadari jika Claudia sudah berada disampingnya dan masih saja merekam wajah menggemaskan sang anak.
"Toba tetali taja deh! Tiapa tau baby bita" Monolongnya.
Lalu Lea mulai mengambil ancang-ancang untuk melompat dan mencoba meraih gagang pintu itu. Bahkan dia masih belum menyadari tentang keberadaan Mommy-nya yang tengah tertawa kecil disampingnya.
"Ote, Tatu...dua...tidaa!".
Brukk!.
Bukannya berhasil, justru anak itu terjedot di balik pintu. Dia mundur beberapa langkah sambil menyentuh dahinya.
"Aww. Tatit banet! Tialan ni pintu!".
Mendengar itu sontak Claudia membulatkan matanya, dengan cepat dia menghentikan rekamannya dan meraih tubuh mungil putrinya.
"Baby! Siapa yang mengajarkan baby berbicara seperti itu?" ujarnya.
"Loh? Mommy tejat Tapan dititu?" tanya Lea tanpa menjawab pertanyaan Mommy-nya.
Claudia tak menghiraukannya, dia masih penasaran dengan kata-kata baik yang keluar dari bibir anaknya itu.
"Siapa yang mengajari baby berbicara seperti itu?".
Lea mengerjapkan matanya dengan kepala yang miring ke kiri "Tida ada".
Claudia mengerut "Tidak ada?".
Lea mengangguk "Hum! Baby mendenal itu dali Daddy. Daddy telin belbitala denan pontel Daddy dan belbitala tepelti ini...".
Lea mengubah raut wajahnya menjadi datar "Tialan tau! taya atan membunuhnu jita tau dadal! Blentek!" dia menatap polos ke arah Mommy-nya "Ditu, Mommy".
Claudia menghela nafas panjang dengan mata yang terpejam sebentar "Lihat saja kamu Vincent!" gumamnya pelan.
"Mommy bilan apa tadi?".
"Tidak-tidak. Kita pulang sekarang, hm?".
Lea murung "Baby mau belmain dulu, Mommy".
Claudia menatap anaknya "Mau main apa, hm? Mau menjahili mereka? Seperti sebelum-sebelumnya?" ucapnya selembut kain sutra.
Lea cengengesan "Hehe. Tida tot, baby tuma inin main taja".
"Kita pulang sekarang! Mommy tidak menerima bantahan! Jika baby membantah, Mommy tidak akan memberikan baby Milk!" ancamnya.
***
Kini anak nakal itu sedang berada di pantry. Dikarenakan pantry dalam keadaan tidak ada orang, jadilah dia akan melakukan sesuatu.
Dengan berdiri diatas kursi, Lea mulai memainkan tepung di atas meja yang dia ambil dari dalam kulkas.
"Anat tutin meonn...meonn".
Dia bertepuk-tepuk tangan membuat tepung itu menyebar keberbagai tempat. Dengan kepala yang bergoyang kekiri dan kekanan, dia tertawa senang.
"Hihi! Hole! Telu banet!".
"Ote duyt! Tahap peltama, tita matutin dalam tetutupna lalu adut-adut tampai melata!".
"Haha! Telu banet! Lebih bait baby tampul taja denan totlat itu. Xixixi" ujarnya sembari meraih susu coklat yang ada di atas meja itu.
Dia mulai memain-mainkan tepung yang sudah berubah warna menjadi coklat itu, tak lupa dengan wajahnya yang ikut juga menjadi warna coklat.
"Xixi! Ini patti enat! Digolen, dilebut, lalu dimatan!" ujarnya.
"BABY!".
Lea sontak terkejut dengan dada yang tiba-tiba saja terasa sakit seperti ditusuk-tusuk. Tubuhnya perlahan mulai oleng dan terhuyung kebelakang. Untungnya seseorang dengan cepat menahan tubuhnya, jika tidak pasti dia sudah terjun ke atas lantai.
"Kenapa sayang? Sakit ya dadanya? Maaf ya, mommy sudah membuat baby terkejut. Kita kerumah sakit saja oke? Baby tahan ya?" ujar Claudia dengan raut wajah yang begitu khawatir. Dia tak bisa melihat anaknya yang menahan sakit seperti itu.
Lea menggeleng "Tida, Mommy...hiks...baby...ti-tida mau...huaaa!...tatitt!".
"Iya sayang, sakit ya? Ututu anak Mommy".
"Hiks...a-anat tutin...hiks...meonn...meonn".
"Tarik nafas lalu buang perlahan, sayang. Ayo, agar dadanya tidak sakit lagi" pinta Claudia. Walau sejujurnya dia sedang takut setengah mampus, tapi dia berusaha untuk tenang dan tidak panik.
***
"Kenapa baby nakal sekali sih?" tanya Claudia disela-sela menyusui anaknya.
Plop.
"Baby tida natal! Tapi, Baby pintal! Tanat pintal tepelti Mommy yan tantit ini" Lea kembali menghisap nipple Claudia dengan rakus.
"Pelan saja, baby. Tidak akan ada yang mengambilnya".
Lea menuruti, dia memelankan hisapannya dengan tangannya yang mulai menjelajahi setiap unsur wajah cantik milik Mommy-nya. Matanya mengerjap lucu dengan bibirnya yang bergerak maju mundur.
Claudia terkekeh kecil sambil menggeleng "Anak nakal. Anak kesayangan Mommy Claudia dan Daddy Vincent!".
Dalam hisapannya, sudut mulut Lea terangkat membentuk senyum lebar "Mwommwy dwan dwaddwy awdlwah twetayanwan, Bwabwy! Telamwanwa! (Mommy dan Daddy adalah kesayangan, baby! Selamanya!)".
Claudia tersenyum, dia lalu mengecup kening anak nakalnya itu "Aw You're so sweet, darling".
Plop.
"Of toulte. Baby meman manit dan tantit! Xixixi!".
Claudia hanya terkekeh. Anaknya ini kadang-kadang sayang, kadang-kadang seperti anak setan yang nakalnya membuat siapapun bisa sakit kepala.
***
Diatas kasur dengan pengawasan Claudia, Lea memainkan dan menyusun Lego baru yang Vincent berikan padanya. Tentunya Lego itu adalah Lego keluaran terbaru dan limited edition.
"Coba kamu lihat ini deh" Claudia memperlihatkan rekaman yang dia ambil pada saat berada didalam kamar yang ada di perusahaan Vincent.
|"Badaimana ni? Tala untut tabul badaimana?" Lea menyentuh dagunya, berpikir untuk mencari cara "Apa ya? Hemm".
Anak itu tampak tak menyadari jika Claudia sudah berada disampingnya dan masih saja merekam wajah menggemaskan sang anak.
"Toba tetali taja deh! Tiapa tau baby bita" Monolongnya.
Lalu Lea mulai mengambil ancang-ancang untuk melompat dan mencoba meraih gagang pintu itu. Bahkan dia masih belum menyadari tentang keberadaan Mommy-nya yang tengah tertawa kecil disampingnya.
"Ote, Tatu...dua...tidaa!".
Brukk!.
Bukannya berhasil, justru anak itu terjedot di balik pintu. Dia mundur beberapa langkah sambil menyentuh dahinya.
"Aww. Tatit banet! Tialan ni pintu!"|.
"Buahahaha! Haha! Aduh! Haha!" Claudia dan Vincent sama-sama tertawa ketika melihat video tersebut.
Lea menatap keduanya dengan bingung "Tenapa tih? Apana yan lutu?".
Vincent pun memberikan ponselnya, membiarkan putrinya menonton video tersebut. Setelah selesai, Lea memberikan ponsel itu dengan gaya yang sangat santai, seolah tidak terjadi apa-apa.
Vincent dan Claudia saling tatap dan kembali menatap putri mereka yang nampak terdiam.
Hingga lima menit berlalu, barulah terdengar suara dari anak itu.
"Haha! Lutu banet! Haha!" tawa anak itu.
"Lah?".
Sontak Vincent dan juga Viona saling tatap "Hahah! Hahaha! Oh God! Haha! Perutku sakit! Haha!".
Lea menatap polos mereka dengan kepala yang miring ke kiri. Sejenak mereka bertiga saling tatap.
"Haha! Tenapa baby tanat lutu di video itu? Haha!".
"Lah?".
"Hahaha! Ya Tuhan! Anak siapa ini! Hahaha! Haha!".
To be continued...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!