NovelToon NovelToon

My Teacher Husband

Bab. 001

"Apa Ayah bilang? Keyla bakalan nikah? Secepat ini?!" pekik Keyla dengan kedua bola mata melebar sempurna.

Entah ada angin apa tiba-tiba sang ayah memintanya untuk segera menikah.

Padahal, Keyla masih berusia delapan belas tahun dan sebentar lagi Keyla akan segera lulus.

"Tidak bisakah Ayah memintaku menikah setelah lulus?" Keyla bicara dengan nada lirih, takut membuat ayahnya tersinggung.

"Maaf, Sayang. Tidak bisa. Bahkan Ayah malah ingin mempercepat pernikahan kamu dengan anak sahabat Ayah," ucap Ayah dengan penuh penyesalan.

Jika bukan karena hal mendesak, ayah Keyla tidak akan melakukan itu.

"Tapi, Yah—"

"Nggak ada tapi-tapian. Tinggal nikah doang, nggak usah sok melow gitu deh," sahut Tasya—kakak tiri Keyla.

Setelah ibunya meninggal beberapa tahun yang lalu, ayah Keyla menikah dengan seorang janda beranak dua.

Ayah Keyla memboyong mereka tinggal di rumah sederhana mereka.

Meski sejujurnya, Keyla tidak setuju ayahnya menikah lagi. Tapi demi kebahagiaan ayahnya, Keyla rela melakukan apapun.

Kakak tiri pertama Keyla melanjutkan pendidikannya di luar negeri sambil belajar bisnis. Sedangkan Tasya, memilih kuliah di Jakarta.

"Yah, Key masih sekolah loh. Kelas tiga. Ayah tahu 'kan kalau Key punya cita-cita ingin jadi seperti ibu?" Keyla bangkit dari tempat duduknya, menghampiri sang ayah. "Batalkan perjodohan ini, Yah. Key mohon."

"Halah, nggak usah kebanyakan drama kamu. Buat apa sekolah tinggi kalah ujung-ujungnya menikah dan jadi ibu rumah tangga. Bukankah yang penting itu suami kamu kaya, bisa ngasih makan yang cukup!" seru Jelita—ibu tiri Keyla yang sejak tadi diam dan memperhatikan mereka bertiga.

Air mata Keyla pecah. Dadanya terasa sesak dan sakit. Kenapa harus dirinya yang menikah jika masih ada Tasya.

"Key mohon, Yah..." Keyla mendongak menatap ayahnya.

Ayah Keyla langsung berdiri, menghindari tatapan putri kesayangannya itu. "Keputusan Ayah sudah bulat. Kamu akan tetap menikah dengan anak sahabat Ayah, titik!"

Setelah mengatakan hal itu, Herman meninggalkan Keyla begitu saja. Mengabaikan tangisan Keyla yang bersimpuh di lantai.

Kalau bukan karena perusahaannya yang goyah dan hampir gulung tikar, Herman tidak akan menjodohkan Keyla dengan salah satu putra dari sahabatnya.

*****

"Rasanya aneh sekali..." gumam Keyla sambil mengusap sudut bibirnya yang basah karena minuman.

Dengan masih memakai seragam sekolah, Keyla memutuskan untuk nongkrong di salah satu warung remang-remang yang berada di pinggir jalan.

Di sebut warung remang-remang, karena letaknya berada di ujung jalan dan hanya buka saat pukul lima sore sampai pukul sebelas malam.

Ini adalah pertama kalinya bagi Keyla pergi ke tempat itu seorang diri. Biasanya Keyla selalu ditemani oleh Jenny—sahabat baiknya.

Di tempat itu, hampir semua orang menatap aneh ke arahnya. Mungkin saja karena Keyla masih mengenakan seragam sekolah menengah atas.

"Emang ada yang aneh? Kenapa mereka menatapku seperti ingin memakan ku?" gumam Keyla sambil melirik dirinya sendiri.

Tak mau ambil pusing, Keyla kembali meneguk minuman dengan logo bintang yang memiliki kadar alko hol rendah.

Kedua manik mata sendu Keyla tertuju pada benda pipih yang ada di depannya.

Sudah hampir satu jam berada di sana, tidak ada satu orang pun yang menghubungi Keyla. Meski hanya sekedar menanyakan dimana keberadaannya.

"Berhenti berharap, Key. Di dunia ini nggak ada yang peduli padamu sama sekali." Keyla menundukkan kepala di atas meja, menepuk dadanya yang terasa sesak. "Kenapa aku yang harus nikah? Kenapa bukan Tasya?"

Keyla menarik nafas panjang dan menghembuskan nya perlahan.

Keyla meyakinkan pada dirinya sendiri untuk tetap kuat. Keluarganya bahkan tidak menyadari kalau dirinya belum kembali.

Merasa sudah mulai bosan dan malam mulai larut, Keyla memutuskan untuk pergi dari sana.

Namun, saat hendak melangkah. Tiba-tiba Keyla merasa tas punggungnya terasa berat. Yang menyebabkan langkah kakinya tertahan di tempat.

"Mau kemana kamu?" suara berat yang sangat Keyla kenali terdengar menggelitik di telinganya.

Membuat bulu kuduk Keyla yang sedang tidur anteng menjadi merinding seketika.

Perlahan, Keyla memutar tubuh dan mendongakkan kepalanya ke atas. Pria dengan tubuh tinggi dan wajah datar menatap dingin ke arahnya.

"Kenapa diam saja? Mau kemana kamu?!" seru pria itu.

"Pa-pak Lio?" batin Keyla meneguk ludahnya dengan susah payah.

******

Keyla Putri, 18 tahun.

Arcelio Alexander, 26 tahun.

Visual hanya pemanis. Sisanya bayangkan sendiri yang menurut kalian cocok.

Bab. 002

Bukannya menjawab, Keyla malah berniat untuk kabur dari sana. Nasibnya malam ini benar-benar sial.

Pagi tadi dibuat kesal dengan kejutan dari ayahnya, kalau Keyla harus segera menikah. Dan sekarang, Keyla malah bertemu dengan Lio—guru matematika nya.

"Jangan berniat kabur dari saya, ya. Saya tahu, isi otak kamu sekarang." Lio melipat kedua tangan di depan dada kemudian menyipitkan kedua matanya penuh rasa curiga.

"Ng-nggak kok, Pak. Saya 'kan murid baik-baik." Keyla mengelak sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

Mimpi apa Keyla, kenapa malam-malam begini Keyla kepergok oleh gurunya sendiri.

Tatapan Lio tertuju pada kaleng kosong yang ada di atas meja, tak jauh dari Keyla. "Itu punya kamu?" tanyanya dengan wajah serius.

Keyla melirik ke kanan sekilas lalu menggeleng cepat.

"B-bukan, Pak. Saya mana berani minum begituan." Keyla mengumpat kebodohannya sendiri karena menjawab dengan nada gugup.

Keyla memilih berbohong daripada menjadi sasaran empuk Lio yang selalu seenak jidatnya sendiri menghukum muridnya.

"Oh, saya pikir milik kamu." Lio mendekati Keyla. Menatap gadis yang lebih pendek darinya itu, lalu membungkukkan sedikit tubuhnya. "Aromanya mirip. Sama-sama memabukkan," gumam Lio.

Tubuh Keyla menegang.

Apalagi posisi mereka berdua saat ini begitu amat sangat dekat. Hingga Keyla bisa merasakan hembusan nafas Lio dengan aroma mint menggoda.

Lio memang tampan. Tapi tidak bagi Keyla. Setampan apapun Lio, sama sekali tidak membuatnya tertarik.

"Bapak mau apa?!" seru Keyla memundurkan wajahnya. Kedua tangan dan kakinya sudah bersiap memberikan pukulan untuk Lio.

Sayangnya, kedua mata Keyla malah terpejam erat. Bodoh, memang!

Tuk.

"Mikir apa kamu?" Lio menyentil kening Keyla. Membuat gadis itu meringis menahan sakit.

Lio kembali ke posisinya. Kemudian menarik tas milik Keyla dan menyeretnya seperti seekor kucing yang baru saja masuk ke air comberan.

"Lepas! Bapak mau apa, sih!" teriak Keyla mencoba memberontak. Namun, sepertinya Lio tidak berniat untuk melepaskan Keyla sedikitpun.

"Kamu salah satu murid saya, kan? Kenapa malam-malam masih berkeliaran di tempat seperti ini dengan memakai seragam sekolah? Apa kamu nggak takut kalau mereka ngapa-ngapain kamu?"

Lio bertanya panjang lebar.

Kemudian menghentikan langkahnya, menarik lengan Keyla dan memojokkan tubuh gadis itu ke mobil.

Keyla memutar bola mata malas mendengar ocehan Lio. Gurunya itu sudah mirip seperti wartawan investigasi.

"Bapak nggak usah ikut campur urusan saya. Di sekolah, kita memang guru dan murid. Tapi di luar, Bapak bukan siapa-siapa!" Keyla menepis tangan Lio. "Minggir, saya mau pulang!"

"Kamu mengenal saya rupanya." Lio menarik salah satu sudut bibirnya ke atas. "Berarti tebakan saya tadi benar. Kamu salah satu murid saya," lanjutnya penuh percaya diri.

"Mampus! Keceplosan lagi. Habis aku sekarang!" batin Keyla menangis.

Dulu, saat naik kelas tiga, Keyla memang begitu kagum pada sosok Arcelio. Guru pengganti wali kelasnya yang sedang cuti melahirkan.

Namun, saat tahu kalau Lio galak, dingin, dan nggak banget, Keyla memutuskan untuk berhenti mengaguminya.

Dan anehnya, bagaimana bisa teman-teman satu kelasnya begitu mengagumi sosok Lio? Bahkan banyak dari mereka yang bermimpi untuk menjadi istrinya.

"Siapa nama kamu dan dari kelas berapa?" pertanyaan yang keluar dari bibir Lio membuyarkan lamunan Keyla.

Masih berada di posisi sama, mereka saling menatap satu sama lain.

"Jawab saya!" sentak Lio.

Keyla tersentak kaget. Lalu menjawab, "Keyla putri dari kelas dua belas IPA satu, Pak."

Lio berdehem pelan.

"Oke. Sekarang kamu ikut saya. Biar saya antar kamu pulang." Lio membenarkan posisinya. Membuka pintu mobil dan mempersilahkan Keyla untuk masuk.

"Bapak nggak usah repot-repot. Saya bisa pulang sendiri." Keyla menolak dengan sopan. Ia tidak mau kedua orang tuanya tahu kalau dirinya pulang bersama seorang pria. Masalah satu saja belum selesai, sekarang muncul lagi masalah baru.

Dengan santainya Keyla berjalan melewati Lio.

Bukan Lio namanya jika dirinya akan membiarkan Keyla pergi begitu saja.

"Dasar bocah nakal dan keras kepala!" geram Lio membopong tubuh mungil Keyla dan melemparnya ke dalam mobil.

Mohon ingatkan jika banyak typo bertebaran ya kak...

Bab. 003

Lio heran pada dirinya sendiri. Bukankah seharusnya Lio membiarkan Keyla dan meninggalkan nya lalu pergi begitu saja?

Lalu untuk apa sekarang Lio memperhatikan gadis berseragam sekolah itu?

Atau mungkin karena jiwa gurunya yang tergerak, sehingga harus mengantar Keyla pulang?

"Bapak bisa saya laporkan ke polisi loh kalau begini caranya. Undang-undang penculikan anak di bawah umur," ketus Keyla melipat kedua tangan, lalu memalingkan wajahnya. Menatap ke luar jendela.

"Anak di bawah umur apanya? Seumuran kamu ini pasti sudah tua dan keluar bu lu nya!" mendengar ucapan Lio, Keyla tersedak air liurnya sendiri.

Keyla langsung melirik tajam gurunya itu.

Bisa-bisanya Lio membahas soal bulu dengannya. Hei, dia seorang guru bukan? Kenapa bicaranya seperti bukan pria berpendidikan.

"B-bapak bisa nggak jangan asal ngomong? Saya ini masih polos, Pak! Nggak usah bahas-bahas soal bulu!" balas Keyla dengan wajahnya yang memerah, malu. "Kayak dia nggak punya bulu aja," gumam Keyla.

"Apa kamu bilang? Polos?" Lio tersenyum mengejek.

Keyla mengangguk mantap.

Lio memutar tubuhnya, miring ke arah arah Keyla. "Mana ada gadis polos malam-malam nongkrong di tempat penuh maksiat itu?"

Lio tak habis pikir dengan jalan pikiran Keyla. Sudah jelas gadis itu salah. Tapi selalu selalu mengelak dan bahkan terus menimpali semua ucapan yang keluar dari bibirnya.

"Tentu saja ada. Saya buktinya," sahut Keyla dengan bangga dan penuh percaya diri.

Sean yang sejak tadi fokus menyetir, menahan tawanya mati-matian. Ia melirik sepupunya yang selalu bicara asal ketika sedang marah itu. Baru kali ini Lio tidak bisa berkutik di hadapan seorang gadis SMA.

Lio kembali ke posisi duduknya. Lalu memijat keningnya. Kepalanya mulai berdenyut nyeri. "Sudahlah. Saya lelah berdebat sama kamu. Bocah kepala batu," umpatnya.

"Enak saja Bapak bilang. Saya ini—"

"Katakan dimana alamat rumah kamu. Kasian supir saya sejak tadi muter-muter nggak jelas." Lio memotong ucapan Keyla. "Atau kamu mau saya turunkan di pinggir jalan?" sambungnya.

Keyla merapatkan bibirnya. Saat ini posisi mereka saja sudah berada di jalanan sepi. Kalau di tempat ramai Keyla mungkin saja sudah mengiyakan ucapan Lio.

Lio menyeringai tipis. Akhirnya gadis yang ada di sampingnya ini mau diam. Rasanya dunia kembali seperti semula, tenang dan tanpa suara teriakan.

"Harusnya Bapak membiarkan saya naik taksi tadi. Saya nggak miskin-miskin amat buat bayar ongkosnya." akhirnya setelah lama saling diam, Keyla mau membuka suara.

Lio tak bergeming sama sekali. Fokusnya masih tertuju pada benda pintar yang ada di tangannya. "Taksinya sedang demo," celetuk Lio tanpa berpaling dari ponselnya.

"Demo? Malam-malam begini?" tanya Keyla mengernyit bingung.

Lio hanya menganggukkan kepalanya. Jika ia menjawab lagi, pasti akan ada adu mulut di antara mereka.

Hingga tak terasa mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan kawasan perumahan.

"Di sini rumah kamu?" tanyanya.

"Iya, Pak."

Tak mau berlama-lama, Lio segera membuka pintu mobil dan keluar lebih dulu.

Manik matanya mengamati daerah sekitar. Setelah dirasa aman, Lio membuka pintu samping Keyla.

"Turun," titahnya.

Keyla bergegas turun.

Keyla menghela nafas lega karena ternyata Lio tidak sejahat yang ia pikirkan selama ini.

"Terima kasih, Pak. Sudah mau mengantar saya sampai—" belum selesai Keyla bicara, dahinya sudah jadi sasaran empuk tangan Lio.

Ya, pria itu lagi-lagi menyentil nya. Pasti saat ini dahinya sudah memerah.

"Jangan besar kepala kamu. Saya mengantar kamu karena kebetulan alamat rumah kamu sama dengan alamat rumah Sean," ujarnya menunjuk Sean yang sedang melambaikan tangan pada mereka.

"Ya sudah, nggak jadi makasih kalau gitu!" sungut Keyla.

Padahal Keyla sempat memuji Lio tadi. Sekarang, Keyla tarik semua ucapannya. Lio memang menyebalkan!

"Tapi saya ragu kamu tinggal di perumahan elite begini. Atau jangan-jangan, sebenernya kamu ini simpanan om-om kaya, ya?"

Langkah kaki Keyla terhenti. Kedua tangannya mengepal erat mendengar kalimat menyakitkan yang keluar dari bibir Lio.

Apa gurunya itu pikir dia gadis murahan?

Keyla mengatur nafasnya, mencoba untuk menahan emosi yang saat ini sudah menguasai dirinya. Kemudian, ia berbalik dan berjalan menghampiri Lio.

"Kenapa tiba-tiba perasaanku tidak enak begini?" gumam Lio dalam hati. Ia mengusap tengkuk lehernya yang terasa merinding.

Saat akan membuka pintu mobil, tiba-tiba seseorang menahan agar pintunya tidak terbuka.

"Saya memang miskin. Tapi, bukan berarti Bapak bisa seenaknya saja menghina saya!" seru Keyla tanpa basa basi menarik pundak Lio dan langsung menendang naga jantan nya.

Sontak membuat pria berwajah datar itu meringis kesakitan.

"Argh! Apa yang kamu lakukan!" pekik Lio menyentuh naga nya lalu mendongak, melihat punggung Keyla yang sudah mulai menghilang dari pandangannya.

"Shiit!" umpatnya kesal.

Hai, selamat pagi dan selamat beraktifitas... Jangan lupa kasih like ya.. Biar aku semangat up loh...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!