Arga adalah seorang Dokter Jenius dari tahun 3000. Dia sangat terkenal karena kejeniusannya. Hampir semua penyakit bisa dia sembuhkan. Karena kejeniusannya itu dia sering dipanggil sebagai Dewa obat.
Akan tetapi, karena sebuah kesalahan seorang Dewa. Dia tewas tersambar petir diumurnya yang masih muda. Demi menebus kesalahannya, sang Dewa memberi dia kehidupan yang kedua di dunia yang berbeda. Dunia para kultivator dimana kekuatan merupakan penentu segalanya.
Seharusnya Arga terlahir menjadi orang biasa dan terhindar dari konflik di dunia barunya. Akan tetapi karena suatu kasalahan, dia malah terlahir di daerah penuh konflik.
Dia terlahir kembali disebuah tubuh seorang pangeran pemalas yang sangat dibenci semua orang. Banyak orang yang membenci pemilik tubuh sebelumnya, hingga akhirnya dia sering menjadi incaran para pembunuh bayaran.
Dengan bermodalkan bimbingan dari seorang Dewa dan ingatan dari kehidupan sebelumnya, mampukah dia bertahan hidup dan menjadi yang terkuat di dunia barunya itu?".
************
Setelah tewas tersambar petir, Arga tersadar disebuah tempat yang terlihat begitu luas. Sejauh mata memandang hanya terlihat langit biru dan daratan yang berbentuk seperti awan. Arga yang baru saja melihat pemandangan menakjubkan tersebut merasa kebingungan, dalam keadaan bingung dia memilih duduk sejenak untuk menenangkan diri.
Setelah duduk diatas awan, dia semakin bingung dengan daratan yang dia injak. Tak hanya berbentuk seperti awan, ternyata daratan tersebut begitu empuk dan sangat nyaman untuk diduduki. Karena merasa penasaran dengan daratan awan tersebut, Arga terus memperhatikan awan yang dia duduki sambil merabanya dengan tangan.
'Sebenarnya benda apa ini?'
'Aku baru tahu kalau ada material seempuk dan senyaman ini.' Arga meraba daratan awan dibawah kakinya dengan tampang heran.
"Ehm" suara seorang pria terdengar dengan begitu jelas di telinga Arga. Dia pun langsung melirik ke arah sumber suara dengan rasa penasaran. Suaranya terdengar tepat dari arah depan.
"Siapa kau?" Arga dikejutkan oleh pemandangan yang seketika berubah saat dirinya baru menoleh ke rumber suara. Sebuah meja kecil muncul di hadapan matanya, dan seorang pria berwajah muda serta memiliki rambut berwarna putih panjang muncul seketika di sebrang meja tersebut. 'Sejak kapan dia ada dihadapanku?'
"Halo Arga, maaf karena membuatmu seperti ini. Aku adalah Dewa Petir. Aku tidak sengaja membunuhmu dengan petirku. Untuk menebus kesalahanku, aku akan mengirimmu kembali hidup ke dunia. Tapi aku tak bisa mengirimmu ke dunia yang sama. Kau akan aku kirim ke sebuah dunia baru yang jauh lebih menarik." pria tua berwajah muda itu tersenyum sembari menjelaskan situasi Arga.
'Dewa petir?'
'Tak sengaja membunuhku dan ingin menghidupkanku kembali?'
'Apakah dia sedang mencoba membodohiku?' Arga nampak tak percaya. Dia terdiam sejenak lalu terpikirkan begitu banyak hal. 'Mu ... Mungkinkah aku sedang melihat modus penipuan tipe baru!'' Arga nampak panik. 'Tidak tidak tidak, tempat ini terlalu bagus untuk itu, dia pasti mengeluarkan begitu banyak biaya untuk membuat semuanya nampak begitu nyata. 'Mu ... Mungkinkah aku terjebak dalam pertunjukan film?' Arga terbelalak dan nampak kaget, setelah menyimpulkan hal tersebut. 'Ya ya, ini pasti persiapan untuk sebuah pertunjukan film. Sudah kuduga, aku memang cocok menjadi seorang selebriti,' Arga tersenyum dalam lamunannya.
"Apakah anda baik baik saja tuan?" Tanya Dewa Petir heran.
"Ehm," Arga kembali menenangkan diri, lalu fokus terhadap pria dihadapannya. Tanpa menurunkan rasa hormat, dia pun membalas pertanyaan Dewa petir dengan berkata, "Jadi, intinya anda ingin aku percaya bahwa aku telah tiada karena kesalahanmu, dan akan dihidupkan lagi olehmu dalam waktu dekat ini?"
"Kau nampak tenang untuk ukuran manusia yang baru mengetahui kematiannya. Aku sangat salut padamu manusia," Dewa petir menatap Arga dengan serius.
" ... " Arga terdiam sejenak setelah mendengar respon Dewa petir yang nampak berakting begitu nyata.
"Kau pikir aku akan percaya!" Arga segera merubah ekspresinya dengan tampang kesal.
'Sudah kuduga ini akan menjadi sulit,' Dewa petir nampak frustasi karena bingung harus menjelaskan dengan cara apa lagi.
"Kuakui akting anda dalam peran sebagai seorang Dewa sangatlah menarik. Tapi untuk membodohi orang sepertiku, akting saja tidaklah cukup. Karena aku adalah tipe orang yang mengutamakan akal sehat diatas segalanya," sambung Arga sembari tersenyum bangga.
"akting?" Ucap Dewa petir bingung.
"Berhenti berakting, dan katakan saja hal yang sebenarnya. Aku tahu betul kalau kau ingin melibatkanku dalam pertunjukan filmmu yang menakjubkan ini. Jujur saja, propertimu memang terlihat sangat nyata dan hebat, bahkan aktingmu tak kalah hebatnya dengan hal tersebut. Saking hebatnya, aku jadi tertarik untuk ikut dalam alur ceritamu," Arga tersenyum yakin.
"Sepertinya pria ini berpikir bahwa semua ini tidaklah nyata. Yah siapa juga yang akan percaya akan hal tak masuk akal yang menimpanya,' Dewa petir nampak frustasi.
"Aku akui properti disini sangat hebat. Aku melihat ke sekitar dan mengakui bahwa semuanya terlihat sangat nyata. Seakan-akan kita sedang berdiri diatas awan. Tapi sekarang aku tidak punya waktu untuk meladenimu."
"Sebenarnya aku sangat tertarik terhadap acaramu, tapi karena ada pasien yang sedang menungguku, maka dengat berat hati aku harus menolak proposalmu. Maaf karena telah mengecewakanmu, pak tua," Arga tersenyum dan berniat pergi dari tempat duduknya.
Dewa Petir sangat tak suka dipanggil tua. Oleh karena itu setelah mendengar pernyataan Arga, emosinya mulai memuncak. Dia mengepalkan kedua tangannya begitu kencang dan dahinya perlahan mulai mengkerut.
Dewa petir menarik nafas dengan begitu panjang, lalu menahan nafasnya sejenak. Setelah itu dia pun berteriak.
"Siapa yang kau panggil pak tua!"
"Aku sudah bicara baik-baik, tapi kau benar-benar membuatku kesal!"
"Lebih baik aku lenyapkan sekalian roh mu dengan petirku!" bentak Dewa Petir sambil mengeluarkan energi petir di tangannya.
'Wah, lihatlah kilatan di tangannya itu, benar benar terlihat nyata. Aku benar benar takjub akan teknologi jaman sekarang,' Arga hanya terdiam sembari mengagumi petir di lengan Dewa petir dan tak ada niatan menghindar karena berpikir bahwa petir itu hanyalah sebuah efek khusus atau tidak sepenuhnya nyata.
Kreat ... Kreat ... ,'Jangan salahkan aku jika bertindak kejam, manusia!' Dewa petir berniat untuk melemparkan petir di telapak tangannya, namun sebelum Dewa petir menyambar roh Arga dengan petir itu, sebuah petir entah dari mana, menyambar kearah Dewa Petir secara tiba tiba.
Jeder..... petir yang nampak dahsyat menyambar tubuh Dewa petir dari atas langit yang luas.
Melihat Dewa petir yang gosong karena tersambar petir, Arga tak bisa menahan tawanya. Dia tertawa terbahak-bahak sambil menunjuk kearah Dewa Petir yang gosong karena tersambar petir.
'Puft, seorang Dewa Petir tersambar petir, lucu sekali.' " hahahaah!" Arga tak bisa menahan tawanya.
"Tak kusangka visual efekmu sangat luar biasa, aku jadi tertarik." ucap Arga.
"Siapa yang berani menyambarku!" teriak Dewa Petir sambil melihat sekitar.
Ketika melihat keatas langit, seorang pria yang terlihat gagah dengan aura yang sangat kuat muncul dari atas langit. Dia terlihat melayang di atas pangit. Sebenarnya pria yang melayang dilangit itu adalah Kaisar Langit.
Kaisar langit memiliki wewenang untuk mengatur para Dewa, dan menentukan aturan langit. Dewa Petir diberi tugas untuk menghidupkan kembali Arga ke sebuah tubuh baru, tapi setelah melihat Dewa Petir ingin menyambar roh Arga, Kaisar Langit tak bisa tinggal diam. Dia marah dan menghukum Dewa Petir dengan sambaran yang masih bisa diterima tubuh Dewa Petir.
Kaisar Langit perlahan turun dari atas langit lalu mendekati Dewa Petir. Wajahnya terlihat begitu kesal, pandangan matanya terlihat tidak ramah, kedua tangannya telah menyiapkan sambaran petir yang lain.
Melihat Kaisar Langit melayang di udara, Arga mulai merasa bingung. Alasan Arga kebingungan, adalah karena cara terbang Kaisar Langit terlihat begitu nyata. Tak ada satupun tali/ benang yang terlihat. Setidaknya
karena itu juga dia mulai berpikir, kalau semua yang ada dihadapannya adalah kenyataan. Sedangkan Dewa Petir terlihat gemetar ketakutan, karena takut akan amarah Kaisar Langit.
"Ka.. kaisar langit, a... aku tidak berani melawanmu." ucap Dewa Petir sambil gemetar ketakutan.
"Kau kuperintahkan untuk mengembalikannya kedunia, tetapi kau malah berencana menghancurkan rohnya?"
"Apa kau masih pantas menjabat sebagai Dewa Petir?" tanya Kaisar Langit dengan tatapan mata yang mendominasi.
"Ampun Kaisar Langit, jangan pecat saya!"
"Saya punya dua anak." jawab Dewa Petir sambil bersujud memohon ampun.
Melihat Dewa Petir gemetar ketakutan, sambil memohon kepada Kaisar Langit, Arga tak bisa menahan tawanya, dia terus tertawa, sambil
"Hahah, Seorang Dewa takut dipecat juga ya."
"Kalian ini sungguh menarik, efek yang kalian buat sangat nyata, dan aku sangat suka dengan tingkah lucu kalian, kalian sangat cocok menjadi pelawak." ucap Arga yang belum paham akan situasinya.
"Pe.. pelawak!"
"Akan kuhancurkan rohmu!"
teriak kaisar langit dengan nada marah, karena tak terima dengan ucapan Arga.
Sebelum Kaisar langit mengeluarkan jurusnya, sebuah petir menyambar ke arah kaisar langit.
Jederrrrrrr
Kaisar langit berhasil menghindari sambaran petir itu.
"Siapa yang berani menurunkan petir kearahku!" bentak Kaisar langit.
"Dewa petir apa kau sudah tak ingin hidup!" ucap Kaisar Langit menuduh Dewa Petir, karena tak ada dewa lain yang terlihat disana.
"Bu.. bukan Aku Tuan, ta.. tapi." ucap Dewa Petir sambil menunjuk kearah belakang Kaisar Langit.
"Tapi apa?" Tanya Kaisar Langit.
"Katakan padaku kalau kau tahu sesuatu, akan kuhabisi orang yang berani bermacam-macam denganku!" ucap Kaisar Langit dengan nada keras.
"Li... lihat dibelakangmu tuan!" Dewa Petir menunjuk ke arah belakang Kaisar Langit dengan tampang panik dan gemetar.
"Kalau aku yang melakukannya, apa kau berani menghabisiku juga?" ucap suara di belakang Kaisar Langit .
"Memangnya kau pikir kau siapa, beraninya melawanku!" Kaisar Langit membentak wanita di belakangnya tanpa pikir panjang dan tak menoleh sedikitpun.
"Aku siapa?"
"Kau bahkan tak mengenali suaraku?"
"Mulai sekarang kau harus tidur diluar!" ucap suara di belakang kaisar Langit.
'Wah sepertinya aku mengenal suara itu.' Kaisar Langit menoleh ke belakang secara perlahan.
Saat Kaisar langit baru menoleh, dia melihat seorang dewi yang begitu cantik dan mempesona, dia tidak lain adalah istrinya sendiri. 'Mati aku!'
Dengan nada yang ketus dan wajah kesalnya, istri kaisar Langit berkata." Setelah melihatku.."
"Apa kau masih berani padaku!"
"A ... ampun istriku, biarkan aku tidur di kamar malam ini!" Kaisar Langit memohon kepada ratu Langit dengan tampang panik dan segera bersujud memohon ampunana.
"Seorang kaisar Langit yang takut pada istrinya, ini benar-benar membuat perutku sakit, kalian memang cocok menjadi pelawak."
"Hahahahahah" Arga tak bisa menahan tawanya karena pemandangan yang dia lihat.
"Mengurus kehidupan manusia saja tidak bisa, biar aku yang menyelesaikannya." ucap Istri kaisar langit melihat Arga sambil menunjukkan tangannya.
Istri kaisar Langit mengangkat tubuh Arga dengan sihir, dan melemparnya jauh-jauh ke awan yang tak bisa diinjak.
woshhhhh
'Eh kenapa aku bisa terbang, apa ini nyata?'
'Apa ada tali yang menempel di bajuku?' Arga meraba punggung dan pundaknya, untuk mencari tali yang mungkin mengangkatnya ke atas langit.
"Kenapa tak ada tali?"
"Apa ini nyata?" Arga masih belum sadar akan kondisinya. Dia masih dilanda kebingungan, hingga akhirnya menyadari bahwa semua itu bukanlah sebuah rekayasa tepat setelah dia menembus awan dan terjatuh dari langit dengan kecepatan yang terus bertambah. 'Ini terlalu nyata untuk sebuah efek perfilman,'
'Kuharap bahwa aku sedang bermimpi,' Arga mencubit pipinya dan berharap bahwa itu hanyalah mimpi, namun setelah menyadari bahwa cubitannya terasa cukup sakit, dia pun segera menyimpulkan bahwa semuanya nyata dan langsung tertawa karena merasa setres. "Haha, hahahha, hahahhaha!" 'Nampaknya ini akan menjadi akhir bagiku,' Arga menatap bangunan yang kemungkinan besar akan dia tabrak.
"Paman Feng maafkan aku, karena tak bisa membayar hutangku!"
"Adik Yun-yun maafkan aku, karena menyimpan celana dalammu di bawah kasurku!"
"Bibi Jeni maafkan aku, karena mengintipmu mandi dan diam-diam merekammu!"
"Para pasienku maafkan aku, Karena telah menyimpan foto kalian sebelum ku operasi!"
"Ayah maafkan aku, karena telah mencuri koleksi Buku pornomu!" ucap Arga sambil menutup mata dan menyatukan kedua telapak tangannya
"Aku tak mau mati lagi......!
" Mama tolong aku!" Arga menutup matanya sembari menyatukan kedua telapak tangannya seperti orang yang sedang berdoa.
#Di tempat para Dewa
"Wah benar-benar pria yang mesum dan bermasalah." ucap Dewa petir sambil menggelengkan kepala.
"Istriku apa rohnya tidak akan hancur jika dilempar seperti itu?" tanya Kaisar Langit.
"Tak akan, aku bisa mengontrol kekuatanku." jawab istri kaisar langit dengan wajah ketus.
"Bukankah kau bisa mengirimnya tanpa perlu melemparnya?" Tanya Kaisar Langit
"Lelaki seperti dia tak perlu dikasihani!" jawab istri kaisar Langit dengan nada ketus.
"Istriku karena masalah sudah selesai, apa aku boleh tidur dikamar nanti malam?" tanya Kaisar Langit.
"Renungkan kesalahanmu!"
"Aku tak akan mengijinkanmu tinggal dikamar lagi!" ucap Istri kaisar Langit dengan wajah jutek dan memalingkan wajahnya karena kesal.
"Maafkan aku, aku berjanji akan mengingat suaramu, huuhuhuhu istriku." ucap Kaisar Langit sambil menangis dan memegang kaki istrinya.
"Lepaskan kakiku, aku tak akan memaafkanmu!" ucap Istri kaisar langit sambil melangkah terus menyeret Kaisar langit yang memegang kakinya.
"Tolong beri suamimu ini kesempatan kedua..." ucap Kaisar langit sambil menangis dan masih memegang kaki istrinya.
"Pfttt benar-benar suami takut istri, apa dia tidak malu dengan jabatannya sebagai kaisar langit?" ucap Dewa Petir sambil menahan tawanya.
Tak lama kemudian terdengar suara wanita dengan nada yang keras.
"Suamiku cepatlah pulang, bantulah istrimu ini membersihkan rumah, dan mencuci pakaian!"
"Apa aku mendengar sesuatu?" ucap Dewa Petir yang masih belum mengerti kondisinya
Karena tak ada respon dari Dewa Petir, suara itu kembali terdengar.
"Cepat pulang atau kau ingin tidur diluar seperti Kaisar Langit!"
"Ah itu suara istriku, apa dia menggunakan telepati?" ucap Dewa Petir.
"Aku di belakangmu!"
"Cepat pulang dan bantu aku!" teriak Istri Dewa Petir sambil menyeret suaminya pulang.
"Istriku kau tak perlu menyeretku seperti ini, aku bisa berjalan sendiri.." ucap Dewa Petir
"Aku tak mau kau keluyuran tidak jelas lagi!"
"Diam dan ikut aku pulang kerumah!"
"Kalau tidak kau harus menghabiskan malammu diluar kamar!" ucap Istri Dewa Petir sambil menyeret suaminya.
"Ba.. baik." ucap Dewa Petir.
#Di tempat lain
"Ahhhh ampuni aku!" ucap Arga.
Arga membuka matanya dan melihat ke sekeliling, dia berada di tempat yang tak dikenali, semua hal disana terlihat sederhana, dan yang paling membuat dia bingung adalah banyak orang yang melihatnya.
"Si... siapa kalian, dimana aku?"
"Kenapa kalian menatapku?" ucap Arga dengan wajah yang kebingungan.
Kemudian Wanita yang berada disampingnya, Mengelap air mata di wajahnya, dengan wajah yang masih terlihat sedih seperti habis menangisi sesuatu, wanita itu berkata.
"Anakku ternyata kau hidup kembali, aku pikir kau akan tidur selamannya, huhuuhuhu."
"Selamat datang kembali pangeran." ucap semua orang disana sambil membungkukkan badannya
"Pa... pangeran?"
"Sepertinya kalian salah orang." ucap Arga yang belum paham situasinya.
"Aku ini adalah... "
"Hmmm kenapa aku lupa namaku ya?" Arga tak bisa menyelesaikan kalimatnya, karena dia tak mengingat namanya yang dulu, dia hanya mengetahui, kalau dulu dia adalah seorang dokter jenius dan memiliki julukan sebagai Dewa Obat.
"Nak apa kau tidak apa-apa?" tanya wanita yang berada disampingnya itu.
"Maaf nyonya aku tak mengenal siapa anda, dan kuperjelas sekali lagi aku itu bukan seorang pangeran." jawab Arga.
"Kalau kau bukan pangeran, lalu kau siapa?" tanya wanita itu
Karena tak bisa menjawab pertanyaanya, dia pun mengarang namanya seperti nama julukannya dulu.
"Aku adalah..... Dewa Obat." jawab Arga.
Anehnya ekspresi dari wanita itu tak terkejut, dia malah tersenyum dan memegang tangan Arga.
"Kau memang putraku, kau kan dari dulu suka memanggil dirimu sebagai dewa obat." ucap wanita itu.
"Kenapa yang kuingat bahwa aku Dewa obat ya?"
"Apa mereka memang keluargaku?" pikir Arga.
Melihat putranya terlihat kebingungan, wanita itu menyuruhnya beristirahat.
"Putraku tidurlah dikamarmu, aku yakin kau masih bingung karena baru saja sadar setelah terluka parah. Kami bahkan mengira kau telah mati, sampai membuat acara berduka." ucap wanita itu.
"Pantas saja disini sangat ramai, jadi ini acara pemakamanku ya?" tanya Arga.
"Ya untung saja kau bangun disaat yang tepat, kalau terlambat sedikit saja maka aku tak akan bisa melihatmu lagi." jawab wanita itu.
"Memangnya apa yang terjadi, kalau aku bangun lebih lambat?" tanya Arga.
"Mungkin kau sudah dibakar di tumpukan kayu itu." jawab wanita itu sambil menunjuk kearah tumpukan kayu bakar.
"Untung saja aku tak bangun saat sedang dibakar." pikir Arga.
"Aku benar-benar beruntung, baiklah aku ijin kekamarku dulu." ucap Arga melangkah pergi
Arga melangkah pergi meninggalkan acara pemakamannya.
"Kenapa aku merasa familiar dengan suasana disini, aku bahkan ingat dimana kamarku, ini aneh." ucap Arga di dalam hati
Meski dia belum memiliki ingatan apapun, Tubuh yang dia pakai kali ini, menuntunnya ke arah kamarnya.
#Dikamar Pangeran
Sampai di dalam kamar, Dia melihat ada cermin, Arga mendekati cermin itu.
Saat dia melihat wajah di balik cermin itu dia terkejut karena wajahnya telah berubah.
"waa...!"
"Siapa yang dicermin itu!"
"Apa ini aku?"
"Kenapa wajahku berubah?"
"Kenapa aku tak ingat apapun?"
"Siapa saja tolong jelaskan semuanya padaku!" ucap Arga yang masih bingung akan situasinya.
Arga adalah dokter jenius dari tahun 3000. Dia sangat terkenal karena kejeniusannya. Hampir semua penyakit bisa dia sembuhkan. Karena kejeniusannya itu dia dipanggil sebagai Dewa obat.
Akan tetapi karena sebuah kesalahan seorang Dewa, dia mati tersambar petir diumurnya yang masih muda.
Dia tak mengingat hal lain selain keterampilannya dalam ilmu kedokteran. Dia berpikir keras untuk mencoba memahami situasi yang sedang dia alami.
Setelah berpikir keras begitu lama, ingatan dari pemilik tubuh sebelumnya mulai bermunculan. Pemilik tubuh itu bernama Xiao Tian, pangeran pemalas dari kerajaan petir, yang begitu dibenci oleh semua bangsawan dan rakyatnya karena tingkahnya yang suka tidur dengan para pelayan, dan tak pernah mau berlatih beladiri.
Xiao Tian adalah satu-satunya pangeran dari kerajaan Petir, tapi dia tidak tertarik dengan politik dan beladiri, hanya tertarik pada ilmu Alkemis (pengobatan). Tak ada yang bisa membujuknya untuk menghilangkan hobinya itu. Sampai pada suatu hari, dia hampir mati diserang hewan buas karena pergi ke hutan sendirian untuk mencari tanaman obat.
Harusnya di hutan sekitar kerajaan tak ada hewan buas, oleh karena itu dia boleh berkeliaran sendiri tanpa pengawalan. Dia hanya dibekali pedang yang disimpan di dalam cincin ruang di tangan kanannya untuk berjaga-jaga. Tak ada yang menyangka kalau dia akan mengalami kejadian tragis hingga harus kehilangan nyawa karena diterkam hewan buas. Kejadian tragis yang dialami Xiao Tian itu, Masih menjadi misteri.
Setelah memahami situasinya, dia pun tidur karena waktu sudah malam, dan tubuhnya masih terasa sakit.
"Lebih baik aku tidur dulu." ucap Xiao Tian
********
Keesokan Harinya Xiao Tian terbangun dari tidurnya. Tubuhnya tak terasa sakit seperti kemarin malam. Sambil meregangkan ototnya dia berkata,
"Ok Jadi sekarang namaku Xiao Tian."
"Aku hampir mati karena diterkam hewan buas kemarin sore"
"Menurut ingatan pemilik tubuh sebelumnya, dihutan itu seharusnya tak ada hewan buas, ini benar-benar membingungkan."
"Sepertinya ada yang berniat mencelakai tubuh ini, tapi siapa?" gumam Xiao Tian.
Ketika sedang berpikir keras, terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamarnya. Untuk mengetahui siapa yang mengetuk pintu kamarnya, dia pun berkata, "Siapa itu?"
Setelah itu, suara seorang pria muda terdengar dali balik pintu tersebut.
"Hamba Taiwu , yang mulia memanggil anda untuk hadir di ruang perjamuan."
"Baiklah katakan pada ayahanda, aku akan kesana setelah mandi." sahut Xiao Tian.
"Baik pangeran, hamba akan menyampaikannya kepada yang mulia."
"Apakah masih ada pesan yang ingin pangeran sampaikan kepada yang mulia?" tanya Taiwu.
"Tidak, itu saja." jawab Xiao Tian.
"Kalau begitu hamba pamit undur diri." sambung Taiwu dari balik pintu.
Setelah Taiwu pergi menjauh, Xiao Tian keluar kamar untuk membersihkan diri di kamar mandi. Setelah mandi, Xiao Tian pergi ke ruang perjamuan untuk menemui ayahnya.
Ayah dari Xiao Tian bernama Xiao Zhaoye, Dia adalah raja dari kerajaan petir. Seorang raja yang tak dihargai oleh para rakyat dan pejabat lain karena terlalu memanjakan putranya.
#Ruang perjamuan
"Kenapa ayah memanggilku?" tanya Xiao Tian.
"Duduklah." sambung Xiao Zhaoye sambil menunjuk kearah bawah.
"Baik ayahanda." ucap Xiao Tian dengan sopan, Karena dia masih belum terbiasa dengan kondisinya.
Melihat Xiao Tian begitu sopan, ayahnya tersenyum dan berkata.
"Sepertinya setelah kecelakaan kemarin, kau jadi sedikit lebih tenang ya."
"Baguslah, kuharap perubahanmu ini bertahan selamanya." ucap Xiao Zhaoye.
"Akan ku usahakan untuk menjaga sikapku seperti sekarang." sambung Xiao Tian.
"Bagus, kau jadi terlihat seperti pangeran sekarang."
"Ayah hanya ingin memberitahumu, bahwa Putri Jia Li akan datang kemari." ucap Xiao Zhaoye dengan wajah serius.
"Untuk apa dia kemari?" tanya Xiao Tian.
"Nak, apa kau lupa dengan perjodohanmu?" tanya Xiao Zhaoye.
"Ah aku baru ingat, apa aku akan dinikahkan dengannya sekarang?" jawab Xiao Tian.
"Kau ini selalu tidak sabaran ya kalau bicara tentang Putri Jia Li. Sayangnya dia kemari bukan untuk menikah sekarang. Tapi untuk membahas kapan waktu yang tepat." jelas Xiao zhaoye sambil menggelengkan kepala.
"Oh." ucap Xiao Tian.
Tak lama kemudian pria muda yang berwajah tampan dan terlihat seumuran dengan Xiao Tian memasuki ruang perjamuan. Pria muda itu adalah Taiwu seorang pengawal pribadi pangeran Xiao Tian.
"Salam yang mulia, putri Jia Li bersama rombongannya telah datang." ucap Taiwu sambil memberi hormat.
"Persilahkan mereka masuk!" ucap Xiao Zhaoye.
"Baik yang mulia." Taiwu melangkah keluar ruangan untuk menjemput rombongan putri Jia Li.
Xiao Tian terus menghayal tentang putri Jia Li yang kecantikannya terus terbayang di pikirannya. Berdasarkan ingatan sebelumnya, putri Jia Li merupakan cinta pertama dari sang pemilik tubuh sebelumnya.
Ketika sedang bengong karena membayangkan kecantikan putri Jia Li, suara misterius tiba-tiba terdengar di telinga Xiao Tian.
"Xiao Tian Lebih baik kau menolak perjodohan ini!" suara misterius yang terdengar di telinga Xiao Tian.
"Suara apa itu ya?" pikir Xiao Tian.
"Aku adalah Dewa petir. Jangan khawatir tak ada yang bisa mendengarku kecuali kamu. Aku bicara lewat pikiran." ucap Dewa Petir
"Ah aku ingat kau lah yang membuatku mati waktu itu, untuk apa aku mempercayaimu." ucap Xiao Tian dalam hati.
"Ngomong-ngomong kebetulan nama kerajaan ini Kerajaan Petir, apa ada hubungannya denganmu?" tanya Xiao Tian.
"Itu hanya kebetulan, kau seharusnya hidup sebagai orang biasa dan jauh dari bahaya. Menjadi pangeran adalah kesalahan, banyak yang mengincar nyawamu karena merasa dirimu tidak berguna." jawab Dewa petir.
"Oh apakah Kau dewa yang ceroboh?"
"Kenapa selalu melakukan kesalahan?" ucap Xiao Tian Dalam Hati
"Yang melemparmu adalah Istri kaisar Langit. Dialah yang membuat semuanya kacau dan aku jadi repot karena harus membereskan semua kesalahannya" ucap Dewa Petir.
"Lalu bagaimana caramu membereskannya?" ucap Xiao Tian dalam hati.
"Ada dua cara, yaitu membunuhmu dan menghidupkanmu lagi, atau membimbingmu sampai kau menjadi kuat dan bisa menjaga dirimu sendiri." jawab Dewa Petir.
"Kalau begitu aku pilih yang kedua."
"Ngomong-ngomong kenapa aku harus menolak putri Jia Li?" tanya Xiao Tian dalam hati.
"Itu karena, dia lah yang menyuruh orang melepaskan harimau di hutan, agar kau celaka." jawab Dewa petir.
"Kenapa dia melakukan itu?" ucap Xiao Tian dalam hati.
"Karena dia tidak ingin menikahimu!." ucap Dewa petir.
"Kenapa dia tidak bilang saja?" tanya Xiao Tian dalam hati.
"Karena dia dari kerajaan kecil, Dan takut terhadap kekuatan kerajaanmu!" jawab Dewa petir dengan kesal karena Xiao Tian banyak bertanya.
"Xiao Tian!" ucap Xiao Zhaoye sambil menepuk punggung Xiao Tian.
"Ada apa ayah?" ucap Xiao Tian yang baru sadar kalau dia habis melamun.
"Dari tadi kau melamun saja dan tidak mendengarkan kami. putri Jia Li terus memanggilmu dari tadi!" bentak Xiao Zhaoye.
Xiao Tian tak mendengar mereka karena fokus mendengar suara dewa petir. Setelah mendengar ucapan ayahnya Xiao Tian melirik kearah Putri Jia Li.
Putri Jia Li terlihat begitu cantik dan mempesona, tapi Xiao Tian tak tertarik dengannya lagi karena ucapan dari dewa petir. Dia menatapnya dengan tajam, tak memperdulikan Ayah dari putri Jia Li yang duduk didepannya.
"Jadi ini putri Jia Li, dia memang Cantik pantas pemilik tubuh ini menyukainya. Tapi sayang perilakunya tak sesuai dengan parasnya." pikir Xiao Tian sambil menatap putri Jia Li dengan pandangan merendahkannya.
"Beraninya dia menatapku dengan pandangan seperti itu, akan kulakukan segala cara untuk menghabisimu!" pikir putri Jia Li
" Oh Pangeran Xiao Tian, saya kemari untuk membahas perjodohan kita." ucap putri Jia Li sambil tersenyum.
"Maaf menurutku, lebih baik kita sudahi saja perjodohan ini." ucap Xiao Tian.
"Apa maksudmu?" tanya Putri Jia Li.
"Apa aku kurang jelas?" tanya Xiao Tian.
Putri Jia Li hanya diam karena tak memahami maksud dari ucapan Xiao Tian.
"Aku menolak perjodohan ini, anggap saja perjodohan ini tak pernah terjadi." ucap Xiao Tian.
"Hei nak apa yang baru saja kau katakan?"
"Bukankah kau yang selalu meminta untuk dijodohkan dengannya?" tanya Xiao Zhaoye yang terkejut dengan ucapan Xiao Tian.
"Aku berubah pikiran ayah, Aku tak menyukainya lagi, jadi hentikan saja perjodohan ini." ucap Xiao Tian.
"Apa yang terjadi dengan pecundang ini?"
"Bukankah dia selalu menginginkanku?"
"Kenapa dia menolakku?"
"Apa dia tahu kalau aku dalang dari kecelakaannya kemarin?" ucap Putri Jia Li dalam hati.
"Putri tolong jangan tersinggung, setelah kecelakaan kemarin pangeran masih belum bisa berpikir jernih." ucap Xiao Zhaoye sambil berusaha mencairkan suasana.
"Tidak apa yang mulia, jika memang pangeran tak menyukai perjodohan ini, lebih baik kita hentikan saja." ucap Putri Jia Li.
Mendengar putrinya ingin membatalkan perjodohan, Jia Xin memegang pundak putrinya dan berkata.
"Putriku kau tak boleh begitu, Bagaimana pun perjodohan ini sangat menguntungkan kedua belah pihak, Jadi ayah sarankan Perjodohan ini ditunda sampai 3 tahun, agar kalian saling mengenal, kalau dalam 3 tahun kalian tetap tak saling menyukai, kalian boleh membatalkan perjodohan ini." ucap Jia Xin.
"Baiklah ayah." ucap Jia Li.
"Pernikahan memang bisa ditunda 3 tahun, tapi mereka bisa bertunangan dahulu agar tak ada yang mengganggu." ucap Jia Xin sambil menatap Raja Xiao Zhaoye.
"Anakku kau tak masalah dengan ini kan?" tanya Xiao Zhaoye sambil melirik ke arah Xiao Tian.
"Terserah ayah saja, Tapi asal ayah tahu, aku tak akan pernah jatuh cinta kepadanya." jawab Xiao Tian meninggalkan ruang perjamuan.
"Nak, tolong jaga bicaramu!" bentak Xiao Zhaoye.
"Tak apa biarkan pangeran sendiri, mungkin dia masih memikirkan kecelakaan kemarin." ucap Jia Xin.
"Terima kasih atas pengertiannya adik Jia Xin." ucap Xiao Zhaoye.
"Sama-sama Kakak Zhaoye." ucap Jia Xin.
"Apa perasaanku saja, atau pecundang itu memang berubah menjadi lebih berwibawa?" pikir putri Jia Li.
"Kalau begitu saya pamit undur diri, Saya titip Putri saya agar bisa mengenal Pangeran lebih jauh." ucap Jia Xin sambil berdiri dari tempat duduknya.
"Ayah, tapi ayah tak berkata kalau aku harus tinggal disini!" ucap putri Jia Li.
"Tenang saja, Besok Ayah akan kembali membawa rombongan lebih banyak." ucap Jia Xin.
"Tapi untuk apa?" tanya putri Jia Li.
"Tentu saja untuk pertunanganmu." jawab Jia Xin.
"Tapi ayah.." ucap Jia Li dengan wajah kecewa
"Apa kau mau melawan ayah?" ucap Jia Xin dengan tatapan marah.
Melihat tatapan ayahnya Jia Li berhenti melawan dan hanya bisa patuh.
"Ti ... tidak." jawab Jia Li.
#Diluar ruang perjamuan
Xiao Tian yang meninggalkan ruang perjamuan berpapasan dengan Taiwu, dia pun berkata.
"Taiwu, kalau ada yang mencariku, bilang saja aku pergi ke ruang latihan, dan jangan ada seorangpun yang boleh masuk sampai aku keluar." ucap Xiao Tian
"Baik pangeran, hamba mengerti." jawab Taiwu
Melihat Xiao Tian berinisiatif ke ruang pelatihan Dewa petir merasa heran dan bertanya dengan telepatinya.
"Hei apa yang kau ingin lakukan di ruang latihan?" tanya Dewa petir
"Tentu saja untuk berlatih beladiri!" jawab Xiao Tian
"Memangnya kau paham beladiri?" tanya Dewa petir.
"Kau kan hanya bisa mengobati orang." ucap Dewa petir melalui telepati.
"Berhenti melakukan telepati dan tunjukkan wujudmu!" ucap Xiao Tian.
Dewa petir menunjukkan wujudnya di depan Xiao Tian.
"Nah gini kan enak ngobrolnya, Aku jadi bisa mengobrol sambil menatap wajahmu." ucap Xiao Tian.
"Cih, ok sekarang kau sudah bisa melihatku, Sekarang jawab pertanyaanku, Memangnya kau paham beladiri?" tanya Dewa petir.
"Tidak lah." jawab Xiao Tian.
"Lalu untuk apa kau kemari?" tanya dewa petir.
"Tentu saja untuk memintamu mengajarkanku beladiri." ucap Xiao Tian.
"Untuk apa aku mengajarimu?" tanya dewa petir.
"Kan kau sudah berjanji untuk membimbingku sampai aku menjadi kuat, Apa ingatanmu menjadi lemah karena kau sudah tua?" tanya Xiao Tian.
"Hei aku masih muda tahu, Aku baru berumur 3000 tahun." jawab Dewa petir.
"Bukankah itu sangat tua?"
"Umur Nenekku saja tak setua itu." ucap Xiao Tian.
"Jangan samakan umur Dewa dengan umur manusia!" ucap Dewa petir.
"Iya iya terserah kau saja, sekarang Ajarkan aku cara untuk menjadi kuat!" ucap Xiao Tian sambil menatap dewa petir.
"Cih apa itu caranya memohon pada seorang Dewa?" ucap Dewa petir.
"Kalau aku bisa memilih, mungkin aku tak mau didampingi oleh Dewa sepertimu. Apa kau lupa aku jadi seperti ini kan karena mu. Jadi kalau mau aku menghormatimu, setidaknya bantu aku agar menjadi kuat." jawab Xiao Tian
"Haih baiklah, Aku merasa gagal menjadi Dewa karena tak bisa menyangkal perkataan seorang manusia." ucap Dewa petir.
"Kau sudah gagal menjadi Dewa sejak kau menyambar seorang manusia tanpa sengaja." ucap Xiao Tian.
"Bocah ini...Akan kuhabisi kau!" ucap Dewa Petir.
"Apa kau lupa dengan tugas dari kaisar langit?" ucap Xiao Tian.
"Masa bodo dengan kaisar langit!" ucap Dewa Petir.
Jederrr (Suara petir menyembar Dewa petir)
"Wah sepertinya kau sedang diawasi, ahhahahah." ucap Xiao Tian.
Mendengar suara petir menyambar ,Taiwu langsung membuka pintu ruang latihan.
kreakk Pintu terbuka
"Pangeran apa kau tidak apa-apa?" tanya Taiwu.
"Aku mendengar suara petir menyambar kesini!" ucap Taiwu.
"Tenang saja aku tak apa, petirnya hanya menyambar ke sampingku, hehehhs." jawab Xiao Tian.
"Tuan kau harus pergi dari sini, tidak aman berada di sini, sepertinya ada iblis diruangan ini hingga petir menyambar kemari." ucap Taiwu.
"Baiklah, aku akan pergi." ucap Xiao Tian.
Ketika Xiao Tian meninggalkan ruang pelatihan, Dia berpapasan dengan Raja dan Ratu yang berlari karena takut Xiao Tian terkena petir.
"Nak apa kau tak apa?"
"Kami kemari karena mendengar suara petir menyambar." ucap Xiao Zhaoye dengan keringat diwajahnya.
"Aku tak apa ayah, itu hanya petir nyasar, tenang saja selama Dewa bersamaku, Aku tak akan terluka lagi." ucap Xiao Tian.
"Apa kau yakin, kau tidak apa-apa?"
"Setidaknya biarkan tabib mengecekmu." Ucap Xiao Hong sambil memegang tangan Xiao Tian.
"Tenanglah ibu, Aku tidak apa-apa, Kau tak perlu khawatir, lagipula anakmu ini sudah besar dan bisa menjaga diri." ucap Xiao Tian sambil melepaskan genggaman ibunya.
"Ta ... tapi." ucap Xiao Hong.
"Sudahlah istriku, bukankah dengan mata telanjang saja kita bisa melihatnya dengan jelas. Putra kita tak apa-apa, jadi tenanglah." ucap Xiao Zhaoye.
"Kalau begitu aku pamit dulu Ayah, Ibu." ucap Xiao Tian.
"Kau ingin pergi kemana?" tanya Xiao Hong.
"Tenanglah bu, Aku hanya ingin pergi ke kamarku." jawab Xiao Tian.
"Baiklah hati-hati saat berjalan." ucap Xiao Hong.
"Haihh berjalan saja masih disuruh hati-hati, Apa kah aku seceroboh itu?" ucap Xiao Tian.
"Ehmm Ibumu hanya menghawatirkanmu, kau tak perlu memikirkannya." ucap Xiao Zhaoye.
"Kalau begitu saya undur diri ayah, ibu." ucap Xiao Tian.
Ketika membalikkan badan Xiao Tian berpapasan dengan putri Jia Li.
"Pangeran apa kau baik-baik saja?"
"Kudengar kau hampir tersambar petir." ucap Putri Jia Li.
"Aku tak apa, Kau tak perlu hawatir, Aku tak akan mati semudah itu." ucap Xiao Tian meninggalkan Putri Jia Li.
"Pangeran Kau mau kemana?" tanya Putri Jia Li.
"Bukan urusanmu!" ucap Xiao Tian.
"Kenapa pangeran jadi mencoba menjauhiku ya?"
"Padahal dulu dia bertingkah seperti orang bodoh yang mengejarku terus menerus meski kutolak berkali-kali."
"Apa dia sudah tahu kalau dalang dibalik kecelakaanya adalah aku?"
"Tapi kenapa dia tak melaporkannya ke Raja dan Ratu?"
"Aku harus mengawasi pangeran." ucap Jia Li dalam hati.
Xiao Tian berjalan menuju kamarnya dan Putri Jia Li mengikutinya dari belakang.
"Hei bocah sepertinya ada yang mengikutimu." ucap Dewa Petir.
"Apa dia salah satu orang yang ingin membunuhku?" ucap Xiao Tian.
"Ya dan tidak." ucap Dewa Petir.
"Apa maksudmu?" ucap Xiao Tian.
"Dia memang pernah berencana membunuhmu. Tetapi sekarang dia tak berencana untuk membunuhmu, lebih ke ingin menyelidikimu." ucap Dewa Petir.
"Begitu ya."
"Keluarlah, Aku tahu itu kau putri Jia Li!' ucap Xiao Tian.
"Ba..bagaimana kau tahu kalau ini aku?" ucap putri Jia Li.
"Hanya menebak hahahah."
"Aku ingin kekamarku, Kenapa kau mengikutiku?"
"Apa kau juga ingin satu kamar denganku?"
"Kita bahkan belum bertunangan, Dan bukankah sudah kubilang kalau aku sudah tak tertarik kepadamu!" ucap Xiao Tian
"Kenapa kau jadi tak tertarik padaku?" ucap putri Jia Li.
"Bukankah kau pernah berencana membunuhku, Putri Jia Li?" ucap Xiao Tian.
"Ke..kenapa kau berfikir begitu?"
"Aku tak pernah berencana membunuhmu, memangnya kapan itu terjadi?" ucap putri Jia Li.
"Sepertinya ingatanmu bermasalah ya?"
" Akan ku ingatkan lagi, Harimau buas yang menyerangku di hutan obat kerajaan kemarin. Bukankah itu perbuatan orang yang kau suruh kan, Putri Jia Li?" ucap Xiao Tian.
"Kalau kau tahu kenapa kau tak melapor ke Raja dan Ratu?"
"Mereka kan sampai sekarang masih menyelidiki kasus ini." ucap putri Jia Li.
"Bisa kubilang karena aku ingin berterima kasih kepadamu." ucap Xiao Tian.
"Untuk apa kau berterima kasih padaku?" ucap putri Jia Li.
"Karena telah menunjukkan sifat aslimu, ya dan juga karena aku juga sedang mencari cara membatalkan perjodohan kita." ucap Xiao Tian.
"Aku tak mengerti maksudmu, Bukankah kau sendiri yang meminta untuk menikahiku?" ucap Putri Jia Li.
"Aku hanya pura-pura menyukaimu, agar ayah tak menjodohkanku dengan yang lain. Yang kutahu kau kan selalu menolak orang yang melamarmu. Jadi kalau ayahku ditolak olehmu maka aku tidak perlu memikirkan perjodohan."
"Sayangnya tak disangka, kau malah menerimanya."
"Aku heran kenapa kau menerimaku, padahal kau bilang tak menyukaiku, kau bahkan mencoba membunuhku. Kenapa kau tak bilang saja ke ayahmu kalau kau tak ingin menikahiku?" ucap Xiao Tian.
"Aku menerima perjodohan ini karena Ayahku memaksaku, Aku menyuruh orang mencelakaimu agar perjodohan ini batal." ucap Putri Jia Li.
"Kenapa kau begitu membenciku, Putri Jia Li?" ucap Xiao Tian.
"Karena kau adalah pangeran tak berguna yang tak bisa beladiri, dan selalu terobsesi alkemis tapi tak punya bakat sama sekali, Dan yang paling penting, kau suka bermain dengan para pembantumu!"
"Kata orang tak ada yang baik dari dirimu, Kau hanya pangeran mesum yang tak bisa melakukan apapun, dan hanya bisa menggoda para pembantu." ucap Putri Jia Li.
"Setelah melihatku langsung apa kau percaya cerita-cerita itu?"
"Terserah padamu percaya atau tidak, yang pasti aku sama sekali tak tertarik kepadamu."
"Jadi, Kau tak perlu berencana membunuhku atau melukai orang-orangku!"
"Kalau kau berani mengganggu orang-orangku maka aku jamin kau tak akan merasakan hari esok." ucap Xiao Tian.
Xiao Tian meninggalkan Putri Jia Li dan masuk kekamarnya.
"Apa aku memang salah menilainya?"
"Apa kata-kata orang itu hanyalah bualan belaka?" ucap Putri Jia Li di dalam Hati.
#Di dalam kamar Xiao Tian
"Wah kau pandai berakting juga ya." ucap Dewa Petir.
"Ya karena aku belajar dari ahlinya." ucap Xiao Tian.
"Oh memangnya siapa Gurumu?" ucap Dewa petir.
"Bukankah kau guruku sekarang?"
"Kau kan pelawak yang paling berbakat." ucap Xiao Tian.
"Hei berhenti meledekku, kalau tidak aku akan marah!" ucap Dewa Petir.
"Silahkan saja kalau kau mau tersambar petir lagi." ucap Xiao Tian.
"Sialan, kalau bukan karena kaisar langit aku pasti sudah menghabisimu!" ucap Dewa Petir.
"Hahaha sudahlah terima saja nasibmu, sekarang katakan padaku bagaimana cara menjadi kuat!" ucap Xiao Tian.
"Pertama-tama kau harus belajar merasakan kekuatan qi, duduklah dan tutup matamu, kosongkan fikiranmu dan rasakan sebuah kekuatan yang mengalir di tubuhmu." ucap Dewa Petir.
"Baiklah aku melihat sebuah cahaya kecil, lalu apa?" ucap Xiao Tian.
"Rasakan ki yang ada di luar tubuhmu, Dan serap semua ki yang berada diluar untuk memperkuat tubuhmu. " ucap Xiao Tian.
"Selamat kau telah menjadi petarung bintang satu." ucap Dewa petir.
"Begini saja?" ucap Xiao Tian.
"Cobalah hancurkan sesuatu, maka kau akan tahu perbedaanya." ucap Dewa Petir.
"Kalau ku lewat pintu pasti ada yang tahu, lebih baik ku lewat jendela." ucap Xiao Tian.
Xiao Tian membuka tirai yang menutupi jendelanya, tetapi dia melihat banyak prajurit yang berpatroli di sekitar Jendelanya.
"Wah wah benar-benar ketat, sepertinya tidak ada cara lain selain lewat pintu, semoga tak ada orang di luar pintu." ucap Xiao Tian
"Wah aku beruntung tak ada orang, hehehe." ucap Xiao Tian.
Belum sempat melangkah lebih jauh, Para pembantu istana melihatnya keluar dan mulai mendekatinya.
"Hei pangeran, kau mau kemana?"
"Kami baru mau berkunjung ke kamarmu." ucap pembantu istana A.
"Memangnya apa yang kakak kakak sekalian ingin lakukan dikamarku?" ucap Xiao Tian.
"Tentu saja menemanimu tidur." ucap pembantu istana B.
"Sudah kuduga dia memang orang mesum, dia sedang bersenang-senang dengan pembantunya, untung aku bersembunyi di dekat kamarnya untuk mengawasinya." ucap putri Jia Li.
"Maaf kakak cantik, Aku tak punya waktu untuk menemani kalian, Aku ada urusan yang penting, lain kali saja ya." ucap xiao Tian melangkah pergi.
"Ah tak apa pangeran, kalau kau membutuhkan kami, panggil saja kami." ucap Pembantu istana A.
"Ya baiklah, kalau begitu sampai jumpa." ucap Xiao Tian dengan senyuman dan meninggalkan mereka.
"Oh dewa, Entah kenapa pangeran jadi terlihat sangat tampan hari ini, Benarkan Fang yin?." Ucap pembantu istana B.
"Ya kau benar entah kenapa dia jadi terlihat lebih tampan." ucap Fang Yin.
"Hei hidungmu mimisan tuh." ucap Pembantu istana A.
"Kemana dia akan pergi?"
"Kupikir dia tak akan mengabaikan pembantunya, Apa rumor itu memang salah ya?" ucap Putri Jia Li.
Putri Jia Li terus mengikuti Xiao Tian sampai keluar istana.
"Hei sepertinya calon istrimu terus mengikutimu." ucap Dewa Petir.
"Aihh, Aku tak mengerti sebenarnya apa yang dipikirkan wanita itu?."
"Hei Dewa petir bisakah kau membuatnya kehilangan jejakku?" ucap Xia Tian.
"Ah itu mudah, Kau cukup Berpura-pura berhenti dan lihat kebelakang seperti mencari orang. Lalu saat dia bersembunyi, kau lari sekuat tenaga." ucap Dewa petir.
"Ide bagus." ucap Xiao Tian
Xiao Tian melakukan ide Dewa petir dan berhasil kabur dari pandangan Putri Jia Li.
"Sial kenapa dia tiba-tiba berhenti?"
"Wah apa dia mencari seseorang?"
"Apa dia tahu kalau aku mengikutinya?"
"Aku harus bersembunyi agar tak ketahuan." ucap Putri Jia Li.
"Kenapa mendadak sepi?"
"Lebih baik kulihat apa yang dia lakukan."
"Apa kemana dia?" ucap Putri Jia Li.
"Kurasa disini tak ada orang ehhehe baiklah kucoba hancurkan batu itu." ucap Xiao Tian.
Duarttt Sebuah batu besar telah Xiao Tian hancurkan dengan satu pukulan.
"Waw aku benar-benar menjadi kuat hahaha."
"Hei Dewa petir akhirnya kau jadi sedikit berguna." ucap Xiao Tian.
"Cih dasar bocah, berhenti meledekku." ucap Dewa Petir.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!