NovelToon NovelToon

My Maid My Wife

01

Andara Putri pembantu termuda di rumah Tuan Sanjaya tengah asik menonton sinetron kesayanganya.

Dan terdengar suara mobil diluar membuat Andara atau yang biasa disapa Dara menghentikan aktifitas menonton nya dan bergegas keluar untuk membuka kan pintu Tuan muda, putra dari Tuan Sanjaya.

Memang menjadi rutinitas Dara menunggu anak anak Majikan nya pulang dan membuka kan pintu untuk mereka.

"Tuan Randi." sapa Dara penuh kelembutan tak lupa mengambil tas yang dibawa oleh Rendi.

"Aku bukan Randi." balasnya dingin,

"Maafkan saya tuan Rendi." kata Dara yang merasa salah lagi menyebut nama Tuan nya itu.

Putra dari Tuan Sanjaya adalah kembar, Rendi dan Randi itulah yang membuat Dara sulit mengenali karena kemiripanya hampir 99%, bedanya jika Rendi orang yang ramah sedangkan Randi orang yang dingin.

Entah lah malam ini Dara merasa Randi lah yang datang karena sikap dingin nya tapi ternyata ia salah Dia adalah Rendi si Tuan ramah, tapi mengapa ia menjadi bersikap dingin? Dara membatin penuh keheranan.

"Apa Mama sama Papa sudah berangkat ke singapura?" tanya Rendi.

"Sudah Tuan." jawab Dara.

"Siapkan Air hangat untuk mandi!" perintah Rendi.

"Baiklah Tuan."

Dara memasuki kamar Rendi dan menyiapkan Air hangat serta handuk dan baju ganti, setelah selesai ia keluar dari kamar mandi dan melihat Rendi nampak meneguk segelas anggur.

"Apa Tuan Rendi sedang ada masalah?" batin Andara karena tak biasanya Tuan Rendi terlihat murung , bersikap dingin dan minum Anggur didepan nya.

"Apa sudah sia??" tanya Rendi pada Dara.

"Sudah tuan." jawab Dara yang hendak melangkahkan kakinya keluar dari kamar Rendi.

"Siapa yang menyuruhmu keluar!" kata Rendi sedikit kasar.

"Tuan, saya sudah menyiapkan airnya." jawab Dara dengan nada binggung.

"Kemarilah, bantu aku melepaskan pakaian ku." perintah Rendi membuat Dara terkejut dan sedikit takut.

"Tapi tuan." Dara sedikit ragu.

"Apa kau akan membantah perintah Tuanmu Dara!" teriak Rendi cukup keras membuat Dara melonjak kaget.

"Baiklah Tuan." dengan terpaksa Dara mendekati Rendi.

Keduanya kini telah berada didalam kamar mandi, nampak Dara dengan tangan gemetar melepasakan pakaian yang dikenakan Rendi, ia mencoba untuk tidak melihat badan kekar telanjang milik Tuan nya itu.

kini Rendi sudah bertelanjang dada, Dara merasakan tangan Rendi menyibakkan rambutnya dan Rendi mengangkat dagu dara hingga kedua bola mata itu bertemu.

"Cantikkk." puji Rendi.

"Tuan, bolehkah saya keluar?" Dara mencoba menyadarkan Rendi.

Rendi mengelus pipi lembut Dara kemudian dia mengelusi bibit tipis Dara membuat Dara sedikit takut.

Sungguh Dara tak munafik, ia juga memuja ketampanan dan tubuh kekar milik Tuan nya itu tapi Dara juga cukup sadar ia tak ingin melampaui batasnya hingga membuatnya menyesal suatu hari nanti.

Dara yang menikmati belaian tangan Rendi diwajahnya hingga tak sadar Rendi sudah ******* lembut bibirnya.

Ya ******* bibirnya, bibir yang ia jaga selama ini dan belum pernah terjamah oleh siapapun kini tengah dinikmati oleh Tuan nya.

Dengan penuh kesadaran Dara memberontak dan melepaskan ciuman dari Tuan nya itu.

"Jangan Tuan." Tolak Dara dengan nafas tersenggal.

"Aku tidak memintamu untuk melawan!" kata Rendi kasar.

Dara yang merasa ada yang tidak beres dengan Tuan nya akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari sana.

"Aku tidak memintamu untuk keluar!" teriak Rendi sambil menahan tangan Dara yang akan segera pergi.

"Maafkan saya Tuan." kata Dara memohon ampun.

"Layani tuan mu ini malam ini." kata Rendi membuat Dara memberontak.

Plakkk....

Tak sengaja Dara melayangkan tamparan nya karena Rendi memaksanya mencium bibirnya.

Rendi terlihat meringgis dan memeganggi pipi bekas tamparan Dara kemudian tersenyum pada Dara.

Dara yang melihat Tuan nya tersenyum membuatnya ketakutan dan mencoba untuk kabur lagi namun sayang nya tangan nya sudah dicekal oleh Rendi.

Segera Rendi melemparkan tubuh Dara diranjangnya membuat Dara kesakitan.

"Ampun tuann, jangan!" kata Dara sambil menangis.

"Menangislah dan berteriaklah, karena tak ada yang bisa mendengarmu!" kekeh Rendi yang kini sudah melepaskan ikat pinggangnya dan celana nya.

"Jangan tuan, saya mohonn!" lirih Dara tak menghentikan tangisanya.

Dengan sekali tarikan, piyama tidur Dara sobek dibagian atas hingga membuat buah dada Dara terlihat menyembul dan Rendi tak berhenti menatap tubuh putih mulus milik Dara.

Dengan kasar Rendi mencium paksa bibir Dara dan meraba raba tubuh mulus milik Dara membuat Dara menjerit dan menangis.

"Jangan Tuan, jangann." rintih Dara yang membuat Rendi semakin Liar menyobek celana milik Dara hingga kini terlihat Dara hanya mengenakan Bra dan Celana dalam warna senada.

"Sungguh aku memuja tubuhmu Dara." gumam Rendi sebelum ia menghabisi Dara dengan hujaman hujaman miliknya dan Dara hanya bisa menjerit dan menangis tanpa ada yang bisa mendengarnya karena memang kamar Rendi kedap suara.

Sakit dan Pedih... itulah yang dirasakan oleh Dara, Setelah 20 tahun ia menjaga keperawanan nya kini hilang sudah direnggut oleh majikannya sendiri.

Setelah puas menikmati tubuh Dara, Rendi memasuki kamar mandi untuk mandi sedangkan Dara masih menangis sambil menutupi tubuhnya dengan selimut.

Rendi keluar dari kamar mandi dan melihat Dara masih menangis, kemudian ia berjalan mendekati Dara.

"Aku masih tak menyangka kamu masih perawan," kata Rendi dengan santainya sambil mengelus rambut Dara.

"Kembalilah kekamar mu setelah jam 12 dan ingat jangan pernah katakan pada siapapun tentang ini jika kamu masih ingin bekerja disini, mengerti Dara!" gertak Rendi dan Dara hanya mengangguk sambil masih menangis.

"Good Girl." Rendi kemudian mengecup bibir Dara dan meninggalkan Dara sendirian dikamarnya.

Tepat pukul 12 malam Dara berhasil memasuki kamarnya dengan mengenakan jubah mandi milik Rendi.

Dilihatnya bercak merah yang ditinggalkan Rendi ditubuhnya membuat Dara menangis.

"Mengapa tuan Rendi tega melakukan ini padanya, padahal selama ini tuan Rendi orang yang baik, Ia merasa bahwa tadi bukanlah tuan Rendi.. karena Tuan Rendi selalu bersikap ramah padanya dan selalu baik padanya, lalu apa tadi itu Tuan Randi?" Batin Dara sambil terus menangisi nasibnya.

"Ayah .. ibu... maafin Dara karena Dara gagal menjaga semua ini untuk suami Dara." gumam Dara menangis sejadi jadinya.

Sedangkan itu Rendi masih duduk diblakon kamarnya sambil menikmati seputung Rokok dan juga Anggur yang masih tersisa.

Ia benar benar merasa puas dengan apa yang baru saja ia rasakan, setelah sebelumnya ia melihat sesuatu yang menyakitinya kini semuanya sudah terobati berkat tubuh Dara.

Yaa.. tubuh Dara yang tak bersalah dan membuatnya mabuk kepayang hingga bisa melupakan rasa sakitnya.

Entahlah, baru kali ini Ia merasakan tubuh wanita senikmat ini...

Dan bisa dipastikan ia tak akan menikmati tubuh Dara hanya sekali ...

BERSAMBUNG....

02

Pagi ini Dara terbangun agak kesiangan, karena semalaman ia menangis dan subuh tadi baru terlelap membuatnya bangun pukul 8 pagi.

"Aku pasti bakalan dimarahin Siti." batin Dara sambil bergegas mengenakan pakaian yang sangat tertutup agar bercak kemerahan dileher dan dadanya tertutup.

Selesai menganti pakaian dan mencuci muka, Dara berlari keluar kamar dan benar saja Siti kepala pembantu sudah menunggunya dan sepertinya telah siap untuk menghabisinya dengan ucapan ucapan kasarnya.

"Bagus yaa jam segini baru bangun." kata Siti masih dengan nada lembut.

"Maaf, aku sedang kurang enak badan jadi terlambat bangun." kata Dara menunduk takut.

"Alasan aja, makanya kalau nonton sinetron jangan malem malem, kesiangan gini alesan nya sakit, basi tau nggak." bentak Siti membuat Dara sudah tak bisa menjawab lagi.

"Ada apa ini?" suara bariton pria yang tak lain adalah pria yang membuat Dara menangis semalaman ya pria itu adalah tuan Rendi yang kini sudah rapi dengan setelan kemeja kantornya.

Dara Akui memang tuan Rendi sangatlah tampan tapi jika mengingat apa yang dilakukan tuan Rendi membuat Dara muak dan membenci bahkan sangat membenci Rendi.

"Anu tuan, ini pembantu paling muda tapi males sekali, masa jam segini baru bangun Tuan, kalau dimarahin alasan nya sakit." Adu Siti pada Tuan Rendi.

"Apa matamu buta?" tanya Rendi kearah Siti membuat Dara sedikit terkejut.

"Maksud Tuan?" tanya Bik Siti binggung.

"Apa kau tak melihat wajah pucatnya?" tanya Rendi dengan nada marah dan Siti pun berusaha melihat kearah Dara dan memang benar wajah Dara terlihat pucat seprti orang sakit..

"Maafkan saya tuan." jawab Siti.

"Minta maaflah pada nya jangan padaku." kata Rendi kemudian meninggalkan Siti dan Dara.

"Apa kau bangga karena Tuan Rendi membelamu?" tanya Siti sinis sedangakn Dara hanya diam saja.

Siti yang kesal pun Akhirnya meninggalkan Dara yang termenung.

Dara mengerjakan tugasnya, seperti biasa Dara selalu menyiapkan sarapan dan menyajikan makanan untuk Tuan nya.

Tangan Dara bergetar saat menuangkan minuman digelas Rendi, beruntung pagi ini hanya Rendi yang sarapan sendirian karena tuan Sanjaya dan Nyonya Sanjaya tengah berada diluar negeri sedangkan kembaran Rendi, Randi tidak pulang semalam mungkin ia pulang ke apartemen nya.

Rendi yang melihat kegugupan Dara hanya mendiamkan saja, entah Dara takut atau pun apa Dia tak ingin orang orang mengetahui gelagatnya.

Selesai menyiapkan makanan dan minum untuk Rendi, Dara buru buru kembali ke dapur dan langsung memasuki kamar mandi, disana ia menangis sejadi jadinya, Sakit ... itulah yang dirasakan Dara melihat Rendi yang bersikap cuek seolah tak terjadi apapun diantara mereka.

Memang seperti itu kenyataan nya, ia diperkosa bukan melakukan hubungan berdasarkan suka sama suka jadi apa Dara harapakan, Rendi mengunakan nya dan membuangnya itulah yang terjadi sekarang.

"Bagus yaa, malah enak enakan, mentang mentang Tuan Rendi ngebelain jadi elo seenaknya aja engga kerja!!" kata Siti kasar setelah melihat Dara keluar dari kamar mandi.

"Pake acara nangis lagi, biar apa coba." geram Siti.

"Maaf, aku bener bener nggak enak badan, kalau boleh aku ijin nggak kerja dulu." pinta Dara dengan wajah lesu.

"Enak aja, nggak bisa yaa! udah sana bersihin ruang tamu dan ruang keluarga habis itu bersihin setiap kamar, nggak peduli elo mau alasan apapun, setelah gue pulang dari pasar semuanya udah beres." jelas Siti kemudian meninggalkan Dara yang tengah menangis.

Sungguh ia merasa malang nasibnya, diperlakukan seperti ini bahkan dengan sahabatnya sendiri. Siti memang sahabat Dara, dulu ia berangkat kekota dan mencari pekerjaan bersama hingga keduanya bekerja di tempat Tuan Sanjaya, beruntung bagi Siti karena ia langsung diangkat jadi kepala pembantu disana.

Itulah yang membuat Siti berubah bahkan mengangap Dara rendah karena posisinya memang lebih rendah dari dirinya.

Dengan tubuh lemas, Dara membersihkan tempat yang sudah diperintahkan oleh Siti dan berharap pekerjaan nya segera usai agar bisa segera istirahat.

...

Malam hari Dara segera mengistirahatkan badannya yang seharian ini lemas karena tidak adanya asupan makanan yang masuk ketubuhnya.

Bukan karena tak ada makanana untuknya tetapi ia memang malas untuk makan, hanya segelas susu yang ia minum tadi sore.

Karena lelah dan lemas tubuhnya, membuat Dara segera memejamkan mata menuju alam mimpi.

Tengah malam, Dara merasakan geli disekitar area buah dadanya, ia merasakan seperti ada yang menindih tubuhnya dan menciumi tubuhnya.

"Eughhhh...." suara desahan Dara yang ia pikir adalah mimpi tapi siapa sangka bukanlah mimpi, diatasnya kini sudah ada Rendi yang tengah menciumi tubuhnya.

"Tu..tuannn... " ucap Dara takut takut dan betapa terkejutnya melihat dirinya kini sudah bertelanjang dada.

"Shhhtttt.... Diamlah sayang, atau kau akan membangunkan orang orang." bisik Rendi sambil terus memainkan buah dada Dara.

Jujur sentuhan Rendi memang memabukan membuat Dara ingin mendesah dan menjerit kenikmatan tapi sekali lagi Dara harus sadar jika apa yang terjadi ini salah.

"Tuann, jangan." mohon Dara sudah ingin menangis.

"Nikmatilah sayang, bukankah semua ini terasa nikmat untukmu, bahkan kamu tadi sempat mendesah." kata Rendi terlihat tersenyum nakal.

Rendi terus melanjutkan aktifitasnya tak peduli jika Dara menangis dibawahnya yang ia rasakan kini ia tengah menikmati surga dunia yang tak ia dapatkan dari wanita manapun.

Rendi melakukan tidak hanya sekali bahkan beberapa kali hingga membuat Dara lemas dan tertidur.

Selesai menikmati tubuh Dara, Rendi nampak menyelimuti tubuh Dara dengan selimut tak lupa mengecup kening Dara sebelum keluar meninggalkannya.

Dalam lelapnya ,Dara berharap semuanya segera berakhir, ya ia berharap Tuan dan Nyonya Sanjaya segera kembali agar Rendi tak melakukan ini lagi padanya.

..

"Dimana Dara?" tanya Rendi saat mengetahui bukan Dara yang menyiapkan makanan.

"Dara sedang sakit tuan jadi saya yang mengantikan." kata Siti merasa jengkel karena Tuan nya terlalu perhatian dengan Dara.

Mendengar jawaban Siti, Rendi segera memasuki kamar Dara dan benar saja Dara terlihat lemas tak berdaya, tapi kini Dara sudah mengenakan pakaian karena seingatnya semalam Ia meninggalkan Dara tanpa sehelai benang pun.

Sedikit khawatir, Rendi segera menelepon Dokter pribadinya untuk memeriksa Dara.

Setengah jam akhirnya Dokter datang dan langsung memeriksa Dara.

"Jadi bagaimana?" tanya Rendi tak sabaran.

"Bagaimana apanya, kamu kan lebih tau." jawab Dokter Vino mengoda Rendi.

"Sudahlah jangan memperumit masalah, segera berikan obat nya." kata Rendi malas karena Vino mengetahui penyebab sakitnya Dara.

"Jangan terlalu keras padanya, dan jika sudah bangun segera berikan makanan jangan sampai ada orang meninggal karena kelaparan." kata Dokter Vino nampak memberikan secarik kertas yang berisi resep dokter.

Rendi hanya tersenyum sinis mendengar ucapan Vino dan segera mengambil resep obat yang diberikan Vino.

"Segera tebus obat ini!" perintah Rendi pada Siti.

"Baik Tuan." Siti menerima secarik kertas yang diberikan Rendi.

"Pasti telah terjadi sesuatu." batin Siti berjalan menuju apotik dengan perasaan jengkel dan iri melihat Tuan Rendi begitu perhatian dengan Dara.

**Bersambung....

Jangan lupa like vote dan komen**

03

Dara membuka matanya dan merasakan kepalanya masih serta tubuhnya sangat lemas.

Sangat terkejut karean tuan muda Rendi ternyata berada disampingnya dan tengah memperhatikanya.

"Apa tuan Rendi memperkosa nya lagi?" batin Dara sedikit terkejut, tapi jika melihat dari baju Tuan Rendi yang sudah rapi dengan setelan kantornya sepertinya tidak mungkin jika tuan Rendi memperkosanya lagi sepagi ini.

Pagi? melihat terik matahari yang sudah memanas sepertinya sudah bukan pagi lagi batin Dara dan langsung melirik kearah jam dindingnya dan benar saja sudah pukul 10 siang. Apa ia tidur selama itu.

"Apa kau masih ingin terus melamun?" tanya Rendi yang masih setia memandangi wajah Dara yang seperti orang kebinggungan.

"Maaf kan saya Tuan." jawab Dara sedikit menunduk.

"Apa aku tidak memberimu makan?" tanya Rendi dingin.

"Maksud tuan?" Dara masih nampak kebinggungan dengan ucapan Tuan nya itu.

"Apa aku tak memberimu makan, hingga membuatmu pingsan gara gara perutmu tidak terisi makanan?" tanya Rendi yang langsung dipahami oleh Dara.

"Maafkan saya tuan." jawab Dara lirih.

"Makanlah, aku tak ingin kamu sakit." kata Rendi membuat Dara mendongakkan wajahnya menatap Rendi sedikit tak percaya, tentu saja karena Rendi tampak memperhatikanya.

"Aku hanya tak ingin jalangku sakittt." sentak Rendi dengan senyum serigai ditelingga Dara membuat Dara terkejut dan dadanya berdenyut nyeri.

"Memang apa yang kamu harapkan? kamu tidak selevel dengan tuan muda, tuan muda hanya ingin tubuhmu!" batin Dara sambil meremas selimutnya.

"Aku sudah menyiapkan makanan dan obat untukmu, segeralah makan agar kamu cepat sembuh karena aku tak ingin bermain seks dengan orang sakit." kata Rendi lagi kemudian meninggalkan Dara yang terlihat meneteskan Air matanya.

Sakit, itulah yang dirasakan Dara saat ini. mengapa ia harus menjadi korban nafsu tuan mudanya? Sungguh sejak awal ia tak ingin ini terjadi. Apalagi ia tak pernah sekalipun melirik ataupun mengoda Tuan mudanya itu.

Dara memasukan sesedok bubur ke mulutnya dan terlihat masih meneteskan air matanya.

"Hebat yaa kamu, udah bisa ngerayu tuan muda sampai tuan muda sebegitu perhatianya sama kamu." kata Siti yang tiba tiba masuk kekamar Dara.

"Aku nggak ngerti apa maksud kamu." balas Dara berusaha cuek dan tak mengubris ucapan Siti.

"Nggak usah sok polos deh Lo, bukan nya elo emang sengaja ya narik perhatian tuan muda. jangan jangan elo udah diapa apain sama Tuan muda, murahan banget tau nggak!'' kata Siti dengan nada sinis.

"Aku bener bener nggak ngerti apa maksud kamu, dan kalau kamu emang mau ngmong kayak gitu terserah, aku nggak peduli soalnya aku nggak ngerasa kayak gitu." balas Dara yang sudah membuka bungkusan obat hendak diminum.

"Dasar munafik, liat aja ya aku bakalan nyari bukti, dan kalau sudah terbukti apa yang aku pikirkan, kamu tau sendiri lah nggak cuma ora serumah yang tau tapi orang orang dikampung termasuk keluarga kamu!" ancam Siti kemudian meninggalkan kamar Dara dan nampak menutup pintu dengan keras.

Mendengar ucapan Siti tangan Dara terlihat bergetar ketakutan. Obat yang seharusnya ia minum malah jatuh kelantai karena tangannya bergetar hebat.

"Apa yang harus ia lakukan kali ini." kata Dara lirih kemudian ia terisak.

Sungguh Ia merasa sangat ketakutan, jika sampai keluarganya tau jika keperawanan nya hilang akibat diperkosa tuan mudanya mungkin akan membuat keluarganya dikampung shock terutama sang ayah yang mengidap penyakit jantung, Dara benar benar tak ingin ini semua terjadi.

...

Diruanganya Rendi tampak tak fokus dengan pekerjaanya, Jiwanya berada dikantor namun pikiranya melayang memikirkan keadaan Dara.

Ya pembantu yang sudah membuat ia mabuk kepayang, membuat ia tergila gila, rasanya Rendi ingin segera memilikinya, hanya dirinya yang boleh memiliki Dara.

Semua ini terjadi akibat jalang sialan mantan kekasihnya Laras yang sudah ia percayai sepenuhnya untuk saling mencintai. nyatanya ia malah mengkhianati nya dengan pria lain hingga membuat Rendi merasakan sakit dan membuat Rendi memperkosa Dara malam itu, sekarang Bukan nya memikirkan mantan kekasihnya yang dulu sangat ia puja malah kini dipikiranya hanya Dara, Dara dan Dara.

Entah hanya nafsu akibat ia memperkosa Dara hingga membuatnya ketagihan atau memang ia sudah memiliki perasaan, ia benar benar tak mengerti. Yang ia rasakan sekarang ingin segera pulang dan menikmati tubuh Dara lagi.

Meskipun Dara masih selalu memberontak tapi Ia merasakan kenikmatan yang belum pernah ia Dapatkan dari wanita manapun termasuk mantan kekasihnya Laras.

"Apa masih ada meeting lagi setelah ini?" tanya Rendi pada sekertarisnya.

"Masih Pak, nanti pukul 7 malam anda diundang menemui tuan Stanley direstoran yang sudah Mereka pesan." jelas sekertaris Rendi.

"Apakah tak bisa diganti besok?" tanya Rendi sedikit kesal, bagaimana tidak karena besok orangtuanya sudah pulang dari singapura dan akan membuatnya kesulitan untuk mendekati Dara, karena ia tak bisa meminta Dara menjadi pembantu di apartemenya yang sudah ada pembantu tua menyebalkan dan sama sekali tak enak dipandang mata membuat Rendi jenuh hingga sering kerumah orangtuanya.

"Maaf Pak, tuan Stanley akan kembali ke Amerika besok pagi jadi ini malam terakhir beliau disini."

"Ya sudah pergilah." perintah Rendi dengan nada kesal.

Rendi kemudian mengambil ponselnya dan mendial nomer rumahnya.

"Apa gadis itu sudah sembuh?" tanya Rendi pada salah satu ART dirumah orantuanya.

"Siapa maksud tuan?" Tanya ART itu.

"Dara." jawab Rendi yang merasa kesal dengan dirinya sendiri karena entah kenapa ia penasaran dengan keadaan Dara.

"Sudah tuan, tadi Dara juga sudah mulai bekerja." kata ART itu yang binggung mengapa juga Tuan mudanya perhatian dengan pembantunya dan sejak kapan pula, Batin ART itu.

"Ya sudah, jangan berikan pekerjaan berat untuknya." Rendi kemudian menutup panggilanya.

"Siapa yang menelepon?" tanya Siti pada ART yang mengangkat telepon Rendi.

"Tuan muda Rendi, tapi kok aneh ya ngapain juga tuan muda nanyain keadaan Dara." kata Isma nama dari ART itu.

"Nanyain gimana?" tanya Siti kepo.

"Ya nanyai keadaanya dan bilang juga jangan ngasih kerjaan berat buat Dara." kata isma menirukan suara Rendi.

"Bener kan dugaan aku kalau mereka itu ada apa apa!" tuduh Siti.

"Masa sih? enggak mungkin juga kan mana mungkin tuan muda mau pembantu kayak kita." balas Isma dengan nada tak percaya.

"Ya kali aja si Dara mau ditidurin makanya tuan muda mau sama Dara walaupun Dara pembantu." jelas Siti.

"Udah lah nggak usah ghibah ntar malah jatuhnya fitnah, ya ambil positifnya aja mungkin emang sekarang tuan muda perhatian sama pembantu kayak kita karena memang dia orang baik bukan berarti suka." kata Isma kemudian meninggalkan Siti yang terlihat jengkel.

"Nggak apa apa lah sekarang pada nggak percaya sama aku! tapi liat aja ntar." batin Siti tersenyum jahat.

**Bersambung....

jangan lupa like vote dan komen yaa**

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!