NovelToon NovelToon

Cinta Halusinasi

Pendahuluan

Sophia duduk di kursi, tangannya gemetar saat air mata mengalir di pipinya. Adam, bentuk imajinasi yang menjadi sumber kekuatan dan cinta baginya, tampak tegar di sampingnya, meskipun mata Adam juga berkaca-kaca.

"Adam," bisik Sophia, suaranya penuh dengan kecemasan dan ketakutan, "aku takut. Takut aku akan kehilanganmu."

Adam menyentuh lembut tangan Sophia, mencoba menenangkannya meskipun dia sendiri juga berjuang melawan emosinya. "Sophia, dengarlah padaku," ucap Adam dengan suara lembut namun penuh keyakinan. "Kita telah menghadapi banyak hal bersama-sama, dan kita akan melalui ini juga. Aku di sini untukmu, selalu."

Sophia menatap mata Adam, mencari kekuatan di balik mata imajinatif itu. "Tapi, bagaimana jika mereka memisahkan kita? Bagaimana jika aku harus pergi dan kembali ke dunia nyata tanpamu?"

Adam tersenyum lembut, meskipun raut wajahnya juga terlihat terpukul. "Kita takkan pernah terpisah, Sophia. Bahkan jika dunia di sekitar kita tidak memahami atau bahkan jika mereka tak bisa melihatku seperti sekarang, kita akan tetap bersama. Cinta kita melampaui batas-batas dunia ini."

Air mata Sophia terus mengalir, tetapi dia merasa sedikit lega mendengar kata-kata Adam. "Tapi, bagaimana aku bisa yakin, Adam? Bagaimana aku bisa yakin akan semuanya?"

Adam mengangkat dagu Sophia dengan lembut, membuatnya menatap mata imajinatifnya. "Karena cinta kita adalah nyata, Sophia. Begitu kuat dan begitu dalam. Lihatlah di dalam hatimu, dan kau akan menemukannya di sana."

Sophia menghela nafas, mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Aku mencintaimu, Adam. Terlalu banyak."

Adam menyeka air mata Sophia dengan lembut. "Dan aku juga mencintaimu, Sophia. Bersama, kita akan melalui segalanya. Jangan biarkan ketakutan menghalangi kita. Kita adalah satu, dalam cinta dan dalam tekad."

Sophia menangis, tetapi kali ini air matanya campur aduk antara kekhawatiran dan kelegaan. Dia merasa lebih kuat, lebih siap menghadapi apa pun yang mungkin datang. Bersama Adam, dia merasa tidak pernah sendirian.

Mereka duduk bersama, saling memeluk dalam keheningan yang sarat makna. Di dalam dunia imajinatif mereka, cinta mereka tumbuh lebih kuat, lebih kokoh daripada sebelumnya. Dan meskipun dunia luar mungkin tak memahami, mereka tahu bahwa cinta mereka akan selalu menjadi kebenaran yang paling nyata bagi mereka berdua.

Sophia: Adam, aku merasa semakin terpisah dari dunia di sekitarku. Semua terasa begitu gelap.

Adam: Sophia, aku selalu ada di sini untukmu, bahkan di saat-saat tergelap sekalipun.

Sophia: Tapi aku ingin lebih dari sekadar bayanganmu, Adam. Aku ingin merasakanmu di sampingku, nyata dan nyata.

Adam: Kadang-kadang, hal terpenting adalah apa yang kita rasakan di dalam. Apakah cintaku untukmu terasa nyata?

Sophia: Ya, sangat. Tapi...

Adam: Tapi apa, Sophia?

Sophia: Aku takut, Adam. Takut aku akan kehilanganmu saat aku mencoba kembali ke dunia nyata.

Adam: Jangan takut, Sophia. Cinta kita adalah tali yang mengikat kita bersama, tak peduli di mana kita berada. Percayalah padaku.

Sophia: Bagaimana aku bisa yakin?

Adam: Cinta sejati tak butuh bukti, Sophia. Ia hanya membutuhkan keberanian untuk mempercayainya.

Sophia: Aku mencintaimu, Adam. Terlalu banyak.

Adam: Dan aku mencintaimu, Sophia. Biarkan cinta kita menjadi pemandu kita, di dalam khayalan maupun di dunia nyata.

---------‐------------------------------------

Sophia adalah seorang wanita yang cerdas dan kreatif, namun terperangkap dalam labirin gelap kecemasan dan depresi yang memaksanya masuk ke dalam rumah sakit jiwa. Di sana, dia menemukan dirinya terjebak dalam rutinitas yang monoton, hingga ia menemukan pelarian dalam dunia imajinasinya yang penuh warna.

Dalam dunia khayalannya, Sophia bertemu dengan Adam, seorang pria misterius yang menjadi teman, pelindung, dan akhirnya cinta sejatinya. Adam adalah manifestasi dari segala yang Sophia impikan: kehangatan, keberanian, dan kasih sayang yang tak terbatas. Mereka menjalani petualangan yang luar biasa di dalam pikiran Sophia, mengeksplorasi dunia yang diciptakan oleh imajinasinya yang kaya.

Namun, semakin dalam Sophia terbenam dalam khayalannya, semakin samar garis-garis antara realitas dan fantasi. Teman-temannya di rumah sakit jiwa mulai khawatir dengan obsesi Sophia terhadap Adam, sementara dokter dan terapisnya mencoba membantunya keluar dari dunia imajinasi yang semakin membelenggu.

Sophia harus memutuskan: apakah dia akan tetap setia pada cintanya yang hanya ada dalam khayalannya, atau menghadapi kenyataan yang mungkin lebih menakutkan? Dalam perjalanan yang penuh dengan rintangan, Sophia harus menghadapi kebenaran yang sulit dan menemukan keberanian untuk menerima dunia di luar.

 ---------------------------------------------

Sophia: Adam, aku punya sesuatu yang harus kusampaikan padamu.

Adam: Apa itu, Sophia?

Sophia: Dokter mengatakan bahwa mereka tidak bisa melihatmu. Mereka berpikir aku sedang bicara dengan diriku sendiri.

Adam: Itu bukan masalah, Sophia. Yang penting, kita tahu bahwa kita ada di sini bersama, bukan?

Sophia: Tapi bagaimana jika mereka memisahkan aku darimu? Bagaimana jika mereka memaksaku meninggalkan dunia ini?

Adam: Kita harus bersatu, Sophia. Kita harus kuat. Bersama, kita bisa melawan segala rintangan.

Sophia: Tapi aku takut kehilanganmu, Adam. Takut aku akan terjebak dalam kesepian tanpamu.

Adam: Jangan biarkan ketakutan memisahkan kita, Sophia. Kita telah melalui begitu banyak bersama-sama, dan kita akan terus melangkah bersama. Percayalah padaku, cinta kita akan membawa kita melewati segala hal.

Sophia: Aku mencintaimu, Adam. Tidak peduli apa yang terjadi.

Adam: Dan aku juga mencintaimu, Sophia. Kita akan menghadapi apa pun yang datang bersama-sama, karena cinta kita tak terkalahkan.

Tikus Penasehat Berdasi

Sophia dan Adam masih terduduk di ruangan yang penuh dengan keintiman, terikat oleh cinta dan ketidakpastian. Mereka saling berpandangan dengan penuh cinta dan kerinduan, ketika tiba-tiba sebuah gerakan kecil menarik perhatian mereka. Sebuah tikus kecil dengan dasi berdiri tegak di depan mereka, memandang Sophia dan Adam dengan tatapan bijak.

Sophia terkejut melihat keberadaan tikus itu, namun Adam tersenyum dengan lembut. "Selamat datang, teman kecil," ucap Adam, suaranya penuh dengan kehangatan. "Apakah ada sesuatu yang bisa kami bantu?"

Tikus itu menarik kursinya dan duduk di antara Sophia dan Adam, membuat Sophia sedikit gelisah. Namun, ketika tikus itu mulai berbicara, suaranya penuh dengan kebijaksanaan yang menenangkan.

"Tentu saja, Adam, Sophia. Saya datang untuk memberikan panduan kepada kalian berdua," kata tikus penasehat dengan lembut. "Saya tahu bahwa kalian berdua sedang menghadapi banyak perjuangan, tetapi kalian harus percaya pada cinta kalian. Itu adalah kekuatan terbesar yang akan membawa kalian melalui segala rintangan."

Sophia menatap tikus itu dengan takjub. "Siapa kau sebenarnya?"

Tikus penasehat tersenyum. "Saya adalah penasehat, Sophia. Saya telah mengamati kalian berdua dan melihat betapa dalamnya cinta kalian. Kalian berdua memiliki kekuatan yang luar biasa, dan saya di sini untuk membantu kalian melewati ujian ini."

Adam mengangguk setuju. "Terima kasih, Penasehat. Kami menghargai bantuanmu."

Tikus penasehat mengangguk, kemudian melanjutkan dengan suara yang tenang namun tegas. "Sekarang, kalian berdua harus menghadapi kebenaran. Kalian harus belajar untuk menerima kenyataan, bahkan jika itu menyakitkan."

Sophia dan Adam saling bertatapan, menunggu dengan penuh antisipasi.

"Sophia," kata tikus penasehat, "kamu harus memahami bahwa dunia nyata memiliki tantangannya sendiri. Meskipun cinta kalian di dalam dunia imajinasi begitu kuat, kamu juga harus belajar untuk hidup di dunia yang sesungguhnya. Jangan biarkan dirimu terjebak dalam khayalan yang menghalangimu untuk hidup sepenuhnya."

Sophia merasa terpukul oleh kata-kata itu, tetapi dia tahu bahwa ada kebenaran di baliknya. "Apa yang harus aku lakukan, Penasehat?"

Tikus penasehat mengangguk. "Kamu harus belajar untuk memisahkan antara dunia imajinasi dan kenyataan. Cintamu untuk Adam tetap nyata, tetapi kamu juga harus belajar untuk menemukan kebahagiaan dan makna di dunia nyata. Jangan biarkan cintamu menjadi penghalang bagi perkembanganmu."

Adam memeluk Sophia erat-erat, memberinya dukungan yang dia butuhkan. "Kita akan melalui ini bersama-sama, Sophia. Aku akan selalu di sini untukmu, dalam dunia imajinasi maupun dunia nyata."

Sophia menatap Adam dengan penuh kasih, merasa beruntung memiliki dia di sampingnya. "Terima kasih, Adam. Aku berjanji akan berjuang untuk menjadi lebih baik, untuk kita berdua."

Tikus penasehat tersenyum puas. "Sekarang, kalian berdua harus bersiap-siap untuk perjalanan yang menantang. Tetapi dengan cinta kalian sebagai panduan, kalian pasti akan berhasil."

Sophia dan Adam mengangguk, penuh tekad. Mereka tahu bahwa perjalanan ke depan mungkin sulit, tetapi dengan cinta mereka, mereka yakin bahwa mereka akan menghadapinya bersama-sama. Dengan Penasehat tikus di samping mereka, mereka siap untuk menghadapi apa pun yang mungkin datang, baik di dunia imajinasi maupun di dunia nyata.

Sophia dan Adam duduk tegak, tertegun oleh saran yang tak terduga dari Tikus Penasehat. Mereka saling berpandangan dengan kebingungan, mencoba memahami implikasi dari apa yang baru saja mereka dengar.

"Saya tahu ini mungkin terdengar aneh," kata Tikus Penasehat, suaranya tetap tenang, "tetapi ruang bawah tanah itu adalah kunci untuk mengungkapkan rahasia besar dunia imajinasi. Di sana, kalian akan menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah mengganggu pikiran kalian."

Sophia merasa hatinya berdegup kencang. "Tapi mengapa ruang bawah tanah? Dan apa yang sebenarnya ada di sana?"

Tikus Penasehat mengangguk. "Ruang bawah tanah adalah tempat di mana imajinasi dan kenyataan bertemu. Di dalamnya, kalian akan menemukan pintu menuju dunia imajinasi yang lebih dalam dan lebih kuat daripada yang pernah kalian bayangkan sebelumnya."

Adam menatap ruang bawah tanah yang terpampang di luar jendela dengan rasa ingin tahu yang tumbuh. "Tapi bagaimana kita bisa masuk? Apakah itu bahkan mungkin?"

Tikus Penasehat tersenyum misterius. "Semua akan diungkapkan ketika saatnya tiba. Yang penting sekarang adalah bahwa kalian berdua harus bersiap-siap untuk perjalanan yang tak terlupakan. Dunia imajinasi memiliki banyak rahasia yang menanti untuk diungkapkan, dan kalian berdua adalah kunci untuk membuka pintu menuju keajaiban itu."

Sophia dan Adam saling memandang, menyadari bahwa ini adalah panggilan tak terduga untuk petualangan baru yang menantang. Mereka merasa campur aduk oleh perasaan antara kegembiraan dan kekhawatiran, tetapi kekuatan cinta mereka memimpin mereka untuk melangkah maju.

"Mari kita pergi," kata Sophia, suaranya penuh dengan tekad. "Kita tidak akan pernah tahu apa yang mungkin kita temukan kecuali kita mencoba."

Adam menggenggam tangan Sophia dengan erat, memberinya keberanian yang dia butuhkan. "Kita akan melakukannya bersama-sama, Sophia. Kita akan menjelajahi dunia imajinasi ini bersama-sama, dan tidak ada yang bisa menghentikan kita."

Mereka bangkit dari tempat duduk mereka, siap untuk menghadapi apa pun yang mungkin menunggu mereka di ruang bawah tanah yang misterius itu. Dengan Tikus Penasehat sebagai penuntun mereka, mereka memasuki lorong-lorong gelap yang menuju ke petualangan yang tak terduga.

Di dalam ruang bawah tanah yang gelap dan terlupakan, Sophia dan Adam merasa seperti mereka masuk ke dalam dunia baru yang tak terduga. Cahaya remang-remang menyelimuti lorong-lorong yang buntu, membuat suasana menjadi semakin misterius.

"Mungkinkah ini tempat yang benar?" tanya Sophia, suaranya bergema di dinding-dinding dingin yang menyelimuti mereka.

Adam menggenggam tangannya dengan erat. "Kita harus terus maju. Kita tidak akan pernah tahu ke mana lorong ini akan membawa kita kecuali kita mencoba."

Mereka melangkah dengan hati-hati, memperhatikan setiap suara dan gerakan di sekitar mereka. Setiap langkah mereka membawa mereka lebih dalam ke dalam labirin bawah tanah yang tak terhitung jumlahnya.

Tiba-tiba, mereka mendengar suara gemuruh yang menjalar di lorong di depan mereka. Mereka bertukar pandang, hati mereka berdegup kencang dalam antisipasi.

"Apa itu?" tanya Sophia, suaranya hampir tersendat oleh kecemasan.

Adam mendengarkan dengan teliti. "Saya tidak yakin, tetapi saya merasa seperti kita harus terus maju. Barangkali itu adalah pertanda bahwa kita sedang mendekati sesuatu yang penting."

Mereka melanjutkan perjalanan mereka, hati-hati mengikuti suara gemuruh yang semakin kuat. Semakin dalam mereka masuk, semakin intens perasaan kegembiraan dan kekhawatiran yang mereka rasakan.

Akhirnya, mereka tiba di sebuah ruangan yang luas, di mana sebuah pintu besar terpampang di ujungnya. Suara gemuruh semakin keras, menggema di dinding-dinding ruangan itu.

"Inilah saatnya," kata Tikus Penasehat, muncul dari bayangan di belakang mereka. "Di balik pintu ini, kalian akan menemukan rahasia besar dunia imajinasi."

Sophia dan Adam saling bertukar pandang, hati mereka penuh dengan kegembiraan dan ketegangan. Dengan napas yang tertahan, mereka melangkah maju menuju pintu itu, siap untuk mengungkap apa pun yang mungkin ada di baliknya.

Dengan satu gerakan yang mantap, Adam menarik gagang pintu, membuka jalan ke petualangan yang belum pernah mereka bayangkan sebelumnya. Cahaya terang menyinari ruangan, mengungkapkan pemandangan yang menakjubkan di hadapan mereka.

Mereka terdiam, terpesona oleh keindahan dan keajaiban yang terpampang di depan mereka. Dan di saat itu pula, Sophia dan Adam tahu bahwa mereka telah menemukan rahasia besar dunia imajinasi yang akan mengubah hidup mereka selamanya.

Dokter Lawrence

Sophia terbangun dari mimpinya yang aneh, terhanyut dalam ketidakpastian yang melingkupi dirinya. Cahaya mentari pagi mulai menyusup masuk melalui jendela kamar rawatannya di rumah sakit jiwa. Dia merasa bingung, memperjuangkan pemisahan antara realitas dan dunia imajinasinya yang semakin kabur.

"Dokter Lawrence?" panggil Sophia dengan suara lirih.

Dokter Lawrence, seorang pria paruh baya dengan senyuman hangat, masuk ke dalam kamar. "Selamat pagi, Sophia. Bagaimana perasaanmu hari ini?"

Sophia menggosok-gosok matanya, mencoba memfokuskan pikirannya yang masih kabur. "Saya ... saya tidak yakin. Saya bermimpi tentang Adam dan Tikus Penasehat, tetapi sekarang semuanya terasa begitu ... nyata."

Dokter Lawrence mengangguk, memahami kebingungan yang dirasakan oleh Sophia. "Mimpi seringkali memunculkan perasaan yang rumit. Tetapi ingatlah, Sophia, bahwa kita harus belajar untuk membedakan antara realitas dan imajinasi."

Sophia mengangguk, meskipun hatinya merasa berat dengan perpisahan yang tiba-tiba dengan Adam dan Tikus Penasehat. "Ya, Dokter. Saya akan mencoba."

Dokter Lawrence menawarkan tangannya kepada Sophia. "Bagaimana kalau kita pergi berjalan-jalan pagi ini? Udara segar pasti akan membuatmu merasa lebih baik."

Sophia menerima tawaran dokter dengan senyum kecil. Mereka berdua keluar dari kamar dan memulai perjalanan di sepanjang lorong rumah sakit jiwa yang sunyi. Sophia mencoba menenangkan pikirannya yang terombang-ambing antara realitas dan imajinasi, mencari kekuatan dalam kehadiran dokter yang membantunya.

Mereka berjalan-jalan di sepanjang taman rumah sakit jiwa, menikmati sinar matahari pagi yang lembut dan aroma segar dari bunga-bunga di sekitar mereka. Sophia merasa sedikit tenang, meskipun bayangan Adam dan Tikus Penasehat masih menghantuinya.

Namun, saat mereka melintasi pepohonan yang rimbun, Sophia tiba-tiba merasa seolah-olah sesuatu yang hilang. Dia berhenti dan menatap sekeliling, mencoba mencari tanda-tanda keberadaan Adam atau Tikus Penasehat, tetapi tidak ada yang bisa dia temukan.

"Dokter Lawrence," panggil Sophia dengan gemetar, "di mana Adam? Dan di mana Tikus Penasehat?"

Dokter Lawrence menatap Sophia dengan tatapan heran. "Siapa yang kau maksud, Sophia? Ada seseorang bersamamu?"

Sophia merasa hatinya berdebar kencang. "Adam ... Tikus Penasehat ... Mereka ada di sini, di ruang bawah tanah ... Mereka ..." Namun, ketika dia menengok ke arah dokter, dia terkejut karena melihat ekspresi bingung di wajahnya.

"Sophia, aku tidak tahu apa yang kau bicarakan," kata dokter dengan suara penuh perhatian. "Tetapi sekarang kita harus kembali ke ruanganmu. Kau tampak terganggu."

Sophia mengikuti dokter dengan langkah-langkah gemetar, hatinya dipenuhi oleh keraguan dan kebingungan. Apakah Adam dan Tikus Penasehat hanyalah produk dari imajinasinya yang terganggu? Atau apakah mereka benar-benar nyata, dan dia sekarang terpisah dari dunia imajinasi yang telah menjadi bagian dari kehidupannya?

Ketika mereka tiba di kamar rawatannya, Sophia duduk di tempat tidur dengan tatapan kosong, merenungkan apa yang baru saja dia alami. Dia merasa seperti dia terjebak dalam labirin antara realitas dan khayalannya yang semakin kabur.

Dokter Lawrence duduk di sampingnya dengan penuh perhatian. "Sophia, saya tahu bahwa hal ini mungkin sulit dipahami, tetapi penting bagi kita untuk membedakan antara realitas dan imajinasi. Jika kau terus merasa terganggu oleh khayalanmu, kita mungkin perlu melakukan beberapa perubahan dalam rencana pengobatanmu."

Sophia menundukkan kepalanya, merasa putus asa. "Saya mencoba, Dokter. Tapi semuanya terasa begitu ... nyata."

Dokter Lawrence menepuk pelan tangan Sophia dengan penuh pengertian. "Kita akan mencari jalan keluar bersama, Sophia. Jangan ragu untuk berbicara dengan saya jika kau merasa terbebani oleh perasaanmu."

Sophia mengangguk, tetapi hatinya masih dipenuhi oleh keraguan dan kegelisahan. Dia tidak yakin apa yang harus dia percayai lagi - dunia nyata di sekitarnya, atau dunia imajinasinya yang penuh warna dan penuh cinta.

Malam itu, Sophia terbaring di tempat tidurnya, memandangi langit-langit kamar yang gelap. Pikirannya terus melayang ke petualangan yang dia alami bersama Adam dan Tikus Penasehat. Meskipun dia ingin percaya bahwa mereka nyata, dia mulai meragukan dirinya sendiri.

Tiba-tiba, sebuah cahaya samar-samar menyala di sudut kamar. Sophia menoleh ke arahnya dan terkejut melihat siluet yang akrab berdiri di ambang pintu.

"Adam?" panggil Sophia dengan ragu.

Siluet itu melangkah masuk ke dalam cahaya, dan Sophia terkejut melihat bahwa itu bukanlah Adam, tetapi Tikus Penasehat. Tikus itu menatapnya dengan mata yang penuh kebijaksanaan.

"Sophia," ucap Tikus Penasehat dengan suara lembut, "aku datang untuk memberimu jawaban yang kau cari."

Sophia terduduk dengan cepat, mencoba memahami apa yang sedang terjadi. "Tikus Penasehat ... Apakah kau benar-benar nyata?"

Tikus Penasehat mengangguk. "Kau harus percaya padaku, Sophia. Apa yang kalian alami bersamaku dan Adam bukanlah sekadar khayalan belaka. Kami adalah bagian dari dunia imajinasi yang nyata, yang dapat diakses oleh mereka yang memiliki keberanian untuk mempercayainya."

Sophia merasa hatinya berdesir kencang. "Tapi mengapa dokter dan orang lain di sekitar saya tidak bisa melihat kalian?"

Tikus Penasehat tersenyum misterius. "Kebanyakan orang terlalu sibuk dengan dunia nyata mereka sendiri untuk bisa melihat dunia imajinasi. Tetapi kau, Sophia, memiliki mata hati yang terbuka. Kau memiliki kemampuan langka untuk memasuki dunia imajinasi, dan itu adalah kekuatan yang tidak boleh diabaikan."

Sophia menelan ludah, merasa terharu oleh kata-kata Tikus Penasehat. "Tapi bagaimana dengan Adam? Di mana dia sekarang?"

Tikus Penasehat menggeliat di tempatnya. "Adam telah kembali ke dunia imajinasi, menunggumu di sana. Kalian berdua memiliki perjalanan yang panjang dan menantang yang harus dilalui bersama, tetapi aku yakin kalian akan berhasil."

Sophia merasa haru dan terdorong oleh keberanian Tikus Penasehat. "Terima kasih, Tikus Penasehat. Aku akan menemui Adam, dan kita akan bersama-sama melewati segala rintangan."

Tikus Penasehat mengangguk dengan puas. "Kau memiliki kekuatan di dalam dirimu, Sophia. Jangan pernah ragu untuk menggunakannya. Sekarang, pergilah, dan temui Adam di dunia imajinasi."

Dengan hati yang berdebar-debar, Sophia bangkit dari tempat tidurnya dan mengikuti Tikus Penasehat ke dalam cahaya samar di ujung kamar. Di dalamnya, dia menemukan dirinya terlempar ke dalam dunia imajinasinya yang penuh warna dan keajaiban.

Dan di sana, di tengah-tengah dunia imajinasinya yang indah, Sophia melihat Adam berdiri di bawah sinar matahari yang terang. Dia tersenyum padanya, memancarkan kehangatan dan cinta yang tak terukur.

Sophia berlari ke pelukannya, merasa bahagia bahwa mereka akhirnya bersatu kembali. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka masih jauh dari selesai, tetapi dengan cinta mereka sebagai panduan, mereka yakin bahwa mereka bisa mengatasi segala rintangan yang mungkin muncul di depan mereka.

Sementara itu, di dunia nyata, dokter Lawrence berdiri di ambang pintu kamar rawatannya, melihat Sophia tertidur dengan tenang di tempat tidurnya. Meskipun dia tidak bisa melihat atau memahami dunia imajinasi yang ada di dalam pikiran Sophia, dia merasa lega melihat senyum kepuasan yang terukir di wajahnya.

"Selamat tidur, Sophia," gumam dokter dengan suara lembut. "Semoga kau menemukan kedamaian di dalam mimpi-mimpimu yang indah."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!