"*Ken." Pria yang tadinya tengah termenung terdiam didalam kamarnya kini, menatap bahagia melihat gadis yang dicintainya berdiri tepat didepannya. Gadis yang sudah menghilang berhari-hari tanpa sebuah kabar. Tanpa sebuah jejak setitikpun.
"Carol,"lirih Pria yang dipanggil Ken. Ken bangun dari tempatnya lalu, menghampiri gadis itu. Perlahan tapi, pasti dia meraih Tubuh gadis itu, takut-takut jika gadis itu hanya khayalannya. Setelah yakin bahwa yang didepannya nyata. dia merengkuh gadis itu, Menghirup wangi tubuh gadis yang di cintainya itu.
"Carol...Aku pikir aku akan kehilangan kamu,hiks."isak Keanu semakin mempererat pelukannya.
Caroline menggigit bibirnya berusaha menahan tangannya untuk tidak membalas pelukan Keanu. Caroline berusaha melepaskan pelukan Keanu. Sejujurnya dia juga merindukan pria ini namun, ada sesuatu yang tidak bisa dia katakan kepada ken.
"Ken, aku ingin putus,"ucap Caroline
Keanu yang memeluknya hanya terkekeh geli,"apa yang kau maksud Caroline? jangan bercanda!" Keanu semakin memeluk erat Caroline.
"aku tidak bercanda." Caroline yang tadinya menunduk kini, menatap wajah Keanu yang terlihat berbeda dari hari biasanya. Semenjak Caroline menghilang Keanu hanya fokus mencari Caroline hingga dia sendiri lupa merawat dirinya.
Keanu terkekeh namun, matanya sudah mulai memerah dan berkaca-kaca,"kamu--"
Caroline berusaha tegar sambil tersenyum,"aku sudah memiliki laki-laki lain. Jadi, aku mau putus."
"maksud kamu---"Keanu tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Caroline mengangguk pasti.
Keanu berusaha menahan emosinya. Dia menatap tak percaya gadis dihadapannya. Dia mengepalkan tangannya.
"Siapa? Bilang siapa orangnya?" Ken mengguncang Caroline, mencengkeram bahunya dengan erat. Caroline meringis kesakitan saat cengkraman Keanu semakin kuat.
"Keanu, kau menyakiti ku,"keluh Caroline berusaha melepaskan cengkeraman keanu. Keanu menatap nanar gadis didepannya perlahan dia menguraikan cengkramannya.
"Kalau begitu aku pulang,"pamit caroline. Keanu tak berniat menahan Caroline. Rasanya dia tak mampu, bahkan hanya untuk melihat wajahnya Caroline.
"Sialan!"
Caroline berlari menjauh Keanu, dia mendengar bagaimana semau barang di dalam kamar Keanu hancur berantakan. Pria itu benar-benar marah.
Caroline menghentikan langkahnya saat sudah di halaman rumah besar itu. Dia berbalik mendengar teriakan frustasi keanu. terdengar pecahan barang. itu benar-benar membuat Caroline sakit.
"maaf-maaf Ken!"
"jika memang kita di berikan kesempatan lagi, aku akan memperbaiki semuanya. tapi tidak untuk saat ini,"ucap batin Caroline sambil berjalan meninggalkan rumah besar itu diiringi teriakan frustasi keanu.
Di luar sudah ada taksi yang menunggu caroline, "kebandara pak!"pinta Caroline dengan suara yang serak menahan tangisnya.
"saya ngga tau apa masalahnya,neng. tapi, ada baiknya menyelesaikan masalah itu jangan membiarkan hal itu berlarut-larut,"pesan supir taksi itu.
"iya pak, tapi untuk saat ini ada baiknya saya untuk menenangkan diri dulu. jika sudah waktunya saya akan berusaha menyelesaikan masalah saya,pak!"
"terimakasih sarannya,pak!"
...∆∆∆∆∆∆...
...cut...
...sampai sini dulu......
...karna, masih prolog...
...btw sebenarnya cerita ini sudah lama ada dan baru kali ini tersentuh lagi....
...soalnya bingung......
......tapi, bakal author usahain buat update walaupun ngga akan serajin author lain.......
...malahan mungkin bakal telat....
...saking telatnya author Sampai lupa dengan ceritanya.....
...wkwkwkkw ....
...curhat dikit ya... author itu biasanya susah dapet mood buat nulis makanya suka rada-rada males nulis gitu......
......hehehehe........
...bahkan cerita ini udah lama di publish tapi author ngga pernah up lagi......
...suka kasian si sama readers yang udah berharap sama cerita author sabar ya......
...bakal tamat kok!!...
...tenang aja!!...
...salam damai dari author......
Disebuah kamar sederhana yang seperti kapal pecah, seorang gadis, tengah terlelap dengan nyenyak, padahal hari sudah sangat siang namun, gadis itu masih nyaman dengan tidurnya tanpa memperdulikan keadaan kamarnya yang sudah seperti habis terkena badai.
"Oh my gosh...." Seseorang gadis yang lain tiba-tiba memasuki kamarnya dan mendapati kawannya itu masih bergeming dengan ranjangnya. Padahal dia sudah sangat rapi dengan pakaiannya, bersiap untuk melamar pekerjaan.
"CAROLINE...." Suara cempreng gadis itu memenuhi ruangan itu, namun, yang dipanggil tampak tak mendengar suara yang mengganggu pendengaran itu.
Gadis itu berdecak kesal lalu, mengguncang gadis yang bernama Caroline, membuat yang dibangunkan hanya menggeliat tak nyaman lalu, terlelap.
Gadis itu mendengus kesal lalu, dia berjalan ke kamarnya mandi lalu, membawa segayung air lalu dengan tak berperasaan menyirami Caroline dengan tak berperasaan.
"Mampus kau."
Spontan Caroline bangun dari tidurnya dengan terkejutnya.
"JESLYN........." Teriak Caroline mendapati kawannya itu tengah memegangi gayung, sudah bisa ditebak bahwa dialah pelaku dari penyiraman pada dirinya.
"Apa?" Gadis bernama Jeslyn tampak santai sambil bersedekap dada.
"Kau menyiramku?" Mata Caroline hampir saja melompat dari tempatnya sedangkan Jeslyn hanya bersikap santai setelah membuat kamarnya menjadi basah seperti ini.
Jeslyn menganggukkan kepalanya,"heum, kau lihat sekarang jam berapa? Kita sudah ada janji wawancara hari ini, kau dengan nikmatnya bergelung diranjangmu? Huh, kau pikir perusahaan itu milik nenek moyang mu!" omel Jeslyn dengan panjang lebar. Caroline beralih menatap jam dindingnya dengan gerakan cepat dia berlari menuju kamar mandi.
Brak
"Kau---"Jeslyn melirik tangannya yang masih ada gayung, "Carol, ini gayungnya."
Tak berapa lama Caroline keluar dari kamar mandi, "Jes, gayungnya."
Jeslyn memutar bola matanya, "Dasar!" Cibirnya lalu memberikan gayungnya.
∆∆∆∆
"Woah, wangi sekali,"komentar Caroline yang baru keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah siap untuk wawancara.
Jeslyn berdecih, "makanlah, aku tau kau pasti belum akan sejak semalam."
"Kau tau saja." Tanpa ba-bi-bu Caroline menyantap nasi goreng buatan Jeslyn yang selalu menjadi makanan kesukaannya, selain masakan mommy tentunya.
"Carol, bisa tidak mau berhenti menonton drama Korea, kau tau? semenjak kau menonton film itu kau salah saja terlambat bangun,"ucap Jeslyn mulai mengomelinya sembari membersihkan dapur Caroline
Caroline menghela nafasnya, "ayolah, Jes. Kita sudah membahasnya dan berakhir dengan kau tidak ingin menegur selama seminggu penuh, jadi tolong jangan lagi!"
Gadis bermata coklat gelap itu menatap memelas Jeslyn. Jeslyn hanya menghela nafasnya dengan berat.
"Bukan masalah itu, hanya saja itu tentang kesehatanmu. Mommy.u menitipkan kau padaku agar kau, ada yang memperhatikan kesehatanmu." Caroline menegak air putihnya.
"Sudah tak perlu dibahas. Lagi pula aku sehat-sehat saja, bukan?" Caroline berusaha meyakinkan. Jeslyn berdecak kesal, selalu saja setiap dinasaheti Caroline pasti selalu membantah.
"Terserah kau saja. Kita sudah telat." Jeslyn melirik jam tangannya. Caroline mengangguk sebagai jawabannya.
∆∆∆∆
Caroline mengetuk sepatunya di lantai, entah kenapa saat memasuki perusahaan ini dia memiliki perasaan yang tak enak. Saat ini dia dan Jeslyn tengah berada diruang tunggu di sebuah perusahaan besar.
"Ada apa?"Jeslyn merasa risih dengan sikap Caroline yang tak bisa diam. Sebenarnya selama, Jeslyn berteman dengan Caroline, Dia bisa memaklumi sikap hiperaktif gadis itu, namun untuk saat ini dia tidak bisa memakluminya.
"Jeslyn, eng--aku tidak jadi ikut melamar kerja disini." Caroline menatap sekelilingnya.
"Hah? Maksud? Kau tidak jadi bekerja?" Caroline menggelengkan kepalanya.
"Bukan itu, hanya saja aku merasa tidak enak hati semenjak masuk ketempat ini."
Jeslyn berdecak mendengar ucapan caroline,"itu mungkin karena,kau gugup."
Carolin menggelengkan kepalanya,"bu-bukan. Ta-tapi---"ucapan caroline terhenti saat seorang perempuan datang dengan tersenyum ramah menghampiri mereka berdua.
"Selamat siang dengan nona Jeslyn dan nona Caroline?" Tanya perempuan itu dengan ramah.
Jeslyn Spontan bangkit dari tempat duduknya dengan tersenyum ramah,"selamat siang, nama saya Jeslyn Alodra dan..."
Jeslyn menarik Caroline yang masih terdiam di tempatnya,"dan ini Teman saya Caroline Auristela."
Mau tidak mau Caroline tersenyum walaupun, terlihat seperti senyum paksa.
"Baiklah, silahkan ikut saya."perempuan itu berjalan mendahului mereka berdua. Awalnya Caroline tidak ingin ikut namun, Jeslyn dengan sekuat tenaga menarik caroline. Dengan berat hati Caroline terpaksa ikut walaupun hatinya tak ingin.
"Di perusahaan ini ada dua lowongan kerja, yang pertama di bagian desainer, karena perusahaan ini bergerak dalam bidang fashion dan kami membutuhkan karyawan yang memiliki bidang dalam mendesain pakaian dan yang kedua..." Perempuan itu melempar senyum lagi.
"Yang kedua itu, sekertaris,"lanjutnya.
"Sektretaris? Nggh--tapi nona.."Caroline terhenti karena bingung memanggil perempuan ini dengan apa. Perempuan itu menekan tombol lift menuju lantai 99.
"Oh,astaga. Aku Sampai lupa memperkenalkan diri, namaku Violetta Carlina, panggil saja Vio." Kekeh Vio. Caroline mengangguk kecil.
Mereka kini, memasuki lift.
"Nggh--tapi vio, dalam brosurnya.."
"Itu, lowongan kerja untuk sekretaris baru-baru hari ini ada. Jadi, kalian adalah orang pertama yang mengetahuinya,"jelas vio.
"Oh." Ketiganya kini diam hingga tak terasa mereka sudah berada didepan ruangan HRD.
Jeslyn melirik Caroline yang sudah pucat, "Jes,aku pulang saja,ya?"bisik Caroline. Jeslyn menggelengkan kepalanya.
"Kalian jangan gugup ya? Kepala HRD kami baik, jadi Santai saja." Jeslyn menganggukkan kepalanya.
Tok,tok,tok.
Ceklek
"Permisi pak." Vio membuka pintu perlahan. Disana seorang pemuda tengah berkutat dengan komputernya kini menatap kearah vio.
"Nona Jeslyn dan nona Caroline sudah berada disini,"ucap Vio sambil memberikan berkas lamaran kedua gadis itu. Setelah melihat persetujuan dari atasannya Vio beralih.mempersilakannya kedua gadis itu untuk masuk.
"Semangat," bisik vio kepada kedua gadis itu sambil melempar senyum hangat lalu, keluar dari ruangan itu.
Caroline bersembunyi di balik tubuh Jeslyn, jantungnya berdegub kencang. Semoga saja ini hanya karena,perasaan gugup saja. Sesekali mengintip dari balik tubuh Jeslyn.
Dari yang dia lihat kepala HRD itu tidak seperti pikirannya, si tua Bangka. Caroline tidak.melihat jelas wajahnya namun, dari suaranya dan penampilannya sekilas dia terlihat seumuran dengan dia.
"Silahkan kalian berdua duduk," HRD itu mempersilahkan kedua gadis itu duduk lalu,membuka berkas lamaran mereka berdua. Sesekali mengangguk kecil.
Jeslyn dan Caroline mengambil tempat duduk yang berada didepan mereka.
Hanya ada keheningan yang terjadi, karena HRD itu tengah membaca berkas riwayat hidup mereka.
"Jeslyn Alodra?"panggil HRD setelah sekian lama.
"Saya pak." Jeslyn mengangkat suaranya. HRD itu menganggukkan kepalanya,"dari riwayat hidupmu kau memiliki keahlian dalam bidang desainer. Jadi kamu ingin masuk dalam Tim desainer?"
"Iya pak." Dengan mantap jeslyn menawan pertanyaan dari HRD itu. Caroline tak berani menatap HRD itu. Caroline berdecak kagum dalam dhati melihat kesiapan Jeslyn berbanding terbalik dengannya yang semalam hanya kemasukkan menikmati drama Korea.
"Alasan kamu melamar kerja disini apa?"
"Saya...." Proses wawancara Jeslyn berjalan dengan lancar. Jeslyn menjawab pertanyaan dengan lancar dan tegas. HRD itu mengangguk kecil merasa puas dengan jawaban dari Jeslyn.
"Baiklah, saya rasa, saya tidak perlu mempertimbangkan, melihat nilai kamu yang sangat baik. Kamu saya terima. Selamat." HRD itu mengulurkan tangan memberikan selamat kepada Jeslyn. Mendengar hal itu Caroline yang sedari tadi hanya menunduk, kini menatap takjub Jeslyn.
"Terimakasih pak." Jeslyn membalas jabatan tangan HRD itu dengan gembira. Spontan dia memeluk Carol yang ada di sampingnya.
"Carol, aku di terima,"pekik Jeslyn memeluk caroline dengan erat. Caroline membalas pelukan Jeslyn.
"Selamat."
HRD itu menggelengkan kepalanya lalu,beralih kepada berkas Caroline, baru saja dia membaca nama itu dia terdiam.
"Ca-caroline Auristela?"
Spontan yang dipanggil menghentikan aksi mereka berdua, "saya...pak."
Seketika tubuh Caroline menjadi kaku mendapati pria yang dihindarinya,"Sean?"
HRD itu adalah sean, salah satu dari sekian orang dimasa lalu Caroline yang ingin dia hindari dan bodohnya, dia tidak menyadari suara milik Sean.
"Apa kabar?"tanya sean dengan senyum ramahnya kini, dia tidak lagi menjaga imagenya.
"Ba-baik." Caroline melayangkan senyum kaku. Dia tidak siap. Dia tidak siap hanya untuk bertemu dengan orang-orang di masa lalunya.
"Eum--nona Jeslyn, bisakah kau keluar? ada yang ingin aku bicarakan dengan Nona Caroline." Sean beralih menatap ramah Jeslyn yang kebingungan dengan keadaan seperti ini. Jeslyn beralih menatap Caroline namun, Caroline hanya menatap lurus ke depan dengan ragu berjalan keluar.
"Aku akan menunggumu diluar,"bisik Jeslyn sebelum keluar.
Sean menghela nafasnya,"kemana saja kau?"tanya Sean. Dia menyandarkan tubuhnya disandaran kursi kebesarannya.
Caroline menelan salivanya,"a-aku pergi keluar negeri."
"Aku turut bersedih atas masalah perusahaan Paman Sam." Caroline melayangkan senyum paksa.
"Sudahlah. Itu sudah berlalu. Lagipula kami sudah hidup bahagia dengan kesederhanaan."
"Ken tidak tau soal kebangkrutan paman Sam. Kami menyembunyikan hal itu dari Ken. Kami paham kalau kau memiliki alasan menyembunyikan semuanya itu dari Ken."
Caroline tersenyum simpul,"terimakasih."
Sean menganggukkan kepalanya,"kau banyak berubah, tidak lagi cerewet."
Caroline terkekeh mendengar hal itu, dia menghedikkan bahunya,"semua orang bisa berubah sesuai dengan keadaan hidupnya. Dengan adanya masalah ini, aku bisa belajar lebih menghargai kerja keras, dan.."
Caroline tersenyum bangga,"kami bisa berkumpul bersama seperti yang aku, selalu inginkan."
Drrtt...drrtt...drrtt...
Sean mengernyitkan dahinya, namun enggan mengangkat panggilan dari orang diseberang sana, "aku pikir,.."
"... bukan hanya aku yang tau kehadiranmu." Caroline mengernyitkan dahinya.
"Keanu, dia tau." Sean melemparkan senyumnya sambil menunjuk ponselnya yang berdering yang menampilkan nama Keanu disana. Caroline menggigit bibirnya.
"Memangnya Keanu ada disini juga?"
"Dia atasanku. Kau tidak tau nama perusahaannya singkatan namanya KMA Company."
Caroline membulatkan matanya, KMA Company? Keanu Maxim Alexius. Astaga, bagaimana bisa dia begitu bodoh tidak menyadari hal itu dari awal. Caroline bangkit dari tempat duduknya.
"Se-sean, aku rasa, aku tidak cocok bekerja disini, terima kasih." Setalah Caroline dengan cepat mengundurkan diri dari ruangan itu namun, sepertinya Dewi Fortuna tidak berpihak padanya baru saja dia berniat meraih gagang pintu seseorang dari ruangan sudah lebih dulu membukanya.
"Oh. Keanu, hai!"sapa Sean sambil tersenyum kecil melihat reaksi Caroline yang terlihat sangat terkejut. Detik itupun Tubuhnya terasa kaku menatap pria yang berdiri menjulang di depannya.
Keanu menatap lurus kearah Sean, dia seolah tak menyadari kehadiran Caroline yang berada di depannya. Caroline langsung menyingkir dari jalan. Seketika suasana ruangan menjadi sangat mencekam dan dingin
"Sean, dimana pelamar yang akan diwawancarai hari ini?" Tanya Keanu sambil mengambil tempat duduk di tempat Caroline tadi.
Sean terkekeh melihat sikap Keanu, lalu beralih menatap Caroline yang terdiam mematung didepan pintu.
"Kurasa, kau harus mencari lagi,.." Sean menghedikkan bahunya,"aku bahkan belum mengambil keputusan, tapi pelamarnya sudah pergi lebih awal. Sepertinya dia tidak menyukai kedatanganmu."
Sean melirik Keanu yang tengah mengepalkan tangannya. Sudah ditebak pria ini pasti tengah menahan emosinya.
Keanu berbalik mendapati Caroline yang belum beranjak dari tempat duduknya, "Kau yang berdiri didepan pintu sampai kapan kau berdiri disitu, apakah kau tidak memiliki etika yang benar? Kau pikir, siapa dirimu yang berani membelakangi calon atasanmu."
Suara dingin milik keanu memenuhi ruangan itu dan membuat keadaan semakin menyesakkan. Caroline mengepalkan tangan setelah meyakinkan dirinya. Dia berbalik sambil tersenyum ramah.
"Maaf, pak. Saya rasa lowongan kerja di perusahaan sudah tidak ada." Baru saja Caroline meraih gagang pintu. Suara dingin Keanu memenuhi Indra pendengaran mereka.
"Memang kau yang menentukan ada tidak lowongan kerja disini? Lagipula, biodata dirimu masih ada disini."
Caroline tak berniat membalikan tubuhnya, dia menggigit bibirnya berusaha menahan untuk tetap berdiri walaupun kakinya sudah tidak kuat karena terlalu takut dengan Keanu. Entah kenapa Aur yang menguat dari Keanu cukup membuat dirinya merasa terintimidasi dan ketakutan hingga gemetar.
"Caroline kemarilah, aku belum .ewawancaraimu." kini suara Sean menginstruksikannya. Suara yang berbeda dengan beberapa menit yang lalu. Caroline menghela nafasnya, lalu berbalik melangkah menuju kearah Sean. Dia harus bisa bersikap profesional
Setelah Caroline duduk, Sean memulai wawancaranya. Suasana ruangan yang mencekam membuat Caroline harus tetap berkonsentrasi ditambah pria disampingnya itu tidak mengalihkan pandangannya sedetikpun kearah Caroline.
Sean mengangguk puas,"kau lulusan dari luar negeri bukan?"
Caroline menganggukkan kepala,"iya pak."
"Kalau begitu..."belum selesai Sean berbicara Keanu bangkit dari tempat duduknya.
"Sean lain kali jika memilih pelamar carilah yang lebih berkualitas. Aku baru tau kualitasmu sangat rendahan." Setelah berucap seperti itu Keanu berlalu dari tempat itu meninggalkan jejak yang sangat dingin.
Caroline menatap nanar punggung Keanu yang sudah menghilang. Rasanya sakit itu cukup melukainya karena secara tidak langsung dimengatakan bahwa Caroline tidak cocok dengan perusahaannya.
"Sean, kalau begitu aku pergi dulu." Sean mengernyitkan dahinya menatap kepergian Caroline.
"Kalau begitu sampai jumpa besok." Seketika langkah Caroline terhenti lalu berbalik menatap sean, sepertinya dia salah dengar.
"Huh?"
Sean terkekeh melihat wajah Caroline yang kebingungan, sepertinya Caroline tidak sepenuhnya berubah,"kau diterima di perusahaan ini."
"Di-diterima? Tapi, bukannya--" Caroline melirik pintu yang bermaksud menunjuk keanu.
Sean menggelengkan kepalanya, "tak perlu kau pikirkan, aku yang memiliki tugas itu. Dia hanya harus menerimanya. Kau tidak perlu memusingkan ucapannya." Caroline menganggukkan kepalanya dengan semangat.
"Kalau begitu, terimakasih, Pak." Caroline menunduk hormat, hal itu membuat Sean tertawa geli.
"Ya,Ya,ya. Oh ya? Besok kau jangan terlambat besok aku akan memberikan kontrak kerja dan permasalahan gajimu, ingatkan juga pada temanmu." Caroline tersenyum sumringah.
"Siap,pak." Setelah itu caroline berlalu dari ruang itu.
"Oh.. Jeslyn," panggil Caroline yang baru keluar dari ruangan Sean. Jeslyn spontan bangkit dari tempat duduknya.
"Caroline bagaimana? Kau diterima? Atau kau melakukan kesalahan lagi?" Caroline menggelengkan kepantasan dengan cepat.
"Coba tebak?" Caroline tersenyum misterius. Jeslyn berdecak melihat sikap misterius Caroline.
"Ayolah."
"Hehehe...aku diterima." Jeslyn membulatkan matanya tak percaya.
"Hua...akhirnya..."Jeslyn memeluk caroline dengan erat.
"Kita bisa pergi bersama,eh, tapi kau jadi apa?" Jeslyn merenggangkan pelukannya menata sahabatnya itu.
"Engghh---sekretaris," Caroline menggaruk tengkuknya tak gatal.
"Kau serius?! Woah..semoga perusahaan ini tetap berumur panjang."
"Kenapa?"tanya Caroline keheranan.
"Memiliki sekretaris Sepertimu. Si pemalas, menjadi sekertaris. Sepertinya akan menjadi the Legend of company..."
Caroline mendengus kesal mendengarkan ucapan Jeslyn yang terdengar seperti ejekan.
"Tapi, aku tidak tau harus menerimanya atau tidak."
"Hah?kenapa?" Jeslyn membulatkan matanya seolah akan menekan Caroline.
"Masalahnya, atasan kita itu mantanku. Pria yang tadi masuk keruangan Sean."
Jeslyn menatap tak percaya Caroline,"kau tidak becanda bukan?"
Caroline mengerjapkan matanya. "Carol, itu tampan sekali kau tau!"
"Syut...tidak perlu berteriak, Jes." Caroline melayangkan senyumnya kearah orang-orang yang yang menatap kearah keduanya. Jeslyn hanya menunduk sambil tersenyum malu.
"Carol, kau harus menerimanya. Buktikan kalau kau sudah bisa melupakanmu. Move on."
Caroline menganggukkan kepalanya," walaupun dia orang sama, tapi dia berbeda dengan yang aku kenal dulu. Hanya saja..."
Jeslyn menganggukkan kepalanya, "Iya aku paham. Siap, tidak siap kau harus menghadapi kenyataan itu. jangan berharap tinggi,"nasihat Jeslyn sembari menjauh dari ruangan Sean.
Jeslyn merangkul Caroline,"kau tenang saja. Aku akan selalu ada untukmu. Kau terima saja. Kasihan paman Sam harus membiayaimu dan adikmu."
Caroline kembali teringat dengan daddy-nya yang bersusah payah berkerja walaupun diusianya yang sudah tidak muda lagi. Caroline mengangguk.
"Kau benar. Ini semua demi Daddy. Tidak ada hubungannya dengan masa lalu." Caroline menatap Jeslyn dengan semangatnya Jeslyn tersenyum bangga melihat kembali semangat sahabatnya.
"Ini baru sahabatku." Jeslyn merangkul caroline dengan erat.
∆∆∆
Sean tampak serius mengerjakan beberapa pekerjaannya terpaksa terhenti saat seseorang memasuki ruangannya dengan tiba-tiba.
Sean melayangkan senyum saat mendapati atasannya dengan tatapan dingin menatapnya.
"Bagaimana? Kau jauh-jauh datang keruanganku hanya untuk melihat dia bukan? Kau merindukannya?"
"Ayolah. Kau keterlaluan padanya tadi."
Dia adalah Keanu, dia kembali keruangan Sean setelah kepergian Caroline.
"Aku ingin mengambil berkas milik dalam sekertarisku."
Sean tersenyum simpul,"ini."
Entah dia sengaja atau tidak berkas yang diberikannya adalah berkas milik Jeslyn. Keanu dengan sadis melemparkan berkas itu diwajahnya Sean.
"Aku ambil sendiri saja." Lalu, mengambil berkas milik Caroline setelah itu pergi dari ruangan itu. Sean menggelengkan kepalanya.
"Sabar-sabar."
∆∆∆∆
Bersambung....
Pagi Caroline akhirnya tidak dibangun Jeslyn. Dia bangun dan bersiap menuju kantor barunya. Kembali mengingat hal itu membuat dirinya bersemangat hingga membuat perutnya sakit.
"Aduh, kenapa harus sakit perut juga?!" Caroline berlari menuju toilet apartemennya.
"CAROL....CAROLL...Dimana kamu?!"terima Jeslyn menelusuri apartemen Caroline.
"Aku ada di toilet." Jeslyn berdecak mendengar suara Caroline yang berasal dari toilet didepannya.
"Cepatlah atau kita akan terlambat lagi."
Tak berapa Caroline keluar dengan wajah lega. Jeslyn menyumpal hidungnya Berisha menjauhi Caroline.
Caroline menyadari hal itu hanya berdecak,"kau pikir aku sebau itu?!"
"Entahlah,"jawab Jeslyn dengan suara yang berbeda.
"Ayo." Caroline berjalan mendahului Jeslyn.
...****************...
Vio melambaikan tangannya sambil tersenyum ramah kearah kedua gadis yang harus datang itu.
"Hai,"sapa Vio dengan semangat,"aku tau kalian pasti akan diterima." Jeslyn dan Caroline hanya melempar senyum.
"Em,hari ini aku akan menjadi pemandu kalian untuk seharian ini,"ujar vio dengan sangat antusias.
"Oh ya? Nanti saat jam makan siang nanti kita makan bersama, oke?" Jeslyn dan Caroline menganggukkan kepalanya.
"Kalian jangan sungkan kepadaku,"lanjut vio.
"Diantara kalian siapa yang akan ada di tim desiner?" Vio menatap kedua gadis itu bergantian.
"Aku,"jawab Jeslyn. Vio mengangguk kecil lalu, beralih kearah Caroline.
"Dan kau? Sekertaris baru?" Caroline menganggukkan kepalanya.
"Tapi, Aku tidak tau apa pekerjaanku." Caroline menggaruk tengkuknya yang gatal. Vio tersenyum maklum.
"Nanti aku akan memberikan beberapa tugas utama sekretaris tapi, kebanyakan tugas akan diberikan oleh pak Keanu."
"Engg--vio? Kenapa diperusahaan sebesar ini tidak memiliki sekertaris?" tanya Caroline. Pertanyaan ini sedari kemarin ingin ditanyakannya namun, karena kejadian kemarin dia tidak terpikirkan olehnya.
"Soal itu..."Vio tersenyum canggung, "Sebenarnya perusahaan kami memiliki sekretaris hanya saja beberapa hari yang lalu, pak Keanu memecat sekretarisnya, alasannya karena sekertarisnya bersikap kurang ajar, kalian akan tau bahwa pak Keanu adalah pria dengan sejuta pesonanya. Perempuan manapun pasti rela bahkan melempar tubuhnya kearah pak Keanu hanya untuk tidur bersama dengan dia."
Seketika langkah Caroline terhenti,"ti-tidur bersama?"
Vio terkekeh,"hm, tapi pak Keanu bukan Pria sembarangan lagipula, pak keanu sudah memiliki tunangan."
Caroline mengerjapkan matanya, lalu beralih menatap cincin ditangannya,cincin yang selalu dia gunakan. Cincin yang diberikan Keanu saat mereka berpacaran dulu.
Flashback on
Caroline menatap tak percaya pria dihadapannya kini, berlutut dihadapannya. Keanu tersenyum nadlis sambil bertekuk lutut dihadapan Caroline. Keanu meraih tangan Caroline.
"Kamu hari berjanji padaku, untuk tidak melepaskan cincin ini apapun yang terjadi,"ucap Keanu sambil menyamarkan cincin indah itu di jari lentik Caroline. Cincin itu tidak mewah seperti cincin yang lainnya, cincin itu terlihat sederhana namun, terlihat elegan dijari ramping milik caroline.
Keanu tersenyum puas melihat pilihannya itu sangat cantik di jari kekasihnya itu.
"Kenapa?"tanya Caroline yang penuh perasaan yang membuncah. Jantungnya berdegub kencang lebih kencang dari biasanya. Keanu bangkit berdiri sambil meraih kedua tangan Caroline lalu, menggenggamnya dengan erat namun, tetap lembut.
"Karena, itu pertanda kamu adalah milikku." Caroline tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Dia memeluk Keanu dengan erat.
"Makasih," Bisik Caroline dengan suara parau. Dia berusaha menahan tangisannya. Keanu membalas pelukannya semakin mempererat pelukannya.
Caroline menghela nafasnya, sambil mengelus cincin itu, kembali mengenang masa indah-indah itu, yang kini menjadi masa lalu.
"Ini ruangan Tim desainer." Ucapan Vio menyadarinya Caroline pada masa kini. Ternyata mereka sudah berdiri disebuah pintu.
Ceklek
Baru saja Vio membuka pintu itu. Caroline dan Jeslyn berdecak.kagum melihat ruang itu terlihat sangat nyaman. Vio tersenyum.melihat kedua gadis itu.
"Ayo ikut aku. Aku akan membawa kalian ke pada Kepala Desainer disini."
Diruangan itu terdapat, ruangan lebih kecil disana terdapat seorang wanita yang tengah sibuk membaca beberapa berkas.
"Permisi, ibu Dina." Seorag wanita,yang lebih tua beberapa tahun dari mereka menatap tajam kearah ketiga gadis itu.
"Ini nona Jeslyn yang akan bekerja di tim anda." Jeslyn maju menunduk hormat. Ibu Dina menatap Jeslyn dari atas kebawah lalu, mengangguk kecil.
"Baiklah, mari aku tunjukkan mejamu." Ibu Dina bangkit dari tempat duduknya. Jeslyn melirik kearah Vio dan Caroline yang tengah memberi semangat kepadanya.
"Semangat,"ucap keduanya. Jeslyn mengangguk sambil mengepalkan mengepalkan tangannya dan mengangkatnya.
"Semangat."
∆∆∆∆
"Ini ruangan pak Keanu, nanti pak keanu sendiri yang mengarahkan, dimana ruangan kamu,"jelas Vio.
Vio membual ruangan itu. Ruangan yang terlihat simpel namun, nuansa yang dingin membaut keadaan ruangan ini sedikit gelap.
"Em,"Vio melirik jam yang melingkar ditangannya,"sebentar lagi, pak Keanu akan datang kau duduklah disana sambil menunggu pak Keanu. Caroline menganggukan kepalanya walaupun dirinya sangat gugup.
"Semangat." Vio mengepalkan tangannya memberi semangat kepada Caroline. Caroline mengangguk.
"Semangat."
Belum lama Vio keluar dari ruangan itu. Tiba-tiba pintu kembali terbuka menampakkan seorang pria dengan setelan jas mahal. Berdiri dengan kokohnya menatap dingin kearah Caroline. Caroline spontan bangkit dari duduknya. Rasanya udara disekitarnya terasa mencekiknya, dia bahkan lupa bagaimana cara bernafas. Caroline menundukkan kepalanya saat matanya bertemu pandang dengan Keanu.
Keanu berjalan menuju kursi kebesarannya, dimana tempatnya bekerja.
"Caroline Auristela,"gumam Keanu sambil membuka berkas milik caroline namun, detik kemudian dia membuang berkas itu di tempat sampah yang tak jauh darinya.
"Kau bahkan, baru lulus dan tidak berpengalaman bagaimana bisa kau menerima pekerjaan ini." Keanu menatap lurus tepat kearah Caroline yang masih setia menundukkan kepalanya. Caroline menggigit bibirnya, sudah menjadi kebiasaanya dari dulu untuk mengendalikan emosinya.
"Saya membutuhkan orang yang perfeksionis. Dan hal itu tidak ada padamu."
Caroline menarik nafasnya. Dia seharunya tidak boleh lemah seperti ini, demi daddynya. Dia tidak akan lemah seperti ini apalagi didepan Keanu, pria yang dulu dicampakkannya. Setelah menguatkan tekadnya, caroline menarik nafasnya lalu, menengadah menatap tepat ke iris hitam pekat itu. Mata yang dulu menatapnya dengan hangat dan penuh cinta kini, berubah menjadi dingin dan kebencian.
"Walaupun saya seorang yang baru lulus dan kurang berpengalaman, saya orang yang cepat belajar, dan saya akan berusaha menyesuaikan diri,pak,"ucap caroline dengan tegas. Sejenak Keanu terdiam menatap gadis didepannya itu. Dalam beberapa detik dia tidak bisa mengenali gadis didepannya. Caroline yang berada didepannya sudah berubah, jika bukan karena, wajah itu dia mungkin tidak akan mengenali gadisnya itu. Gadisnya? Masih bisakah dia sebut gadisnya disaat, gadis itu meninggalkannya disaat dirinya membutuhkan gadis itu.
Keanu membuang arah pandangannya kesegala arah yang penting bukan Menatap gadis itu,"memang sudah seharusnya seperti itu,"ketus keanu.
"Marthin akan memberitahukan kau tugas yang akan kau lakukan." Caroline hanya diam sambil menunggu orang yang bernama marthin itu.
Setelah berapa menit, seorang pria memasuki ruangan, pria itu terlihat seumuran dengan mereka.
"Marthin, kamu berikan tugas-tugas kamu kepada dia, biar dia yang kerjakan. Dan..." Keanu melirik Caroline yang hanya diam saja.
"Tunjukan tempatnya." Setelah itu pria bernama marthin itu mengangguk sebentar lalu,beralih menatap Caroline.
"Mari saya antarkan,"ucap Martin dengan nada datar. Caroline dengan gerakan cepat mengambil tasnya setelah menundukkan sebentar dia mengikuti Marthin.
Caroline mengangguk paham setelah mendengar penjelasan Marthin.
"Nanti saya akan kirimkan jadwal pak Keanu melalui email perusahaan,selanjutnya, kau yang akan membuat jadwal pak Keanu,jadi kau harus mempelajari berkas yang akan ditandatangain oleh pak keanu," jelas pak Marthin setelah menjelaskan panjang lebar.
"Terimakasih pak." Menunduk sebentar setelah pak marthin pergi ruang khusus miliknya. Caroline berdecak kagum, ruangnya tidak sebesar milik pak keanu, namun, sangat nyaman bagi Caroline.
Semoga saja dia menikmati ruangannya ini.
Caroline beralih berjalan menuju meja kerjanya Disana ada sebuah komputer dan sebuah tablet, beberapa berkas yang tertumpuk. Setelah tadi mendengar penjelasan pak marthin, semua yang ada di ruangan itu bisa di gunakan olehnya.
Caroline menarik nafasnya lalu, kembali menghembuskannya. Benar kata Sean, belum apa-apa perkejaan udah banyak.
Dia mengambil tempat duduk dan membuka beberapa berkas untuk dia pelajari. Belum juga berada menit dering telpon mengangguk konsentrasi caroline.
"Halo?" Sapa caroline setelah mendekatkan telinganya dengan Gagang telpon.
"Caroline, bawakan saya kontrak kerja sama dengan perusahaan Mondrey Corporation, saya tunggu 15 menit."
Tut,Tut,Tut...
Caroline menarik nafas. Pria itu, dingin sekali,setelah sekian lama mereka bertemu lagi bukannya bertanya kabar, malahan menyuruh-nyuruh seenaknya.
Caroline mendumel dalam hati sambil mengobrak-abrik berkas yang di atas dimejanya sehingga membuat berkas-berkas di mejanya berhamburan.
"Ini mungkin?"gumam Caroline meraih sebuah berkas yang tertulis Mondrey Corporation.Tanpa pikir panjang Caroline berjalan menuju ruangan Keanu yang hanya bersebelahan dengan ruangannya. Namun baru berapa langkah dia terhenti menyadari bahwa cincin pemberian Keanu masih tersemat dijari lentiknya. Caroline melepaskan cincin itu lalu, menyimpannya ditempat yang aman. Caroline menarik nafasnya lalu menghembuskannya lagi.
Tok,tok,tok.
Caroline membuka pintu ruangan Keanu setelah terdengar suara menginterupsi untuk masuk.
"Permisi pak, ini berkas yang bapak minta." Caroline memberikan berkas itu di atas meja Keanu. Keanu tak membalas ucapan Caroline langsung mengambil berkas itu.
Keanu menghempaskan berkas itu.
"Kau bisa membaca tidak?!" Caroline terperanjat mendengar suara tinggi Keanu.
Caroline mengambil berkas itu dilantai lalu,membuka berkas itu.
Ternyata berkas itu berisi kontrak kerja sama setahun yang lalu. Caroline menghela nafasnya.
"Maafkan keteledoran saya,pak." Caroline menunduk lalu keluar dari ruang Keanu untuk mengambil kontrak yang baru. Keanu menatap tajam punggung Caroline yang sudah menghilang di balik pintu.
Brak
Caroline membanting pintu ruangannya dengan perasaan kesal yang menumpuk di dadanya.
"Dasar pria gila! Hanya masalah kecil saja sudah meledak-ledak. Bagaimana jika masalah besar?!"
Caroline mendaratkan pantatnya di kursinya lalu, kembali memacari berkas yang dimintai oleh Keanu. Sejenak
Caroline termenung menyadari bahwa Keanu berbeda dengan Keanu yang dulu. Keanu yang sekarang selalu membawa aura mencekam disekitarnya dan membuat orang disekitarnya menjadi terintimidasi.
Semoga saja itu semua bukan karena dirinya, jika seperti itu dia akan merasa bersalah sepanjang hidupnya.
Setelah Caroline mengantarkan kontrak kerja sama itu. Caroline kembali keruangannya dan mendapati bahwa Marthin sudah mengirimkan jadwal Keanu beberapa hari kedepannya.
Caroline merapikan berkas yang berhamburan diatas mejanya. Dia memastikan berkas yang baru dan yang sudah lama, agar nanti dia tidak kelimpungan sendiri.
∆∆∆∆
Caroline merenggangkan tubuhnya yang berjam-jam berkutat dengan komputer. Keanu benar-benar memberikan tugas yang banyak.
Kemungkinan ini semua tugas sekretaris yang sempat tertunda beberapa hari, dan dia baru menyelesaikan setengah dari tugasnya.
Caroline melirik ponselnya yang jam istirahat. Tak berapa lama ponselnya berdering, disana tercantum nama Jeslyn.
"Ya?"
"Kau dimana? Ini sudah jam istirahat." tanya Jeslyn dari seberang telfon. Caroline menghela nafasnya.
"Bagaimana ya? Pekerjaanku masih banyak, sepertinya aku tidak bisa meninggalkan pekerjaan ini." Caroline menatap berkas yang harus disalinnya dikomputer.
Terdengar helaan nafas dari Jeslyn,"baiklah kalau begitu, tapi jangan terlalu memaksa diri. Ingat kau tidak boleh terlambat makan," nasehat Jeslyn dengan nada keibuannya.
Caroline terkekeh, "baiklah, mom." Dengan nada yang mengejek. Jeslyn berdecih dari seberang sana.
"Kalau begitu aku tutup dulu, Vio sudah menungguku. Bye."
"Bye." Caroline menjauhkan ponselnya kembali melanjutkan kerjanya.
...****************...
Tak terasa hari sudah sore, Caroline tidak menyadari hal itu jika Jeslyn tidak menghubunginya, karena sudah waktunya untuk pulang.
"Akhirnya selesai juga," Caroline meregangkan ototnya saat itu juga telepon berdering dn si pemanggil siapa lagi kalau bukan Jeslyn.
"Caroline, dimana kau?" Jeslyn sudah melemparkan pertanyaan kepadanya. Caroline menghela nafasnya.
"Aku masih diruanganku. Ini baru mau pulang." Caroline berniat bangun dari tempat duduknya tiba-tiba dia merasakan sakit diperutnya.
"Shhh...." Caroline meringis kesakitan.
"Carol, ada apa?"tanya Jeslyn dengan khawatir dari seberang sana.
Caroline menggigit bibirnya,"Jes, perutku sakit."
"Sakit? Perutmu sakit? Kau tidak makan seharian ini?!"pekik Jeslyn dari seberang sana. Caroline sudah tidak fokus karena rasa nyeri diperutnya.
Caroline hanya diam saja mendengar Omelan Jeslyn. Dia baru ingat ternyata dia melewati sarapan dan makan siang hari ini. Bagus, Caroline kau memecahkan rekor untuk tidak makan satu hari penuh.
"Aku akan menghampiri mu." Setelah Jeslyn menutup telfonnya sepihak.
...****************...
Bersambung.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!