NovelToon NovelToon

Story Of A Princess : Air Palace

Prolog

Dahulu kala terdapat empat kerajaan yang berkuasa di dunia. Masing-masing kerajaan memiliki fondasi yang berbeda-beda sebagai dasar ilmu sihir mereka. Keempat kerajaan tersebut ialah Kerajaan Kongqi menggunakan udara sebagai elemen dasar ilmu sihir, Kerajaan Shui menggunakan air sebagai elemen dasar ilmu sihir, Kerajaan Tudi menggunakan Tanah dan batu sebagai elemen dasar ilmu sihir, dan Kerajaan Huo menggunakan api sebagai elemen dasar ilmu sihir.

Keempat kerajaan hidup berdampingan dan penuh damai awalnya, namun semua berubah saat roh iblis bersekutu dengan Kaisar Kerajaan Huo. Terjadi pembantaian yang membabi buta, pertempuran sengit dimana Kerajaan Huo berniat untuk menghancurkan ketiga kerajaan lainnya agar dapat menjadi penguasa terbesar.

Dewi Ziran yang merupakan pelindung empat kerajaan dan menguasai empat elemen dasar ilmu sihir menggunakan kekuatan pedang Heping untuk melindungi tiga kerajaan lainnya dari kekuatan jahat Kerajaan Huo yang telah bersekutu dengan iblis. Pertempuran sengit pun terjadi antara Dewi Ziran dan Kaisar Kerajaan Huo.

Setelah berhasil melenyapkan Kaisar Kerajaan Huo, Dewi Ziran bersama Para Master dari ketiga kerajaan lainnya menggunakan ilmu tertinggi Pembatas cakrawala untuk membuat pembatas yang menyegel semua daerah Kerajaan Huo agar roh iblis pun ikut tersegel di dalamnya. Hal ini tentu saja untuk menjaga keamanan dan kedamaian dunia seutuhnya.

...****...

100 tahun kemudian

"Yang Mulia. Banteng perbatasan kita telah berhasil dirubuhkan oleh ketiga kerajaan lainnya.”

Wan Yiran yang sedang duduk di singgasananya menatap garang pada salah satu jendralnya yang memberi laporan tersebut.

“Bagaimana bisa? bukankah aku telah membunuh Kaisar dari ketiga kerajaan tersebut. Siapa yang menggerakkan kembali pasukan mereka?”

“Putra Mahkota kerajaan Kongqi yaitu Kong Welan ternyata telah berhasil mencapai ilmu masternya. Dia bersama Jendral Muda Lin menggerakkan pasukan yang tersisa dari ketiga kerajaan untuk menghancurkan benteng perbatasan. Saat ini mereka telah menuju lubang Segel pembatas Cakrawala dan tidak lama lagi akan tiba di istana kita.”

Wan Yiran dengan wajah bengis mengeluarkan sebuah asap hitam dari tangannya dan menghempaskannya ke arah Jendral yang memberikan informasi tersebut. Tubuh bawahannya itu terlempar dan menghantam kuat sebuah tiang.

“BODOH. Bagaimana bisa kalian kalah melawan Kong Welan? Apa gunanya dirimu sebagai seorang Jendral hingga tidak bisa mempertahankan benteng perbatasan kita.”

Wan Yiran benar-benar murka saat ini. Dirinya belum berhasil menemukan cara untuk menghancurkan secara utuh segel pembatas cakrawala yang telah menyegel kerajaan Huo. Jika hanya mengandalkan lubang kecil untuk keluar dari kerajaan Huo, hal tersebut tentu mempersulit pergerakannya untuk menghancurkan tiga kerajaan tersebut.

“Persiapkan pasukan di sekitar istana. Akan kuhancurkan Kong Welan beserta Jendral muda Lin.”

“Baik Yang Mulia”

Jendral tersebut segera berjalan keluar untuk melakukan perintah dari Ratunya, sebelum pimpinannya itu kembali murka.

Wan Yiran mengepalkan tangannya kuat, matanya mengeluarkan cahaya merah menyala menandakan rasa marah yang menguasai dirinya. Setelah hidup tersiksa selama dua tahun di pengasingan dengan rasa dendam yang membara, dirinya tidak sengaja menemukan lubang kecil dari segel pembatas cakrawala yang selama ini menjadi pembatas yang mengurung kerajaan Huo. Karena telah 100 tahun lamanya segel tersebut mulai menipis sehingga menghasilkan sebuah lubang.

Setelah Wang Yiran masuk ke dalam daerah kerajaan Huo, hatinya yang penuh rasa amarah dan dendam mengundang roh iblis untuk mendekatinya. Perjuangannya untuk menguasai ilmu iblis membuahkan hasil, dirinya  berhasil menjadi Ratu di Kerajaan Huo dan mengendalikan seluruh pasukan yang selama ini tersegel. Rasa dendamnya membuatnya bertekad menghancurkan dunia agar semua kerajaan tunduk di bawah kakinya. Membunuh semua orang yang menghancurkan hidupnya selama ini.

Wang Yiran turun dari singgasananya dengan jurus meringankan tubuh dirinya melesat cepat di udara berjalan keluar gerbang benteng istana Kerajaan Huo. Wang Yiran berdiri di puncak benteng bersama beberapa pasukan disekelilingnya, menatap bengis ke arah Putra Mahkota Kong Welan dan Jendral Muda Lin bersama pasukan mereka yang datang dan berjalan mendekati istananya.

“Ternyata kalian punya nyali untuk datang langsung membawa nyawa kalian padaku.”

“Wang Yiran, bagaimana bisa kamu menjadi seperti ini,” ujar Jenderal Muda Lin yang terlihat bersedih memandang teman masa kecilnya yang telah berubah menjadi wanita Iblis yang begitu keji.

“Semua ini karena pria brengsek sepertimu Lin Haoran. Jika saja kamu menerima cintaku, jika saja kamu tidak berpaling dan jatuh cinta pada sepupuku Yimin, jika saja kamu memilihku sebagai istrimu. Aku tidak akan menjadi seperti ini."

“Aku tidak pernah mencintaimu Yiran, dari dulu aku hanya menganggapmu sebagai adikku. Kenapa dirimu harus memiliki ambisi yang begitu besar di hatimu? Aku meminta maaf jika telah melakukan kesalahan padamu.”

Wang Yiran tertawa mendengar penuturan Jenderal Muda Lin.

“Permintaan maafmu sudah terlambat, aku tidak membutuhkannya lagi. Aku hanya ingin membunuh dan menghancurkan kalian semua. Aku akan menguasai dunia dan menjadi seorang penguasa. Membalaskan dendam keluargaku yang dihukum mati dan aku yang kalian buang ke tempat pengasingan.”

“Apa yang menimpamu dan keluargamu adalah akibat dari perbuatan kalian sendiri? Kasus pembunuhan dan korupsi yang dilakukan keluargamu, tentu saja memberikan hukuman mati adalah hal sepadan. Sebelum kamu membunuh kami, aku yang akan membunuh wanita iblis sepertimu,” ucap Putra Mahkota Kong Welan dengan tegas.

Ia menatap Jendral di sampingnya sambil memberikan anggukan yang mengisyaratkan untuk menyerang. Melihat isyarat dari Putra Mahkota, Jendral segera mengangkat tangannya memerintahkan semua pasukan untuk maju menyerang istana kerajaan Huo.

Peperangan tidak terelakkan. Semua pasukan dari kedua belah pihak saling menyerang dan membunuh satu dengan yang lain. Pertarungan sengit mengugurkan banyak orang namun tidak ada yang berniat mundur. Jendral muda Lin dan Putra Mahkota menebas dan membunuh semua pasukan kerajaan Huo yang berada di depan mereka.

Wang Yiran yang melihat Jendral Muda Lin yang sedang bertarung membuat rasa dendam di hatinya kembali membara. Dirinya segera menggunakan jurus meringankan tubuh untuk melayang menuju area peperangan. Semua pasukan yang menghadang jalannya dihempaskannya dengan sihir iblis miliknya.

Wang Yiran menyerang secara membabi buta. Menghancurkan semua halangan di depannya menuju Jendral Muda Lin yang sedang membunuh pasukan kerajaan Huo. Tujuannya saat ini adalah berdiri di depan Lin Haoran dan membunuhnya dengan tangannya sendiri.

Setelah berhasil berdiri di belakang Lin Haoran, Wang Yiran segera mengeluarkan sihir pemusnah jantung, dengan sekali gerakan tangannya serangan sihir tersebut berjalan cepat menuju ke arah Lin Haoran. Gerakan terjadi begitu cepat, sebelum sihir tersebut mengenai tubuh Lin Haoran telah ada sihir penghadang yang menghancurkannya.

Dengan murka Wang Yiran berpaling menatap ke arah sumber sihir yang menghadang penyerangannya pada Lin Haoran. Namun terlambat, sebelum pandangannya berpaling sempurna, tubuhnya telah terhempas ke atas langit dengan kedua tangan dan kakinya yang tersegel rantai gaib emas.

Yiran menatap penuh kebencian pada Putra Mahkota Kong Welan yang ternyata menjadi pelaku yang berhasil menyelamatkan Lin Haoran dan segera menyerang Yiran dengan menggunakan sihir pengunci cakra rantai emas yang merupakan ilmu sihir yang dikuasai seorang master.

Yiran berjuang sekuat tenaga untuk melepaskan rantai emas yang mengikat tangan dan kakinya saat ini, namun semakin kuat dia berusaha melepaskannya maka semakin kuat juga cengkraman rantai emas ini mengikat kedua tangan dan kakinya.

“Jika saja kamu tidak memiliki dendam mungkin kamu masih bisa hidup damai di tempat pengasingan. Namun, dendam yang mendalam membawa roh iblis untuk mendekatimu dan tentu saja saat ini hanya kematian yang sedang menunggumu.”

Setelah mengatakan hal tersebut, Putra mahkota segera membaca mantra sihir Penghancur Jiwa. Sebuah Cahaya membentuk panah emas dari tangan Putra Mahkota. Hanya butuh beberapa detik hingga panah emas tersebut melayang cepat menuju Yiran dan menancap tepat di area jantungnya.

Darah segar keluar dari mulut Yiran. Rasa panas dan sakit yang tak terhingga terasa di dadanya saat ini, seluruh tubuhnya bahkan terasa terbakar serta remuk. Rantai Emas yang mengikat tangan dan kaki Yiran pun menghilang, mengakibatkan tubuh Yiran yang tadi melayang langsung terjatuh keras menyentuh tanah.

Tubuhnya telah sekarat. Saat ini pandangan matanya hanya menatap ke arah Jendral Muda Lin Haoran yang juga sedang melihat tubuh sekaratnya. Yiran berusaha menemukan sedikit saja tatapan iba dari raut wajah Lin Haoran, namun harapan tinggallah harapan karena Lin Haoran sama sekali tidak menatap iba padanya.

Sekali lagi Yiran merasakan kekalahan dalam hidupnya. Setelah kehilangan cintanya, lalu kehilangan ayah, ibu dan kakaknya, sekarang dirinya akan kehilangan nyawanya sendiri. Disaat nafasnya mulai terasa hampir menipis dan nyawa seakan sudah diujung tanduk Yiran baru menyadari kesalahannya. Mengapa ia terlalu mengikuti keserakahan di dalam hatinya?

Jika saja dirinya bisa ikhlas menerima segala hal yang menimpa dirinya, jika saja tidak ada dendam di dalam hatinya. Mungkin saat ini dirinya masih bisa hidup lebih lama. Andai dewa benar-benar ada di dunia ini, Yiran hanya ingin meminta satu kesempatan lagi untuk memperbaiki hidupnya.

Mimpi

Wan Yiran membuka matanya dengan jantung yang berdegup kencang, keringat bercucuran membasahi wajahnya. Yiran menatap ragu ke arah langit-langit ruangan yang terasa familiar baginya. Dirinya segera bangun dari pembaringannya menyentuh pelan dadanya dimana yang terakhir diingatnya tertancap panah emas milik Putra Mahkota.

"Nona muda anda sudah sadar?"

Seorang pelayan yang sedang memegang sebuah nampan berisi mangkuk obat segera berjalan cepat mendekati tempat tidur dimana majikannya tersebut berada.

Wan Yiran menatap ke arah pelayan yang saat ini sudah berada di sampingnya. Pelayan tersebut adalah Saji yang merupakan pelayan pribadi yang sudah melayaninya dari kecil. Saji dan dirinya telah tumbuh dewasa bersama.

"Saji, apa yang terjadi padaku?"

"Apa Nona tidak mengingat apapun? Nona kemarin terjatuh di sungai yang ada di taman belakang kediaman dan tidak sadarkan diri selama dua hari."

Wan Yiran menunduk sambil berusaha memikirkan apa yang terjadi saat ini. Jika benar yang dikatakan Saji, lalu apakah yang dilihat dirinya hanyalah sebuah mimpi? Tapi kenapa mimpi tersebut terasa sangat nyata dan panjang, seakan dirinya benar-benar telah melalui peristiwa tersebut, bahkan setiap detail kejadian yang terjadi benar-benar melekat dalam ingatannya.

Yiran kembali menyentuh dadanya, berusaha mengingat kembali kejadian mengerikan saat dirinya dibunuh oleh Putra Mahkota. Masih sangat jelas dalam ingatannya rasa sakit dan panas membara yang ditimbulkan panah emas tersebut. Apa mimpi tersebut adalah pandangan masa depan yang dilihatnya?

"Nona muda, mengapa anda terus menyentuh dada anda? Apa terasa tidak nyaman?"

Yiran menggeleng pelan menanggapi pertanyaan Saji yang terdengar khawatir padanya.

"Aku baik-baik saja Saji. Karena baru sadar mungkin hanya merasa sedikit lemah"

Saji segera mengambil mangkuk obat yang dibawanya tadi kemudian diserahkan pada Yiran.

"Minum obatnya dulu nona, mungkin bisa membantu memulihkan tubuh anda."

Yiran segera mengangguk dan mengambil mangkuk obat dari tangan Saji dan meminumnya perlahan.

"Nona tunggulah disini, saya akan mengabari Tuan dan Nyonya bahwa anda sudah sadar"

Saji segera berjalan menjauh dari ranjang Yiran dan keluar dari kamar. Yiran memandang punggung Saji hingga gadis muda tersebut keluar dari kamarnya kemudian Ia meletakkan mangkuk obat yang dipegangnya pada meja yang ada di samping tempat tidurnya.

Yiran bergerak perlahan turun dari tempat tidurnya sambil memandang sekeliling kamarnya. Matanya segera memicing saat menyadari bahwa tadi ia melihat sebuah bayangan putih yang terbang di depan jendela kamarnya. Yiran berjalan mendekati jendela kamarnya tersebut namun bayangan yang dilihatnya sudah tidak ada, mungkin ia hanya salah lihat.

Saat sampai di depan jendela pemandangan taman bunga terlihat jelas dari pandangan matanya, Yiran mengingat bahwa taman bunga ini dimintanya khusus kepada ayahnya untuk menemaninya setiap pagi.

Yiran duduk disalah satu kursi yang ada di kamarnya, kembali mengingat mimpi yang dilihatnya. Mimpinya tersebut terasa seperti bukan sebuah mimpi namun terasa juga seperti sebuah mimpi, bahkan dirinya sendiri tidak bisa menjelaskan apa artinya. Jika mimpi tersebut adalah sebuah pandangan masa depannya, bukankah dirinya harus mencegah hal itu benar-benar terjadi padanya.

Yiran tidak ingin kejadian dimana ia harus mati sebagai seorang penjahat benar-benar terjadi. Dirinya harus memastikan bahwa ia akan mengubah apa yang terjadi di masa depan.

"Putriku, kamu sudah sadar nak?"

Mendengar suara tersebut Yiran segera berdiri dan menatap ke arah pintu kamarnya. Disana berdiri seorang wanita paru baya yang merupakan ibunya sedang berjalan cepat menuju ke arahnya. Yiran secara reflek berjalan mundur selangkah saat wanita paru baya tersebut akan memeluk dirinya.

Nyonya Wan bingung melihat putrinya yang tiba-tiba menghindari pelukannya. Yiran pun bingung kenapa dirinya secara reflek menghindari ibunya, entah kenapa saat melihat wajah ibunya dirinya teringat kejadian di dalam mimpinya dimana kedua orang tua dan kakanya adalah pelaku yang membunuh seluruh keluarga Su yang merupakan keluarga dari sepupunya Su Yimin dan Ibu Su Yimin adalah adik kandung ibunya sendiri.

"Nak apa kamu baik-baik saja?" tanya nyonya Wan sambil memegang lembut bahu putrinya.

Menyadari wajah bingung ibunya membuat Yiran merasa tidak enak. Yiran segera tersenyum sambil menyentuh tangan ibunya yang berada di bahunya saat ini.

"Aku sudah baik-baik saja ibu. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

Nyonya Wan segera tersenyum senang mendengar jawaban putrinya.

"Apa kamu benar-benar sudah merasa lebih baik?" tanya Nyonya Wan sambil sibuk memperhatikan tubuhn dan raut wajah putrinya ini.

"Aku benar-benar sudah baik-baik saja ibu. Tubuhku sudah tidak lemah lagi," ujar Wan Yiran berusaha meyakinkan ibunya.

"Syukurlah. Kalau begitu ibu akan ke dapur dan menyiapkan makanan kesukaanmu. Ayahmu dan kakakmu saat ini masih berada di istana. Mereka pasti sangat senang jika tahu kamu sudah sadar."

Nyonya Wan mengelus surai hitam milik putrinya sebelum kemudian berjalan keluar bersama pelayan pribadinya menuju dapur.

"Saji, tolong siapkan pemandian untukku. Aku ingin merendam badanku agar sedikit terasa ringan."

"Baik Nona"

Saji yang saat ini sedang berdiri di depan pintu kamarnya segera mengangguk kemudian berjalan menuju kamar pemandian untuk menyiapkan air bagi majikannya tersebut untuk berendam.

Setelah air siap, Yiran segera menuju kamar pemandiannya. Yiran berjalan mendekati bak air yang sudah terisi penuh air hangat serta terdapat berbagai macam bunga yang memberikan aroma yang menyegarkan. Yiran segera menanggalkan pakaian tidurnya kemudian masuk ke dalam bak air tersebut.

Tubuhnya terasa sangat nyaman dan rileks saat air hangat menyentuhnya. Yiran menutup matanya berusaha menikmati rasa nyaman dari air hangat tersebut. Saat matanya tertutup, semua ingatan akan mimpinya kembali muncul dan tentu saja membuat hatinya kembali merasa ketakutan.

Jika Yiran baru saja sadar hari ini setelah terjatuh dari danau di belakang kediamannya, maka mimpi yang dirinya lalui menggambarkan kejadian setelah dirinya terjatuh dari danau tersebut. Berarti sesuai didalam mimpinya kejahatan yang dilakukan Ayah, Ibu serta kakaknya sudah terjadi dan baru akan terungkap satu tahun kedepan.

Jika mimpi tersebut benar dan kejahatan keluarganya terungkap, maka keluarganya akan diberi hukuman mati dan dirinya sebagai anggota keluarga penjahat akan menerima hukuman pengasingan dan menjadi budak di daerah pertanian yang berada di pegunungan.

Yiran menggeleng cepat tidak ingin kejadian dalam mimpinya tersebut benar-benar terjadi. Dirinya tidak bisa mencegah kejahatan orangtuanya karena hal tersebut telah terjadi dan yang bisa ia lakukan saat ini adalah mencari dan mengumpulkan bukti memastikan kejahatan keluarganya.

Kejahatan tersebut bukan dilakukan oleh dirinya. Walau selalu bersikap sombong dan semena-mena, Yiran tidak pernah melakukan kejahatan besar lainnya. Dirinya tidak ingin kejahatan yang dilakukan keluarganya harus dirinya juga yang tanggung hukumannya.

Keluarga Wan Yiran nantinya akan dihukum mati dan semuanya berakhir bagi mereka, sedangkan Yiran harus tersiksa seumur hidup di tempat pengasingan sebagai seorang budak.

Yiran menyadari jika dirinya sendiri yang memberikan bukti-bukti kejahatan keluarganya kepada Kaisar maka hukuman pengasingan akan dihindarinya. Walau tidak memiliki keluarga lagi nantinya, setidaknya Yiran bisa berumur panjang dan hidup damai.

Yiran sudah melamun cukup lama di dalam rendaman air hangat, suhu air sudah mulai terasa dingin. Menyadari dirinya telah berendam cukup lama, Yiran segera keluar dari bak air dan mengambil jubah untuk menutupi tubuhnya, tidak lupa ia memanggil Saji yang sedang berada di luar untuk membawakan handuknya.

...****...

Saat ini Yiran sudah keluar dari kamarnya. Ia mengenakan Gaun dengan kain Sutra lembut berwarna kuning dengan sulaman indah bunga sakura, rambut hitam panjangnya tergerai indah dengan hiasan bunga mawar berwarna emas.

Yiran berjalan menyusuri sekeliling kediaman keluarganya bersama Saji yang mengikuti di belakangnya. Kediaman keluarganya ini sangat besar dan mewah, terdapat banyak pelayan terlihat di sekeliling kediamannya sedang melakukan tugas mereka masing-masing. Yiran menyadari jika mimpi tentang masa depannya tersebut benar adanya, maka segala kemewahan yang ia dapatkan ini adalah hasil dari kecurangan keluarganya tersebut.

Setelah melenyapkan keluarga Su, ayahnya mendapatkan posisi sebagai Perdana Mentri yang tentu saja mendapatkan gaji yang besar, Ibunya mendapatkan semua usaha bisnis yang dimiliki adiknya Nyonya Su yang merupakan ibu dari Su Yimin sepupunya.

"Nona, apa anda baik-baik saja?" tanya Saji yang merasa khawatir melihat Yiran yang memasang raut wajah penuh tertekan.

Melihat kekhawatiran Saji membuat Yiran tersenyum tipis untuk menenangkan pelayannya tersebut.

"Aku tidak apa-apa."

Saji mengangguk paham lalu kembali mengikuti Yiran yang terlihat masih ingin berjalan-jalan di sekitar kediaman sebelum menuju ruang makan. Yiran menghentikan langkahnya saat pandangan matanya menangkap presensi seseorang. Terlihat dari kejauhan seorang wanita yang mengenakan gaun sederhana bahkan hanya menggunakan sebuah bunga sebagai hiasan di kepalanya sedang mengangkat beberapa barang berat yang memenuhi tangannya, dibelakangnya juga ada seorang pelayan wanita yang memegang beberapa barang yang cukup banyak.

Gadis yang dilihat Yiran adalah Su Yimin sepupunya. Yiran ingat jika ia selalu menyiksa Yimin dan menyuruh gadis itu serta pelayannya melakukan pekerjaan-pekerjaan berat di kediaman keluarganya ini. Rasa iri karena Jendral muda Lin yang mencintai Su Yimin membuat Yiran selalu

ingin menyiksa sepupunya itu.

"Nona, apa ada sesuatu yang ingin nona perintahkan pada nona muda Su? Jika ada, saya akan segera menyuruhnya menyelesaikan tugasnya dan menemui nona," tanya Saji saat melihat pandangan Yiran tertuju pada Yimin yang saat ini masih terlihat sibuk mengangkat barang-barang berat.

Yiran segera menggeleng, ia sangat memahami maksud perkataan Saji. Yiran dahulu memiliki kebiasaan selalu memberi perintah kepada Yimin untuk melakukan berbagai macam pekerjaan berat, bahkan seluruh pelayan di kediamannya ini sudah tahu bahwa Yiran sangat senang membuat Yimin tersiksa selama menumpang tinggal di kediaman Wan.

Yiran menyadari selama ini rasa iri dan amarah yang memenuhi hatinya terhadap Yimin karena melihat pria yang dicintainya yaitu Jendral muda Lin memilih mencintai Su Yimin dibanding dirinya. Namun setelah mimpi yang dialaminya dan melihat bahwa keluarganya lah yang membuat Yimin kehilangan orangtua serta seluruh anggota keluarga Su membuat Yiran sekarang entah kenapa malah diliputi rasa bersalah di dalam hatinya.

Yiran menyadari, jika rencananya untuk menemukan semua bukti-bukti untuk memastikan kejahatan orangtua dan kakaknya berhasil, maka dirinya akan bernasib sama seperti Yimin yang hidup tanpa keluarga. Sebelum hal tersebut terjadi, ia akan mempersiapkan semuanya sematang mungkin, Yiran bertekad bahwa dirinya harus bisa hidup mandiri nantinya.

Langkah Pertama

Yiran berjalan pelan memasuki area ruang makan. Matanya menatap lurus ke arah tiga orang yang sudah duduk di meja makan menunggu kedatangannya. Di sana ada Ayahnya, Ibunya serta kakak laki-lakinya Wan Yamin.

"Kemarilah nak."

Yiran tersenyum tipis menanggapi panggilan dari pria paru baya yang adalah ayahnya tersebut. Ia segera berjalan mendekati meja makan dan duduk di samping ayahnya.

"Bagaimana kondisimu? Apa perlu ayah memanggil tabib untuk memeriksa keadaanmu lagi?" tanya Tuan Wan sambil mengusap rambut hitam milik putrinya ini.

Yiran segera menggeleng pelan menanggapi penawaran ayahnya, "tidak perlu ayah, aku sudah merasa baik-baik saja."

"Syukurlah jika kamu sudah baik-baik saja Yiran. Saat mendengar kabar kamu sudah sadar, ayah langsung buru-buru pulang setelah menyelesaikan pertemuan di istana tadi," ujar Wan Yamin kakaknya.

Yiran segera menatap ke arah pria muda yang tidak lain adalah kakaknya. Wan Yamin kakaknya saat ini menjabat sebagai sekretaris Mentri Pertahanan yang bekerja di bawah perintah Jendral Lin yang merupakan ayah dari Jendral muda Lin Haoran pria yang dicintainya.

"Sudah-sudah berhenti berbicara lagi, sebaiknya kita segera makan."

Nyonya Wan segera meminta pelayan untuk menyiapkan makanan di atas meja makan. Keempat orang tersebut mulai sibuk menyantap makanan mereka masing-masing, sesekali Tuan dan Nyonya Wan memasukkan lauk kesukaan Yiran di mangkuk miliknya. Yiran hanya tersenyum tipis atas perhatian orangtuanya.

Setelah merasa sudah cukup kenyang, Yiran segera meletakkan peralatan makannya dan mengalihkan pandangannya ke arah ayah dan ibunya.

"Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan."

Tuan dan Nyonya Wan serta Kakaknya Wan Yamin segera menghentikan makan mereka sambil menatap ke arah Yiran.

"Apa yang ingin kamu sampaikan nak, apa kamu ingin ayah membeli atau membuatkan sesuatu untukmu? Katakan saja, apapun yang kamu inginkan akan selalu ayah penuhi."

Yiran segera menggeleng sebagai jawaban, saat ini bukan sesuatu yang bisa dibeli atau dibuat yang ingin ia minta pada orangtuanya.

"Aku ingin berlatih ilmu sihir kembali."

Ketiga orang yang sedang duduk di meja makan bersama Yiran segera menatapnya dengan tatapan bingung. Mereka bertiga cukup tahu Yiran adalah tipe wanita yang sangat feminim, ia selalu tidak tertarik pada ilmu sihir dan bela diri.

Di kerajaan Kongqi wanita biasanya hanya mempelajari ilmu sihir hingga ilmu dasar tingkat 3 selanjutnya mereka bisa berhenti. Wanita suatu saat akan menikah dan menjadi Nyonya di sebuah keluarga sehingga biasanya mereka lebih diwajibkan mempelajari bisnis dan hanya akan mempelajari ilmu sihir dasar saja. Maka dari itu di akademik siswa yang melanjutkan ilmu hingga ke tingkat 8 hanyalah laki-laki.

"Kenapa kamu tiba-tiba ingin belajar ilmu sihir lagi. Bukankah dulu di akademik kamu selalu ingin cepat menyelesaikan ilmu sihir dasar tingkat 3 agar bisa segera lulus dan tidak perlu berlatih lagi?" tanya Yamin kakaknya.

"Benar nak. Bukankah kamu dari dulu lebih ingin belajar menyulam dan melakukan pekerjaan-pekerjaan wanita saja? Kamu bilang ingin belajar menjadi istri yang baik dan selalu mengatakan akan memiliki suami yang hebat dalam ilmu sihir sehingga bisa melindungi mu," tambah Nyonya Wan ibunya.

Yiran tersenyum mendengar perkataan ibunya. Memang benar dari dulu Yiran ingin belajar menjadi istri yang baik, ia selalu bermimpi akan menjadi istri Lin Haoran suatu saat nanti, kemudian akan dilindungi oleh pria tersebut. Apalagi Lin Haoran adalah Jendral muda keluarga Lin, di usia yang masih begitu muda sihirnya bahkan telah mencapai tingkat 6 dan pastinya tidak akan lama lagi untuk naik ke tingkat akhir yaitu tingkat 8.

Namun, setelah mimpi tentang masa depan yang dialaminya, Yiran menyadari hal itu hanya akan menjadi angan belaka karena Lin Haoran tidak pernah mencintainya. Dibandingkan menikah, saat ini Yiran hanya ingin mempersiapkan dirinya untuk hidup mandiri di masa depan serta dapat melindungi dirinya sendiri.

"Aku hanya merasa ingin meningkatkan ilmu sihirku, entah kenapa aku tiba-tiba berubah pikiran dan ingin merasakan bisa melindungi diri sendiri."

"Nak, selama kamu belum menikah ayah dan kakakmu yang akan melindungi dirimu. Ayahmu ini memiliki ilmu sihir tingkat 7, kakakmu sebentar lagi sudah akan ujian untuk naik ke tingkat 6. Bahkan kita memiliki pengawal-pengawal hebat yang akan melindungi mu kemanapun kamu pergi. Jadi kamu tidak perlu belajar ilmu sihir nak."

"Aku mengerti maksudmu ayah. Hanya saja kita tidak tahu di masa depan apa kalian akan selalu bisa melindungi ku."

Ketiga orang yang mendengar perkataan Yiran segera menatapnya bingung. Yiran langsung menyadari kesalahannya dalam berbicara.

"Maksud ku, bisa saja aku pergi keluar tanpa ayah ataupun Kak Yamin. Tentu aku harus bisa melindungi diriku sendiri. Aku ingin belajar menjadi wanita tangguh ayah."

Tuan Wan segera menggenggam lembut tangan putrinya tersebut.

"Baiklah. Apapun yang diinginkan putriku pasti akan selalu ku kabulkan. Ayah akan mencarikan seorang guru untukmu."

"terimakasih Ayah."

Seorang pengawal tiba-tiba masuk dan memberi hormat pada Tuan dan Nyonya Wan. Pengawal tersebut adalah salah seorang pengawal pribadi kepercayaan ayahnya.

"Maaf menganggu Tuan Besar. Ada sesuatu yang harus saya laporkan."

Tuan Wan segera mengangguk pada pengawalnya sebelum kembali menatap istri serta kedua anaknya.

"Ayah akan kembali ke ruang kerja. Kalian bisa melanjutkan kegiatan kalian."

Tuan Wan segera bangun dari kursinya dan berjalan keluar dari ruang makan diikuti pengawalnya tersebut.

Melihat kepergian ayahnya Yiran segera berdiri dan berpamitan pada ibu serta kakaknya, ia beralasan sedang lelah dan ingin segera kembali ke kamarnya.

Setelah keluar dari ruang makan Yiran segera mengajak Saji berjalan mengikutinya menuju bagian belakang ruang kerja ayahnya.

"nona apa yang kita lakukan disini?" tanya Saji sambil berbisik, merasa bingung dengan perilaku majikannya ini.

Yiran segera memberikan kode dengan meletakkan jari telunjuk di bibirnya menyuruh Saji untuk diam.

Saat ini keduanya sedang berada di sudut belakang kediamannya yang merupakan tembok ruang kerja ayahnya. salah satu bagian dari tembok ini berada tepat di bawah jendela ruang kerja ayahnya. Tidak ada pengawal di sekitar sini karena biasanya Tuan Wan lebih senang menempatkan pengawal di luar tembok pekarangan rumah agar tidak menganggu kenyamanan keluarganya, makanya tidak ada yang akan menyadari tempat persembunyian Yiran dan Saji saat ini.

"Tuan, mereka meminta untuk bertemu di restoran Teratai sore ini. Jika anda tidak datang sesegera mungkin untuk bertemu mereka takutnya surat tersebut akan berhasil dicuri orang lain."

Tuan Wan duduk sambil menatap serius pada laporan keuangan yang ada di meja kerjanya, namun telinganya tetap mendengar perkataan pengawalnya.

"Mengapa mereka begitu tidak berani menyimpan surat serta beberapa laporan tersembunyi itu?"

"Ampun Tuan besar. Kata mereka keamanan dan pengawal mereka tidak cukup saat ini, takutnya orang yang ingin menerobos dan mencuri surat dan laporan tersebut benar-benar berhasil nantinya."

Tuan Wan mengangguk paham mendengar ucapan Pengawalnya tersebut.

"Baiklah, segera siapkan kereta kuda. Kita berangkat sekarang."

"Baik Tuan."

Pengawal tersebut segera memberi hormat pada Tuan Wan kemudian berjalan keluar dari ruang kerja majikannya untuk menyiapkan kereta.

Setelah mendengar pembicaraan ayahnya dan pengawalnya itu, Yiran segera menarik tangan Saji untuk pergi dari tempat persembunyian mereka.

...****...

"Nona. Mengapa harus berdandan seperti ini dan mengikuti tuan hingga ke restoran teratai?" tanya Saji khawatir.

Saat ini Yiran dan Saji sedang berada di tembok belakang restoran Teratai yang merupakan salah satu restoran terbesar di ibukota Kerajaan Kongqi. Yiran bahkan mengganti gaunnya dan mengenakan sebuah pakaian pendekar dengan rambutnya yang diikat tinggi.

"Ada hal yang harus aku selidiki."

"Tapi nona, kenapa aku merasa apa yang akan nona lakukan ini akan sangat berbahaya?"

Saji terlihat panik sambil memegang tangan Yiran dengan gemetar. Melihat ketakutan Saji membuat Yiran ikut menggenggam tangan pelayannya tersebut dan mengelusnya lembut.

"Tenang saja, kamu tidak perlu khawatir Saji. Kamu tunggu saja disini, aku akan masuk ke dalam untuk mencari tahu siapa orang yang akan ditemui ayahku."

Yiran segera mengambil sebuah kain dari saku yang ada pada pakaian yang dikenakan, ia segera mengikat pakaian itu sebagai cadar untuk menutupi wajahnya. Saat Yiran akan berangkat, tangannya ditahan oleh Saji.

"Anda harus hati-hati nona."

Yiran mengangguk pada Saji kemudian segera berjalan menuju tembok belakang restoran. Beruntung Yiran menyelesaikan sihir ilmu dasar tingkat 3 sehingga ia bisa sedikit melakukan sihir meringankan tubuh menggunakan dorongan udara. Walau cukup sulit Yiran berhasil melompat melewati tembok belakang restoran.

Setelah berhasil masuk, Yiran segera mencari persembunyian sambil terus memperhatikan dan mencari tahu ruang pribadi yang dipesan ayahnya untuk bertemu dengan seseorang tersebut.

Setelah berkeliling selama lima menit secara diam-diam, Yiran melihat pengawal pribadi ayahnya yang sedang menjaga pintu sebuah ruangan.

"Pasti disitu tempat ayah bertemu dengan seseorang tersebut."

Yiran kemudian berjalan memutar mencari jendela dari ruangan tersebut. Saat berhasil menemukan jendela yang dicarinya, Yiran segera berjalan pelan ke arah jendela tersebut yang ternyata terbuka.

Saat melihat ke dalam ternyata masih ada tirai kain yang menutupi ruangan di sebelahnya, dengan langkah perlahan Yiran masuk melalui jendela dan berjalan mendekati tirai yang dimana disamping tirai tersebut masih ada lemari yang berisi berbagai minuman arak.

Yiran berjalan sambil bersembunyi di balik lemari Arak yang ada di dalam ruangan, gadis itu mengintip dari cela lemari yang menunjukkan ayahnya yang sedang duduk di meja restoran bersama seorang pria yang sepertinya cukup muda. Yiran tidak bisa melihat siapa orang yang ditemui ayahnya karena posisi pria itu yang membelakanginya, namun dari pakaiannya sepertinya ia seorang bangsawan. Karena jarak yang masih cukup jauh, Yiran kesulitan mendengar percakapan mereka berdua.

"Sepertinya aku harus mencoba sedikit lebih dekat ke arah mereka agar bisa mendengarkan percakapan mereka," bisik Yiran pada dirinya sendiri.

Yiran segera berbalik dan betapa kagetnya ia saat mendapati bahwa dibelakangnya juga ada seorang pria yang mengenakan topeng hitam dan sedang bersembunyi seperti dirinya. Dari matanya terlihat pria tersebut sepertinya juga terkejut akan kehadiran Yiran.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!